J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN

Oleh Yos Wahyu Harinta Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Jl.Letjen Sujono Humardani No.1,Sukoharjo

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. BAHAN DAN METODE

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

PENGARUH INSEKTISIDA BOTANI BERBENTUK SERBUK BIJI TERHADAP HAMA KUMBANG Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) PADA BENIH KACANG HIJAU

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Jumlah Hidup...Andi Nurhakim

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

TATA CARA PENELITIAN

PENGUJIAN BEBERAPA JENIS INSEKTISIDA NABATI TERHADAP KUMBANG SITOPHYLUS ORYZAE L, PADA BERAS

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

Dampak penggunaan pestisida non-nabati Mengapa pestisida nabati diperlukan?

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

PENGENDALIAN HAMA WERENG COKELAT (Nilaparvata lugens) YANG MENYERANG TANAMAN PADI (Oryza sativa) DENGAN MINYAK SERAI WANGI DAN MINYAK DAUN CENGKEH

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

III. BAHAN DAN METODE

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

PENGARUH SERBUK KULIT BATANG KAYU LAWANG (Cinnamomun cullilawan) TERHADAP MORTALITAS KUMBANG BUBUK BERAS (Sitophylus oryzae L.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

EFEKTIVITAS JAMUR Beauveria bassiana TERHADAP HAMA Helopeltis sp. YANG MENYERANG TANAMAN KAKAO. Syamsul Makriful Akbar 1 dan Mariani 2 ABSTRAK

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

Pendahuluan Latar Belakang Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pemerintah melalui Bulog selalu berusaha

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

III. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Transkripsi:

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN : 1412-3657 UJI PENDAHULUAN PENGGUNAAN TEPUNG DAUN SEREH (Andropogon nardus) DAN DRINGO (Acorus calamus) TERHADAP MORTALITAS Sitophilus zeamais (Motschulsky) (COLEOPTERA ; CURCULIONIDAE) PADA BIJI JAGUNG DI PENYIMPANAN Oleh : Nur Khasanah 1) ABSTRACT The research aimed to determine sereh (Andropogon nardus) and dringo (Acorus calamus) leaf mash effects on the mortality of Sitophilus zeamais in storage corn seeds. The study used a Completely Randomized Block design with three replicates. The treatments consisted of 1 g sereh and dringo leaf mash, 2 g sereh and dringo leaf mash, 3 g sereh and dringo leaf mash, 4 g sereh and dringo leaf mash, 5 g sereh and dringo leaf mash, and control. The research results indicated that even at the lowest dosage (1 g sereh and dringo leaf mash), the mortality of the tested S. zeamais was quite high (22.50%). Key words : Sitophilus zeamais, sereh (Andropogon nardus), dringo (Acorus calamus) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis tepung daun sereh (Andropogon nardus) dan dringo (Acorus calamus) terhadap mortalitas Sitophilus zeamais di penyimpanan. Rancangan perlakuan pengujian mortalitas S. zeamais disusun dalam pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dosis tepung daun tanaman sereh (A. nardus) dan dringo (A. calamus) dengan masing-masing dosis perlakuan terdiri atas 0 gr, 1gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr dan 5 gr dan kontrol. Dari masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan T1 (1 g) dosis tepung daun sereh dan daun dringo di akhir pengamatan menunjukkan nilai yang sama yaitu sebesar 22,50% atau dengan dosis sebesar 1 gr tepung daun sereh dan daun dringo telah mampu menyebabkan mortalitas pada S. zeamais uji. Kata kunci : Sitophilus zeamais, sereh (Andropogon nardus) dan dringo (Acorus calamus) I. PENDAHULUAN Jagung merupakan sumber karbohidrat dan protein yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Di beberapa daerah di Indonesia 1) Staf Pengajar pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi, sedangkan sebagai bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi (Subandi, dkk. 1998 ) Kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri menyebabkan permintaan produksi jagung terus meningkat. Peningkatan produksi 28

jagung tentunya harus disertai dengan usaha penyelamatan dan penanganan hasil untuk menghindari kerusakan dan penyusutan baik kualitas maupun kuantitas di penyimpanan akibat serangan hama dan penyakit. Salah satu hama penting yang menyerang biji jagung di penyimpanan adalah Sitophilus zeamais. Populasi S. zeamais di tempat penyimpanan perlu dikendalikan, karena hanya dalam waktu 4 minggu populasinya dapat mencapai 32 ekor per kuwintal jagung dan dapat mengakibatkan kerusakan biji dan susut bobot hingga sekitar 20%, selain itu aktifitas S. zeamais juga dapat menyebabkan peningkatan kadar air biji sebagai hasil respirasi sehingga akan memacu pertumbuhan Aspergillus sp. dan terjadinya kontaminasi aflatoksin (Surtikanti, 2004). Pengendalian serangan hama secara kimia dengan menggunakan insektisida kimia telah banyak dilakukan, namun dapat menimbulkan dampak negatif bila diaplikasikan pada bahan jagung di penyimpanan apalagi jika bahan tersebut ditujukan untuk kebutuhan konsumsi manusia, pakan ternak dan bahan baku industri lainnya. Pemanfaatan pestisida nabati merupakan alternatif yang efektif sebagai alat pengendalian organisme pengganggu tanaman, karena residu pestisida nabati mudah terurai sehingga aman bagi lingkungan dan tidak berpengaruh negatif terhadap kualitas dan kuantitas produk selain dapat dibuat dengan teknologi yang sederhana sehingga mudah diadopsi oleh petani (Maryam dan Mulyana, 2002). Berhubungan dengan hal di atas maka upaya-upaya pengendalian perlu terus dikembangkan dengan mempertimbangkan biaya, efektifitas teknis aplikasi dan kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan pengendalian. Tanaman sereh (A. nardus) dan dringo (A. calamus) dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Tanaman serai mengandung minyak atsiri yang bersifat toksin terhadap serangga, abu dari daun tanaman ini mengandung sekitar 49 % silika (SiO 2 ) yang bersifat sebagai penyebab desikasi pada tubuh serangga, yaitu apabila serangga terluka maka akan terus menerus kehilangan cairan tubuhnya (Kardinan 2001). Tanaman dringo dapat digunakan untuk mengendalikan hama gudang. Kandungan senyawa bioaktif asaron dari tanaman dringo dapat menimbulkan efek genotoksik, yaitu bersifat racun yang dapat mengakibatkan perubahan genetik dari sel, sehingga kerap kali sel-sel tumbuh dan berkembang secara tidak terkendali (Andria,2001). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis tepung daun sereh (A. nardus) dan dringo (A. calamus) terhadap mortalitas S. zeamais di penyimpanan. II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November 2006 sampai dengan Bulan Februari 2007. Bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. 29

2.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah biji jagung varietas lokal, imago S. zeamais, tepung daun tanaman sereh (A. nardus) dan daun dringo (A. calamus). Sedangkan alat yang digunakan adalah wadah (toples plastik), kain kasa, karet gelang, label, oven, penggiling (blender), ayakan, timbangan analitik, pinset, kaca pembesar, kamera dan alat tulis menulis. 2.3. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan disusun dalam pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dosis tepung daun tanaman sereh (A. nardus) dan 6 perlakuan dosis tepung daun tanaman dringo (A. calamus) dengan masing-masing dosis ditentukan terdiri atas T0 = 0 ( kontrol), T 1 = 1 gr, T 2 = 2 gr, T 3 = 3 gr, T 4 = 4 gr dan T 5 = 5 gr. Dari masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. 2.4. Pelaksanaan Penelitian Perbanyakan Serangga Uji Perbanyakan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin biji jagung yang telah terserang hama dari berbagai tempat penyimpanan, selanjutnya dibawa ke laboratorium. Serangga yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam toples yang telah berisi biji jagung varietas arjuna sebanyak 2 kg sebagai bahan pakan dan tempat perkembangbiakan serangga S. zeamais kemudian ditutup dengan menggunakan kain kasa lalu diikat karet gelang. Untuk memperoleh umur imago yang seragam pada saat investasi, serangga S. zeamais tersebut dibiakan hingga diperoleh imago S. zeamais generasi ke dua (F2). Kebutuhan serangga uji sebanyak 360 ekor (36 unit percobaan x 10 ekor S. zeamais per unit percobaan). 2.5. Pengambilan Sampel Jagung Sampel biji jagung varietas Lokal diperoleh dari Balai Perbenihan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah. Sampel yang diperoleh kemudian dibawa ke Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. 2.6. Pembuatan Tepung Daun Sereh dan Tepung Daun Dringo Untuk mempercepat proses pengeringan dan mempermudah penggilingan daun tanaman sereh dan dringo yang masih segar (hijau) dipotong-potong dengan ukuran + 2 cm, kemudian bahan dioven dengan suhu 40 o C selama 4 x 24 jam. Setelah kering masing-masing daun tanaman digiling dengan blender lalu dilanjutkan dengan pengayakan hingga menjadi tepung. Kebutuhan untuk masing-masing tepung daun tanaman adalah sebanyak 45 gr. 2.7. Aplikasi Perlakuan Setiap wadah (toples) diisi dengan biji jagung sebanyak 100 g yang dicampur dengan tepung daun sereh dan tepung daun dringo dan daun jarak sesuai perlakuan. Kemudian, pada masing-masing wadah tersebut diinfestasikan 10 ekor imago S. zeamais lalu dilakukan pengamatan. 30

2.8. Variabel Pengamatan Adapun variabel yang diamati adalah : a. Mortalitas Mortalitas S. zeamais diamati setiap 1 x 24 jam setelah infestasi (hsi) selama 8 hari, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan : P = Persentase Mortalitas S. zeamais a = Jumlah S. zeamais yang mati b = Jumlah S. zeamais uji 2.9. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varians (ANOVA). Apabila menunjukkan perbedaan selanjutnya diuji dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez, 1995). III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil P = b a 100% Hasil uji BNJ pada pengamatan 1 sampai 8 hari setelah aplikasi (Hsi) menunjukkan bahwa semua perlakuan tepung daun sereh pada biji jagung berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata mortalitas S. zeamais disajikan pada Tabel 1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan T 0 menunjukkan perberbedaan nyata terhadap semua perlakuan kecuali T 1, T 2, T 3, T 4 pada pengamatan 1 hari setelah aplikasi. Pada pengamatan 1 hari setelah aplikasi mortalitas imago S. zeamais pada T 0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan T 1, T 2, T 3 dan T 4 akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T 5. Rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi terdapat pada perlakuan T 5. Pada pengamatan 2 dan 3 hari setelah aplikasi perlakuan kontrol berbeda nyata dengan semua perlakuan ; T 1, T 2, T 3, T 4 dan T 5. Rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi terdapat pada perlakuan T 5. Pada pengamatan 4 hari setelah aplikasi menunjukkan perlakuan T0 berbeda nyata dengan perlakuan T 1. T 1 berbeda nyata dengan T 2, T 3, T 4 dan T 5. Rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi terdapat pada T 4 dan T 5. Pada pengamatan 5 hari setelah aplikasi menunjukkan perlakuan T 0 berbeda nyata dengan semua perlakuan. Rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi terdapat pada perlakuan T 5. Pada pengamatan 6 dan 7 hari setelah aplikasi menunjukkan nilai yang sama, dimana perlakuan kontrol berbeda nyata dengan perlakuan T 1 dan T 2, T 2 berbeda nyata dengan T 3, T 4 dan T 5. Sedangkan pada pengamatan 8 hari setelah aplikasi, perlakuan T 0 berbeda nyata dengan perlakuan T 1, T 2 dan T 3. T 3 berbeda nyata dengan perlakuan T 4 dan T 5. Hasil uji BNJ pada pengamatan 1 sampai 8 hari setelah aplikasi menunjukkan bahwa semua perlakuan tepung daun Dringo pada biji jagung berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata mortalitas S. zeamais. Hasil pengamatan pada seluruh pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol berbeda nyata terhadap semua perlakuan kecuali T 1 pada 1 dan 2 hari setelah aplikasi serta T 2, T 3, dan T 4 pada 1 hari setelah aplikasi. 31

Tabel 1. Rata-rata Mortalitas Imago S. zeamais pada Beberapa Dosis Tepung Daun Sereh wangi (A. nardus). Perlakuan Waktu Pengamatan (HSA) 1 2 3 4 5 6 7 8 T 0 (0g) 0,70 b 0,70 b 0,70 b 0,70 c 0,70 b 0,70 c 0,70 c 0,70 c T 1 (1g) 0,70 b 4,52 a 4,52 a 4,52 b 5,52 a 5,52 b 5,52 b 5,52 b T 2 (2g) 0,70 b 4,85 a 4,85 a 4,85 a 5,52 a 5,52 b 5,52 b 5,52 b T 3 (3g) 0,70 b 4,85 a 4,85 a 5,19 a 5,52 a 5,80 a 5,80 a 5,80 b T 4 (4g) 1,55 b 4,85 a 5,19 a 5,52 a 5,80 a 6,08 a 6,08 a 6,36 a T 5 (5g) 3,24 a 4,85 a 5,52 a 5,52 a 6,08 a 6,36 a 6,36 a 6,36 a BNJ 1,64 1,29 1,12 0,91 0,77 0,77 0,77 0,54 Keterangan: 1) Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ 0,05. 2) Merupakan hasil transformasi x + 0, 5. Tabel 2. Rata-rata Mortalitas Imago S. zeamais pada Beberapa Dosis Tepung Daun Dringo (A. calamus). Perlakuan Waktu Pengamatan (HSA) 1 2 3 4 5 6 7 8 T 0 (0g) 0,70 b 0,70 b 0,70 b 0,70 b 0,70 b 0,70 c 0,70 c 0,70 d T 1 (1g) 0,70 b 0,70 b 4,52 a 4,52 a 4,85 a 5,52 b 5,52 b 5,52 c T 2 (2g) 0,70 b 4,09 a 4,09 a 4,09 a 5,52 a 5,52 b 5,52 b 5,52 c T 3 (3g) 0,70 b 4,85 a 4,85 a 4,85 a 5,80 a 5,80 a 6,08 b 6,61 b T 4 (4g) 0,70 b 4,85 a 4,85 a 4,85 a 5,47 a 5,80 a 6,61 a 7,10 a T 5 (5g) 2,39 a 4,85 a 4,85 a 5,19 a 5,80 a 6,36 a 7,10 a 7,32 a BNJ 1,64 1,39 1,39 1,39 1,44 0,77 0,72 0,65 Keterangan: 1) Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNJ 0,05. 2) Merupakan hasil transformasi x + 0, 5. Pada pengamatan 1 hari setelah aplikasi mortalitas imago S. zeamais pada T 0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan T 1, T 2, T 3 dan T 4, akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T 5 dan merupakan rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi.pada pengamatan 2 hari setelah aplikasi perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan T 1. Perlakuan T 1 berbeda nyata dengan perlakuan T 2, T 3, T 4 dan T 5. Untuk pengamatan 3, 4, 5 hari setelah aplikasi perlakuan T 0 berbeda nyata dengan semua perlakuan. Selanjutnya perlakuan T 1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan T 2, T 3, T 4 dan T 5. Pada pengamatan 6 hari setelah aplikasi perlakuan T 0 berbeda nyata dengan perlakuan T 1 dan T 2. T 2 berbeda nyata dengan T 3, T 4 dan T 5 rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi terdapat pada T 5. Pada pengamatan 7 hari setelah aplikasi menunjukkan perlakuan T 0 berbeda nyata dengan semua perlakuan. Rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi terdapat pada 32

perlakuan T 5. Pengamatan 8 hari setelah aplikasi, perlakuan kontrol (T0) berbeda nyata dengan perlakuan T 1, T 2. T 2 berbeda nyata dengan T 3. T 3 berbeda nyata dengan perlakuan T 4 dan T 5. 3.2. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan uji statistik, diketahui bahwa perlakuan beberapa dosis tepung daun sereh dan daun dringo pada setiap pengamatan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap rata-rata mortalitas imago S. zeamais pada perlakuan kecuali pada kontrol. Dari hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa aplikasi tepung daun sereh pada biji jagung di penyimpanan menyebabkan mortalitas S. zeamais. Pada pengamatan terakhir (8 hsi), rata-rata mortalitas S. zeamais tertinggi mencapai 30% pada perlakuan T 5 dan T 4, perlakuan T 3 sebesar 25,00%, pada perlakuan T 1 dan T 2 yaitu sebesar 22,50%. Mortalitas S. zeamais pada setiap pengamatan terus mengalami peningkatan hal tersebut diduga disebabkan oleh kandungan bahan aktif dari tepung daun serai dan menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun serai dapat digunakan dalam mengendalikan S. Zeamais. Sereh wangi mengandung aldehida, alkohol, ester, keton dan terpen yang digunakan untuk menjalankan peran ganda seperti menarik serangga dan mengusir serangga (Soenardi, 1980 dalam Zulfitriyani 2004). Menurut Kardinan (2002) tanaman sereh memiliki kandungan minyak atsiri, karena kandungannya tersebut sehingga tanaman ini dapat digunakan sebagai pembasmi hama. Perlakuan dengan menggunakan tepung daun dringo pada biji jagung di penyimpanan menyebabkan mortalitas Sitophilus zeamais yang cukup tinggi. Pada pengamatan terakhir (8 hsa), rata-rata Mortalitas S. zeamais tertinggi mencapai 40% pada perlakuan T 5, kemudian perlakuan T 4 dengan rata-rata mortalitas sebesar 37,50%, perlakuan T 3 sebesar 32,50%, sedangkan rata-rata mortalitas pada perlakuan T 1 dan T 2 yaitu sebesar 22,50%. Pada pengamatan perlakuan tepung daun dringo pada biji jagung di penyimpanan menunjukkan pengaruh terhadap aktivitas imago S. zeamais. Pengaruh tersebut dapat dilihat dengan adanya upaya imago S. zeamais untuk menghindar dari biji jagung yang tercampur tepung daun dringo dengan memanjat wadah dan bertahan pada bagian atas (kain kasa penutup) wadah, membersihkan antena dengan mulut, tidak berfungsinya kaki depan dengan normal sehingga gerakan berjalan tampak tidak sempurna, selalu mengangkat elytranya, menurunnya mobilitas imago S. zeamais dan kemudian mati. Hal tersebut diduga merupakan gejala-gejala efek keracunan akibat perlakuan tepung daun dringo. Menurut Tarumingkeng (1991) langkah pertama dalam penilaian efek keracunan adalah pengamatan tehadap respon fisik dan tingkah laku binatang uji. Tingginya mortalitas yang terjadi pada perlakuan T 5 (40,0%) diduga akibat besarnya dosis tepung daun dringo yang diberikan sehingga daya bunuhnya menjadi lebih besar, menurut Prijono (1988) dosis bioinsektisida yang lebih tinggi akan menyebabkan mortalitas serangga uji yang tinggi pula. 33

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan 1 gram dosis tepung daun serai dan 1 gram daun dringo di akhir pengamatan menunjukkan telah mampu menyebabkan mortalitas pada S. zeamais uji yaitu sebesar 22,50%. 4.2. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai toksisisitas tepung daun sereh dan daun dringo terhadap mortalitas S. zeamais sehingga diperoleh kisaran dosis yang lebih efektif untuk pengendalian S. zeamais dalam upaya pengamanan biji jagung di penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA Andria, 2001. Intisari on The Net Edisi Februari 2001, www.indomedia.com/intisari. Diakses Desember 2006. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Statistical Procedures for Agricultural Research Diterjemahkan oleh E. Sjamsuddin dan J. S. Baharsjah : Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta. Kardinan, A., 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. Maryam dan Mulyana, 2002. Pestisida Botani Ramah Lingkungan. www.pustakabogor.net/publiwarta. Diakses Desember 2006. Prijono, D., 1988. Pengujian Insectisida. Jurusan HPT Faperta IPB. Subandi, L.G, Ismail dan Hermanto, 1998. Jagung, Teknologi Produksi dan Pasca Panen.. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais (Motschulsky) (Coleoptera : Curculionidae) dan Stategi Penendaliannya. J. Litbang Pertanian. Tarumingkeng R. C., 1991. Insektisida : Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaannya. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Zulfitriyani D.M., Sylvia S., dan Ahdin Gassa 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropagon nardus L.) Sebagai Atraktan Berperekat terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp) pada Pertanaman Mangga. J. Sains dan Teknologi. Vol 4 no. 3 34