Rusydan *) *) Dosen FKIP Unisla Lamonggan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB I PENDAHULUAN. ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (stakeholders) menginginkan

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI PENGINTEGRASIAN HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS DALAM PEMBELARAN

PENTINGNYA ASPEK SOFT SKILLS

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi

SOFT SKILLS. Rizqie Auliana

PEGANTAR MK KEWARGANEGARAAN

Building Up PROFESSIONAL ATTITUDE SOFT SKILLS. Membangun Karakter Sukses & Mulia

Apa yang dimaksud dengan Interpersonal Skill?

Overview on. Soft Skill.

Pengantar Penulisan Ilmiah U M M I K A L S U M

Kualitas kualitas Penting seorang Juara

PROFIL TEAMWORK SKILL SEBAGAI GAMBARAN KEMAMPUAN KOMPETITIF MAHASISWA

(Development of Soft Skills Learners in Schools)

PROFES PRO SIONALISM

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Pengembangan Softskills

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional. Sering kita mendengar cerita

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Oleh: Akhmad Mustangin ABSTRACT

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : Ilmu Komputer PROGRAM STUDI : Sistem Informasi

NASKAH JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

Fenni Agustina

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

PERAN PUSAT KARIR DALAM MENYIAPKAN KARIR MAHASISWA. Oleh: Prof. Dr. Ir. Nuni Gofar, M.S. (Kepala UPT Pusat Pengembangan Karakter dan Karir Unsri)

ILMU KEALAMAN DASAR (IAD) Oleh: : Ahmad Kholid Alghofari, ST, MT. Kontrak Belajar. : 2 (dua) SKS. Semester/jurusan.

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma

Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul :

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Albinus Silalahi Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan. Abstrak

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN KOMPETENSI REFLEKSI PENDIDIK ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia, sehingga dapat mengimbangi terhadap gejala perubahan

PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) TERHADAP SOFT SKILLS MAHASISWA. Tarmidi. Eka Danta Jaya Ginting

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

MENINGKATKAN SOFT SKILLS MAHASISWA MELALUI PEMAHAMAN PROSES BERPIKIR DALAM MEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASAR TIPE KEPRIBADIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

PERSIAPAN PROFESI PELATIH OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini dimulai dengan sajian simpulan hasil penelitian. Selanjutnya, berdasarkan

Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

COMPLETE: Profile Lulusan Undip

INTERNALISASI NILAI SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2016/2017

ACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS Neila Ramdhani

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

Perpustakaan Informasi mengenai perpustakaan di UB.

Pembelajaran Berbasis Keterampilan Abad 21. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN LAMANYA BERORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DI KAMPUS

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1 (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : MANAJEMEN SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. pengertian komunikasi, kepercayaan, hubungan dan keikutsertaan. condong untuk memperhatikan bagian bawah dari lingkaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. United Nation Development Programme (UNDP) telah mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmu hukum. Mata kuliah ini berbobot 3 SKS yang disajikan untuk mahasiswa semester II. Mata

Aplikasi Penilaian Softskill Mahasiswa (Studi Kasus : Universitas Widyatama Bandung)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

Laporan: Satu Semester Bersama Kuliah Seminar. Abstraksi

Program Studi S-1 TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

PENGEMBANGAN MODEL SOFT SKILLS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMK NEGERI 3 KOTA BIMA

PENDIDIKAN PANCASILA (Pendahuluan) Modul 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

Transkripsi:

Mengintegrasikan Soft Skill Dalam Pembelajaran Interaktif (Sebuah telaah kritis atas artikel ilmiah : Integrating Soft Skills Through Active Learning In The Management Classroom) Rusydan *) *) Dosen FKIP Unisla Lamonggan Abstrak : Penerapan active learning yang merupakan suatu ide yang cemerlang untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penerapan atribut soft skill di ruang kelas di Indonesia, misalnya, lebih banyak lagi tugas presentasi, diskusi kelompok, sampai role play. Dengan tujuan, semakin mengasah kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Hal ini penting sebagai aplikasi pendidikan yang bukan sekadar bagaimana dosen mengajar dengan baik (teacher centre learning), tapi bagaimana mahasiswa bisa belajar dengan baik (student centre learning). Lulusan Perguruan Tinggi kita dihadapkan pada kenyataan dan problematika masyarakat yang memerlukan ketangguhan kompetensi personal tinggi. Oleh karenanya diperlukan suasana pembelajaran di kelas yang berorientasi pada pengembangan soft skill mahasiswa. Kata kunci : Integrasi, soft skill, pembelajaran interaktif A. Pendahuluan Permasalahan Pendidikan di Indonesia saat ini diungkapkan oleh Muchlas Samani dalam bukunya Menggagas Pendidikan Bermakna bahwa Pendidikan kita tampaknya terlalu teoritik, seperti di awang-awang, tidak membumi, dan memisahkan siswa dari kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita tidak membekali siswa bagaimana mengahadapi kehidupan nyata di masyarakat. Lulusan perguruan tinggi hanya memiliki ijazah, namun tidak memiliki kompetensi. Akibatnya, mereka tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam dunia kerja. Sorotan tersebut terutama ditujukan kepada lulusan dari perguruan tinggi. Terdapat jurang yang lebar/gap (mismatch) antara lulusan di perguruan tinggi dengan dunia kerja yang memberikan pekerjaan. Menurut survei yang diterbitkan National Association of Colleges and Employers (NACE) di Amerika Serikat pada tahun 2002 dari hasil jajak pendapat 457 pengusaha, bahwa Indeks Prestasi (IP) hanya menempati urutan ke 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan universitas. Kualitas yang ada di peringkat atas justru merupakan kemampuan yang tidak terlihat (intengible) namun sangat diperlukan, seperti kemampuan berkomunikasi, integritas dan bekerjasama. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah soft skill. Berdasarkan pernyataan tersebut maka tulisan ini bermaksud untuk menelaah kritis atas artikel jurnal berjudul Integrating Soft Skills Through Active Learning In The Management Classroom. Sebuah artikel hasil penelitian yang dilakukan oleh Chynette Nealy University of Houston-Downtown dimuat dalam Journal of College Teaching & Learning Volume 2, Number 4 April 2005. Telaah kritis jurnal ini akan mengambil fokus teori yang digunakan, Kedua, telaah akan difokuskan pada metode, baik metode pelaksanaan training maupun metode analisa data. Dan yang terakhir telaah akan mengulas sumbangan apa yang dapat diberikan dari artikel ini baik dalam konteks pengembangan ilmu maupun tataran praktis. B. Gambaran umum jurnal Kemampuan untuk menggunakan interpersonal skill merupakan hal yang sangat esensial dalam dunia kerja. Interpersonal skill, yang dianggap sebagai soft skill menunjuk pada kemampuan komunikasi, mendengarkan, penyelesaian masalah kelompok, hubungan antar budaya dan customer service. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pentingnya interpersonal skill dalam dunia bisnis dan industri. Dan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa soft skill menempati urutan teratas sebagai kemampuan yang dicari pada setiap pencari kerja. Data dari NACE pada job outlook 2000 menunjuk pada tiga top soft skill yang paling dibutuhkan yakni komunikasi verbal (4,61), teamwork (4,61) dan interpersonal (4,54). Hasil tersebut digunakan sebagai feedback dari dunia bisnis dan industri yang sering merasa kecewa dengan para sarjana atau lulusan yang dianggap kurang memiliki kemampuan tersebut. Data tersebut digunakan oleh para instruktur manajemen untuk memodifikasi kurikulum dan teknik pengajaran untuk mempersiapkan pemimpin bisnis masa depan dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja pada abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk menguji active learning dan hubungannya dengan perkembangan soft skill dan mengukur signifikansi pengajaran dari para instruktur manajemen pada mahasiswa tahun pertama dan atau mahasiswa nontradisional. Yang kedua adalah menyediakan strategi belajar yang dapat diadaptasi di kelas dalam kuliah manajemen. Penelitian ini menggunakan populasi sebagai partisipasi yang menjadi sampel adalah 20 orang mahasiswa suatu universitas urban yang berasal dari 70 orang mahasiswa di dua kelas manajemen. Terdiri dari 13 orang wanita dan 3 orang pria. 8 orang African

American, 12 orang Hispanic. Berusia antara 25 sampai dengan 45 tahun. 5 orang tidak bekerja, 9 orang bekerja part time dan 6 orang bekerja full time. Tahapan Program penlitian terdiri dari 3 tahap. Pertama mahasiswa di beri kuliah dan diskusi tentang soft skill yang dibutuhkan dalam berbagai kondisi dan kepemimpinan. Ke dua diberi ujian tentang soft skill yang dibutuhkan pada dunia bisnis saat ini. Yang terakhir dibagi dalam 6 kelompok dan diberi tugas berupa studi kasus tentang 3 hal yakni (a) Communicaton and technology, partisipan diminta untuk menganalisa permasalahan yang berkait dengan komunikasi dan teknologi, seperti mengevaluasi jon application, membuat resume, memberikan peringatan dan pengumuman kepada karyawan, memimpin rapat, interview dan sebagainya. Tujuannya agar para partisipan tersebut memiliki keterampilan komunikasi baik personal maupun kelompok. (b) Human relations, partisipan diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hambatan karena kesadaran budaya yang rendah dan diskriminasi. Tujuannya agar partisipan memiliki keterampilan mendengarkan dan memahami perbedaan budaya. (c) Records and information management, partisipan dihadapkan pada tantangan etik, dan diminta untuk mengembangkan kode etik berkaitan dengan komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab dan kesadaran social. Tujuannya agar partisipan mampu mengembangkan kesadaran etik tentang soft skill yang dikembangkan diantaranya mengartikulasikan ide-ide, berfikir kritis, dan etika kerja yang merefleksikan tanggung jawab. Data dianalisa berdasarkan hasil laporan dari para partisipan baik secara lisan maupun tulisan, dan diresumekan secara deskriptif. Laporan tersebut berisi pengalaman partisipan menerapkan teori dalam praktek kerjanya dan menunjukkan bahwa partisipan telah mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan mengaplikasikan soft skil yang dibutuhkan dalam manajemen dan berpengaruh positif terhadap perilaku organisasi. Partisipan juga mampu menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang rasional serta mengembangkan rencana dan kelompok kerja yang kolaboratif. Di bawah ini adalah daftar soft skill yang dapat diidentisikasi dan dikembangkan oleh partisipan selama pelaksanaan kegiatan active learning: a. Mendapatkan kepercayaan diri b. Meningkatkan kemampuan komunikasi baik lisan maupun tulisan c. Keinginan yang besar untuk menerima ide dari orang lain d. Respek yang tinggi khususnya dari mahasiswa tradisional e. Mendapatkan kredibilitas berdasarkan pengalaman kerja f. Mahasiswa menghargai seniornya karena pengalaman hidupnya g. Mendapatkan pengalaman dan pemahaman tentang budaya lain h. Belajar mengenai aspek negatif dari stereotip i. Belajar bahwa active learning informatif dan menyenangkan j. Berteman dengan yang lain meskipun orang tersebut kurang aktif di kelas k. Mengatasi rasa malu l. Belajar tentang teknologi dan aplikasinya m. Belajar untuk tidak setuju tanpa rasa marah. n. Mendapatkan kepercayaan bahwa tujuan dapat dicapai melalui pembimbingan baik oleh instruktur maupun sejawat. o. Mengenali pentingnya organisasi dan hubungan antar karyawan Proses yang telah dilalui oleh partisipan memberikan banyak keuntungan diantaranya partisipan belajar untuk beradaptasi dan menemukan metodenya sendiri untuk memahami materi perkuliahan. Beberapa implikasi yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah: a. Meneruskan penelitian tentang efektifitas active learning b. Para instruktur diharapkan selalu mengeksplorasi kesempatan untuk mengintegrasikan active learning dalam aktifitas perkuliahan. c. Kolaborasi antara akademisi dan praktisi untuk mengidentifikasikan soft skill dan kemampuan lain yang dibutuhkan oleh para karyawan. d. Struktur organisasi yang flat dan meningkatkan populasi mahasiswa menuntut adanya perubahan strategi mengajar yang masih tradisional dan up date kurikulum. Penelitian ini dilandasi oleh hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, yakni : 1. Mishel and Bernstein (1994) yang menyatakan bahwa transformasi pada angkatan kerja yang berhubungan erat dengan perubahan-perubahan diantaranya mahasiswa non tradisional yang memasuki dunia perguruan tinggi. Berdasarkan data Departemen Pendidikan AS menunjukkan bahwa setengah dari mahasiswa tahun pertama berusia diatas 24 tahun, dan sepertiganya berusia di atas 35 tahun. 2. Kebutuhan untuk memperkecil skill gap dengan meningkatkan kemampuan para pekerja agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja yang global, kompetitif dan berteknologi. Keadaan tersebut membutuhkan transformasi metode pengajaran. Menurut Fink (1999) an Black (2002) untuk menjawab hal tersebut para pengajar perlu mengubah pengajaran yang bersifat tradisional ke model pembelajaran yang adaptif yang berfokus pada pendekatan yang terintegrasi dan lebih melibatkan siswa. 3. Allen (2000) menyatakan bahwa materi perkuliahan harus mengandung aktivitas pembelajaran yang bervariasi sehingga mahasiswa dapat berperan dalam budaya akademik dan memperkaya kehidupannya melalui proses sharing dengan para pengajarnya. 4. Giezkowski (1992) menyatakan bahwa instruktur yang mampu menyesuaikan diri dengan mahasiswa yang sudah matang (mature students) mengalami peningkatan dalam proses pengajaran dan kelasnya menjadi sangat dinamis, sebab mahasiswa tersebut cenderung lebih fokusdalam menerapkan apa yang dipelajari, lebih bermotivasi, dan menunjukkan

perilaku yang unggul. Pengalaman hidupnya memperkaya diskusi di kelas serta mendorong baik mahasiswa maupun pengajarnya untuk membandingkan antara teori dan realita. 5. Bean (1996), Sutherland and Bonwell (1996) dan Silberman (1996) active learning direkomendasikan untuk memperluas pemahaman dan interpersonal skill seperti komunikasi, penyelesaian masalah dan team work. 6. Lucas (1997) mengatakan bahwa active learning merupakan pendekatan simulasi atau game yang memiliki 4 karakteristik yakni (a) mencari arti dan pemahaman, (b) fokus pada tanggung jawab siswa, (c) menekankan pada keterampilan dan pengetahuan, (d) pendekatan terhadap kurikulum yang menempatkan lulusan pada setting sosial dan karir yang lebih luas. C. Telaah Kritis 1. Topik Artikel Topik artikel ini sangat menarik, mengingat bahasan mengenai soft skill saat ini sedang hangat dibicarakan. Jumlah lapangan pekerjaan dan pelamar kerja yang tidak sebanding membuat persaingan menjadi ketat. Tatapi kenyataannya banyaknya pelamar kerja tidak diimbangi dengan kualitas individual yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Berdasarkan laporan World Compettivenes Yerabook (2004), tingkat daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia di limgkungan regoional ASEAN berada paling bawah. Misalnya Singapura berada di peringkat 2, Malaysia peringkat 16, Thailand peringkat 29 dan Filipina 52. Para pelamar kerja khususnya lulusan perguruan tinggi yang diharapkan memiliki kualitas personal yang unggul ternyata kurang tangguh, tidak jujur, cepat bosan, tidak bisa bekerja teamwork, sampai minim kemampuan berkomunikasi lisan dan menulis laporan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari peran PT yang idealnya sebagai pusat pengajaran, selama ini hanya menekankan pengajaran pada keahlian dan keterampilan fisik (hard skill) Padahal waktu terjun di DU/DI banyak aspek soft kill seperti kemampuan berkomunikasi yang baik, kejujuran, etos kerja tinggi, tahan banting dan aspek-aspek lain yang tidak di ajarkan tetapi sangat berperan dalam DU/DI tersebut. Soft Skill didefinisikan sebagai personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative). Menurut Patrick S. O'Brien dalam bukunya Making College Count, soft skill dapat dikategorikan ke dalam 7 area yang disebut Winning Characteristics, yaitu, communication skills, organizational skills, leadership, logic, effort, group skills, dan ethics. Kemampuan nonteknis yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan itu, disebut soft skill. Dan survei dari National Association of College and Employee (NACE), USA (2002), kepada 457 pemimpin, tentang 20 kualitas penting seorang juara. Hasilnya berturut-turut adalah kemampuan komunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika, motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP >= 3,00), kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha. 2. Teori yang digunakan Penelitian ini didasari pada hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh para peneliti terdahulu, diantaranya adanya kebutuhan praktis akan metode pembelajaran yang menjembatani antara kebutuhan dunia usaha dan pelaksanaan pengajaran di PT. Ketidakseimbangan pendidikan di ruang kuliah yang lebih bertumpu pada hard skill, tentu saja perlu segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot lebih kepada pengembangan soft skill. Implementasi soft skill tersebut dapat dilakukan baik melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler. Penerapan active learning yang digagas oleh Bean (1996), Sutherland and Bonwell (1996) dan Silberman (1996) merupakan suatu ide yang cemerlang untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penerapan atribut soft skill di ruang kelas di Indonesia, misalnya, lebih banyak lagi tugas presentasi, diskusi kelompok, sampai role play. Dengan tujuan, semakin mengasah kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Hal ini penting sebagai aplikasi pendidikan yang bukan sekadar bagaimana dosen mengajar dengan baik (teacher centre learning), tapi bagaimana mahasiswa bisa belajar dengan baik (student centre learning). 3. Sumbangan bagi dunia pendidikan Artikel ini memiliki sumbangan yang cukup signifikan bagi perkembangan dunia pendidikan. Penelitian di Eropa menyebutkan, kesuksesan seseorang di dunia usaha 80% ditentukan oleh kemampuan softskill dan 20% kemampuan hardskill. Akan tetapi, didalam sistem pendidikan saat ini seperti di paparkan dalam Rakerwil Pimpinan PTS tahun 2006 bahwa 10 % adalah soft skills sedangkan 90 % adalah hard skills. Model pendidikan tinggi pada umumnya masih fokus pada keterampilan teknis (hard skill) 90 persen di bandingkan pengembangan kemampuan lunak (Soft skills) yaitu 10 persen. Sementara itu, National Association Of College and Employers (NACE) pada tahun 2005 melaporkan bahwa pada umumnya para pengguna lulusan membutuhkan keahlian kerja berupa soft skill 82 persen dan hard skill 18 persen. Oleh karena itu dibutuhkan adaptasi kurikulum untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang berorientasi pada soft skill. 4. Kelemahan artikel Kelemahan dari artikel penelitian ini diantaranya adalah tidak mendasarkan pada teori-teori tentang soft skill. Meskipun proses pembelajaran merupakan penekanan pada penelitian ini tetapi soft

skill sebagai out come dari penelitian ini tetap harus dianalisa secara mendalam. Metodologi yang digunakan hanya bersifat deskriptif, sehingga tidak dapat disimpulkan apakah memang ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan sebelum dan sesudah penelitian. Akan lebih baik bila didesain dengan eksperimen dan digunakan kelompok control. Dengan demikian maka sample dapat diperbanyak dan lebih melibatkan banyak unsur budaya. Partisipan adalah orang African American dan Hispanic, tidak ada satupun orang Amerika asli, hal ini tentunya akan membawa dampak strereotip dan prejudice yang sangat tidak diharapkan. Pendekatan Pendidikan di PT. (slametsantoso.multiply.com/journal/item/6-124k. diakses tanggal 26 Oktober 2008) Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional: Dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera. D. Penutup Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama artikel jurnal internasional yang berjudul Integrating Soft Skills Through Active Learning In The Management Classroom yang dilakukan oleh Chynette Nealy University of Houston-Downtown dimuat dalam Journal of College Teaching & Learning Volume 2, Number 4 April 2005 sangat menarik untuk dijadikan kajian. Kondisi masyarakat di Indonesia khususnya angkatan kerjanya yang memiliki kualitas personal rendah, dapat menjadi cermin bahwa soft skill yang merupakan salah satu aspek penting dari kualitas personal seseorang masih belum mendapat perhatian. Dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi mestinya mampu merespon kondisi ini dengan merevisi kurikulum pendidikannya berikut pada metode pembelajaran agar kondisi pembelajaran di kelas dapat menstimulasi munculnya kemampuan soft skil. Proses integrasi materi soft skill dalam mata kuliah dan praktek pengelolaan kelas menjadi keniscayaan bagi pendidik dalam memimpin pembelajaran yang pada gilirannya akan mampu menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompeten dibidangnya serta tangguh dalam menghadapi dinamika masyarakat global. DAFTAR RUJUKAN As ad, M. 1986. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberti Daft, R.I. 1986.Organization: A Micro/Macro Approach. Glenview, Illinois: Scot, Foresman and Company. Hughes, R.J. & Kapoor J.R. 1976. Business. Boston: Houghton Mifflin Company. Luthan, F. 1985. Organizational Behavior(4 th ed), Singapore: Mc Graw Hill Book Company. Moore, G.W.1983. Developing and Evaluating Educational Research. Toronto: Little Brown & Company (Canada) Limited. Owens, R.G. 1991. Organizational Behaviourin Education (4 th ed). London: Prentice Hall International Inc. Santoso, Slamet. Integrasi Soft Skill Mahasiwa di Perkuliahan;Langkah letih Pengembangan dan