HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang. ada di dalam penelitian ini (Azwar, 2004, h.5).

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel bebas : dukungan sosial keluarga. 2. Variabel tegantung : sikap ibu terhadap anak penyandang autisme

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya dalam bentuk data numerikal (Sumarsono, Kedua variabel tersebut seabagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR (Suatu Penelitian di SMA Negeri I Tibawa)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependen adalah minat beli konsumen.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi,

Transkripsi:

30 HUBUNGAN ANTARA KONSEP PERAN GENDER TERHADAP MINAT BELAJAR BIDANG TATA BOGA SISWA LAKI-LAKI KELAS X DI SMK SAHID SURAKARTA Astri Carissia Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta Abstract The concept of gender roles in adolescent affects in their motivation learning especially in the culinary sector. It is based on the observation in tourism schools. The most students who are continuing their education in the culinary sector are women. The population of the study is 84 male students of class X SMK Sahid Surakarta. Meanwhile, sample is not used in this study. This is because it use to minimize errors and generalization of the results from the research. Pearson product moment analysis that is used to examine the correlation of variable concepts from gender roles and culinary learning motivation shows = 0458 with p-value 0.000 <0.01. The conclusion of this study is there is a significant correlation between concept of gender roles with learning motivation of the culinary sector from male students of class X at SMK Sahid Surakarta. The contribution is 45.80% from the concept of gender roles in learning motivation of culinary. Keywords : Adolescent, Concept, Gender.

31 Abstrak Konsep peran gender pada remaja mempengaruhi minat belajar pada remaja khususnya bidang tata boga. Hal tersebut berdasarkan pengamatan penulis pada sekolahsekolah pariwisata, bahwa sebagian besar siswa yang berminat melanjutkan pendidikan di bidang tata boga adalah perempuan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 84 siswa laki-laki kelas X SMK Sahid Surakarta. Dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan sampel. Hal itu disebabkan untuk meminimalisasi kesalahan dan generalisasi hasil penelitian. Analisis product moment pearson untuk menguji hubungan variabel konsep peran gender dan minat belajar tata boga, terlihat sebesar = 0.458 dengan p-value 0.000 < 0.01. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan Antara Konsep Peran Gender Terhadap Minat Belajar Tata Boga Siswa Laki-Laki Kelas X di SMK Sahid Surakarta, dengan sumbangan sebesar 45,80% konsep peran gender terhadap minat belajar tata boga. Kata kunci : Gender, Konsep, Remaja.

32 PENDAHULUAN Secara fisik kondisi laki-laki dengan perempuan tidak sama, masing-masing siswa mempunyai karakter yang berbeda (Anggayani, 2009, hal.28) Kondisi fisik laki-laki biasanya lebih kuat jika dibandingkan dengan kondisi fisik perempuan. Keadaan tersebut mempengaruhi sifat anak laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Sifat anak laki-laki yang biasanya cenderung memberikan perlindungan, aktif meniru pujaannya, minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual dan abstrak. Sifat anak perempuan cenderung menerima perlindungan, pasif, minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat emosional, konkrit, berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain. Kondisi fisik yang berbeda itu akan menimbulkan pola pikir yang berbeda pula. Pengaruh lingkungan sosial juga sangat mempengaruhi, karena masingmasing berbeda latar belakang kehidupan keluarganya. Pada umumnya di dalam keluarga dan lingkungan sosial, orang tua membiasakan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci pakaian, memasak dan sebagainya dikerjakan oleh anak putri, sedangkan anak putra tidak dibiasakan menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kebiasaan hidup yang diterapkan oleh orang tua di rumah juga berpengaruh di masyarakat. Kemungkinan akan diterapkan oleh anak putra di sekolah. Jika dihubungkan dengan minat studi Tata Boga, kebiasaan untuk mengatur rumah tangga tersebut sangat bermanfaat untuk membantu menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajari Tata Boga. Tetapi karena kebiasaan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan memasak tersebut banyak diterapkan pada anak putri dan hanya sedikit yang diterapkan pada anak putra, ada kemungkinan akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi peserta didik laki-laki untuk mempelajari Tata Boga, sehingga minat dan motivasi peserta didik laki-laki terhadap Tata Boga kurang

33 atau justru tidak berminat sama sekali. Dengan demikian jika peserta didik laki-laki dan perempuan dalam satu lembaga pendidikan mempunyai pola pikir yang berbeda untuk mempelajari bidang Tata Boga, ada kemungkinan akan menimbulkan perbedaan minat dan motivasi terhadap bidang studi tersebut. Peserta didik yang mengikuti pelajaran atas dasar minat, motivasi, bukan karena paksaan atau ikutikutan, tentu hasilnya jauh lebih baik. Selama ini, peserta didik laki-laki menganggap mempelajari Tata Boga merupakan bagian dari pekerjaan perempuan, kurang menarik, dan tidak menyenangkan. Ada rasa malu, kurang percaya diri, jika peserta didik laki-laki diperintahkan untuk memasak, dan melakukan hal-hal lain yang berkaitan dengan kuliner. Hal tersebut tentu berpengaruh besar terhadap hasil belajar peserta didik laki-laki. Perbedaan yang mencolok biasanya pada hasil belajar praktek. Siswa laki-laki yang terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga cenderung menganggap bahwa tidak ada banyak perbedaan pada pekerjaan perempuan dan laki-laki. Siswa laki-laki SMK yang mempunyai pendapat bahwa semua pekerjaan dapat dilakukan oleh lakilaki maupun perempuan dan cenderung mempunyai minat melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan perempuan, misalnya memasak. Siswa SMK ini cenderung berminat terhadap bidang tata boga. Menurut Viannelo (2000 hal.30) salah satu bidang yang terkena imbas kerancuan jenis kelamin dan gender adalah bidang pendidikan. Ketika laki-laki harus bersekolah, maka jenis pendidikan yang dipilih tidak jauh dari perannya di rumah tangga, yaitu pekerjaan tradisional laki-laki. a. Minat Secara bahasa, minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Tim, 2004 hal.656). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya

34 terhadap kegiatan seseorang, sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. b. Belajar Gagne & Berleiner (dalam Anni & Tri, 2004 hal.2) menyatakan bahwa pengertian belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilaku karena hasil dari pengalaman. Minat belajar adalah kecenderungan hati yang tinggi untuk belajar. Mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan, melalui usaha, pengajaran, atau pengalaman. Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat timbul, apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari bermakna bagi dirinya (Anggayani, 2009 hal.14). Suryabrata (2003 hal.60) mengemukakan pendapatnya tentang unsur-unsur timbulnya minat belajar adalah sebagai berikut : a. Perhatian Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. b. Perasaan Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di dalamnya, subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek. Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar. c. Motif Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam, dan didalam subyek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

35 Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang, sehingga dia berminat terhadap sesuatu objek. Karena minat adalah alat motivasi dalam belajar. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar 1. Faktor Lingkungan : Lingkungan Alami dan Lingkungan Sosial Budaya 2. Faktor Instrumental : Kurikulum, Program, Sarana dan Fasilitas, Guru 3. Kondisi Fisiologis Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi. 4. Kondisi Psikologis Minat Kecerdasan Bakat Motivasi Kemampuan kognitif Konsep Peran Gender Minat Belajar Pada Remaja Minat Belajar Remaja Bidang Tata Boga Hurlock (2002 hal.17) merumuskan peran gender dengan pernyataan, bahwa peran jenis kelamin yang ditentukan secara budaya mencerminkan perilaku dan sikap yang umumnya disetujui sebagai maskulin atau feminin dalam suatu budaya tertentu. Faktor faktor yang Mempengaruhi Peran Gender a. Masa kanak-kanak b. Masa Remaja c. Teman Sebaya d. Masa Dewasa Konsep Peran Gender Menurut Sudarta (2003 hal. 5) gender adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang

36 diciptakan oleh manusia (maskulin dan feminin), dapat ditukar atau diubah sesuai tempat, waktu dan lingkungan sosial. Gender bukanlah suatu kodrat atau ketentuan Tuhan, oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan, bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Demikian gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksi oleh sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. Demikian perbedaan konsep peran gender dan jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa gender dapat berubah, dapat dipertukarkan, tergantung waktu, budaya setempat, bukan merupakan kodrat Tuhan, melainkan buatan manusia. Lain halnya dengan jenis kelamin (seks). Jenis kelamin (seks) tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan, berlaku sepanjang masa, berlaku dimana saja di belahan dunia manapun dan merupakan kodrat atau ciptaan Tuhan Penelitian ini dilakukan guna mengetahui apakah ada hubungan antara konsep peran gender terhadap minat belajar bidang tata boga pada siswa laki-laki kelas X SMK Sahid Surakarta. Aspek-aspek Pandangan Peran Gender Agung & Aryani (2002 hal.2) mengemukakan ada tiga jenis dalam peran gender yaitu : 1. Peran Produktif. Peran produktif adalah peran yang dilakukan seseorang yang menyangkut penghasilan seseorang baik barang maupun jasa, baik yang dikonsumsi maupun diperdagangkan. 2. Peran Reproduktif. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan seseorang yang berhubungan dengan pemeliharaan Sumber Daya Manusia. 3. Peran Sosial. Peran sosial adalah peran yang dilakukan

37 seseorang untuk berkegiatan sosial kemasyarakatan seperti gotong royong dalam menyelesaikan tugas yang menyangkut kepentingan bersama. Jenis-jenis Peran Gender Bemmelen (2002 hal.19) mengatakan bahwa ciri dari peran gender adalah sebagai berikut: 1. Maskulinitas. Maskulinitas adalah suatu stereotype atau label yang melekat di masyarakat pada pria. 2. Femininitas. Femininitas adalah suatu stereotype atau label yang melekat di masyarakat pada wanita. 3. Androgini. Androgini adalah suatu masyarakat yang tidak melabelkan gender dalam kehidupannya. METODE Variabel-varibel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel bebas yaitu Peran Gender dan Variabel Tergantung yaitu Minat Belajar Tata Boga. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas X SMK Sahid Surakarta yang berjumlah 84 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara kuota sampling, yaitu metode penarikan sampel dimana peneliti mengambil seluruh jumlah populasi yang ada. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Minat Belajar Tata Boga dan Skala Konsep Peran Gender yang merupakan skala model Likert yang telah dimodifikasi menjadi empat alternatif jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Skor aitem favorable bergerak dari 4 sampai 1, sedangkan skor aitem unfavorable bergerak dari 1 sampai 4. Teknik yang digunakan dalam mengukur validitas ini menggunakan rumus Product Moment. Dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical

38 Package for Social Science) versi 16 for Windows. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 16 for Windows. HASIL Hipotetik pada variabel konsep peran gender nilai maksimal 180, minimal 45, mean 112.5 dan Sedangkan empirik nilai maksimal sebesar 140, minimal 79, nilai mean 106,02. Hipotetik pada variabel minat belajar nilai maksimal 116, minimal 29, mean 72.5 dan. Sedangkan empirik nilai maksimal sebesar 106, minimal 49, nilai mean 80,87. p-value untuk semua residual ternyata lebih besar dari α = 5%, sehingga keseluruhan data-data penelitian dinyatakan memiliki distribusi normal atau memiliki data yang normal. Uji normalitas variabel peran gender sebesar 0,263 dan variabel minat sebesar 0,333. Kedua variabel tersebut dapat diketahui bahwa semua p-value untuk semua residual lebih besar dari α = 5%, sehingga memenuhi persyaratan dan tidak terjadi penyimpangan. PEMBAHASAN Hasil korelasi product moment untuk menguji hubungan antara variabel peran gender dan minat belajar tata boga sebesar 0,458 dengan p-value 0.000 < 0.01 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara peran gender dan minat belajar tata boga siswa lakilaki kelas X di SMK Sahid Surakarta. Selain faktor minat belajar adapula faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologis dan kondisi psikologis yang mendukung konsep peran gender ( Hidayah, 2006 hal. 28). Sumbangan variabel konsep peran gender terhadap minat belajar tata boga adalah sebesar 45,80%, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara peran gender dan minat belajar tata boga siswa laki-

39 laki kelas X di SMK Sahid Surakarta. Sedangkan sisanya sebesar 55,20% dipengaruhi oleh variabel lain, yaitu faktor lingkungan, faktor instrumental, kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Menurut Sudarta (2003 hal. 5) gender adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh manusia (maskulin dan feminin), dapat ditukar atau diubah sesuai tempat, waktu dan lingkungan sosial. Gender bukanlah suatu kodrat atau ketentuan Tuhan, oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan, bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Demikian gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksi oleh sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap subjek sejumlah 84 siswa laki-laki kelas X SMK Sahid Surakarta, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan positif antara konsep peran gender dengan minat belajar bidang tata boga. Sedangkan untuk minat belajar tata boga tingkatnya adalah kategori tinggi. Hubungan yang terjadi adalah semakin tinggi konsep peran gender siswa laki-laki, semakin tinggi pula minat belajar bidang tata boga siswa laki-laki tersebut. Demikian juga semakin rendah konsep peran gender siswa laki-laki, semakin rendah pula minat belajar bidang tata boga siswa lakilaki tersebut. DAFTAR RUJUKAN Anggayani, R.2009. Studi Komparasi Minat Dan Motivasi Antara Peserta Didik Laki-Laki Dan Perempuan Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana Kelas VIII SMP N 3 Bawang

40 Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Anima. No.11. Th. IV. Vol 50. hal 28. Tri Wulan I 2009. Fakultas Teknik Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi UNNES. Agung & Arjani. 2002. Mengenal Konsep Gender Permasalahan dan Implementasinya dalam Pendidikan. Denpasar : Pusat Studi Wanita Universitas Udayana. Anni & Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Hidayah, Y. 2006. Pengaruh Minat Belajar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Dengan System Sepuluh Jari Siswa Kelas I Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negri I, Slawi. Jurnal Anima. No.02. Th. II Vol.43. 2006. hal.28.fakultas Ekonomi UNNES Hurlock, E. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Pustaka Utama. Sudarta, W. 2003. Peranan Wanita Dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Skripsi (tidak diterbitkan). Denpasar : Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Suryabrata, S. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tim. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Viannelo, M. 2000. Gender Inequality. A comparative study of Discrimination an participation. Sage Publications Ltd, London.