BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sorotan bagi organisasi untuk tetap dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai perusahaan terdiri atas sekumpulan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat dan semakin ketat. Persaingan dalam dunia bisnis, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai rasa untuk memiliki dan bersedia untuk memberikan. kontribusi untuk membangun suatu sistem kerjasama yang sangat penting

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1990-an mulai terjadi perubahan besar-besaran dalam bidang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Perawat bagian rawat inap Rumah Sakit X menunjukkan derajat OCB

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia yang saat ini semakin pesat memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Salah satu yang mendukung perkembangan tersebut adalah

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan perusahaan provider telekomunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan keuntungan yang memadai bagi perusahaan dalam rangka

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

DAFTAR ISI. JUDUL i. LEMBAR PENGESAHAN ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR iv. DAFTAR ISI... v. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan. maksud memeroleh atau membantu memeroleh pendapatan atau gaji

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Jakarta dan Bandung, perkembangan di bidang fashion, perfilman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. baik bencana alam maupun bencana sosial (Perang, krisis ekonomi dan lain-lain).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan yang besar,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan minyak bumi yang dihasilkan oleh Indonesia. PT. X terus berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB I PENDAHULUAN. Kebakaran dapat terjadi setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Kebakaran terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi hanya ada dua yaitu: PT. Telkom tbk dan PT Indosat tbk. PT Telkom

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ini, berdampak pada kritisnya masyarakat Indonesia dalam menerima produk jasa.

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana pengaruh OCB terhadap kinerja dan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan serta Kementrian

BAB I PENDAHULUAN. SMAN X Kota Purwakarta merupakan satu-satunya Sekolah Menengah

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior. B. Definisi Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. bagi peneliti mendatang, dan saran bagi Pihak Manajemen Game Master.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori pertukaran sosial menurut Staley dan Magner (2003) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak di bidang manufaktur ataupun di bidang jasa, semakin ketat.

ORGATIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) : ASPEK DARI AKTIVITAS INDIVIDUAL DALAM BEKERJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi semakin cepat kemajuannya sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang transportasi juga semakin meningkat. Di era

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. PT. Trisapta Eka Maju telah menetapkan sasarannya menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan setelah mengalami adanya gangguan/keluhan pada tubuhnya, bahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya akan berelasi dengan orang lain pun akan meningkat. Individu akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun

BAB I PENDAHULUAN. dengan organisasi lain sehingga dapat terus mengembangkan organisasi.

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara (http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi). Globalisasi selalu ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pesat pada sektor perekonomian secara keseluruhan, yang menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan yang tidak bisa ditawar bagi para pelaku ekonomi maupun industri. Hal ini berlaku pula pada PT X yang merupakan salah satu pelaku ekonomi yang bergerak di bidang industri plastik terpal di Kota Bandung. PT X merupakan perusahaan keluarga yang dikepalai oleh seorang direktur utama dan memiliki 150 orang karyawan. Terdapat divisi-divisi yang bergerak di bawah direktur utama, divisi keuangan dan divisi umum atau personalia yang dikepalai oleh seorang manager keuangan serta divisi sizing, packaging, dan divisi marketing digabung delivery yang dikepalai oleh seorang manajer operasional. Divisi-divisi tersebut memiliki tugas yang berbeda-beda. Tugas dari Divisi keuangan adalah mencatat dan melaporkan keluar-masuknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada manager keuangan, divisi umum/personalia bertugas untuk perekrutan karyawan dan mengembangkan tenaga kerja, divisi sizing tugasnya memotong lebar plastik terpal sesuai dengan yang ditentukan oleh perusahaan, divisi packaging bertugas untuk mengemas plastik terpal yang sudah 1

2 dipotong-potong ke dalam kemasan yang sesuai dengan ukurannya dan membuat lubang-lubang yang disertai cincin tembaga yang digunakan untuk mengikat tali, sedangkan divisi marketing dan delivery yang dijadikan satu divisi, tugasnya adalah memasarkan dan mengantarkan barang produksi kepada pemesan setelah divisi sizing dan packaging menyelesaikan tugasnya. Setiap perusahaan memiliki visi dan misi tersendiri, semua tergantung tujuan yang akan dicapai oleh masing masing perusahaan (http://bisnisukm.com/pentingnya-visi-dan-misi-perusahaan.html). PT X sendiri memiliki visi dan misi yang harus dicapai. Visinya adalah menjadi perusahaan industri plastik terpal yang senantiasa mampu bersaing dan tumbuh berkembang dan sehat. Sedangkan misinya sendiri ialah ingin menghasilkan laba yang pantas untuk mendukung pengembangan perusahaan serta memproduksi plastik terpal yang berdaya saing tinggi demi kepuasan pelanggan. Untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan oleh PT X tidak bisa dilepaskan dari peran penting manusia di dalamnya, baik itu perubahan yang mengarah untuk membangun ataupun sebaliknya tergantung dari sumber daya manusia di dalamnya. Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor terpenting dalam usaha pencapaian keberhasilan semacam ini. Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan.

3 Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak dapat dilepaskan dari peran karyawannya. Karyawan bukan semata-mata obyek dalam pencapaian tujuan saja tetapi lebih dari itu, karyawan sekaligus menjadi objek pelaku. Tanpa karyawan, perusahaan dan organisasi tidak dapat mewujudkan semua rencana yang telah dibuatnya, karena di tangan karyawanlah semua itu akan dapat berkembang dan berjalan. Dalam menjalankan visi dan misi perusahaan, karyawan tidak hanya dituntut untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan job description yang diberikan namun juga diharapkan untuk memberikan kontribusi lebih bagi perusahaan. Memberikan kontribusi lebih bagi perusahaan tidak karena digerakkan oleh hal-hal yang menguntungkan bagi karyawan, namun karyawan memiliki perasaan yang puas apabila melakukan hal tersebut. Bila seorang karyawan dalam melakukan segala sesuatu, tidak selalu digerakkan oleh hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya, namun dikarenakan karyawan tersebut akan mempunyai perasaan puas jika dapat membantu atau mengerjakan sesuatu yang lebih dari sekedar perannya, maka kondisi tersebut bisa disebut sebagai perilaku kewarganegaraan organisasi atau juga disebut organizational citizenship behavior (OCB). Ditambahkan oleh Organ (2006), OCB merupakan bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara bersamaan dapat meningkatkan efektivitas organisasi.

4 Fenomena mengenai OCB terlihat dari survey awal peneliti terhadap perilaku karyawan pada PT X. Peneliti menemukan indikator-indikator yang menunjukkan lemahnya OCB pada karyawan PT X. Hal tersebut tampak pada beberapa karyawan dari divisi delivery yang tidak membantu karyawan divisi lain disaat mereka senggang walaupun mereka mengetahui bahwa karyawan divisi lain tersebut memerlukan bantuan dalam melaksanakan pekerjaannya. Fenomena tersebut menggambarkan ada karyawan yang kurang memenuhi dimensi OCB berupa altruism dimana karyawan membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas-tugas yang berkaitan dengan organisasi. Fenomena dari dimensi lain yaitu dimensi conscientiousness terlihat dari perilaku lain yang ditunjukkan oleh karyawan PT X di kota Bandung yaitu adanya perilaku mangkir setelah jam makan siang yang dilakukan manager operasional sehingga divisi-divisi yang dibawahinya menjadi tidak terkoordinir dan tidak diawasi dari segi operasionalnya dengan baik. Fenomena lainnya terlihat dari keluhan beberapa karyawan yang mengatakan bahwa mereka kurang diperhatikan oleh atasannya. Namun karyawan tersebut tetap mampu menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Perilaku ini mencerminkan dimensi sportsmanship pada beberapa karyawan PT X di Kota Bandung. PT X yang memiliki empat divisi besar yang beroperasi di bawahnya memiliki fungsi dan alur kerja tersendiri. Menurut survei awal yang dilakukan pada perusahaan X yang bergerak dalam industri plastik, khususnya menghasilkan plastik terpal ditemukan fakta bahwa pada divisi sizing, packaging,

5 dan delivery terdapat permasalahan yang sering dikeluhkan oleh PT X, dikarenakan terjadinya penumpukan barang produksi pada bagian divisi sizing dan packaging yang cara kerjanya lambat karena dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin. Hal ini menyebabkan pengiriman barang produksi mengalami keterlambatan sekitar satu minggu hingga satu bulan. Akibatnya divisi delivery yang job description-nya adalah mengantarkan produk kepada pemesan juga mengalami hambatan dalam melaksanakan tugasnya. Seharusnya, divisi delivery tidak berdiam diri menghadapi kenyataan itu, melainkan membantu divisi sizing dan divisi packaging untuk mem0ermudah dan mempercepat pengiriman kepada pemesannya. Kasus yang terjadi di PT. X, menurut penulis salah satu faktor yang mempengaruhi OCB adalah persepsi terhadap kualitas interaksi atasan bawahan. Hal tersebut berdasarkan pengamatan dan wawancara yang lebih mendalam pada para karyawan bagian produksi bahwa karyawan enggan melakukan pekerjaan di luar perannya karena mereka merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja dan merasakan bahwa pimpinan mereka angkuh, tidak mau membaur dan jarang terbuka kepada para karyawan untuk mengungkap permasalahan yang tengah dihadapi oleh perusahaan. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa teori tentang suatu organisasi secara formal akan menentukan bagaimana cara seorang karyawan bertindak dalam pekerjaannya melalui deskripsi jabatan yang sudah ada. Namun dalam kenyataannya, yang terjadi seseorang melakukan pekerjaannya bukan hanya

6 berdasarkan deskripsi jabatan (job desc), melainkan juga melalui suatu proses pembentukan peran (role-making process). Karyawan yang baru masuk ke dalam suatu organisasi haruslah terlibat dalam proses pembentukan peran ini yang selanjutnya akan mengatur cara ia bertindak dalam hubungannya dengan pekerjaan di organisasi (Graen,1976). Menurut Graen (1976) adanya proses pembentukan peran tersebut menyebabkan bervariasinya kualitas interaksi (quality of exchange relationship) antara seorang karyawan dengan atasannya. Hal ini didukung oleh pendapat Riggio (1990) yang menyatakan bahwa apabila interaksi atasan-bawahan berkualitas tinggi maka seorang atasan akan berpandangan positif terhadap bawahannya sehingga bawahannya akan merasakan bahwa atasannya banyak memberikan dukungan dan motivasi. Hal ini meningkatkan rasa percaya dan hormat bawahan pada atasannya sehingga mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan oleh atasan mereka. Kualitas interaksi atasan bawahan merupakan hal yang penting karena kualitas interaksi atasan-bawahan (Leader-Member Exchange/LMX) juga diyakini sebagai prediktor organizational citizenship behavior (OCB). Melihat banyaknya fenomena yang bervariasi mengenai OCB tersebut maka perlu kiranya diadakan penelitian mengenai OCB di PT X, karena rendahnya OCB menyebabkan perusahaan tidak dapat meningkatkan efektivitasnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung.

7 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui tingkat Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh mengenai derajat dari Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : a. Bidang Akademik Memberikan informasi yang memperkaya bidang keilmuan kepada seluruh pengguna ilmu psikologi, khususnya yang berada di lingkungan Psikologi Industri & Organisasi mengenai Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung. b. Bidang Penelitian

8 Memberikan masukan, pertimbangan, referensi dan ajakan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai Organizational Citizienship Behavior agar teori menjadi semakin kaya. 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain: - Memberikan informasi kepada lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang Psikologi industri dan organisasi seperti konsultan agar dapat melakukan langkah yang tepat untuk meningkatkan Organizational Citizenship Behavior, khususnya pada perusahaan dan organisasi yang minim akan Organizational Citizenship Behavior. - Memberikan informasi kepada PT X, tentang gambaran Organizational Citizenship Behavior yang terdapat pada perusahaannya sehingga dapat ditindaklanjuti untuk ditingkatkan apabila diperlukan. - Memberikan informasi kepada karyawan PT X mengenai pentingnya Organizational Citizenship Behavior terhadap kinerja pada perusahaan. 1.5 Kerangka Pemikiran Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan kontribusi individu yang mendalam melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan di-reward oleh perolehan kinerja tugas. OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi

9 perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-prosedur di tempat kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan nilai tambah karyawan. Ini merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu (Aldag & Resckhe. 1997 : 1) Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi. Organ (1997) juga mencatat bahwa Organizational Citizienship Behavior (OCB) ditemukan sebagai alternatif penjelasan pada hipotesis kepuasan berdasarkan performance Borman dan Motowidlo (1993) mengonstruksi contextual behavior tidak hanya mendukung inti dari perilaku itu sendiri melainkan mendukung semakin besarnya lingkungan organisasi, sosial dan psikologis sehingga inti teknisnya berfungsi. Definisi ini tidak dibayangi sukarela, reward atau niat sang aktor melainkan perilaku seharusnya mendukung lingkungan organisasi, sosial dan psikologis lebih dari sekedar inti teknis. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Organisational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang bersifat sukarela. Bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi. Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance dan tidak diperintahkan secara formal. Timbal balik yang didapat juga tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward yang formal.

10 Perilaku OCB terdiri atas lima dimensi primer dari OCB (Allison, dkk 2001:hal 2): Dimensi-dimensi tersebut adalah, Altruism atau perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional, Civic Virtue yaitu perilaku yang menunjukkan keterlibatan atau kepedulian pekerja terhadap kelangsungan dan perkembangan organisasi. Conscientiousness yang berisi tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standar minimum. Courtesy yang merupakan perilaku pekerja yang tidak dipaksakan bertujuan mencegah timbulnya permasalahan dengan pekerja lain maupun terhadap pekerjaan. Dimensi yang terakhir adalah Sportmanship, kemauan untuk mentoleransi keadaan lingkungan atau situasi yang kurang ideal dan kondusif di tempat kerja. Beberapa pengukuran tentang OCB telah dikembangkan. Skala Morrison (1995) merupakan salah satu pengukuran yang sudah disempurnakan dan memiliki kemampuan psikomotorik yang baik (Aldag & Resckhe, 1997 :4-5). Skala ini mengukur kelima dimensi sebagai berikut: Dimensi yang pertama, ialah Altruism perilaku membantu orang tertentu, menggantikan rekan kerja yang tidak masuk atau istirahat, membantu orang lain yang pekerjaannya overload, membantu proses orientasi karyawan baru meskipun tidak diminta, membantu mengerjakan tugas orang lain pada saat mereka tidak masuk, meluangkan waktu untuk membantu orang lain berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pekerjaan, menjadi volunteer untuk mengerjakan sesuatu tanpa diminta, membantu orang lain di luar departemen ketika mereka memiliki permasalahan, membantu pelanggan dan para tamu jika mereka

11 membutuhkan bantuan. Beberapa bentuk perilaku tersebut merupakan dimensi perilaku dari dimensi Altruism. Dimensi yang kedua, ialah Civic virtue. Beberapa dimensi dari dimensi ini diantaranya ditunjukkan melalui perilaku menunjukkan keterlibatan pekerja terhadap kelangsungan dan perkembangan organisasi, menyimpan informasi tentang kejadian-kejadian maupun perubahan dalam organisasi. Lalu mengikuti perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan dalam organisasi, membaca dan mengikuti pengumuman-pengumuan organisasi juga merupakan dimensi dari Civic Virtue, ditambah lagi dengan membuat pertimbangan dalam menilai apa yang terbaik untuk organisasi. Dimensi yang ketiga, ialah Conscientiousness. Aspek dari dimensi ini diantaranya dapat dilihat melalui perilaku karyawan yang melebihi prasyarat minimum seperti kehadiran, kepatuhan terhadap aturan, dan sebagainya. Selain itu tiba lebih awal setiap akan bekerja sehingga siap untuk bekerja pada saat jadwal kerja dimulai, tepat waktu setiap hari tidak peduli pada musim ataupun lalu lintas, dan sebagainya, berbicara seperlunya dalam percakapan di telepon, juga tidak menghabiskan waktu untuk pembicaraan di luar pekerjaan, selain itu karyawan juga harus datang segera jika dibutuhkan dan tidak mengambil kelebihan waktu meskipun memiliki waktu ekstra. Dimensi selanjutnya ialah dimensi Courtesy. Aspek dari Courtesy dapat dilihat dari perilaku mencegah timbulnya permasalahan dengan pekerja lain maupun terhadap pekerjaan, keterlibatan dalam fungsi-fungsi organisasi sangat diharapkan dalam hal ini. Juga memberikan perhatian terhadap rapat-rapat penting,

12 serta yang terakhir perhatian terhadap fungsi-fungsi yang membantu image organisasi dan membantu mengatur kebersamaan secara departemental Dimensi yang terakhir ialah, Sportmanship. Dimensi Sportmanship dapat dilihat dari kemauan untuk bertoleransi tanpa mengeluh, menahan diri dari aktifitas-aktifitas mengeluh dan mengumpat. Karyawan juga tidak mencari-cari kesalahan dalam organisasi atau membesar-besarkan permasalahan di luar proporsinya Sangat diharapkan bahwa OCB di kalangan karyawan dapat tinggi, sebab seorang karyawan yang OCB nya tinggi akan bersedia membantu rekan-rekan kerjanya yang sedang menemui kesulitan juga bersedia melakukan pekerjaan di luar perannya demi tujuan perusahaan, namun apabila OCB karyawan rendah maka karyawan tersebut akan tidak peduli dengan kesulitan rekan kerjanya dan tidak bersedia melakukan pekerjaan di luar perannya. Dengan demikian suatu perusahaan akan sangat mengharapkan perilaku OCB ini muncul di kalangan karyawan. Akibat lain dari kurangnya OCB dari karyawan ialah di saat perusahaan benar-benar memerlukan tenaga dan pikiran karyawan di luar perannya, perusahaan akan menemui kesulitan, yang pada akhirnya tujuan organisasi menjadi sulit untuk dicapai. Selain dari lima dimensi OCB di atas, ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi OCB seseorang, yaitu karakteristik individu, karakteristik tugas, karakteristik organisasi, karakteristik kelompok, dan karakteristik pemimpin. Karakteristik individu meliputi moral dan kepribadian. Moral yang positif terhadap pekerjaan membuat pekerja ingin terus melakukan sesuatu yang dapat

13 membantu perusahaan sehingga kemungkinan pekerja untuk melakukan OCB menjadi semakin meningkat. OCB juga dipengaruhi oleh karakteristik tugas, meliputi task autonomy, task identity, task variety, task significance, task feedback, task interdependence, dan goal interdependence. Task autonomy mengacu pada tugas yang dianggap penting sehingga pekerja merasa bahwa suatu tugas merupakan bagian dari diri dan tanggung jawabnya (Hacaman dan Lawler, 1971, dalam Organ, 2006). Task identity, task variety, dan task significance dapat mempengaruhi OCB dengan peningkatan persepsi dari pekerja dalam memaknai tugasnya (Hackman dan Oldham, 1976, dalam Organ, 2006). Task interdependence adalah keterkaitan antar tugas yang memerlukan pertukaran informasi, peralatan dan dukungan dari pekerja lain agar pekerjaannya dapat terlaksana. Goal interdependence adalah tingkat kepercayaan anggota organisasi bahwa mereka telah memberikan atau menyediakan tujuan kelompok dengan melakukan umpan balik kelompok. Pekerja yang saling bertukar informasi dan pengetahuan tertentu akan menampilkan sikap yang saling mendukung dan membuat pekerjaan pribadi maupun rekannya dapat terlaksana dengan baik dan tepat waktu. Menurut Organ (2006) ada beberapa karakteristik kelompok yang dapat mempengaruhi OCB yaitu group cohesiveness dan group potency. Group cohesiveness adalah keterkaitan antara suatu anggota dengan anggota lain dan keterkaitan untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut. Seorang pekerja yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan pekerja lain akan memiliki kegairahan untuk saling membantu. Group potency adalah keyakinan bersama akan potensi

14 yang dimiliki kelompok untuk dapat bekerja bersama mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, keyakinan ini dapat mempengaruhi munculnya OCB dalam organisasi. Karakteritistik organisasi juga berpengaruh terhadap OCB seseorang. Organisasi yang terlalu formal dan terkesan tidak fleksibel akan menutup kemungkinan pekerja melakukan inisiatif membantu rekan kerja, dimana setiap pekerja telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang diharapkan untuk dijalankan secara ketat dan kaku. Sebaliknya, apabila organisasi menekankan dukungan antara pekerjanya, maka akan menimbulkan rasa saling percaya antar pekerja dan akan timbul dorongan untuk saling menolong. Karakteristik pemimpin juga akan mempengaruhi OCB seseorang. Jika interaksi antara pemimpin dan pekerja berkualitas tinggi maka pemimpin akan berpandangan positif terhadap pekerja di bawahnya sehingga pekerja akan merasakan bahwa pemimpinnya mendukung kinerja yang selama ini telah ditunjukkan dan akan termotivasi untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas kerjanya.

15 Faktor Eksternal : 1. Karakteristik Tugas 2. Karakteristik Kelompok 3. Karakteristik Organisasi 4. Karakteristik Pemimpin Dimensi Organizational Citizenship Behavior Altruism Karyawan PT X Conscientiousness Tinggi Sportsmanship Courtesy Rendah Civic Virtue Faktor Internal : Karakteristik Individu 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

16 1.6 Asumsi 1. Derajat Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung berbeda-beda. 2. Terdapat lima dimensi yang menjadi bagian daripada Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung yaitu Altruism, Conscientiousness, Sportsmanship, Courtesy, Civic Virtue. 3. Derajat Organizational Citizienship Behavior pada karyawan PT X di kota Bandung tergantung pada faktor eksternal seperti karakteristik tugas, kelompok, organisasi, pemimpin dan faktor internal seperti karakteristik individu.