Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). Kegiatan posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Balita masih tinggi. Angka Kematian Bayi dan Balita yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

PENDAHULUAN ISSN : Jul Tumbol 1, Telly Mamuaya 2, Fredrika N Losu 3. 1,2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Nelly Malahayati 1. STIKes Bina Nusantara ABSTRAK. : Posyandu, Peran Kader,Dukungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

Jurnal Kesehatan Kartika 50

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

GAMBARAN PENGETAHUAN KADER DALAM PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT BAYI DESA NGLUMBER KECAMATAN KEPOHBARU KABUPATEN B O J O N E G O R O

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU RT 07 RW 01 KELURAHAN KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN 2016

Transkripsi:

Serambi Saintia, Vol. II, No., Oktober 04 ISSN : 337-995 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA ANEUK PAYA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Yunita Fitrianda, Cut Efriana, Akademi Kebidanan Saleha Banda Aceh Email: Fitrianda@gmail.com ABSTRAK Angka Kematian Balita yang masih tinggi, salah satu yang menjadi penyebabnya adalah kehadiran Ibu Balita yang masih jarang dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sabagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan Angka Kematian dan kesakitan Balita serta dapat meningkatkan status gizi Balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Keaktifan Ibu Balita pada kegiatan posyandu di desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Tahun 04. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel berjumlah 55 orang ibu yang mempunyai balita di desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu (P = 0,00), dan ada hubungan antara sikap dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu (P = 0,00). Ibu yang mempunyai balita hendaknya aktif mengikuti rutinitas kegiatan posyandu karena penting dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan balita. Kata Kunci : Kata Kunci : Keaktifan Ibu, Posyandu PENDAHULUAN Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan yang sasarannya adalah seluruh masyarakat. Program posyandu merupakan strategi pemerintah untuk menurunkan Angkat Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kelahiran. Untuk mempercepat penurunan AKI, AKB dan Angka Kelahiran diperlukan peran serta masyarakat dalam kegiatan di posyandu (Muninjaya, 0). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 00, menjelaskan bahwa 50 % Balita di Indonesia tidak melakukan penimbangan teratur di posyandu. Riset ini sekaligus menunjukkan kecenderungan semakin bertambah umur seorang balita, maka tingkat kunjungan ke posyandu untuk melakukan penimbangan rutin semakin menurun. Sedangkan data dari profil kesehatan Aceh tahun 03, dari 05.469 Bayi di tahun 03 yang rutin membawa Bayi dan Balita ke posyandu sebanyak 95.69 (90,3%) dan sebanyak 89.404 (84,57%) Bayi dan Balita tidak mendapatkan KMS. Tahun 04 dari 5.565 Bayi, yang 66

Serambi Saintia, Vol. II, No., Oktober 04 ISSN : 337 995 rutin membawa Bayi dan Balita ke posyandu sebanyak 70.58 (6.07%) (Ali Khomsan, 04). Upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan perbaikan gizi adalah dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui posyandu. Kegiatan posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan Balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Meilani, 009) Kegiatan posyandu penting untuk Bayi dan Balita, karena tidak terbatas hanya pemberian imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang Bayi dan Balita melalui kegiatan penimbangan dan pemberian makanan tambahan. Pencegahan dan penganan gizi buruk juga dapat segera ditangani sedini mungkin, karena pada dasarnya anak Balita bergizi buruk tidak semua lahir dalam keadaan berat baban tidak normal (Adisasito, 00). Keaktifan Ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak Balitanya. Agar tercapai itu semua maka Ibu yang memiliki anak Balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu agar status gizi Balitanya terpantau (Kristiani, 00). Beberapa dampak yang dialami Balita, bila Ibu Balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu antara lain tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang penyuluhan balita yang normal, tidak mendapat vitamin A untuk kesehatan mata, ibu balita tidak mengatahui pertumbuhan berat badan Balita tiap bulan, Ibu Balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan tambahan (PMT). Dengan aktif dalam kegiatan posyandu Ibu Balita dapat memantau tubuh kembang balitanya (Depkes RI, 0). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Lhoknga, kegiatan posyandu di desa Aneuk Paya pada tahun 05, didapatkan Balita. Yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) sebanyak 60 Balita (49,%), yang mendapatkan penimbangan sebanyak 50 (40,9%) Balita, dan orang Balita Bawah Garis Merah (BGM) (Puskesmas, Aneuk Paya, 05). Hasil survey awal terhadap kegiatan posyandu yang ada di desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar Tahun 05, bahwa di desa Aneuk Paya ada Balita dan Bayi, sedangkan yang hadir dalam kegiatan posyandu hanya 9 Balita dan Bayi. Ketidakhadiran Ibu Balita dalam kegiatan posyandu adalah dikarenakan sikap ibu yang masih acuh, cuek, dan tidak mau tahu tentang pentingnya posyandu, pengatahuan ibu yang masih kurang tentang pentingnya posyandu menjadi salah satu alasan ibu balita untuk tidak hadir dalam kegiatan posyandu. Padahal dampak dari ketidakhadiran ke posyandu adalah ibu tidak dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian adalah crosss secional study yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Peneliian dilakukan pada tanggal 0 sampai 5 Juli 04 di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar berjumlah orang. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 55 orang. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan Statistic Program Service Sulotion(SPSS) Versi 7.0. Metode uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square. 67

Yunita Fitrianda, dan Cut Efriana HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal0 s/d 5 Juli 04 dengan membagikan kuesioner berjumlah 5 pertanyaan kepada 55 responden, maka diperoleh data tentang, hubungan pengetahuan dan sikap dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu di Desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Tabel. Distribusi Karakteristik Ibu Balita No Karakteristik Individu Jumlah Persen Umur -4 tahun (Remaja) 5-44 tahun (Dewasa) 7 48,8 87, 3 4 5 3 3 4 Pendidikan SD 9 6,3 SMP 8 4,6 SMA 4 43,7 D3 4 7,3 S 0 8, Pekerjaan IRT Swasta PNS Anak Anak 3 Anak 4 Anak Jumlah Anak 33 8 4 4 0 0 60 4,6 5,4 38, 43,7 8, 0 Sumber : Data Primer (diolah 04). Tabel. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki umur 5-44 tahun yaitu berjumlah 48 responden (87,%), dengan pendidikan mayoritas responden yang memiliki berpendidikan SMA sebanyak 4 responden (43,7%), mayoritas memiliki pekerjaan IRT sebanyak 33 responden yaitu (60%) dan mayoritas memiliki jumlah anak yaitu berjumlah 4 responden (43,7%). 68

Serambi Saintia, Vol. II, No., Oktober 04 ISSN : 337 995 Tabel Distribusi Pengetahuan Ibu Balita Pada Kegiatan Posyandu No Pengetahuan Jumlah Persen Baik Kurang 5 30 45,5 54,5 Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu balita mayoritas kurang yaitu 30 responden (54,5%). Tabel 3. Distribusi Sikap Ibu Balita Pada Kegiatan Posyandu No Sikap Jumlah Persen Positif 4 43,6 Negatif 3 56,4 Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa sikap ibu balita mayoritas negatif terhadap kegiatan posyandu yaitu 3 responden (56,4%). Tabel 4. Distribusi Keaktifan Ibu Balita Pada Kegiatan Posyandu No Keaktifan Ibu Jumlah Persen Aktif Tidak Aktif 6 9 47,3 5,7 Dari Tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa keaktifan ibu balita mayoritas tidak aktif yaitu 9 responden (5,7%). Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Keaktifan Ibu Balita Pada Kegiatan Posyandu Keaktifan Ibu No Pengetahuan Aktif Tidak Aktif Total f % F % f % Baik 3 9,0 8,0 5 00,0 Kurang 3 0,0 7 90,0 30 00,0 Jumlah 6 00,0 9 00,0 55 00,0 P 0,000 Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketehui bahwa ibu yang tidak aktif pada kegaitan posyandu lebih banyak dijumpai pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 7 responden (90,0%) dibandingkan responden berpengetahuan baik yang hanya (8,0). Hasil uji chi square diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu. 69

Yunita Fitrianda, dan Cut Efriana Tabel 6. Hubungan Sikap dengan Keaktifan Ibu Balita Pada Kegiatan Posyandu No Sikap Keaktifan Ibu Total Ya Tidak F % f % f % Positif 87,5 3,5 4 00,0 Negatif 5 6, 6 83,9 3 00,0 Jumlah 6 00,0 9 00,0 55 00,0 P 0,000 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa ibu yang tidak aktif pada kegiatan posyandu lebih banyak dijumpai pada responden yang bersikap negatif yaitu 6 (83,9%) dibandingkan responden bersikap positif yang hanya 3 (,5%). Sedangkan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara sikap dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak aktif pada kegaitan posyandu lebih banyak dijumpai pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 7 responden (90,0%) dibandingkan responden berpengetahuan baik yang hanya responden (8,0). Hal ini disebabkan karena ibu tidak mengetahui manfaat dan pelayanan yang dilakukan di posyandu serta gunanya balita dibawa terus-menerus ke posyandu dan arti pentingnya KMS sebagai alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak, maka ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan meningkatkan kesehatan anaknya. Bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan dasar untuk berbuat, karena itu kemampuan seseorang melakukan sesuatu tergantung pengetahuan yang ia miliki. Atas dasar pengetahuan tentang posyandu, tujuan dan manfaat yang diperoleh di posyandu memungkinkan prilaku ibu untuk hadir untuk hadir pada setiap pelaksanaan posyandu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohif (0), yang meneliti dengan judul hubungan antara faktor pengetahuan, sikap dan kepercayaan dengan perilaku ibu berkunjung ke Posyandu III Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang menemukan bahwa pengetahuan ibu berhubungan secara signifikan dengan perilaku ibu berkunjung ke posyandu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suharti (0), juga menemukan bahwa pengetahuan berhubungan secara bermakna dengan perilaku kunjungan ke posyandu di Banjarnegara Jawa Tengah. Pengetahuan ini sebagai salah satu dasar pembentukan perilaku seseorang. Orang yang berpengetahuan banyak, akan cenderung mudah mengeksplorasi keinginan dalam bentuk tindakan. Tindakan yang direncanakan dapat mengarah pada tindakan positif atau negatif, hal ini tergantung dari akhlak dan kebudayaan seseorang. Jadi untuk memperkaya pengetahuan seseorang harus aktif menerima input untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan untuk berperilaku yang baik. Hal ini tidak sesuai yang diteliti oleh Indra (009), keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu menunjukkan bahwa dari 36 responden, lebih dari setengah responden 70

Serambi Saintia, Vol. II, No., Oktober 04 ISSN : 337 995 aktif dalam kegiatan posyandu yaitu sebanyak 0 responden (55,6%). Hasil tersebut berarti paling banyak responden bersifat positif karena menurut Wahyuni (994) posyandu erat sekali kaitannya dengan peran serta aktif masyarakat (partisipasi ibu balita). Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu diantaranya adalah usia ibu, faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor jumlah keluarga, faktor penghasilan, serta sikap. Hal ini dapat diasumsikan pengetahuan yang kurang dengan keaktifan ibu tidak aktif ini dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh ibu bailta, baik dari petugas kesehatan maupun media cetak seperti buku-buku atau elektronik seperti televisi, karena petugas kesehatanjarang mengadakan penyuluhan-penyuluhan kesehatan khususnya tentang manfaat-manfaat dalam kegiatan posyandu. Dan melihat hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan keaktifan dalam kegiatan posyandu. Hal ini dikarenakan pengetahuan responden sebagai faktor predisposisi dari perilaku sehingga responden melakukan penelitian akan menimbulkan perilaku yang baik maupun kurang dalam memafaatkan posyandu. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu yang tidak aktif pada kegiatan posyandu lebih banyak dijumpai pada responden yang bersikap negatif yaitu 6 responden (83,9%) dibandingkan responden bersikap positif yang hanya 3 responden (,5%). Sikap negatif dengan tidak aktif keatifan ibu ini dikarenakan ibu tidak begitu paham tentang pentingnya kegiatan posyandu maka oleh sebab itu ibu kurang menyetujui kegiatan posyandu sehingga kurang motivasi ibu untuk mendatangi kegiatan tersebut, dan akhirnya kurang meningkatkankeaktifan ibu dalam mendatangi posyandu balita. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan Rohif (0) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu yang mempunyai balita 0-5 tahun ke posyandu di Lubuk Tanjung Wilayah Kerja Puskesmas Kota Lubuk Linggau menemukan bahwa sikap ibu berhubungan secara signifikan terhadap kunjungan ibu ke posyandu, artinya semakin positif sikap ibu maka kunjungan ke posyandu akan semakin aktif. Penelitian lain dilakukan oleh Tri Wahyudianingsi (009) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu balita terhadap keaktifan dalam kegiatan posyandu III Dusun Boto Kabupaten Tulungagung. Pemantauan pertumbuhan juga dapat dipantau melalui kartu menuju sehat (KMS). Sesuai yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (0), menuturkan bahwa sikap tidak bisa dilepaskan dari ranah kognitif karena munculnya sikap didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju. Sehingga disini terlihat bahwa adanya suatu hubungan antara ranah kognitif (pengetahuan) dan ranah afektif (sikap). Adanya sikap terhadap kegiatan posyandu yang dimiliki oleh ibu berdampak pada adanya keinginan untuk menghadiri kegiatan posyandu. Semakin baik sikap merekat terhadap kegiatan posyandu, maka semakin tinggi keinginan mereka untuk menghadiri kegiatan posyandu. Hal ini dapat diasumsikan sikap negatif dengan tidak aktif keatifan ibu ini dikarenakan ibu jarang mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan dan kader, karena tenaga kesehatan dan kader jarang mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya manfaat kegiatan posyandu bagi kesehatan ibu dan anak. Dan melihat hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu balita dengan keaktifan dalam kegiatan posyandu. Hal ini dikarenakan bahwa sikap seseorang terhadap stimulus atau objek akan menimbulkan sikap positif dan sikap negatif. Semakin baik sikap seseorang maka semakin aktif pula sikap positif yang akan terbentuk. 7

Yunita Fitrianda, dan Cut Efriana PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu (P = 0,00), dan ada hubungan antara sikap dengan keaktifan ibu balita pada kegiatan posyandu (P = 0,00). Saran Ibu yang mempunyai balita hendaknya aktif mengikuti rutinitas kegiatan posyandu karena penting dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan balita. DAFTAR KEPUSTAKAAN Muninjaya, 0. Posyandu Desa Siaga Panduan Bidan dan Kader: www. Pentingnya Kader.com Ali Khomsan, 04. 50% Balita Indonesia Jarang Ke Posyandu http://www.beritasatu.com /kesehatan/4363-50-balita-indonesia-jarang-ke-posyandu.html yang dikutip pada tanggal 0 Mei 05. Meilani, 009. Kebidanan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta Adisasmito, 00. Manajemen Puskesmas Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu. http://irc-kmpk.ugm.ac.id Kristiani, 00, Pemanfaatan Pelayanan Posyandu: http://irc-kmpk.ugm.ac.id Depkes RI, 0. Pelayanan Posyandu.http://bkkbn.go.id/news_detail Rohif, 0. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Posyandu Dengan Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu Desa Walikukun Wilayah Kerja Puskesmas Widodaren Kabupaten Ngawi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah: Surakarta Notoatmodjo, 0. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Edisi Revisi 0: Jakarta 7