DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini 35 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Belajar adalah sebuah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. siswa, bahkan siswa memandang bahwa Pengetahuan Sosial adalah sesuatu

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini penulis laksanakan pada SMA AL-YUSRA kota Gorontalo tepatnya pada

BAB III METODE PENELITIAN

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 1 Limboto Barat Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo dengan fokus penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Melalui Model Pembelajaran Student

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

IRAWATI (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ZAKAT FITRAH DAN MAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo, dengan jumlah siswa 20 orang terdiri dari laki-laki 8 orang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB V PEMBAHASAN. model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Model Number Head Together Berbantuan Mind Mapping. Poso Sumarto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

St. Maryam. M UPP PGSD Parepare Fakultas Ilmu Pendidikan UNM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PAJAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Erni Baiti SMP Negeri 2 Comal-Pemalang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Meningkatkan Hasil Belajar Energi Dan Penggunaannya Pada Siswa Kelas IV SDN Mansahang Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 18 Pulubala Kabupaten Gorontalo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Nurmala SMP NEGERI 2 METRO Abstrak. Kata kunci: Hasil Belajar,Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Kata Kunci: Numbered Heads Together (NHT), media mading, motivasi belajar, hasil belajar siswa.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 ISSN X. Budianti, Vanny Maria, dan Ratman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN MAGIC CARD DALAM KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo Utara yang berjumlah 20 orang siswa, terhadap materi perubahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau. perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R.

Transkripsi:

1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SUSUNAN BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DIKELAS V SDN 20 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M.Pd ABSTRAK LATAR BELAKANG Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Berbicara tentang Bumi, kita tidak boleh melupakan selubung udara yang menyelimuti Bumi. Selubung udara itu disebut atmosfer. Bumi tersusun atas tiga lapisan. Lapisan Bumi mulai dari lapisan terluar sampai terdalam yaitu kerak, selubung, dan inti. Inti terdiri atas inti luar dan inti dalam. Keadaan ketiga lapisan Bumi tersebut dijelaskan dalam uraian berikut. Khusus untuk konsep susunan bumi pada siswa kelas V SDN 20 Limboto. Sesuai hasil konsultasi dengan guru mata pelajaran bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada materi susunan bumi tahun 2011/2012 kemarin dari jumlah siswa 32 siswa, yang mendapat nilai bagus 10 siswa, yang mendapat nilai bagus 22 siswa, yang ditandai dengan kemampuan siswa mengerjakan soal tes formatif yang hasilnya kurang dari 60 %. KAJIAN TEORITIS Hakikat Hasil Belajar Materi Susunan Bumi Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut Winkel dalam Sunarto (2009) yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

2 Hasil belajar pada dasarnya tersirat dalam tujuan yang dikehendaki,oleh sebab itu kesuksesan belajar dapat dipengaruhi oleh kemampuan atau potensi dalam diri dan di dorong oleh lingkungan yang ada di luar diri (Rusyan,1990:22). Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan. Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang dilakukan setelah selesai program pengajaran. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60). Abdurrahman dan Bintoro (2000) dalam Nurhadi 2003 : 61 menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Adapun yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000 : 6) adalah : (a) Siswa bekerja dala m kelompok untuk menuntaskan materi belajar, (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang dan rendah, (c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda, (d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

3 Media NHT (Numbered Heads Together) Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Model pembelajaran NHT atau Numbered Head Together merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa menjadi salah satu pilihan bagi seorang guru ketika akan mengajar di dalam kelas. Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Langkah-Langkah Media NHT (Numbered Heads Together) Materi Susunan Bumi a. Tahap Pendahuluan Langkah -1 : Penomoran (numbering): 1. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda. 2. Menginformasikan materi yang akan dibahas atau mengaitkan materi yang dibahas dengan materi yang lalu. 3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan apa yang akan dilaksanakan. 4. Memotivasi siswa, agar timbul rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konseo yang akan dipelajari.

4 b. Kegiatan Inti Langkah 2 : Pengajuan Pertanyaan 1. Menjelaskan materi secara sederhana. 2. Mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum Langkah 3 : Berpikir Bersama (Head Together) 1. Siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru. 2. Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. Langkah 4 : Pemberian Jawaban 1. Guru menyebutkan (memanggil) suatu nomor dari salah satu kelompok secara acak. 2. Siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan. 3. Siswa menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,ditanggapi oleh kelompok lain. 4. Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul siswa diberi kesempatan untuk mencatat dan apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan. 5. Guru memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang menjawab betul. c. Penutup 1. Melakukan refleksi. 2. Guru membimbing siswa menyimpilkan materi. 3. Siswa diberikan tugas untuk diselesaikan dirumah dan mengerjakan kuis. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah : (a) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (b) Memperbaiki kehadiran, (c) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (d) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (e) Konflik antara pribadi berkurang, (f) Pemahaman yang lebih mendalam, (g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (h) Hasil belajar lebih tinggi. Kelebihan dan Kekurangan Media NHT ( Numbered Heads Together) Materi Susunan Bumi Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut : Kelebihan: (1) Setiap siswa menjadi siap semua, (2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

5 Kelemahan: (1) Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, (2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN 20 Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 32 orang siswa, terdiri dari laki laki 18 orang dan 14 orang anak perempuan. Pada akhir pembelajaran setelah diadakan tes, maka dilakukan penelitian terhadap hasil yang diperoleh siswa. Bila siswa mendapat nilai 75 atau lebih, dengan demikian siswa tersebut telah menguasai bahan pelajaran. Apabila siswa tersebut belum mencapai 75 atau kurang dari 75, berarti siswa tersebut belum menguasai materi yang diajarkan. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut : Nilai = x skor ideal (100) (Lembaga Pendidikan dan Pengajaran (LP3),2012: 27) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peneliti yang bertindak sebagai guru dalam pelaksanaan penelitian yang diamati. Berikut aspek yang di amati dari kegiatan guru dapat dilihat pada tabel berikut ini (lihat lampiran 2). Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus 1 Klarifikasi Jumlah Aspek Prosentase (%) Sagat baik Baik Cukup Kurang - 7 5 2-50% 36% 14% Jumlah 14 100% Berdasarkan tabel kegiatan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran numbered head togrther pada materi susunan bumi dikelas V SDN 20 limboto kecamatan limboto kabupaten gorontalo, bahwa klasifikasi pembelajaran data sebagai berikut :

6 1) Dari 12 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 7 aspek atau 50% yang memperoleh klasifikasi baik 2) Dari 12 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 5 aspek atau 36% yang memperoleh klasifikasi cukup 3) Dari 12 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 2 aspek atau 14% yang memperoleh klasifikasi kurang Dari hasil yang di peroleh dari hasil pengamatan berupa kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar di laksanakan. Adapun hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel berikut : (lihat lampiran 3) Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus 1 Klasifikasi Jumlah Aspek Presentase (%) Sagat baik Baik Cukup Kurang - 7 3 3-54% 23% 23% Jumlah 13 100% Dari tabel kegiatan siswa di atas selama proses pembelajaran dapat dijelaskan bahwa : 1) Dari 13 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 7 aspek atau 54% yang memperoleh klasifikasi baik 2) Dari 13 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 3 aspek atau 23% yang memperoleh klasifikasi cukup 3) Dari 13 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 3 aspek atau 23% yang memperoleh klasifikasi kurang 1. Hasil belajar siswa Pelaksanaan tindakan siklus 1 mengenai hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : (lihat lampiran 5) a. Pada indikator 1 untuk kemampuan dalam memahami susunan bumi siswa yang bisa menyelesaikan soal 30 orang atau 9,3% sedangkan 2 orang atau 6,25% yang belum bisa menyelesaikan soal

7 b. Pada indikator 2 untuk kemampuan dalam memahami lapisan-lapisan penyusun atmosfer siswa yang bisa menyelesaikan soal 11 orang atau 34% sedangkan 21 orang atau 66% yang belum bisa menyelesaikan soal c. Pada indikator 3 untuk kemampuan dalam memahami lapisan terluar bumi siswa yang bisa menyelesaikan soal 6 orang atau 18,7% sedangkan 26 orang atau 2,5% yang belum bisa menyelesaikan soal d. Pada indikator 4 untuk kemampuan dalam memahami lapisan dibawah kerak bumi siswa yang bisa menyelesaikan soal 8 orang atau 25% sedangkan 24 orang atau 75% yang belum bisa menyelesaikan soal e. Pada indikator 5 untuk kemampuan dalam memahami gambar susunan bumi siswa yang bisa menyelesaikan soal 16 orang atau 50% sedangkan 16 orang atau 50% yang belum bisa menyelesaikan soal. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka, dapat dijelaskan bahwa : a. Dari 32 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas berjumlah 15 orang atau 47%. b. Sedangkan yang memperoleh nilai dibawah 75 berjumlah 17 orang atau 53% dari 32 orang jumlah siswa c. Daya serap siswa memperoleh 78% Dari hasil data siklus 1 jelas bahwa dari 32 siswa yang duduk di bangku kelas V SDN 20 Limboto Kecematan Limboto Kabupaten Gorontalo memperoleh nilai rata-rata ketuntasan atau belum mencapai indikator kinerja degan penjelasan ada 17 orang siswa atau 53,15 % siswa yang belum tuntas, dan 15 orang atau 46,9 % yang sudah tuntas hasil belajarnya.hasil Pengamatan Kegiatan Guru Berikut aspek yang diamati dari kegiatan guru dapat dilihat pada tabel 4.3 (lihat lampiran 6) Tabel 4.6 Hasil Pengamat Kegiatan Guru Siklus II Klarifikasi Jumlah Aspek Prosentase (%) Sagat baik Baik Cukup Kurang 4 7 3-28% 50% 22% - Jumlah 14 100%

8 Berdasarkan tabel kegiatan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran numbered head togrther pada materi susunan bumi dikelas V SDN 20 limboto kecamatan limboto kabupaten gorontalo, bahwa klasifikasi pembelajaran data sebagai berikut : 1. Dari 12 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 4 aspek atau 28% yang memperoleh klasifikasi sagat baik 2. Dari 12 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 7 aspek atau 50% yang memperoleh klasifikasi baik 3. Dari 12 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 3 aspek atau 22% yang memperoleh klasifikasi cukup. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data yang diperoleh dari hasil pengamatan siaswa selama kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut 4.7 Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Klasifikasi Jumlah Aspek Presentase (%) Sagat baik Baik Cukup 3 6 4 23% 47% 30% Kurang Jumlah 13 100% Dari tabel kegiatan siswa di atas selama proses pembelajaran dapat dijelaskan bahwa : 1. Dari 13 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 3 aspek atau 23% yang memperoleh klasifikasi sagat baik 2. Dari 13 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 6 aspek atau 47% yang memperoleh klasifikasi baik 3. Dari 13 aspek yang di nilai dalam proses pembelajaran, terdapat 4 aspek atau 30% yang memperoleh klasifikasi cukup

9 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka, dapat dijelaskan bahwa : a. Dari 32 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas berjumlah 30 orang atau 94 %. b. Sedangkan yang memperoleh nilai dibawah 75 berjumlah 2 orang atau 6,25 % dari 32 orang jumlah siswa c. Daya serap siswa memperoleh 93 % Dari hasil data siklus II jelas bahwa dari 32 siswa yang duduk di bangku kelas V SDN 20 Limboto Kecematan Limboto Kabupaten Gorontalo memperoleh nilai rata-rata ketuntasan atau belum mencapai indikator kinerja degan penjelasan ada 2 orang siswa atau 6 % siswa yang belum tuntas, dan 30 orang atau 94 % yang sudah tuntas hasil belajarnya. Pembahasan dari hasil evaluassi padda tindakan siklus 1 diperoleh data hasil perolehan nilai yaitu 32 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas berjumlah 15 orang atau 47 % dan yang memperoleh nilai dibawah 75 berjumlah 17 orang atau 53 %, degan daya serap 78 %, hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan siklus 1 belum berhasil jika ditinjau dari indikator kinerja yang ditetapkan. Sementara itu, dari 12 aspek kegiatan guru yang dinilai dalam proses pembelajaran, terdapat 7 aspek atau 50 % yang memperoleh klasifikasi baik, 5 aspek atau 36 % yang memperoleh klasifikasi cukup, dan 2 aspek 14 % yang memperoleh klasifikasi kurang. Sedangkan dari 13 aspek aktivitas siswa yang dinilai dalam proses pembelajaran, terdapat 7 aspek atau 54 % yang memperoleh klasifikasi baik, 3 aspek atau 23 % yang memperoleh kualifikasi cukup, dan 3 aspek atau 23 % yang memperoleh klasifikasi kurang. Dengan demikian perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada hasil refleksi siklus 1 dan diadakan tindak lanjut ke siklus berikutnya yaitu siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu : a. Menjaga ketenangan dan suasana kelas tetap kondusif belum efektif b. Penguasaan siswa terhadap materi belum efektif c. Siswa masih kurang tertib dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran d. siswa masih kurang tepat waktu dalam menyelesaikan soal yang diberikan e. siswa belum terlalu cepat dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru f. menyimpulkan hasil belajar, disini siswa mash kuran memahami materi, jadi siswa belum bisa menyimpulkan hasil belajar tersebut.

10 Setelah dilanjutkan pada siklus II serta diadakan perbaikan-perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran sebagaiamana dimaksud pada hasil refleksi pada siklus 1, hasil yang diperoleh sisswa mengalami peningkatan dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukan oleh data hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II. Setelah diadakan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran, perubahan ini ternyata memberikan nilai positif jika dibandingkan degan hasil yang didapat pada siklus 1. Dari hasil evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus II, diperoleh data hasil belajar siswa yaitu : dari 32 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 30 orang atau 94 % dan yang memperoleh nilai dibawah 75 berjumlah 2 orang atau 6,25 %, sedangkan daya serap mencapai 98 %. Sedangkan dari 12 aspek aktivitas guru yang dinilai dalam proses pembelajaran, terdapat 4 aspek atau 28 % yang memperoleh klasifikasi sagat baik, 7 aspek atau 50 % yang memperoleh klasifikasi baik, dan 3 aspek atau 22 % yang memperoleh klasifikasi cukup. Disamping aktivitas guru yang dinilai adapun aktivitas siswa yang dinilai, yaitu dari 13 aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran, terdapat 3 aspek atau 23 % yang memperoleh klasifikasi sagat baik, 6 aspek atau 47 % yang memperoleh klasifikasi baik, dan 4 aspek atau 30 % yang memperoleh klasifikasi cukup. Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan yang diuraikan di atas, bahwa model pembelajaran numbered head togrther yang diterapkan pada mata pelajaran IPA khususnya materi tentang susunan bumi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Degan demikian hasil penelitian ini degan formulasi judul Meningkatkan hasil belajar pada materi susunan bumi melalui model kooperatif tipe numbered heads together dikelas V SDN 20 limboto kecematan limboto kabupaten gorontalo dinyatakan dapat diterima. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran numbered head togrther dalam pembelajaran IPA materi susunan bumi dikelas V SDN 20 limboto kecamatan limboto kabupaten gorontalo dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara efektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada penelitian siklus 1, diperoleh hasil dari 32 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas berjumlah 15 orang atau 47% dan yang memperoleh nilai dibawah 75 berjumlah 17 orang atau 53%, degan daya serap 78%. Degan demikian indicator kinerja belum tercapai, sehingga diadakan tindak lanjut ke siklus

11 II. Pada pelaksanaan tindakan siklus II, diperoleh hasil belajar siswa yaitu dari 32 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 ke atas berjumlah 30 orang atau 94% dan yang memperoleh nilai dibawah 75 berjumlah 2 orang atau 6,25%, sedangkan daya serap mencapai 98%. Ini berarti penelitian yang dilaksanakan dapat dinyatakan berhasil sesuai degan indicator kinerja yang ditetapkan yaitu pembelajaran dianggap tuntas apabila minimal 75% atau 19 dari 24 jumlah siswa memperoleh nilai 75 ke atas, degan daya serap yang diperoleh siswa minimal 75%. SARAN Dalam rangka meningkatkan hassil belajar siswa melalui model pembelajaran numbered head togrther dalam pembelajaran IPA materi susunan bumi dikelas V SDN 20 limboto kecamatan limboto kabupaten gorontalo, maka melalui penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut : 1. Bagi siswa Penelitian tindakan kelas ini dapat diimplementasikan agar menumbuhkan minat belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ipa 2. Bagi guru Penelitian tindakan kelas ini perlu diterapkan oleh setiap guru serta dapat menyiasati setiap kondisi pembelajaran degan melakukan inovasi model pembelajaran sesuai tingkat perkembagan dan kemampuan siswa, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi susunan bumi melalui model numbered head togrther, guru hendaknya melakukan model pembelajarannya sesuai degan langkah-langkah pembelajaran yang relevan ddegan materi pelajaran. 3. Bagi sekolah Kepala sekolah sebagai supervise diharapkan dapat mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa di semua mata pelajaran, senantiasa memantau dan mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru, agar tujuan yang telah dirumuskan bersama oleh pihak sekolah dapat terwujud degan baik. 4. Bagi peneliti Sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian berikutnya pada ssetiap permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA 12