PEMANFAATAN LIMBAH JAMUR MENJADI PUPUK KOMPOS DI DESA SUKAKARSA KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kajian Geografi Pertanian) Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T. 1 (sfadjarajani2000@yahoo.com) Pajar Nofana 2 (azay_14@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT Issues raised in this research is how the process of utilization of waste mushroom village Sukarame Sukakarsa District of Tasikmalaya regency. What are the benefits of processing waste into compost for mushroom farmers in the District of Sukarame Sukakarsa Tasikmalaya regency. The hypothesis of this study is the utilization of waste into compost fungus among which the collection of raw materials, sifting, blending, enrichment, and packaging. Benefits of waste processing into compost for mushroom growers among other things reduce environmental pollution, improve soil productivity, overcoming the scarcity and high cost of fertilizer, compost making superior to inorganic fertilizers as well as providing the manpower supply for the surrounding community. The method used in this research is descriptive quantitative method. The descriptive method is a method of research that describes and interprets objects in accordance with what it is. Quantitative methods to identify research problems by describing or outlining trends or describes the relationship between the variables and development. Data collection techniques with field observations, interviews, questionnaires, study documentation and library studies. Samples were respondents in this study came from the farmers as much as the entire population of 345 and a sample of 53 farmers who use mushrooms waste into compost. The results of the field study showed that the use of waste into compost fungus among which the collection of raw materials, sifting, blending, enrichment, and packaging. Benefits of waste processing into compost for mushroom growers among other things reduce environmental pollution, improve soil productivity, overcoming the scarcity and high cost of fertilizer, compost making superior to inorganic fertilizers as well as providing the manpower supply for the surrounding community Suggestions in this study is the need to increase the intensity of the illumination to the farmers in the village Sukakarsa so that they are aware that using compost is better than using artificial fertilizers. The government should motivate the farmers in order to produce more compost that can be sold or marketed so they can increase revenue The government should also provide more assistance to farmers. The writer realizes that this thesis is still not perfect therefore the author hopes to further research better. Keywords : Utilization, Waste Mushrooms, Compost, Tasikmalaya 1 Dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berbasis sektor pertanian sebagai mata pencaharian yang utama bagi mayoritas penduduknya. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di indonesia adalah potensi sumber daya lahan yang besar dan beragam, besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan menjadi hasil pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian yang besar namun disisi lain sebagian besar termasuk golongan miskin sesuatu yang ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengidentifikasi bahwa masyarakat petani belum maksimal dalam memanfaatkan sumber daya alam yang besar ini. Kegiatan aktifitas manusia di dalam memanfaatkan sumber daya alam tidak akan pernah berhenti, dimana setelah melakukan pemanfaatan tersebut manusia sering kali meninggalkan masalah atau sisa yang dianggapnya sudah tidak layak lagi atau tidak berguna lagi, seperti halnya limbah. Limbah secara sederhana diartikan sebagai barang organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber limbah biasanya berasal dari berbagai macam hasil dari pembuatan atau pengolahan pabrik yang berasal dari bahan - bahan organik seperti contoh hasil dari penggilingan padi atau dedak, serbuk kayu dan campuran bahan alami lainnya yang bersifat organik. Pengomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme yang mengubah sampah padat menjadi bahan yang stabil menyerupai humus yang kegunaan utamanya sebagai penggembur tanah. Proses dekomposisi (penguraian) sampah padat organik dapat berlangsung secara aerobik ataupun anaerobik. Tergantung dari tersedianya oksigen. Penggunaan limbah jamur dalam proses pengomposan adalah sejalan dengan peningkatan limbah jamur yang dibuang ke lingkungan sebagai akibat dari perubahan budaya dan peningkatan aktifitas yang dilakukan masyarakat. Terjadinya peningkatan limbah tidak hanya dari segi jumlah atau volume akan tetapi juga dalam keragaman bentuk, jenis dan komposisinya. Tim teknologi kompos BPPT telah melakukan kajian yang menunjukan bahwa limbah memiliki
sifat sifat fisik dan kimia yang baik untuk dijadikan pupuk organik melalui teknologi pengomposan. Ketersediaan limbah jamur sebagai bahan baku pengomposan sangat cukup besar. Pada umumnya limbah hasil dari pengolahan jamur tersebut justru menimbulkan masalah terhadap lingkungan sekitar dan belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos. Atas dasar uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kajian limbah jamur yang dimanfaatkan menjadi pupuk kompos dengan judul penelitian Pemanfaatan Limbah Jamur Menjadi Pupuk Kompos di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi padi tunggal sebagai padi unggulan di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pemanfaatan padi tunggal sebagai padi unggulan di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Alasannya dengan metode ini, penulis memperoleh gambaran mengenai daerah penelitian tentang apa yang terjadi dan apa yang berlaku dengan penduduk. Metode kuantitatif pada penelitian geografi yaitu mengolah dan menginterprestasikan data yang berbentuk angka dan dengan perhitungan yang bersifat matematik.
Variabel Penelitian 1. Proses pemanfaatan kompos dari limbah jamur di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, diantaranya yaitu : a. Pengumpulan Bahan baku b. Pengayakan c. Pencampuran d. Pengkayaan e. Pengemasan 2. Manfaat pengolahan limbah jamur menjadi pupuk kompos bagi petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya yaitu antara lain : a. Mengurangi pencemaran lingkungan b. Memperbaiki produktivitas tanah c. Mengatasi kelangkaan dan harga pupuk yang mahal d. Menjadikan pupuk kompos lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik e. Penyediaan tenaga kerja Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ketua kelompok, pekerja dan petani pupuk kompos yang ada di wilayah Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. 2. Sampel Penelitian Dengan mengacu pada pendapat tersebut, diambil sampel yaitu Ketua Kelompok Pupuk Kompos, pekerja dan untuk sampel petani pupuk kompos diambil secara acak (random sampling) sebesar 15% dari jumlah populasi (jumlah pekerja), yaitu 53 petani.
Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi lapangan 2. Wawancara 3. Kuesioner 4. Studi Dokumentasi Instrumen Penelitian 1. Pedoman Observasi 2. Pedoman Wawancara 3. Pedoman Kuesioner 4. Teknik Analisis Data PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Desa Sukakarsa merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Dengan jarak antar Desa 2 8 km dan jarak dengan ibukota Kecamatan ± 5 km serta jarak dari Desa ke Ibukota Kabupaten Tasikmalaya yaitu ± 7 km dan dan jarak ke ibukota provinsi yaitu ± 300 km serta memiliki ketinggian dari permukaan air laut sekitar ± 443 Mdpl kemudian Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki Luas Wilayah yaitu 201,105 Ha. Wilayah administratif pemerintahan Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, terbagi menjadi 3 Kedususnan, 9 RW dan 32 RT. Morfologi Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, tidak terlepas dari morfologi Jawa Barat dan Tasikmalaya pada umumnya berdasarkan fisiografis Jawa Barat, Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame termasuk kedalam zone Bandung. Dengan ketinggian 443 Mdpl. Serta memilki Jenis Tanah latosol. Jenis tanah ini bagus untuk lahan pertanian dengan tipe iklim B (Basah).
1. Proses Pemanfaatan Limbah Jamur Menjadi Kompos di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Secara teknis pembuatan kompos tidaklah terlalu sulit. Akan tetapi, pengomposan dipengaruhi oleh adanya beberapa proses, seperti pengumpulan bahan baku, pengayakan, pencampuran, pengkayaan dan pengemasan. Dengan memperhatikan hal hal tersebut maka proses pengomposan cenderung akan berjalan dengan baik dan cepat. a. Pengumpulan Bahan baku Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam membuat suatu produk di dalam kegiatan industri. Dengan ketersediaan bahan baku maka kemungkinan dapat meningkatkan hasil produksi dan memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi. Petani yang mengolah dan memanfaatkan limbah jamur menjadi pupuk kompos di Desa Sukakarsa sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku yaitu diantaranya seperti gedebog pisang, dedaunan, kotoran ternak, serta dari limbah jamur yang melimpah yang bahkan sering masyarakat katakan bahwa bahan baku tersebut bisa dibilang tidak ada manfaatnya kembali. Maka dari itu masyarakat menyadari akan manfaat dari limbah limbah tersebut yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. b. Pengayakan Didalam proses pengayakan para petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya sebelum menggunakan bahan baku dari limbah jamur dan bahan organik lainnya untuk pengomposan hal yang harus diutamakan yaitu proses pengayakan. Proses pengayakan tersebut yaitu bertujuan agar material bahan - bahan lain seperti plastik, bekas botol dan batu tidak tercampur pada saat proses pembuatan kompos. Adapun pengayakan tersebut dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tergantung terhadap bahan baku yang akan di ayak kriteria bahan baku yang diayak misalnya kotoran ternak serta limbah jamur kemudian bahan baku yang langsung dibuat kompos tanpa harus di
ayak yaitu seperti dari bahan baku dari sampah rumah tangga dan dedaunan. c. Pencampuran Setelah proses pengayakan selesai kemudian petani di Desa Sukakarsa melakukan proses pencampuran limbah jamur dan bahan organik lainnya yang seterusnya akan dipindahkan ke tempat pembuatan kompos untuk proses pengomposan lalu selanjutnya diberi kapur dan bioaktivator. Proses pencampuran bahan baku kompos dilakukan dengan cara pencampuran manual atau dicampurkan oleh tenaga manusia adapun petani lainnya yang menggunakan proses pencampuran dengan menggunakan mesin dan itupun tergantung pada bahan bakunya. d. Pengkayaan Proses pengkayaan merupakan proses yang sangat penting bagi kualitas pupuk kompos yaitu dimana pupuk akan diberi tambahan nutrisi seperti fosfat, abu kayu, dan beberapa jenis mikroba. Dengan ditambahkannya nutrisi maka pupuk kompospun akan lebih berkualitas dan lebih unggul dibanding pupuk buatan. Maka dari itu sebagian besar petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya lebih menggunakan pupuk kompos dibandingkan pupuk buatan. Adapun sebagian besar petani lebih memilih langsung menggunakan pupuk kompos untuk pertanian tanpa melakukan pengkayaan kembali dimana sebagian kecil petani masih kurang memahami akan cara pengkayaan tersebut e. Pengemasan Proses pengemasan suatu produk memang harus selalu diperhatikan, dimana proses pengemasan tersebut akan menunjang terhadap suatu produk yang bermutu dan berkualitas adapun beberapa ragam produk yang dikemas bermacam macam seperti kemasan plastik, botol, karung dan lain lain. Adapun petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya di setelah pupuk kompos limbah jamur sudah matang maka proses pengemasanpun dilakuakan,
proses pengemasan disini yaitu menggunakan karung dan botol. Untuk kemasan yang menggunakan karung yaitu untuk pupuk kompos padat sedangkan pupuk kompos cair yaitu menggunakan kemasan dari botol. Untuk setiap kemasan pupuk padat yaitu berkisar 1 5kg sedangkan untuk pupuk cair berkisar antara 250 1500 ml perbotolnya. 2. Manfaat Pengolahan Limbah Jamur Menjadi Pupuk Kompos Bagi Petani Di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Manfaat pengolahan limbah jamur menjadi pupuk kompos sangatlah menguntungkan bagi petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya dimana pemanfaatan limbah jamur tersebut dapat memecahkan berbagai masalah terhadap lingkungan maupun terhadap langkanya pupuk. Adapun manfaat manfaat dari pengolahan limbah jamur menjadi pupuk kompos di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame kabupaten Tasikmalaya yaitu diantaranya : a. Mengurangi Pencemaran Lingkungan Manfaat dari limbah jamur menjadi pupuk kompos salah satunya yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Dimana sebelumnya masyarakat di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya seringkali membuang hasil pengolahan limbah jamur ke aliran sungai bahkan ada yang membuang limbah jamur tersebut di pinggir jalan. Oleh karena itu timbulah pencemaran terhadap lingkungan yaitu seperti baunya limbah jamur yang menyengat dan menimbulkan polusi udara serta menimbulkan tersendatnya aliran sungai yang diakibatkan pembuangan limbah jamur ke aliran sungai. b. Memperbaiki Produktifitas Tanah Keterkaitan antara manfaat limbah jamur menjadi pupuk kompos yang dapat memperbaiki produktifitas tanah yaitu dimana pupuk kompos dari limbah jamur lebih terakumulasi dalam tanah serta tidak menyebabkan kekahatan atau kekurangan unsur hara dibandingkan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan. Dalam kenyataannya
sebagian besar masyarakat di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya masih belum paham akan manfaat pupuk kompos dari limbah jamur tersebut yang bisa memperbaiki produktifitas tanah. Akan tetapi dengan berjalannya waktu ke waktu petani di Desa Sukakarsa mulai memahami akan manfaat dari pupuk kompos bagi pertanian. c. Mengatasi Kelangkaan dan Harga Pupuk yang Mahal Keberadaan pupuk buatan atau anorganik akhir akhir ini menajdi langka. Kelangkaan pupuk anorganik di tingkat konsumen salah satunya disebabkan oleh pendistribusian yang tidak tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh petani di Desa Sukakarsa. Maka dari itu keadaan ini berakibat pada harga pupuk anorganik yang menjadi mahal. Oleh karena itu dengan dimanfaatkannya limbah jamur menjadi pupuk kompos di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya, petani tidak akan khawatir lagi akan langkanya pupuk anorganik serta hargnya yang mahal. Karena petani di Desa Sukakarsa bisa menggantikan pupuk anorganik dengan pupuk kompos dari bahan baku limbah jamur. Selain itu bahan baku kompos sangat mudah diperoleh, bahan bakunya bisa limbah jamur, dedaunan, kotoran ternak dan lain lain. Proses pembuatan pupuk kompos juga sangat sederhana, karena bahan bakunya diperoleh secara gratis maka dari itu harga pupuk kompos masih terhitung murah dibandingkan dengan pupuk buatan. d. Menjadikan Pupuk Kompos Lebih Unggul Dibandingkan Pupuk Anorganik Dalam kaitannya menjadikan pupuk kompos lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik atau pupuk buatan yaitu dimana pupuk kompos unsur haranya lebih lengkap karena memiliki unsur hara makro serta unsur hara mikro. Dimana unsur hara mikro sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanaman, berbeda dengan pupuk anorganik yang mengandung beberapa unsur hara saja. Oleh karena itu sebagian besar petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya
memilih pupuk kompos sebagai pupuk untuk pertaniannya karena pupuk kompos menurut petani lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik. e. Penyediaan Tenaga Kerja Proses penyediaan tenaga kerja dalam kaitan manfaat pengolahan limbah jamur menjadi pupuk kompos yaitu untuk mendapatkan dan menghimpun, serta menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan dapat bekerja secara efisisen. Juga selain itu bisa menjadikan tenaga kerja lebih memahami akan manfaat pengolahan limbah jamur menjadi pupuk kompos. Bahkan manfaatnyapun bisa dirasakan oleh pekerja itu sendiri dimana bisa membuat pupuk kompos sendiri dirumahnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dalam bagian ini akan membahas tentang kesimpulan hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh Penulis di wilayah Desa Sukakarsa tentang Pemanfaatan Limbah Jamur Menjadi Pupuk Kompos. Adapun kesimpulan yang dapat Penulis simpulkan adalah sebagai berikut: 1. Proses pemanfaatan limbah jamur menjadi kompos di Desa Sukakarsa diantaranya yaitu pengumpulan bahan baku, pengayakan, pencampuran, pengkayaan, dan pengemasan. Setelah semua selesai dilaksanakan maka pupuk kompospun siap untuk digunakan. 2. Adapun manfaat pengolahan limbah jamur menjadi pupuk kompos bagi petani di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya yaitu antara lain mengurangi pencemaran lingkungan, memperbaiki produktivitas tanah, mengatasi kelangkaan dan harga pupuk yang mahal, menjadikan pupuk kompos lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik serta memberikan penyediaan tenaga kerja bagi masayarakat di sekitarnya.
Saran Sebagian besar penduduk di Desa Sukakarsa Kecamatan Sukarame bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Oleh karena itu pemerintah harus melakukan tindakan tindakan sebagai berikut : 1. Meningkatkan intensitas penyuluhan kepada para petani di Desa Sukakarsa agar mereka sadar bahwa menggunakan pupuk kompos lebih baik daripada menggunakan pupuk buatan. 2. Pemerintah harus memotivasi para petani supaya memproduksi pupuk kompos lebih banyak lagi supaya bisa dijual atau dipasarkan sehingga bisa menambah penghasilan 3. Pemerintah juga harus memberikan lebih banyak lagi bantuan kepada para petani. 4. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna oleh karena itu penulis berharap untuk penelitian selanjutnya lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Soekartawi. (1989). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi : Jakarta. Rajawali. Sumaatmadja,Nursid.(1981).Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan.Bandung:Tarsito. Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung. Pemerintah Desa Sukakarsa. (2013). Data Monografi Desa Sukakarsa. Tidak diterbitkan Suwahyono, Untung. (2014). Cara Ceoat Buat Kompos dari Limbah. Jakarta: Penebar Swadaya