Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR PADA PROSES PEMBUATAN SEMI-REFINED CARRAGEENAN (SRC)

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

Pengaruh Perendaman Larutan KOH dan NaOH Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Sargassum polycycstum C.A. Agardh

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii)

Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel. (a) (b)

II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH :

KARAKTERISTIK ATC Kappaphycus alvarezii PADA PERLAKUAN UMUR PANEN DAN SUHU EKSTRAKSI BERBEDA

EFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

Buletin Oseanografi Marina Oktober 2017 Vol 6 No 2:88 93 ISSN :

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii

J.REKAPANGAN Vol.11, No.1, Juni 2017

Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VII Nomor 1 Tahun 2004

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PENGERINGAN PADA PEMBUATAN KARAGINAN DENGAN PROSES EKSTRAKSI DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

STUDI KEL AYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOL AHAN ALKALI TREATED COT TONII (ATC) SKAL A PILOT PL ANT

OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL. Skripsi

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

PENGARUH PERBANDINGAN AIR PENGEKSTRAK DAN PENAMBAHAN CELITE TERHADAP MUTU KAPPA KARAGINAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

PENGARUH PERENDAMAN RUMPUT LAUT COKLAT SEGAR DALAM BERBAGAI LARUTAN TERHADAP MUTU NATRIUM ALGINAT.

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SRC DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. EXTRACTION AND CHARACTERIZATION OF SRC FROM SEAWEED TYPE Eucheuma cottonii

KAJIAN SIFAT FISIKA-KIMIA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS EUCHEUMA SP DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Kualitas Natrium Alginat Rumput Laut Sargassum sp.

Nasruddin, Andi Noor Asikin dan Indrati Kusumaningrum

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT. Jl. Kentingan No. 36 A Surakarta

SIFAT FISIKO-KIMIA AGAR-AGAR DARI RUMPUT LAUT Gracilaria chilensis YANG DIEKSTRAK DENGAN JUMLAH AIR BERBEDA

Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI

PENGARUH PERENDAMAN AIR KAPUR TERHADAP KADAR SULFAT DAN KEKUATAN GEL KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut

KARAKTERISTIK AGAR RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa BUDIDAYA TAMBAK DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI ALKALI PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA

Kandungan Na-Alginat dari Rumput Laut Padina sp. Menggunakan Konsentrasi Kalium Hidroksida yang Berbeda

Amry Muhrawan Kadir (G ) 1 Supratomo dan Salengke 2

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Frianto Yulius, Indrati Kusumaningrum dan Rafitah Hasanah

STUDI LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KARAGENAN (Eucheuma cottoni) ABSTRAK

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

OPTIMISASI EKSTRAKSI KAPPA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii HASIL PEMUCATAN DENGAN DUA METODE EKSTRAKSI YOVIANTY DEWI SUNARYO

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Eucheuma cottonii (

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

TINJAUAN PUSTAKA. yang tingginya cm dan tumbuh baik pada ketinggian meter di atas

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

Oleh : RAHMAT SAPUTRA G

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 2, Agustus 2017

I. PENDAHULUAN. bernilai ekonomis tinggi dan telah diusahakan adalah rumput laut merah

DAFTAR PUSTAKA. Apriyantono A, Fardiaz D, Pupitasari NL, Yasni S, Budiyanto S Analisis Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press. 275 hlm.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

Kajian Mutu Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

Pengaruh Konsentrasi KOH yang Berbeda Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Coklat Sargassum duplicatum J. G. Agardh

PEMBUATAN BIOETANOL GEL

STUDI PENAMBAHAN POLYALUMINIUM CHLORIDAE (PAC) DAL AM PROSES KOAGUL ASI LIMBAH CAIR PADA PRODUKSI ALKALI TREATED COT TONII (ATG)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN TEPUNG PUDING INSTAN KARAGINAN

KARAKTERISTIK PERMEN JELLY DENGAN PENGGUNAAN CAMPURAN SEMI REFINED CARRAGEENAN DAN ALGINAT DENGAN KONSENTRASI BERBEDA

OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Eucheuma cottonii) SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL PADA SIRUP MARKISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN TEKNOLOGI INDUSTRI TEPUNG RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) SEMI-REFINED CARRAGEENAN DI KABUPATEN BONE

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2011, hlm ISSN

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Destabilisasi Koloid Non Gula Pada Tetes Tebu

Transkripsi:

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 127-133 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty Ardiawan Pandu Romenda, Rini Pramesti, AB Susanto Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698 email:ard_pandu@yahoo.com Abstrak Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu kelas Rhodophyceae (alga merah). Bahan baku ini digunakan dalam berbagai bidang industri baik pangan maupun non pangan. Proses pembuatan SRC dilakukan menggunakan jenis alkali basa kuat KOH dan NaOH dengan konsentrasi 4%, 6% dan 8%. Analisa yang diukur adalah kekuatan gel dan viskositas dari tiap jenis dan konsentrasi. Nilai perlakuan alkali KOH 4, 6 dan 8% terhadap kekuatan gel adalah 192,00 ± 1,12 g/m²; 630,71 ± 10,32 g/m²; 385,85 ± 3,70 g/m²; NaOH 4, 6 dan 8% terhadap kekuatan gel adalah 184,63 ± 4,48 g/m²; 321,26 ± 46,12 ; 452,24 ± 125,45 g/m². Nilai perlakuan alkali KOH 4, 6 dan 8% terhadap viskositas adalah 22,24 ± 0,20 cps; 24,61 ± 0,3 cps; 20,00 ± 0,15 cps; NaOH 4, 6 dan 8% terhadap viskositas adalah 22,58 ± 0,26 cps; 25,07 ± 0,17 cps; 25,07 ± 0,17 cps. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kekuatan gel tertinggi pada KOH 6% dan viskositas tertinggi pada NaOH 6%. Kata Kunci: Karaginan, Jenis dan Konsentrasi Alkali, Kekuatan Gel dan Viskositas Abstract Carrageenan is a seaweed sap extracted by water or alkali solution from certain species Rhodophyceae class (red algae). The raw materials are used in various food and non-food industrial. The process of making SRC performed by using alkali type strong base KOH and NaOH with 4%, 6% and 8% concentration. Analysis is measured gel strength and viscosity of each type and concentration. KOH alkali treatment values are 4, 6 and 8% of the gel strength is 192.00 ± 1.12 g/m²; 630.71 ± 10.32 g/m²; 385.85 ± 3.70 g/m². NaOH 4, 6 and 8% of the gel strength is 184,63 ± 4,48 g/m²; 321,26 ± 46,12 g/m²; 452,24 ± 125,45 g/m². KOH alkali treatment values are 4, 6 and 8% of the viscosity was 22.24 ± 0.20 cps; 24.61 ± 0.3 cps; 20.00 ± 0.15 cps; NaOH 4, 6 and 8% of the viscosity is cps 22.58 ± 0.26; 25.07 ± 0.17 cps; 25.07 ± 0.17 cps. Based on the results of the study the highest gel strength is at 6% KOH and highest viscosity at 6% NaOH. Key words: Carrageenan, Type and concentration alkali, Gel Strength and Viscosity Pendahuluan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki sumberdaya hayati yang besar dan beragam. Sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru (Dahuri, 2002). Rumput laut dengan nama ilmiah adalah algae. Dalam dunia perdagangan disebut dengan agar-agar. Pemanfaatan rumput laut pertama kali sebagai obat tradisional, kemudian dalam industri kimia digunakan sebagai bahan yodium. Pemanfaatannya berkembang di berbagai bidang industri makanan, farmasi, kosmetik, fotografi, tekstil perkayuan dan pestisida. Nilai ekonomis terdiri dari kandungan bahan koloid pada setiap jenis. Yaitu: agar-agar, karaginan dan algin (Chapman and Chapman, 1980). Rumput laut jenis algae merah paling banyak

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 128 diminati di dunia ini terbukti dari permintaan pasar dunia yang rerata mencapai 18.000 20.000 ton/tahun, sebanyak 4000 ton berasal dari jenis Eucheuma sp. yang tumbuh di wilayah perairan Indonesia (Winarno, 1996). Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium, dan kalium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6-anhydro-galaktosa (Winarno, 1996). Menurut Hellebust dan Cragie (1987), karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks intrasellulernya dan karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut. Produk karaginan yang digunakan kurang lebih 80% untuk industri dan pangan, beberapa produk yang menggunakan karaginan adalah jelli, saus, sirup, dodol, nugget dan produk susu sedangkan sisanya 20% dimanfaatkan dalam industri non pangan, farmasi dan kosmetik. Dalam industri pangan karaginan berfungsi sebagai pensuspensi, stabilizer, pembentuk gel, pencegah sineresis, emulsifier, thickener dan bodying agent (Anggadiredja et al., 2006). Kebutuhan karaginan di dunia industri tiap tahunnya meningkat sekitar 5-7% dan produksi karaginan di Indonesia masih belum memenuhi kebutuhan industri di dunia ini terkendala oleh produksi yang sebagian besar masih berskala rumah tangga sehingga kualitas karaginan menjadi rendah selain itu biaya produksi juga tinggi oleh karena itu karaginan di Indonesia sebagian besar masih impor. Kekuatan gel dan viskositas merupakan salah satu kualitas karaginan yang banyak dibutuhkan dalam dunia industri. Dalam proses pembuatan karaginan masih banyak yang menggunakan jenis larutan alkali panas yang berbeda seperti KOH dan NaOH tetapi masih belum ditemukan mana yang lebih efektif sebagai pelarutnya selain itu konsentrasi yang dipakai juga masih belum ditemukan berapa persen yang harus dipakai untuk meningkatkan kekuatan gel dan viskositas karaginan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis larutan alkali dan konsentrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan gel dan viskositas yang maksimal. Materi dan Metode Metode penelitian yang dipakai adalah metode metode eksperimental laboratoris, menurut Nazir (1988) metode ini adalah observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Penelitian ini menggunakan prosedur pembuatan SRC (semi refined carrageenan) menurut Basmal et al. (2002) yang telah dimodifikasi. Rumput laut dicuci dengan air bersih sampai semua kotorannya hilang lalu dipotong dengan ukuran 1-2 cm dan dipanaskan dalam larutan alkali yang sudah ditetapkan yaitu, KOH 4%, 6%, 8% dan NaOH 4%, 6%, 8% pada suhu 60-70 C selama 1 jam. Setelah dipanaskan kemudian disaring dan dicuci dengan air sampai ph 9, kemudian direndam dengan kaporit. Setelah itu direndam kembali dengan air tawar selama 30 menit dan dikeringkan dibawah sinar matahari, lalu dihaluskan. Tepung yang diperoleh diayak dengan ayakan yang berukuran 80 mesh kemudian dianalisa untuk menguji kekuatan gel dan viskositas karaginannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian untuk analisa kekuatan gel menunjukan pada KOH hasil tertinggi terjadi dengan menggunakan konsentrasi 6% sebesar 630,71 ± 10,32 g/m² dan terendah pada konsentrasi 4% dengan 192,00 ± 1,12 g/m². Sedangkan pada larutan NaOH kekuatan gel tertinggi pada konsentrasi 8% sebesar 452,24 ± 125,45 g/m² dan terendah pada konsentrasi 4% sebesar 184,63 ± 4,48 g/m² (Gambar 1). Hasil penelitian untuk analisa viskositas menunjukan pada KOH hasil tertinggi terjadi dengan menggunakan konsentras 6% sebesar 24,61 ± 0,33 cps

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 129 dan terendah pada konsentrasi 8% sebesar 20,00 ± 0,15 cps. Sedangkan pada NaOH viskositas tertinggi terjadi dengan menggunakan konsentrasi 8% sebesar 25,07 ± 0,17 cps dan terendah pada konsentrasi 4% sebesar 22,58 ± 0,26 cps (Gambar 2). diperoleh oleh konsentrasi 6% dengan 13,72 ± 0,06% dan terendah pada konsentrasi 4% dengan 12,86 ± 0,50% (Gambar 4). Kadar Sulfat Hasil penelitian menunjukan pada NaOH kandungan sulfat tertinggi diperoleh oleh konsentrasi 6% dengan 7,85 ± 0,04% dan terendah pada konsentrasi 4% dengan 3,84 ± 0,25%. Sedangkan pada KOH 4% menjadi yang tertinggi dengan 7,00 ± 0,51% dan terendah pada konsentrasi 6% dengan 3,06 ± 0,02% (Gambar 5). Gambar 1. Kekuatan Gel pada KOH dan Gambar 3. Kadar Air pada KOH dan Gambar 2. Viskositas pada KOH dan Faktor yang mempengaruhi: Kadar Air Hasil penelitian menunjukan pada NaOH kadar air tertinggi diperoleh oleh konsentrasi 8% sebesar 25,45 ± 0,75% dan terendah pada konsentrasi 6% sebesar 21,49 ± 1,36%. Sedangkan pada KOH nilai tertinggi terjadi pada konsentrasi 4% dengan 25,75 ± 0,73% dan terendah 8% dengan 22,12 ± 0,20% (Gambar 3). Kadar Abu Hasil penelitian menunjukan pada NaOH kadar abu tertinggi diperoleh oleh konsentrasi 6% dengan 14,00 ± 0,04% dan terendah konsentrasi 4% dengan 13,00 ± 0,06%. Sedangkan pada KOH nilai tertinggi Gambar 4. Kadar Abu pada KOH dan

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 130 Gambar 5. Kadar Sulfat pada KOH dan Pembahasan Kekuatan gel terendah yang dihasilkan NaOH terdapat pada konsentrasi 4% dengan 184,63 ± 4,48 g/m² dan yang tertinggi pada konsentrasi 8% dengan 452,24 ± 125,45 g/m², hal ini diduga semakin pekatnya konsentrasi alkali, akan menyebabkan peningkatan ph sehingga kemampuan NaOH semakin besar dalam mengekstraksi polisakarida menjadi sempurna sehingga meningkatkan kekuatan gel, Rey dan Labuza (1981) menyatakan bahwa peningkatan kekuatan gel pada karaginan disebabkan oleh adanya daya tarik ionic antara elektro negatif ester sulfat dengan kation tertentu, Towle (1973) menambahkan, mekanisme kerja larutan NaOH dapat mempermudah keluarnya gugus 6-sulfat dari polimernya menjadi 3,6-anhidro-galaktosa yang dapat meningkatkan kekuatan gel karaginan. Dari histogram (Gambar 5), kadar sulfat dimana yang tertinggi terjadi pada konsentrasi 4% lebih tinggi dari pada dua konsentrasi yang lain, ini yang menyebabkan kekuatan gel pada konsentrasi 4% paling rendah, begitu pula yang terjadi pada konsentrasi 6% pada konsentrasi ini kadar sulfat yg dihasilkan lebih rendah dari pada dua konsentrasi yang lain sehingga kekuatan gel yang dihasilkan menjadi yang tertinggi, ini diperkuat dengan pernyataan Basmal et al. (2002) kandungan sulfat dalam kappa karaginan sangat berperan dalam pembentukan 3,6 anhidro-galaktosa, sulfat yang rendah akan meningkatkan kandungan 3,6 anhidro-galaktosa dan sebagai akibatnya kekuatan gel kappa karaginan akan meningkat. Towle (1973) menambahkan, karaginan membutuhkan kation tertentu seperti K+, Rb+, Cs+ dan NH+ dalam menambah pembentukan gel. Hasil yang diperoleh masih sedikit lebih rendah dari penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2004), yaitu sebesar 482.300 g/m² dengan konsentrasi 1%. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa larutan alkali dan konsentrasi pada NaOH berpengaruh nyata terhadap kekuatan gel karaginan (P<0,01). Kekuatan gel pada KOH 4% paling rendah dengan 192,00 ± 1,12 g/m², lalu meningkat pada konsentrasi 6% dengan rerata 630,71 ± 10,32 g/m². Analisis statistik menunjukan bahwa pada larutan KOH berpengaruh nyata terhadap kekuatan gel karaginan (P<0,01), tetapi terjadi fenomena dimana kekuatan gel tertinggi terjadi pada larutan KOH dengan konsentrasi 6% bukan 8% yang turun kekuatan gelnya. Menurunnya kekuatan gel pada konsentrasi KOH 8% ini diduga oleh miningkatnya kadar sulfat dalam karaginan. Kekuatan gel akan meningkat seiring dengan menurunnya kadar sulfat pada karaginan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Basmal et al. (2002) kandungan sulfat dalam kappa karaginan sangat berperan dalam pembentukan 3,6 anhidro-galaktosa, sulfat yang rendah akan meningkatkan kandungan 3,6 anhidrogalaktosa dan sebagai akibatnya kekuatan gel kappa karaginan akan meningkat. Kekuatan gel dalam penelitian ini lebih besar dari pada penelitian yang dilakukan Lestari (2004), yaitu sebesar 539.000 g/m² dengan konsentrasi KOH 1%. Viskositas merupakan faktor mutu yang penting untuk zat cair dan semi cair (kental) atau produk murni, hal ini merupakan ukuran dan kontrol untuk mengetahui mutu dari produk akhir (Lestari, 2004). Hasil analisis viskositas tertinggi yang dihasilkan NaOH terdapat pada konsentrasi 8% dengan 25,07 ± 0,17 cps dan yang terendah pada 4% dengan 22,48 ± 0,26 cps. Semakin tinggi konsentrasinya semakin tinggi pula viskositas yang didapat. Viskositas pada larutan KOH tertinggi pada konsentrasi 6% sebesar 24,60 ± 0,32 cps dan terendah

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 131 pada konsentrasi 8% sebesar 20 ± 0,15 cps. Penurunan ini diduga garam yang terlarut dalam karaginan ini akan menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer, jadi garam-garam ini sebagai pengotor karaginan yang diperoleh masih belum murni karena masih terdapat garam-garam mineral. Menurut Towle (1973) penurunan muatan bersih karaginan menyebabkan penurunan gaya tolakan antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat hidrofilik polimer semakin melemah dan kekentalan semakin menurun kadar sulfat yang terdapat dalam karaginan. Kekentalan larutan karaginan disebabkan oleh sifat karaginan sebagai polielektrolit. Gaya tolakan antar muatan-muatan negatif sepanjang rantai polimer yaitu gugus sulfat, mengakibatkan rantai molekul menegang, karena sifat hidrofoliknya polimer tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air yang termobilisasi sehingga menyebabkan larutan karaginan bersifat kental (Guiseley et al., 1980). Ditambahkan oleh Towel (1973) kekentalan larutan dipengaruhi oleh temperatur, jenis karaginan, berat molekul dan logam berat yang terkandung dalam karaginan tersebut. Hasil analisis statistik terdapat pengaruh dari viskositas dengan larutan dan konsentrasi alkali (P<0,01). Hasil penelitian ini telah memenuhi standar yang ditetapkan FAO yaitu minimal 5 cps dan nilai ini masih dibawah dari penelitian Nuswantari (1997) yaitu 62,7 cps. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukkan hubungan korelasi antara kadar air, kadar abu dan kadar sulfat dengan viskositas, dimana kadar abu berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya viskositas yang didapat diantara analisis yang lain. Pengujian karaginan dengan menganalisis kadar air bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang masih tertinggal karena ini berkaitan dengan mutu dari karaginan tersebut. Hasil penelitian menunjukan kadar air tertinggi yang diperoleh oleh larutan NaOH terjadi pada konsentrasi 8% dengan nilai 25,45 ± 0,75% dan yang terendah pada 6% dengan 21,49 ± 1,36%,pada larutan KOH kadar air tertinggi terjadi pada konsentrasi 4% dengan 25,75 ± 0,73% dan yang terendah pada konsentrasi 8% dengan 22,12 ± 0,20%. Hasil analisis statistik menunjukkan kadar air yang diperoleh tidak berpengaruh nyata dengan larutan alkali dan konsentrasi alkali (P>0,01). Kadar air terendah terjadi pada larutan alkali NaOH dengan konsentrasi 6% dan tertinggi pada larutan alkali KOH dengan konsentrasi 4% hal ini diduga kandungan sulfat pada larutan alkali KOH 4% hal ini lebih rendah sehingga tidak banyak mengikat air pada saat ekstraksi dari pada larutan alkali yang lain, ini berkaitan dengan kekuatan gel yang akan diperoleh. Kadar air yang diperoleh dalam penelitian ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan syarat yang dikeluarkan oleh FAO yaitu sebesar 12%. Dalam penelitian ini proses penjemuran karaginan yang dilakukan selama 1 sampai 2 hari dengan panas terik yang cukup. Sepertinya penjemuran yang dilakukan belum cukup mengeringkan karaginan sehingga kadar air yang diperoleh cukup tinggi. Faktor yang mempengaruhi kandungan kadar air pada karaginan antara lain sistem pengeringan, sifat bawaan produk seperti adanya ion yang bersifat higroskopis dan adanya faktor perlakuan dalam proses ATC (Basmal et al., 2009). Kadar abu pada larutan NaOH terendah dengan konsentrasi 4%; 13,00% ± 0,06 dan tertinggi pada konsentrasi 6%; 14,00% ± 0,04 sedangkan pada larutan alkali KOH nilai tertinggi dengan konsentrasi 6%; 13,72% ± 0,06 dan terendah pada konsentrasi 4%; 12,86% ± 0,50. Hasil analisis statistik menunjukan kadar abu yang diperoleh dari penelitian ini berpengaruh nyata terhadap larutan dan konsentrasi alkali (P<0,01). Larutan alkali NaOH dengan konsentrasi 6% lebih tinggi dari pada konsentrasi yang lain dan larutan alkali KOH dengan konsentrasi 4% lebih rendah dari pada yang lain. Tinggi rendahnya kadar abu dipengaruhi adanya garam mineral lain yang menempel pada rumput laut seperti natrium dan kalsium (Winarno, 1990). Kandungan abu menunjukkan besarnya kandungan mineral

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 132 pada rumput laut yang tidak terbakar pada saat pengabuan (Bidwel, 1974). Hasil ini berpengaruh pada kekuatan gel pada karaginan. Semakin besar kadar abu yang dihasilkan semakin besar pula kadar sulfat yang didapat, hal ini dikarenakan pada saat proses pengabuan beberapa sulfat akan menguap menjadi SO dan lainnya akan menjadi mineral atau oksida yang tidak menguap selama pengabuan (Anonymous, 1978). Kadar abu yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 12,86 14,00% hasil ini masih jauh dibawah standar maksimum yang diisyaratkan oleh FAO adalah sebesar 14 40% Rumput laut penghasil agar maupun penghasil karaginan mengandung gugus sulfat dan merupakan salah satu faktor penentu kualitas produk rumput laut (Basmal et al., 2002). Kappa karaginan dari alga laut terbentuk dari μ-karaginan dengan cara menghilangkan sulfat pada atom C-6 dalam galaktosa 6-sulfat dengan ikatan atom C 1,4 dan membentuk 3,6- anhidro-galaktosa (Glicksman, 1983). Sulfat yang terdapat dalam μ-karaginan dapat dihilangkan dengan menggunakan borohidrida dalam kondisi alkali (Moriano, 1977). Hasil penelitian menunjukan kandungan sulfat pada larutan NaOH tertinggi dengan konsentrasi 6%; 7,85% ± 0,04 dan terendah 4% dengan 3,84% ± 0,25 sedangkan pada larutan KOH nilai tertinggi pada konsentrasi 4% dengan 7,00% ± 0,51 dan terendah pada 6% dengan 3,06% ± 0,02. Dilihat dari analisis statistik kadar abu yang diperoleh berpengaruh nyata terhadap larutan dan konsentrasi alkali (P<0,01). Larutan alkali NaOH 6% menjadi yang tertinggi dari pada larutan alkali dan konsentrasi yang lain, sedangkan kadar sulfat yang terendah terdapat pada larutan alkali KOH 6%. Hasil ini masih jauh dibawah dari penelitian Suryaningrum et al. (2003) yaitu 13,65%- 14,19%. Ini juga masih dibawah standar yang ditetapkan oleh FAO yaitu berkisar 15% sampai 40%.Tinggi rendahnya kadar sulfat dipengaruhi oleh kadar abu dalam karaginan, semakin tinggi kadar abu semakin tinggi pula kadar sulfatnya, begitupula sebaliknya (Guiseley et al., 1980). Ini akan mempengaruhi kekuatan gel dan viskositas karaginan. Kandungan sulfat dipengaruhi oleh tipe karaginan, konsentrasi, kadar air, jenis dan umur panen (Pamungkas 1987 dalam Suryaningrum 1988). Kesimpulan Jenis dan konsentrasi alkali memberikan pengaruh terhadap kekuatan gel dan viskositas karaginan. Larutan KOH 6% memberikan pengaruh tertinggi pada kekuatan gel sebesar 630,71 ± 10,32 g/m² jika dibandingkan dengan jenis dan konsentras lain, sedangkan untuk viskositas yang memberikan pengaruh tertinggi terjadi pada NaOH 8% dengan 25,07 ± 0,17 cps. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing utama saya yaitu Bapak Dr. AB Susanto, M.Sc serta Ibu Dra. Rini Pramesti, M.Si selaku dosen pembimbing anggota yang selalu memberikan saran dan masukan dalam pembuatan jurnal ilmiah ini. Terima kasih kepada kemendikbud yang telah memberikan beasiswa unggulan melalui program P3SWOT. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu untuk pembuatan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Anggadireja, J., T.A. Zatnika dan S. Prayugo. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta, 148 hlm. Anonymous. 1978. Reactivity With Potasic Chloride. MA-03.E01. Ceamsa, Pontevedra. Basmal, J., N. Aji, B. Gunawan dan B. Purdiwoto. 2002. Sifat Sifat Fisika Kimia Rumput Laut Penghasil Agar, Alginat, dan Karaginan. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 76 hlm.

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 133 Basmal, J., B.S. Bandol Utomo dan B.B. Sedayu. 2009. Mutu Semi Refineed Carrageenan (SRC) yang Diproses Menggunakan Air Limbah Pengolahan SRC yang Didaur Ulang. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 4 No. 1, Jakarta, hlm 7. Bidwel, R.G.S.L. 1974. Plant Physiology. Mac Millan Publishing, Co., Inc., London, 643 p. Chapman, V.J. and D.J. Chapman. 1980. Seaweeds and Their Uses. 3th ed., Chapman and Hall, 333 p. Dahuri, R. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 233 hlm. Glicksman, M. 1983. Red Seaweed Extracts (Agar, Carageenans, Fulcelleran) in Food Hydrocolloid Baton Raton, Florida, CRC Pres.pp : 73-113. E.cottonii. Guiseley, K.B., Stanley, N.F., and Whitehouse, P.A. 1980. Carrageenan. In: Davis, R.L. (editor). Handbook of Water Soluble Gums and Resins. London, Mc Graw Hill Book Company, New York, Toronto, pp. 125-142. Hellebust, J.A., and Cragie, J.S. 1987. Handbook of Phycological Methods. Cambridge University Press, London, pp. 54-66. Lestari, H. 2004. Pengaruh Penambahan Alkali dan Natrium Disulfit Terhadap Mutu Karagenan dari Eucheuma cottonii. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Moirano, A.L. 1977. Sulphated Seaweed Polysaccharides In Food Colloids. Graham M.D. (editor). The AVI Publishing Company Inc. Westpoint Connecticut, pp. 347-381. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta, 622 hlm. Nuswantari, W.S. 1997. Pengaruh Letak dan Ukuran Rakit Terhadap Laju Pertumbuhan Kualitas Budidaya E.alvarezii Doty. Fakultas Biologi. Universitas Nasional. Jakarta. 90 halaman. Pamungkas, K.T. 1987. Mempelajari Hubungan Antara Umur Panen dengan Kandungan Karagenan dan Senyawa-senyawa Lainnya pada Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Bogor: Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB. 66 hlm. Rey, D.K. dan Labuza, T.P. 1981. Characterization of the Effect of Solution on the Water-binding and Gel strength Properties of Carrageenan. J. Food Sci. 46: p. 786 789. Suryaningrum, Th.D. 1988. Kajian Sifat Sifat Mutu Komoditi Rumput Laut Budidaya Jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. [Tesis]. Program Pascasarjana, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor, 55 hlm. Suryaningrum, Th.D., Murdinah dan Erlina, M.D. 2003. Pengaruh Perlakuan Alkali dan Volume Larutan Pengekstrak Terhadap Mutu Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5) 65-76. Towle, G.A. 1973. Carrageenan. In: Whistler RL (editor). Industrial Gums. 2nd ed., Academik Press New York, 83 114 p. Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta, 150 hlm.