FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH (Oryza nivara) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Formulasi dan Evaluasi Sediaan Mikroemulsi-Gel dari Ekstrak Etanol Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) sebagai Antioksidan

LISA AYU LARASATI FORMULASI MIKROEMULSI DL-ALFA TOKOFEROL ASETAT DENGAN BASIS MINYAK KELAPA MURNI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Formulasi dan Evaluasi Mikroemulsi Antikerut Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI EFEKTIFITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK ETANOL KORTEKS KAYU JAWA (LANNEA COROMANDELICA HOUT MERR) DENGAN METODE DPPH

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB II METODE PENELITIAN

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

THE EXPERIMENT ANTIOXIDANT ACTIVITY OF RUMPUT TEKI LEAVES (Cyperus rotundus L.) ETHANOLIC EXTRACT WITH DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) METHOD

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TERPURIFIKASI DAUN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) SEBAGAI SUPLEMEN ANTIOKSIDAN

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan

Transkripsi:

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH (Oryza nivara) SEBAGAI ANTIOKSIDAN RIFKA ANGGRAINI ANGGAI, HAMSIDAR HASAN, S.Si.,M.Si.,Apt, NURAIN THOMAS,S.Si.,M,Si.,Apt. Program Studi S1 Farmasi Universitas Negeri Gorontalo Email: Rifkaanggai@rocketmail.com ABSTRAK Antioksidan merupakan salah satu bagian penting dalam dunia kesehatan yang banyak digunakan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang berasal dari radikal bebas. Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak beras merah (Oryza nivara) sangat dibutuhkan sebagai alternatif penggunaan antioksidan alami, akan tetapi dalam hal ini kurang didukung oleh bentuk fisik jika digunakan secara topikal. Tujuan dari penelitian ini, yaitu memformulasikan ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) yang memiliki efektivitas antioksidan dalam bentuk mikroemulsi yang stabil secara fisik. Pada penelitian ini terdapat 11 formula optimasi basis dengan variasi perbandingan minyak (Sweet almond oil), dan campuran surfaktan (Tween 80)-kosurfaktan (PEG 400). Hasil optimasi basis F10 (Tween 80 27,5%; PEG 400 25%) dilanjutkan pada formulasi sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) dengan konsentrasi ekstrak 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. Semua formula dievaluasi stabilitas fisik meliputi organoleptis, ph, viskositas, freeze thaw, sentrifugasi dan uji efektivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol beras merah dapat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi yang stabil dengan tampilan fisik yang jernih dan memiliki efektivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 45,87 μg/ml. Kata Kunci: Sediaan Mikroemulsi, Ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), Antioksidan

FORMULATION AND EVALUATION OF MICROEMULSION FORM ETHANOL EXTRACT OF RED RICE (Oryza nivara) AS ANTIOXIDANT RIFKA ANGGRAINI ANGGAI, HAMSIDAR HASAN, S.Si.,M.Si.,Apt, NURAIN THOMAS,S.Si.,M,Si.,Apt. Study Program of Pharmacy State University of Gorontalo Email: Rifkaanggai@rocketmail.com ABSTRACK Antioxidant is one of important parts in health world that is widely used to prevent various diseases that come from free radicals. The compound of flavonoids in red rice extract (Oryza nivara) is needed as an alternative to the use of natural antioxidant, but in this case it is not supported by the physical form when it is used topically. The research aimed at formulating the ethanol extract of red rice (Oryza nivara) whichhad the effectiveness of antioxidants in the form of physical stable microemulsion. This research found 11 formulas of base optimization with variation in oil comparison (sweet almond oil), and mixture of surfactants (Tween 80)-Cosurfactant (PEG 400). F10 base optimization results (Tween 80 27,5%; PEG 400 25%) continued in the microemulsion formulation of ethanol extract of red rice (Oryza nivara) with extract concentration 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. All formula were evaluated the physical stability which included organoleptic, ph, viscosity, freeze thaw, centrifugation and effectiveness of antioxidants test with DPPH method. The result showed that ethanol extract of red rice could be formulated in a stable microemulsion with a clear physical appearance and had antioxidant effectiveness with IC50 value of 45,87 μg/ml. Keywords Antioxidant : Microemulsion, Ethanol Extract of Red Rice (Oryza nivara),

PENDAHULUAN Antioksidan merupakan salah satu bagian penting dalam dunia kesehatan yang banyak digunakan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang berasal dari radikal bebas. Adanya radikal bebas yang berasal dari berbagai macam zat asing yang dapat diperoleh saat beraktivitas sehari-hari, seperti asap rokok, sinar UV, asap kenderaan, dan lain-lain menimbulkan kekhawatiran berkurangnya elastisitas dari kulit. Antioksidan dibutuhkan untuk mengatasi adanya radikal bebas, dimana antioksidan bukan hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk merawat dan mempercantik kulit sekaligus mencegah penuaan dini. Antioksidan banyak terkandung dalam buahbuahan, sayuran, minuman herbal, bahkan pada ekstrak beras merah (Oryza nivara). Ekstrak beras merah (Oryza nivara) telah terbukti memiliki efek antioksidan dengan adanya senyawa flavonoid, dimana hasil penelitian dari Tisnadjaja (2012) menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari fermentasi beras merah (angkak Oryza nivara) memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 lebih rendah, yakni berkisar antara 90-100 ppm. Ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) selain bisa menurunkan LDL dan meningkatkan HDL, juga memiliki kemampuan untuk menghambat terjadinya oksidasi lipid. Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak beras merah (Oryza nivara) sangat dibutuhkan sebagai alternatif penggunaan antioksidan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Ekstrak beras merah (Oryza nivara) yang memiliki antioksidan alami dalam hal ini kurang didukung oleh bentuk fisik jika digunakan secara topikal karena kesulitan dari ekstrak tersebut dalam menembus lapisan dalam kulit dan tidak adanya kenyamanan saat digunakan. Untuk memudahkan pengaplikasian dari ekstrak beras merah yang memiliki efek antioksidan tentunya membutuhkan sistem penghantaran yang efektif yang diformulasikan dalam suatu bentuk sediaan guna mencapai terapi yang optimum, oleh karena itu, ekstrak beras merah (Oryza nivara) dibuat dalam sediaan mikroemulsi. Mikroemulsi merupakan bentuk pengembangan dari sediaan emulsi, yang mempunyai tingkat solubilisasi yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan bioavaibilitas obat di dalam tubuh. Sediaan mikroemulsi lebih disukai karena stabilitasnya yang baik dan meningkatkan absorpsi dari zat aktif dalam aplikasi topikal. Sediaan mikroemulsi memiliki bentuk fisik yang jernih, transparan, sehingga menambah nilai estetika dari bentuk sediaan ini. Menurut Schoenwald dan Flnagan (1989) mikroemulsi juga bisa digunakan secara topikal. Mikroemulsi lebih cepat menembus lapisan-lapisan kulit manusia karena terdapat bagian yang hidrofilik. Ukuran partikel yang sangat kecil semakin mempercepat mikroemulsi menembus lapisanlapisan kulit manusia sehingga dapat mengurangi proses abrasi. Tujuan dari penelitian ini, yaitu memformulasikan ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) yang memiliki efektivitas antioksidan dalam bentuk

mikroemulsi yang stabil secara fisik METODE PENELITIAN Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sendok tanduk, gelas kimia (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), batang pengaduk, bejana maserasi (Pyrex), rotary evaporator (Heidolf ), timbangan analitik (Precisa ), spektrofotometer tipe UV/VIS, tabung reaksi (Pyrex), pengaduk elektrik, viskometer, ph meter, sentrifugasi, particle size analyser (Delsa TM Nano C, Beckman Coulter), mikroskop digital (Dino Lite), satu set alat blender, vial, rak tabung, mortar, stamper, cawan porselin. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras merah (Oryza nivara), etanol 96% p.a, sweet almond oil, PEG 400, tween 80, asam sitrat, natrium sitrat, α-tokoferol, DMDM hydantoin, NaOH, DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil). Prosedur penelitian Pengambilan Sampel Sampel beras merah diambil di supermarket di daerah Gorontalo. Pengolahan Beras merah Sampel beras merah awalnya dibersihkan dan kemudian diblender sampai diperoleh serbuk beras merah yang halus. Pembuatan ekstrak beras merah Serbuk beras merah ditimbang sebanyak 4000 gram, dimasukkan ke dalam bejana maserasi kemudian ditambahkan dengan etanol 96% sampai semua serbuk terendam sempurna. Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer sebelum didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring menggunakan kertas saring dan hasil ekstraksi berupa ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, dan dilanjutkan dengan pengeringan di dalam lemari pengering dengan suhu 50 o C. Skrining fitokimia Sebanyak 1 gram ekstrak beras merah (Oryza nivara) dimasukkan dalam tabung reaksi, diencerkan dengan beberapa tetes alkohol 70%, dan ditambahkan beberapa tetes pereaksi, seperti NaOH 10%, HCl serbuk Mg dan HCl. Optimasi basis mikroemulsi Tahap pembuatan sediaan mikroemulsi, diawali dengan optimasi minyak, air dengan campuran surfaktan dan kosurfaktan. Dalam optimasi ini, PEG 400 dipilih sebagai kosurfaktan, sedangkan tween 80 sebagai surfaktan. Masing-masing bahan tersebut diformulasikan dengan fase minyak Sweet almond oil. Langkah pembuatan optimasi tersebut dilakukan dengan mencampur surfaktan dan kosurfaktan (campuran 1), kemudian ditambahkan sweet almond oil dan distirrer dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 200 rpm hingga homogen (campuran 2). Ke dalam campuran 2 ditambahkan air kemudian distirer sampai terbentuk campuran homogen. Setiap formula basis dilakukan pengamatan pada tampilan fisik, yakni dari tingkat kekeruhan basis mikroemulsi selama 24 jam, kemudian dilanjutkan dengan uji sentrifugasi. Pembuatan mikroemulsi ekstrak beras merah (Oryza nivara) Bedasarkan hasil optimasi basis mikroemulsi dengan variasi jenis

surfaktan dan kosurfaktan dalam basis mikroemulsi yang memberikan tampilan fisik yang jernih diteruskan untuk formulasi mikroemulsi ekstrak beras merah dengan memvariasikan konsentrasi daari ekstrak etanol beras merah 5%, 10% dan 15%. Evaluasi fisik sediaan mikroemulsi ekstrak beras merah (Oryza nivara) Evaluasi ph Pengukuran ph sediaan dapat diukur dengan menggunakan alat potensiometrik (ph meter). Evaluasi ini dilakukan selama 30 hari, dimana sediaan diukur ph-nya selama penyimpanan pada suhu ruang. Evaluasi viskositas Pengukuran dilakukan dengan Viscometer Brookfield. Wadah diisi ± 250 ml dengan sediaan yang akan diuji lalu dipasang spindle yang sesuai sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelup ke dalam sediaan. Nyalakan motor dan biarkan spindle berputar sampai pembacaan stabil. Evaluasi Freeze Thaw Sediaan mikroemulsi disimpan pada suhu dingin 4 o C selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40 o C selama 24 jam, proses ini dihitung 1 siklus. Percobaan ini dilakukan selama 7 siklus. Evaluasi sentrifugasi Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 30 menit. Uji sentrifugasi ini menggambarkan kestabilan mikroemulsi karena pengaruh gravitasi yang setara selama 1 tahun. Uji Efektivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi dari Ekstrak Etanol Beras Merah (Oryza nivara) Pembuatan larutan DPPH Larutan pereaksi adalah larutan DPPH 0,5 mm dalam pelarut etanol yang dibuat dengan menimbang 0,018 g serbuk DPPH kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml ditambahkan ke dalamnya etanol sampai tanda batas, sehingga didapatkan konsentrasi 0,5 mm yang dihitung terhadap BM DPPH sebesar 394,32 g/mol. Penyiapan larutan DPPH 0,5 mm ini sesuai dengan metode Kwon dan Kim (2003). Pengukuran aktivitas antioksidan blangko/scanning Dilakukan scanning untuk menentukan panjang gelombang maksimum larutan DPPH. Sebanyak 1 ml DPPH 0,5 mm ditambah dengan etanol p.a. hingga volume 4 ml kemudian divorteks hingga homogen. Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 400-700 nm. Uji aktivitas antioskidan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) Pengujian aktivitas antioksidan dari sediaan mikrosemulsi beras merah (Oryza nivara) dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ml sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan hingga 5 ml dengan etanol p.a, kemudian divorteks dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm. Pengukuran aktivitas antioksidan larutan kontrol positif (Vitamin E) Pengujian aktivitas antioksidan dari larutan kontrol positif, yakni

vitamin E, dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ml larutan vitamin E, 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan hingga 5 ml dengan etanol p.a, kemudian divorteks dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm. Besarnya daya antioksidan diukur dengan rumus: Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (μg/ml) yang mampu memberikan persen peredaman radikal sebanyak 50% dibanding kontrol melalui suatu persamaan garis. Nilai IC50 diperoleh dari perpotongan garis antara 50% daya hambatan dengan sumbu konsentrasi, kemudian masukkan kepersamaan y = a + bx dimana y = 50 dan nilai antilog dari x menunjukkan IC50. HASIL DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan bentuk pengembangan dari sediaan emulsi, yang stabilitasnya baik dan dapat meningkatkan absorpsi dari zat aktif dalam aplikasi topikal. Kandungan alami senyawa flavonoid yang berefektivitas sebagai antioksidan dalam ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) membutuhkan sistem penghantaran yang efektif yang diformulasikan dalam suatu bentuk sediaan guna mencapai terapi yang optimum. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan sediaan mikroemulsi dari ekstrak beras merah (Oryza nivara) yang stabil dan memiliki efek sebagai antioksidan. Pada uji flavonoid ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) digunakan tiga metode, yakni NaOH, Wilstater, dan Bate-smith menunjukkan ekstrak beras merah positif mengandung senyawa flavonoid menggunakan metode wilstater, bate-smith, dan beberapa tetes dari pereaksi NaOH 10%, dimana hasil positif tersebut ditunjukkan dengan warna merah yang konstan atau jingga, hal ini sesuai dengan penelitian Daud (2014) menunjukkan ekstrak beras merah positif mengandung senyawa flavonoid dengan warna merah konstan yang ditunjukkan dengan menggunakan pereaksi NaOH 10%. Hal ini juga serupa dengan penelitian Sjahid (2008) ekstrak kental diklorometana daun A.camansi setelah dilakukan uji kandungan flavonoid dengan metode Wilstater menunjukakan hasil positif, hal ini dapat dilihat dari perubahan warna ekstrak kental daun A.camansi yakni dari warna hijau kecoklatan menjadi kuning kemerahan yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil skrining fitokimia Senyawa Metode Pereaksi Flavonoid NaOH Wilstater Batesmith NaOH 10% HCl + Serbuk Mg Hasil Uji Merah bata Ket (+) Merah (+) HCl Jingga (+) Langkah selanjutnya adalah tahap optimasi basis mikroemulsi yang terdiri dari minyak, campuran surfaktan-kosurfaktan dan air. Optimasi basis dilakukan dengan membuat 11 formula dengan

Bahan Sweet almond oil Tween 80 PEG 400 memvariasikan konsentrasi surfaktan, yakni Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan dari perbandingan konsentrasi rendah hingga konsentrasi yang tinggi yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dengan memperhatikan tampilan fisik dari basis yang menunjukkan kejernihan. Dalam formulasi ini, tween 80 sebagai surfaktan sedangkan PEG 400 dipilih sebagai kosurfaktan. Hasil optimasi basis menunjukkan pada Formula 1- Formula 9 telihat tampilan fisik yang keruh, sedangkan terlihat tampilan fisik yang jernih pada F10 (tween 80 27,5%, PEG 400 22,5% dan F11 (tween 80 30%, PEG 400 25%). Terjadi tampilan fisik yang keruh pada F1-F9 karena surfaktan tidak mampu untuk menurunkan tegangan permukaan, melapisi permukaan globul minyak sebagai fase terdispersi dan kosurfaktan untuk meningkatkan kerja dari surfaktan dalam melapisi celah antar surfaktan yang terdapat pada permukaan globul, dimana menurut Malakar (2011) sediaan mikroemulsi terjadi karena ketepatan rasio, minyak, campuran surfaktan-kosurfaktan dan air. Tabel 2 Optimasi Basis Mikroemulsi perbandingan minyak dan campuran surfaktankosurfaktan Formula % F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 1:7 1:8 1:9 1:10 1:11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3,5 7,5 10,5 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 1,5 2,5 4,5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 Air 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Hasil K K K K K K K K AK J J Keterangan: AK: Agak keruh K : Keruh J : Jernih Setelah dilakukan optimasi basis mikroemulsi, dilanjutkan dengan pembuatan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), terlihat pada tabel 4.3 menunjukkan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) memberikan tampilan fisik yang jernih dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), yakni 5%, 10% dan 15%. Tabel 3 Formulasi mikroemulsi ekstrak beras merah (Oryza nivara) Bahan Formula % F10A F10B F10C 1:10 1:10 1:10 Ekstrak Etanol beras merah 5 10 15 Sweet almond oil 5 5 5 Tween 80 27,5 27,5 27,5 PEG 400 22,5 22,5 22,5 α tokoferol 0,05 0,05 0,05 Asam sitrat 0,324 0,324 0,324 Natrium sitrat 1,79 1,79 1,79 DMDM hydantoin 0,1 0,1 0,1 Air 100 100 100 Evaluasi kejernihan J J J Keterangan: AK: Agak keruh K : Keruh J : Jernih Dilanjutkan dengan uji stabilitas yang meliputi uji organoleptis, uji ph, uji viskositas, uji freeze thaw, dan uji sentrifugasi, menurut Purnamasari (2012) evaluasi sediaan mikroemulsi perlu dilakukan untuk mengetahui sediaan mikroemulsi sebelum dan sesudah dilakukan uji kestabilan menggunakan parameter-parameter fisik, sehingga dapat diketahui kestabilan fisik dari sediaan. Diawali dengan stabilitas ph dan viskositas yang dilakukan pada suhu ruangan dengan suhu 15-30 o C diukur dengan menggunakan ph meter, menurut Martin dkk (1993) viskositas adalah

suatu pernyataan tekanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin rendah viskositas maka makin tinggi tahanannya. Viskositas merupakan tolak ukur fisik yang biasanya diukur untuk menaksir pengaruh kondisi tekanan pada mikroemulsi, dimana berdasarkan tabel 4 bahwa hasil pengukuran ph selama T0-T30 adalah berkisar ±7, hal tersebut sesuai dengan ph cairan fisiologis tubuh yakni 7,34-7,45, sedangkan pada pada tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran viskositas berkisar ±1.000, menurut Purnamasari (2012) sediaan mikroemulsi menunjukkan sifat alir pseduoplastis dan mendekati aliran newton. Hal ini dikarenakan pada sediaan mikroemulsi memiliki ukuran partikel yang sangat kecil yang menyerupai suatu larutan tunggal, sehingga viskositas sediaan mikroemulsi cukup rendah. Tabel 4. Evaluasi ph Waktu/T (hari) Waktu/T (hari) ph 5% 10% 15% 0 7,15±0,04 7,19±0,03 7,11±0,01 5 7,14±0,04 7,13±0,02 7,15±0,03 1/0 7,20±0,01 7,15±0,02 7,15±0,03 15 7,17±0,05 7,14±0,01 7,13±0,02 20 7,17±0,04 7,17±0,02 7,11±0,01 25 7,16±0,01 7,14±0,02 7,14±0,04 30 7,21±0,01 7,14±0,03 7,22±0,01 Tabel 5. Evaluasi viskositas Viskositas 5% 10% 15% 0 1.108 ±4,04 1.106±4,58 1.109±3,05 5 1.120±7 1.122±3,05 1.124±3,21 10 1.128±3,05 1.128±2,64 1.123±3,51 15 1.121±3,78 1.127±1 1.132±4,16 20 1.125±2 1.110±8,5 1.133±3,60 25 1.122±4,16 1.125±2,08 1.172±1,52 30 1.107±5,29 1.190±3,05 1.105±3,05 Pada uji stabilitas Freeze thaw sediaan diamati ph dan viskositasnya pada dua kondisi yaitu pada suhu 40 o C dan pada suhu 5 o C selama 7 siklus atau satu bulan, menurut (Noe, 2014) dalam satu siklus terdiri dari 48 jam pada suhu 5 o C dan 48 jam pada suhu 40 o C, dan setiap siklus diperiksa ph dan viskositasnya. Hasil pengukuran ph dan viskositas terlihat pada tabel 6 dan tabel 7 yang menunjukkan ph dari sediaan adalah 6-7 dan viskositas sediaan adalah ±1.000, menurut Husnul (2014) tidak ada tanda pemisahan fase seperti pengendapan, pecah, atau gumpalan pada uji freeze thaw, menunjukkan sediaan mikroemulsi stabil pada suhu tinggi dan suhu re/ndah. Hasil dari pengujian ph, viskositas dan freeze thaw dilanjutkan pada analisis statistik Annava untuk melihat adanya perbedaan yang signifikan dari tiap formula pada setiap pengujian, dikatakan signifikan (α=5%)= 0,05 dan hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dari tiap formula saat setiap pengujian. Tabel 6. Evaluasi ph pada suhu 5 o C dan 40 o C Waktu/T (hari) ph 5% 10% 15% 0 7,02 ±0,01 7,14±0,01 7,16±0,01 5 7,17 ±0,01 7,12±0,01 7,19±0,01 10 7,15 ±0,02 7,15±0,03 7,09±0,01 15 7,10 ±0,01 7,12±0,01 7,2±0,03 20 7,14 ±0,01 7,14±0,03 7,16±0,03 25 7,15±0,01 7,12±0,01 7,14±0,03 30 7,22±0,01 7,13±0,03 7,20±0,01 Tabel 7. Evaluasi viskositas pada suhu 5 o C dan 40 o C Waktu/T Viskositas (hari) 5% 10% 15% 0 1.127±3,05 1.119±2 1.109±2,08 5 1.121±4,58 1.119±2,08 1.190±2 10 1.129±2 1.126±3,05 1.125±2 15 1.133±5,29 1.125±2 1.129±2,51 20 1.124±3,05 1.126±3,05 1.122±3,78 25 1.126±5,50 1.123±2 1.122±2,64 30 1.121±1,52 1.124±3,60 1.123±3,05 Pada tabel 8 menunjukkan hasil evaluasi sediaan mikroemulsi menggunakan alat sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, yakni tidak terjadi pemisahan fase dari sediaan mikroemulsi. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari sediaan dalam kurun waktu 1 tahun. Tabel 8. Evaluasi sentrifus Tampilan fisik 5% 10% 15% Hasil - - - Keterangan: (-) : Tidak memisah (+) : Memisah Langkah selanjutnya, dilakukan uji efektivitas antioksidan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% menggunakan metode peredaman radikal bebas (DPPH). Menurut Hanani (2005) metode serapan radikal DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat. Menurut Silalahi (2010) aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan proses penghambatan. Parameter yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibiton Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persentase (%) penghambatan 50%. Berdasarkan uji efektivitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometri, larutan DPPH yang merupakan larutan blangko memiliki serapan sebesar 0,486 pada panjang gelombang 517 nm, larutan vitamin E sebagai larutan kontrol positif, absorbansinya sebesar 0,0099 pada konsentrasi 5%, 0,0095 pada konsentrasi 10%, dan pada konsentrasi 15% sebesar 0,0072 dan absorbansi dari sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) pada konsentrasi 5% 0,310, 10% 0,308, 15% sebesar 0,302, memperoleh regresi Y=49,09 x +76,57, r 2 =0,9088 dengan nilai IC50 = 45,87 μg/ml (kategori aktif), sedangkan untuk vitamin E p.a sebagai larutan kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 2,38 μg/ml (kategori lebih aktif). Berdasarkan standar tingkat aktivitas antioksidan senyawa yang tergolong lebih aktif memiliki nilai IC50 <10 μg/ml, kategori aktif bila memiliki nilai IC50 10-100 μg/ml, dan nilai IC50 >100 μg/ml dikategorikan tidak aktif. Adapun reaksi antara flavonoid dan radikal DPPH adalah dapat dilihat pada gambar di bawah ini, yang terlihat adalah radikal DPPH merupakan senyawa yang terdiri dari unsur N (nitrogen) yang sesuai dengan susunan sistem periodik unsur termasuk dalam golongan V-A yang memiliki elektron valensi 3 (cenderung ingin stabil=8) dalam Aturan Aufbau atau diagram Mneumonik Moeler, hal tersebut yang menjadikan senyawa DPPH cenderung ingin stabil dengan membutuhkan sumbangan atapun donor dari unsur H + dalam senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara).

Gambar 1 reaksi antara senyawa flavonoid dan radikal DPPH KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.Ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) dapat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi yang stabil secara fisik dan memiliki tampilan fisik yang jernih. 2.Sediaan mikroemulsi beras merah (Oryza nivara) memiliki efektivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 45,87 μg/ml. DAFTAR PUSTAKA Daud, R. 2014. Efek Penurunan Kadar Gula Darah Ekstrak Beras Merah (Oryza nivara) pada Mencit Jantan (Mus musculus) yang diinduksi Glukosa. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Hanani, E. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia SP Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian Husnul, W. 2014 Formulasi Mikroemulsi Minyak Ikan Patin (Pangasius Djambal) Dengan variasi polysorbate 80 Sebagai Surfaktan (Jurnal). Kalimantan: Akademi farmasi Samarinda. Malakar, J. 2011. Development and Evaluation of Microemulsions for Transdermal Delivery of Insulin. Principal and Management of Gupta College of Technological Sciences: India dalam S. Peltola, P. Saarinen- Savolainen, J. Kiesvaara, T. M. Suhonen, and A. Urtti, Microemulsions for topical delivery of estradiol, International Journal of Pharmaceutics. Martin, dkk. 1993. Farmasi Fisik, Dasar-dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta: UI Press. Noe, Y. Formulasi Dan Optimasi Gel Arbutin Dalam Penghambatan Hiperpigmentasi Pada Kelinci Jantan (Orictolagus Cunicululus) Secara In Vivo. (Skripsi). Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Purnamasari, S. 2012. Formulasi Dan Uji Penetrasi Natrium Diklofenak Dalam Emulsi Dan Mikroemulsi Menggunakan Virgin Coconut Oil (Vco) Sebagai Fase Minyak. (Skripsi) Jakarta: Universitas Indonesia. Sjahid, L. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) (Skripsi). Surakarta: Universitas Muhamadiah Surakarta. Schoenwald R, D., dan Flnagan D, R. 1989. Bioavailability of Disperse Dosage Forms. Dalam: Lieberman HA, MM Rieger & GS Banker, eds. Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems. Vol.2. New York: Marcel Dekker Inc. Tisnadjaja, D. 2012. Pengkajian Aktivitas Antioksidan Dari Beras Merah Hasil Fermentasi (angkak). Jurnal. Bogor : LIPI.

PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul Formulasi dan Evaluasi sediaan Mikroemulsi Ekstrak Etanol Beras Merah (Oryza nivara) Sebagai Antioksidan Oleh Rifka Anggraini Anggai Telah diperiksa dan disetujui PEMBIMBING I PEMBIMBING II HAMSIDAR HASAN, S.Si, M.Si, Apt NURAIN THOMAS, S.Si, M.Si, Apt NIP. 19700525 200501 2 001 NIP. 198221231 200801 2 012 MENGETAHUI KETUA JURUSAN FARMASI Dr. WIDYSUSANTI ABDULKADIR, M.Si., Apt NIP. 19711217 200012 2 001