Boks : Pembia KEBIJAKAN RESI GUDANG

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB II Landasan Teori

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI BANK SYARIAH

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Materi 7 Produk Pembiayaan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimaksud dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

PRODUK PENANAMAN / PENYALURAN DANA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Herdiansyah pada tahun 2008, yang berjudul

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN

No. 9/14/DPbS Jakarta, 21 Juni 2007 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

dan persyaratan kepada mudharib atas pembiayaan yang diberikan.pembiayaan mudharabah

BAB II DASAR TEORI. Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB II TELAAH PUSTAKA

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

OPERASIONAL BANK SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang no 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

BAB III TELAAH PUSTAKA. berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya.

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

Transkripsi:

Boks : Pembia embiayaan aan UMKM Sektor Pertanian KEBIJAKAN Secara umum kebijakan Pemerintah maupun Bank Indonesia yang terkait dengan pengembangan UMKM cukup banyak, namun belum terkomunikasikan secara baik sehingga implementasi dari kebijakan tersebut kurang optimal. Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan UMKM diantaranya adalah: (1) Berperan dalam penyediaan pendanaan secara tak langsung melalui penerbitan SUP No. 005 dan penyaluran kembali kredit eks KLBI (relending) kepada BUMN Koordinator (PT PNM, BTN dan BRI) (2) Penerbitan dan penyempurnaan pengaturan kepada perbankan dalam rangka mendukung penyaluran kredit kepada UMKM (3) PBI No. 3/2/PBI/2001 perihal Pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK). BI menganjurkan bank untuk menyalurkan kredit Usaha Kecil. (4) PBI No. 7/39/PBI/2005 perihal Pemberian Bantuan Teknis dalam pengembangan UMKM. (5) PBI No. 6/25/PBI/2004 dan SE-BI No. 6/44/DPNP perihal Rencana Bisnis Bank Umum (6) PBI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimal Pemberian Kredit Bank Umum (7) PBI No. 7/45/PBI/2005 mengenai Perlakuan Khusus terhadap Bank Umum Pasca Bencana Nasional (8) PBI No. 7/8/PBI/2005 mengenai Sistem Informasi Debitur. (9) PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Penghitungan ATMR (10) PBI No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Perubahan Kedua PBI No. 8/2/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Produktif Terkait dengan ketentuan yang terakhir, bahwa ketentuan ini merupakan ketentuan relaksasi yang memberi kelonggaran penilaian kualitas linkage program dengan BPR. Dalam ketentuan sebelumnya penilaian kualitas linkage program dengan BPR tidak diatur secara khusus. Persisnya kriteria lama tunggakan pokok/bunga untuk kategori kurang lancar dan macet diubah dari 5 hari menjadi 30 hari. Menetapkan bahwa kredit usaha kecil dan menengah dapat ditetapkan kualitasnya hanya berdasarkan ketepatan pembayaran pokok/bunga dengan batasan plafond kredit yang dikaitkan dengan penilaian atas Risk Control System kredit dan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan masingmasing bank. Dalam ketentuan sebelumnya kredit usaha menengah belum dapat ditetapkan kualitasnya hanya berdasarkan ketepatan pembayaran pokok/bunga. Adanya penambahan item agunan yang dapat digunakan sebagai pengurang pembentukan PPAP: dari semula 4 item menjadi 6 item dengan tambahan Resi Gudang dan mesin. Selanjutnya SE 8/3/DPNP yang memberikan bobot ATMR terhadap kredit KUK sebesar 85%, KPR 40% dan pegawai/pensiunan 50% apabila syarat yang ditetapkan dipenuhi. Sebelumnya kredit tersebut dibobot 100%, kecuali apabila dijamin pemerintah/bumn maka dibobot 0%. RESI GUDANG Ada satu item dalam ketentuan di atas yang memberi angin segar bagi sektor pertanian. Dengan diperhitungkannya Resi Gudang sebagai pengurang pembentukan PPAP hingga sebesar 70%, diharapkan akan mendorong industri perbankan 51

untuk membiayai sektor Pertanian, karena bank bisa memanfaatkan Resi Gudang sebagai menjadi agunan kredit. Dasar hukum keberadaan Resi Gudang juga sangat kuat, diantaranya UU No.9 Tahun 2006 : Sistem Resi Gudang dan PP No.36 tgl 22 Juni 2007 terkait dengan barang-barang yang dapat disimpan di gudang. Sehingga, sangat optimis implementasi PBI No.9/6/2007 dapat terlaksana, tinggal menunggu kesiapan SDM perbankan dalam memahami karakteristik usaha pertanian. Secara ringkas, Resi Gudang merupakan tanda bukti yang dikeluarkan perusahaan pergudangan. Resi Gudang ini bisa dijadikan agunan untuk memperoleh kredit dengan jangka waktu palin lama 1 tahun (tergantung komoditinya). Cara memperolehnya : Setelah panen, petani bisa menyerahkan hasil panennya ke perusahaan pergudangan yang berhak mengeluarkan Resi Gudang. Petani nanti memperoleh Resi Gudang sebagai tanda bukti. Resi Gudang ini mencantumkan kuantitas dan kualitas barang yang disimpan. Ini bisa diajukan ke bank sebagai agunan. Bank bisa memberikan kredit atau pembiayaan sampai 70% dari nilai agunan, tergantung jenis dan kualitas barangnya. Pola pembiayaan yang mirip dengan mekanisme pembiayaan dengan agunan Resi Gudang tersebut sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh beberapa bank nasional. PEMBIAYAAN BANK SYARIAH UNTUK PRODUK SEKTOR PERTANIAN Selain itu, masih banyak pola pembiayaan perbankan untuk produk-produk sektor pertanian, diantaranya adalah pembiayaan melalui perbankan syariah. (1) Bai Salam (Up front financing) Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera sebelum muslam fiih diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Piutang salam harus diselesaikan dalam bentuk penyerahan barang bukan penerimaan dalam bentuk uang tunai. Hutang salam adalah modal usaha salam yang diterima oleh bank sebagai penjual dari pembeli. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. NASABAH /PENJUAL Pemesanan barang nasabah dan bayar tunai Kirim pesanan Kirim dokumen Bayar PEMBELI Negosiasi pesanan dengan kriteria BANK Barang yang diterima harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang diterima bank salah atau cacat maka penjual (supplier) harus bertanggung jawab atas kelalaiannya. Apabila nilai pasarnya lebih rendah daripada nilai akad maka bank mengakui sebagai kerugian salam. Apabila nilai pasarnya lebih tinggi daripada nilai akad maka bank tidak mengakui sebagai keuntungan salam. Bank sebagai pembeli dapat meminta jaminan untuk menghindari risiko yang merugikan. Barang pesanan yang disepakati antara penjual dan pembeli harus diketahui karakterisktiknya secara umum jenis, macam, kualitas dan kuantitasnya. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai karakteristiknya maka penjual harus bertanggung jawab. 52

Hutang salam merupakan kewajiban bank yang harus diselesaikan dalam bentuk penyerahan barang bukan pembayaran dalam bentuk uang tunai. Spesifikasi dan harga barang harus disepakati di awal akad dan harga barang tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyedia-kan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat: akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir dan akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. (2) Muzaraah Pembiayaan ini melibatkan tiga pihak yakni Bank, Pemilik Lahan dan Petani. Pembiayaan ini, dana berasal dari Bank, sedangkan benih dan lahan dari pemilik, serta benih dan ketrampilan dari petani. (3) Musaqah Sama halnya dengan pembiayaan Muzaraah, Pembiayaan ini juga melibatkan tiga pihak yakni Bank, Pemilik Lahan dan Petani. Dimana dana berasal dari Bank, sedangkan benih dan lahan dari pemilik, serta ketrampilan dari petani. Namun sejauh ini pembiayaan Muzaraah dan Musaqah belum ada yang mengajukan, sehingga aturan dari Bank Indonesia belum dikeluarkan. Seandainya ada petani yang menginginkan pembiayaan seperti ini untuk sementara bisa dibiayai melalui mekanisme pembiayaan Mudharabah atau Musyarakah. (4) Mudharabah Mutlaqah (Bagi hasil) Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Pembiayaan mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau non-kas yang dilakukan secara bertahap atau sekaligus. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhiri-nya akad mudharabah. Perjanjian/ Akad bagi hasil (Ketrampi Bank lan/keahli (Modal an) 100%) Proyek/Usaha x% Pembagian y% MODAL Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah. Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha pengelola dana (mudharib),bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) akan menanggung semua kerugian sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan pengelola dana (mudharib). Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad, tidak terdapat kondisi force majeur dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad atau hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan. 53

Pada prinsipnya pembiayaan mudharabah tidak mensyaratkan jaminan, kecuali dalam hal pengelola dana tidak memenuhi syarat yang ditetapkan. Pencairan jaminan dapat dilakukan apabila pengelola terbukti melakukan pelanggaran kesepakatan. Persyaratan Mudharabah: modal berupa uang tunai atau barang yang dapat dinilai dengan uang. Jumlah modal harus jelas, nyata dan bisa dilihat, harus diserahkan kepada pelaksana dan keuntungan harus jelas pembagian keuntungannya dan sebaiknya berbentuk nisbah. (5) Mudharabah Muqayyadah (Bagi hasil) Pembiayaan mudharabah (muqayyadah) adalah akad kerjasama usaha antara nasabah pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah pengelola dana (mudharib) dimana pihak bank bertindak sebagai perantara pembiayaan. Pemilik dana menetapkan pelaksanaan kegiatan dengan syarat-sayarat tertentu berupa jenis usaha, tempat, waktu maupun tatacara pelaksanaannya. pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Bank Perantara Perjanjian/ (Shahibul Akad bagi Maal) hasil (Mudharib) Proyek/Usaha x% Pembagian y% Syarat-syarat lainnya mengacu kepada Pembiayaan mudharabah. Bank dalam kegiatan ini bertindak sebatas perantara/ penghubung antar pemilik dana dan pengelola. Oleh sebab itu memiliki tanggung jawab yang terbatas. Apabila bank sebagai chanelling agent maka dibukukan dalam laporan perubahan dana investasi terikat. Apabila sebagai executing agent maka dibukukan sebesar porsi risiko yang ditangung bank. Sebagai agen/perantara pembiayaan bank dapat meminta fee sebagai imbalan. (6) Musyarakah (Perkongsian) Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. NASABAH BANK parsial: asset parsial: asset value value Proyek/ Usaha Bagi hasil keuntungan sesuai kesepakatan nisbah)/ kerugian sesuai porsi kontribusi modal Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun musyarakah menurun. Musyarakah permanen adalah musyarakah yang jumlah modalnya tetap sampai akhir masa musyarakah. Sedangkan di dalam musyarakah menurun, jumlah modalnya secara berangsur menurun karena dibeli oleh mitra musyarakah. atau pendapatan musyarakah dibagi di antara mitra musyarakah berdasarkan kesepakatan awal sedangkan kerugian musyarakah dibagi diantara mitra musyarakah secara proporsional berdasarkan modal yang disetorkan. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten yang sesuai dengan syariah. 54

Dalam pembiayaan musyarakah setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang di sengaja. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh tidak dipenuhinya persyaratan sesuai akad; tidak terdapat kondisi force majeur dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan 55