KREDIT MACET DAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF. Sudiman Sidabukke 1. Perjanjian kredit oleh dan di antara pemberi dan penerima kredit menimbulkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB IV ANALISIS KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI, ISBAT NIKAH DAN PENETAPAN ANAK

FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN Burgerlijk Wetboek (atau yang selanjutnya dapat disingkat dengan BW)

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, mereka harus

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus. AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB V PENUTUP. pembatalan perjanjian distribusi makanan melalui pengadilan, sebagaimana

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

REKONVENSI YANG DIAJUKAN SECARA LISAN DALAM PERSIDANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT. hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

PARATE EXECUTIE PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN ASET KREDITOR DAN DEBITOR

PENERAPAN ALASAN PEMAAF DAN PEMBENAR TIDAK DAPAT DILAKSANAKANNYA SUATU PRESTASI OLEH DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB 3 PARATE EKSEKUSI DALAM KAITANNYA DENGAN JANJI EKSEKUTORIAL DALAM HAK TANGGUNGAN, PERMASALAHAN YANG ADA SERTA PEMBAHASANNYA

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul. FH UPN JATIM 22 Maret 2013

BAB IV PENUTUP. 1. Gugatan Warga Negara (Citizen Lawsuit/Actio Popularis) adalah suatu gugatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

ASPEK HUKUM WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT YANG DIALIHKAN KEPADA PIHAK KETIGA SECARA PERJANJIAN DI BAWAH TANGAN. Kasiani 1

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

Transkripsi:

KREDIT MACET DAN NOVASI SUBJEKTIF PASIF Sudiman Sidabukke 1 Abstrak : Perjanjian kredit oleh dan di antara pemberi dan penerima kredit menimbulkan hubungan hukum antara dua pihak pembuatnya yang dinamakan perikatan. Novasi dimungkinkan terjadi manakala penerima kredit (debitor) tidak lagi dapat memenuhi kewajiban melakukan pembayaran angsuran kepada kreditor (kredit macet). Terjadinya novasi tidak harus dinyatakan secara tegas dalam sebuah akta novasi. Adanya surat pernyataan dan surat perjanjian yang diakui oleh partij in novasi dan instansi yang berfungsi menyelesaikan kredit macet, dapat menjadi dasar legalitas pengakuan terjadinya novasi. Abstact Credit Agreement by and between debtor and creditor is made a legal relationship between both parties called a legal binding relation. Novation is possible for happening when the debtor can no longer fulfilling his obligation paying installment ti the creditor (when non-performing loan happens). Novation does not have to be explicitly stated in the act of novation. A letter of statement and a letter of agreement agreed by partij in novation and the institution thet is authorized to setlle nonperforming loan are enough for the legal basis of the acceptance of novation. Kata Kunci : Kredit Macet (non-performing loan), Novasi (novation). 1 Advokat, tenaga edukatif pada Fakultas Hukum Universitas Surabaya, pengampu mata kuliah Hukum Acara Pidana, Hukum Agraria. 2. Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia, edisi keempat, Jakarta, 1995, halaman 14.

A. LATAR BELAKANG MASALAH Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang artinya kepercayaan. Banyak usaha di sektor industri, baik besar maupun kecil memerlukan kredit yang berfungsi sebagai bantuan permodalan agar usaha dapat berjalan lancar dan mencapai kemajuan. Pada umumnya, pengusaha tidak selalu dapat menyediakan sendiri seluruh modal yang diperlukan dalam usahanya, sehingga diperlukan adanya kredit dari pihak lain, misalnya bank. Pengajuan kredit kepada bank dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk mengatasi kekurangan modal. Menurut praktek perbankan, untuk adanya pemberian kredit dari bank, terdapat perjanjian kredit yang klausul-klausulnya telah disepakati antara pihak bank sebagai kreditor dengan debitor atau pihak lain yang mewajibkan pihak perjanjian untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam kredit terkandung pengertian tentang Degree of Risk yaitu suatu tingkat resiko tentu, oleh karena pelepasan kredit mengandung suatu risiko, baik risiko bagi pemberi kredit maupun bagi penerima kredit 2. Bagi penerima kredit, risiko yang mungkin timbul adalah jika ia tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut, ia akan kehilangan modal. Bagi pihak pemberi kredit, salah satu resiko yang dapat terjadi adalah jika pihak penerima kredit tidak dapat melunasi kewajibannya pada waktu yang telah diperjanjikan atau dengan kata lain jika terjadi apa yang disebut dengan kredit macet. Manakala kreditor menilai debitor tidak dapat lagi melakukan pembayaran angsuran atas pinjamannya, maka penyelesaian utang debitor yang merupakan piutang begara tersebut diserahkan pengurusannya kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) atau dahulu Panitia Urusan 2

Piutang Negara (PUPN), atas dasar legalitas Undang-Undang No. 49 Prp Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN). Meskipun pengurusan piutang negara telah diambil alih oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), namun upaya penanganan kredit macet dapat ditempuh melalui penjadwalan kembali (restrukturisasi), persyaratan kembali, penataan kembali angsuran 3, atau dapat pula dilakukan novasi. Pasal 1413 Burgerlijk Wetboek, menyatakan ada 3 (tiga) macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang (novasi), yaitu pertama apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan kepadanya, yang mengantikan utang yang lama, yang dihapuskan karenanya, kedua apabila seorang yang berutang baru ditunjuk untuk mengantikan orang berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya, ketiga apabila sebagai akibat suatu persetujuan baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut pembaharuan utang (novasi) dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu debitor dan kreditor mengadakan perjanjian baru, dengan mana perjanjian lama dihapuskan (novasi objektif), penggantian debitor dengan ketentuan debitor lama dibebaskan dari perikatannya (novasi subjektif pasif), dan penggantian kreditor dengan ketentuan kreditor lama dibebaskan dari perikatannya (novasi subjektif aktif). Dengan adanya novasi subjektif aktif, maka kewajiban pembayaran piutang negara oleh debitor lama demi hukum beralih kepada debitor baru, dengan tidak pula mensyaratkan adanya akta, sebagaimana maksud Pasal 1416 Burgerlijk Wetboek 4 3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, halaman 71. 4 Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH., dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, dalam rangka menyambut masa purna bakti usia 70 tahun,pt. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, halaman 134. 3

Persoalan yang mungkin timbul adalah, manakala telah terjadi novasi, debitor baru menunggak pembayaran angsuran piutang negara dan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) melakukan somasi tidak hanya kepada debitor baru tetapi juga kepada debitor lama, maka debitor lama mempunyai hak perdata mengajukan gugatan secara tanggung renteng ke Pengadilan. Contoh perkara kredit macet yang berhulu gugatan adalah seperti perkara dengan register No.288/Pdt.G/2006/PN.Sby. B. RUMUSAN MASALAH. Berdasarkan hal-hal sebagaimana terurai di atas, maka permasalahan yang hendak dikaji adalah : Bagaimanakah perlindungan hukum bagi debitor lama dengan terjadinya novasi pada perkara kredit macet? C. PEMBAHASAN Pasal 1381 Burgerlijk Wetboek menegaskan mengenai peristiwa yang menyebabkan perikatan hapus, salah satunya adalah karena terjadinya pembaharuan utang (novasi). Lebih lanjut, Pasal 1413 Burgerlijk Wetboek menyatakan : Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang : 1. apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapuskan karenanya. 2. apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya. 3. apabila, sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya. 4

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas, pembaharuan utang (novasi) dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu debitor dan kreditor mengadakan perjanjian baru, dengan mana perjanjian lama dihapuskan (novasi objektif), penggantian debitor dengan ketentuan debitor lama dibebaskan dari perikatannya (novasi subjektif pasif), dan penggantian kreditor dengan ketentuan kreditor lama dibebaskan dari perikatannya (novasi subjektif aktif). Lebih lanjut, ketentuan Pasal 1415 Burgerlijk Wetboek menyatakan : Tiada pembaharuan utang yang dipersangkakan. kehendak seorang untuk mengadakannya harus dengan tegas ternyata dari perbuatannya. Maknanya adalah peralihan debitor (pembaharuan utang) mensyaratkan adanya akta, namun, ketentuan ini tidak bersifat memaksa, oleh karena untuk novasi subyektif pasif tidak diperlukan bantuan dari debitor, sehingga karena itu dapat disimpulkan bahwa suatu akta dalam hal itu tidak diperlukan (Pasal 1416 Burgerlijk Wetboek) 5. Berpijak dari ketentuan apabila akta dalam hal terjadi novasi subjektif pasif tidak mutlak harus ada, namun, tiadanya akta tersebut mengakibatkan persoalan rumit, salah satunya, kreditor dan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) sebagai instansi yang bertugas menyelesaikan penyelesaian kredit macet tidak mengakui adanya pembaharuan utang oleh debitor baru tersebut, misalnya yang terjadi dalam kasus perkara register No.288/Pdt.G/2006/PN.Sby tersebut. Debitor baru terlambat melakukan pembayaran angsuran kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). Akibatnya, Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) memberikan teguran tidak hanya kepada debitor baru, teguran juga diberikan kepada debitor lama. Keadaan tersebut bahkan ditindak 5 Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, SH., dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, dalam rangka menyambut masa purna bakti usia 70 tahun PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, halaman 134. 5

lanjuti dengan pemberitahuan hendak melakukan pelelangan terhadap asset-aset barang jaminan kredit milik debitor lama. Berpijak dari somasi atau teguran dari Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) kepada debitor lama, dan menunggaknya debitor baru terhadap pembayaran kewajiban angsuran, membawa implikasi debitor lama mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Surabaya atas komulasi atau pembarengan gugatan Perbuatan Melanggar Hukum dan Wanprestasi (samenloop van rechtsvorderingen) 6. Pada prinsipnya, setiap gugatan haruslah berdiri sendiri 7. Masing-masing gugatan diajukan dalam surat gugatan yang terpisah secara tersendiri dan diperiksa serta diputus dalam proses pemeriksaan dan putusan yang terpisah dan berdiri sendiri. Akan tetapi, dalam hal dan batas-batas tertentu, dibolehkan melakukan penggabungan gugatan dalam satu surat gugatan apabila antara satu gugatan dengan gugatan yang lain terdapat hubungan erat atau koneksitas 8. Hukum positif (ius constitutum) tidak mengatur penggabungan gugatan. Baik Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) maupun Rbg tidak mengaturnya. Begitu juga Rv, hanya terbatas pada penggabungan atau komulasi gugatan antara tuntutan hak menguasai (bezit) dengan tuntutan hak milik. Dengan demikian secara a contrario (in the opposite sense), Rv membolehkan penggabungan gugatan. Meskipun Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) dan Rbg maupun tidak mengatur, peradilan sudah lama menerapkannya. Supomo menunjukkan salah satu Putusan Raad Justitie Jakarta pada tanggal 20 Juni 1939 yang memperbolehkan penggabungan gugatan, 6 R. Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, halaman 27. 7 Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Jakarta, 1977, halaman 73. 8 Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan, Buku II, April 1994, Jakarta : Mahkamah Agung Republik Indonesia. 6

asal antara gugatan-gugatan itu, terdapat hubungan erat (innerlijke samenhang) 9. Pendapat yang sama, ditegaskan dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Republik Indonesia No.575 K/Pdt/1983, tanggal 20 Juni 1984, Jo. Pengadilan Tinggi Tanjung Karang No.36/1982 tanggal 31 Agustus 1983, Jo. Pengadilan Negeri Tanjung Karang No.35/1981, tanggal 24 Maret 1982, yang menjelaskan antara lain bahwa meskipun Pasal 393 ayat (1) Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) mengatakan hukum acara yang diperhatikan hanya Het Herziene Indonesisch Reglement, namun untuk mewujudkan tercapainya proses doelmatigheid, dimungkinkan menerapkan lembaga dan ketentuan acara di luar yang diatur dalam HIR, asal dalam penerapan itu berpedoman kepada ukuran : Benar-benar untuk memudahkan atau menyederhanakan proses pemeriksaan. Menghindari terjadinya putusan yang saling bertentangan. Maka, berdasarkan alasan-alasan tersebut, boleh dilakukan penggabungan (samenvoeging) atau kumulasi objektif maupun, asal terdapat innerlijke samenhangen atau koneksitas erat di antaranya. Penggabungan tiga, atau beberapa perkara dapat dibenarkan untuk memudahkan proses dan menghindari terjadinya kemungkinan putusan-putusan yang saling bertentangan. Penggabungan yang seperti itu, dianggap bermanfaat ditinjau dari segi acara (procesuel doelmatig). Hukum Acara Perdata Indonesia mengenal adanya penggabungan daripada tuntutan yang disebut komulasi obyektif. Larangan komulasi obyektif adalah dalam hal-hal 10 : - Jika untuk suatu tuntutan hak (gugatan) tertentu diperlukan suatu acara khusus (gugat cerai), sedangkan tuntutan yang lain harus diperiksa menurut acara biasa 9 Ibid, halaman 20 10 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, Hukum Acara Perdata Indonesia, edisi kelima, penerbit Liberty Yogyakarta, cetakan kedua Nopember 1999, halaman 57-58 7

(misalkan gugatan untuk memenuhi perjanjian), maka kedua tuntutan hak itu tidak boleh digabung dalam satu gugatan. - Gugatan yang berkaitan dengan kewenangan relatif hakim untuk memeriksa salah satu tuntutan yang diajukan bersama-sama dalam satu gugatan dengan tuntutan lain, maka tuntutan hak itu tidak boleh diajukan bersama-sama dalam satu gugatan. Kewenangan relatif hakim adalah berkaitan dengan wilayah hukum suatu pengadilan dalam kaitannya dengan pengajuan gugatan, melanggar ketentuan Pasal 118 Het Herziene Indonesisch Reglement, misalnya gugatan mengenai benda tetap diajukan kepada Pengadilan Negeri dimana tergugat bertempat tinggal. - Gugatan (tuntutan hak) tentang bezit, tidak boleh diajukan bersama-sama dengan gugatan (tuntutan hak) tentang eigendom dalam satu gugatan (Pasal 103 Reglement op de Burgerlijke Rechttsvordering). Dalam komulasi gugatan, antara rechtelijke grond (penegasan mengenai hubungan hukum antara si Penggugat dengan materi dan atau objek yang disengketakan), dan keterkaitan si Penggugat dengan si para Tergugat berkaitan dengan materi atau obyek sengketa serta feitelijke grond (penjelasan pernyataan mengenai fakta atau peristiwa yang berkaitan langsung dengan atau di sekitar hubungan hukum yang terjadi antara si Penggugat dengan materi atau obyek perkara maupun dengan para Tergugat, atau menjelaskan tentang fakta-fakta yang langsung berkaitan dengan dasar hukum atau hubungan hukum yang didalilkan oleh si Penggugat), adalah saling bergantung satu sama lain, atau dengan kata lain di antara gugatan terdapat hubungan yang erat 11. 11 M. Yahya Harahap, SH, Op.Cit, halaman 107.. 8

Perkara register No.288/Pdt.G/2006/PN.Sby tersebut adalah salah satu bentuk samenloop van rechtsvorderingen. Gugatan diajukan oleh debitor lama kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) dengan pihak kreditor (PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero), Tbk. Dasar gugatan adalah Perbuatan Melanggar Hukum (Onrechtmatige daad) diajukan kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), dan wanprestasi yang fokusnya adalah surat pernyataan debitor baru dan perjanjian antara debitor lama dan debitor baru. Surat pernyataan dan perjanjian yang tanpa melibatkan kreditor, diinterpretasikan tidak pernah terjadi peralihan debitur (novasi subjektif pasif). Fakta hukum yang terjadi adalah ketika tugas mengurus piutang negara telah diserahkan pengurusannya kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), maka sejak saat tersebut secara serta merta tanggung jawab kreditor (PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, adalah berakhir. Tugasnya telah diambil alih oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) atas dasar legalitas Undang-Undang No.49 Prp Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara, sebagaimana maksud ketentuan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No.49 Prp Tahun 1960 yang menyatakan : Panitia Urusan Piutang Negara bertugas mengurus piutang Negara yang berdasarkan Peraturan ini telah diserahkan pengurusannya kepadanya oleh Pemerintah atau Badan-badan yang dimaksudkan dalam pasal 8 Peraturan ini. Benang kusut anggapan yang menyatakan tidak pernah terjadi peralihan debitor oleh karena hanya mendasarkan kepada surat pernyataan dan surat perjanjian adalah merupakan kekeliruan. Dalam persidangan berjalan, Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) dan kreditor tidak mengajukan melakukan penyangkalan terhadap isi dan tanda tangan surat pernyataan dan surat perjanjian. Terlebih, terhadap surat pernyataan termaksud, telah terdapat stempel Kantor Pelayanan 9

Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) yang kemudian ditindak lanjuti dengan penerimaan pembayaran angsuran kredit macet debitor baru. Berpijak dari ketentuan Pasal 1875 Burgerlijk Wetboek, maka surat pernyataan dan surat perjanjian tersebut, adalah merupakan bukti surat, dalam hal ini merupakan akta bawah tangan. Terhadap akta bawah tangan, melekat kekuatan pembuktian yang apabila terpenuhi syarat formil dan materiil yaitu dibuat secara sepihak atau berbentuk partai (sekurang-kurangnya dua pihak) tanpa campur tangan pejabat yang berwenang, ditanda tangani pembuat atau para pihak yang membuatnya, isi dan tanda tangan diakui, maka nilai kekuatan pembuktiannya sama dengan akta otentik, yaitu sempurna dan mengikat (volledig en bindende bewijskracht) 12. Terdapat 2 (dua) faktor yang dapat mengubah dan memerosotkan nilai kekuatan dan batas minimal pembuktian akta bawah tangan, yaitu apabila diajukan bukti lawan, isi dan tanda tangan diingkari, atau tidak diakui oleh pihak lawan. Tanpa adanya syarat tersebut, maka terhadap surat pernyataan dan surat perjanjian melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat. Oleh karenanya, dalam sidang pengadilan, demi hukum, telah terjadi pengakuan dari Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) dan kreditor PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk telah terjadi peralihan debitur, dan tindakan memberikan somasi atau teguran kepada debitor lama atas keterlambatan pembayaran angsuran oleh debitor baru jelas adalah merupakan Perbuatan Melanggar Hukum yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek, menyatakan : Tiap-tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seseorang lain, mewajibkan orang yang 12 Ibid, halaman 546-547 10

karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.elemenelemen Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek, yaitu : a. Adanya suatu perbuatan. Suatu perbuatan melanggar hukum diawali oleh suatu perbuatan dari sipelakunya, baik berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif). Tindakan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) yang telah mengirimkan somasi kepada debitor lama, padahal telah mengetahui telah terjadi novasi subjektif pasif adalah merupakan awal perbuatan aktif Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) Perbuatan Melanggar Hukum. b. Perbuatan Tersebut Melanggar Hukum. Bahwa sejak tahun 1919, unsur melanggar hukum diartikan dalam arti seluasluasnya, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut : - Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku. - Perbuatan yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum. atau - Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku. atau - Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden). atau - Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamtten aanzien anders persoon of goed). Tindakan hukum dari Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) merupakan perbuatan melanggar hukum dalam kualifikasi melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum. 11

c. Adanya Kesalahan. Pitlo menguraikan kesalahan disini adalah dalam arti melanggar hukum. Perbuatan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). Melakukan somasi kepada debitor lama adalah merupakan kesalahan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). d. Adanya Kerugian bagi Korban : Adanya kerugian (scade) bagi korban juga merupakan syarat agar suatu gugatan yang didasarkan atas Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek dapat diberlakukan. Hal demikian adalah berbeda dengan pengertian kerugian yang disebabkan atas wanprestasi yang hanya mengenal kerugian materiil, maka dengan demikian kerugian karena perbuatan melanggar hukum disamping kerugian materiil, dalam yurisprudensi juga mengenal konsep kerugian immaterill, yang selanjutnya juga dinilai dengan uang. Lebih lanjut, kerugian bagi korban akibat perbuatan melanggar hukum tersebut memang tidak diatur oleh undang-undang. Oleh karena itu, pengganti kerugian akibat Perbuatan Melanggar Hukum diterapkan peraturanperaturan pengganti kerugian akibat wanprestasi secara analogis. e. Adanya hubungan sebab akibat (kausal) antara perbuatan dan kerugian. Menyangkut hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian diterapkan pasalpasal dari wanpestasi secara analogis, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 1248 Burgerlijk Wetboek, hal ini dikarenakan dalam ketentuan Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek tidak mengatur secara jelas mengenai sebab dan akibat dengan kalimatnya : orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian. Pemecahannya didapatkan dari Pasal 1248 Burgerlijk Wetboek yaitu perbuatan adalah sebab yang menurut pengalaman manusia dan akal yang sehat diharapkan dapat menimbulkan akibat. Syarat dapat diduga yaitu syarat bahwa manusia yang normal dengan 12

kemungkinan tertentu dalam suatu keadaan dapat menduga akibat itu seperti dalam Pasal 1247 Burgerlijk Wetboek 13. Tanggung gugat perdata atas wanprestasi yang diajukan oleh debitor lama kepada debitor baru adalah didasarkan pada alasan kesanggupan debitor baru untuk melunasi seluruh pinjaman debitor lama kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). Alasan sanggup tersebut tertuang dalam surat pernyataan tertanggal 12 Oktober 2003 yang kemudian ditindaklanjuti dengan dibuatnya akta pernyataan notariil tertanggal 21 Oktober 2003 dimana debitor baru bersedia melunasi seluruh hutang dari debitor lama. Tanpa alasan yang jelas dan pasti tibatiba saja debitor baru begitu saja. Berpijak dari ketentuan Pasal 1338 Burgerlijk Wetboek, maka surat pernyataan dan surat perjanjian termaksud mengikat kedua belah pihak dan berlaku sebagai undang-undang. Ketika tiba-tiba debitor baru tidak lagi melakukan pembayaran pinjaman tanpa alasan yang jelas dan pasti, hal ini adalah merupakan bentuk implementasi wanprestasi debitor baru kepada debitor lama. Pasal 1236 Burgerlijk Wetboek dan Pasal 1243 Burgerlijk Wetboek memberikan pijakan mengenai hak-hak Penggugat yang boleh dituangkan dalam sebuah gugatan perdata karena wanprestasi. Hak-hak tersebut adalah penggantian kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian dan bunga. Selain itu, dalam peristiwa-peristiwa tertentu, disamping tuntutan ganti rugi, atau terdapat kemungkinan tuntutan pembatalan perjanjian. 13 Pitlo menjelaskan bahwa dalam suatu keadaan yang menduga akibat menjelaskan bahwa dalam Arrest No. 20 Maret 1970, Hoge Raad telah mempergunakan pandangan yang modern yaitu dimasukkannya dalam teori sebab dan akibat adalah suatu tanggung jawab kerugian berdasarkan kepatutan. 13

Ketidak tegasan aturan dalam Burgerlijk Wetboek mengenai harus adanya akta novasi membawa konsekwensi tidak adanya perlindungan hukum bagi debitor lama. Oleh karena dalam perkara sebagaimana termaksud dalam perkara No.288/Pdt.G/2006/PN.Sby, diharapkan dapat memberikan putusan yang dapat memberikan perlindungan hukum bagi debitor baru. D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan : Penyelesaian kredit macet yang telah diambil oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), membawa implikasi tugas dan tanggung jawab kreditor (bank) dalam hubungan perjanjian kredit telah berakhir. Pada kondisi ini, masih dimungkinkan penyelesaian pembayaran dengan mekanisme novasi, yakni dengan pembaharuan utang (peralihan debitor). Ketidaktegasan ketentuan dalam Burgerlijk Wetboek mengenai kewajiban dibuatnya akta novasi, membawa akibat tidak adanya perlindungan hukum bagi debitor lama, apabila kesanggupan debitor baru untuk mengambil alih pembayaran utang didasarkan kepada surat pernyataan dan surat perjanjian, walaupun eksistensinya telah diakui oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN). Kondisi ini menimbulkan ekses keperdataan, yaitu terbitnya tanggung gugat debitor baru, Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN), dan bank pemberi pinjaman atas dasar Perbuatan Melanggar Hukum dan Wanprestasi. 2. Saran : Perlu adanya ketentuan baku mengenai keharusan pembuatan akta novasi, atau setidak-tidaknya dilakukan interpretasi luas terhadap akta pernyataan dan perjanjian 14

yang dibuat dan diakui isi dan tanda tangannya oleh para pihak (partij in) sebagai bentuk perlindungan bagi debitor lama. DAFTAR PUSTAKA Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta : Sinar Grafika, 2008. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, halaman 71. Suyatno, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia, edisi keempat, Jakarta, 1995. Badrulzaman, Mariam Darus, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, dalam rangka menyambut masa purna bakti usia 70 tahun,pt. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001 Soepomo, R, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993 Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta : Liberty, 1999. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Jakarta, 1977, halaman 73. Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan, Buku II, April 1994, Jakarta : MARI. Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.288/Pdt.G/2006/PN.Sby, tanggal 25 Agustus 2006. 15