BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di klasifikasikan sesuai dengan jenis kelamin, pada laki laki yaitu kanker paru, kanker prostat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, warga jemaat GKJ (Gereja-Gereja Kristen Jawa) sesuai dengan tradisi

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior - Universitas Mercu Buana Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi

BAB IV PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA ANAK DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN UKDW

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat

PALLIATIVE CARE HENDRA

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. LATAR BELAKANG MASALAH

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi dan kualitas dirinya. Seiring dengan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Berdasarkan tinggi rendahnya diastolic maka dapat beberapa gradasi

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing atau mengalami sakit yang berat seperti kanker, gagal ginjal, jantung, stroke dan sebagainya. Memang bukan pengalaman yang menyenangkan menjadi sakit, terlebih lagi jika berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Menjadi sakit berarti mengalami gangguan dalam menjalankan berbagai rutinitas kegiatan sehari-hari seseorang, seperti bersekolah, kuliah, mengantar anak sekolah dan bekerja. Terlebih lagi jika kemudian diketahui bahwa sakit yang diderita mengharuskan penderitanya untuk menjalani perawatan di rumah sakit. 1 Seperti yang kita tahu saat seorang pasien sebutan bagi orang yang dirawat di rumah sakit, menjalani perawatan di rumah sakit kebanyakan hanyalah dijadikan sebagai suatu obyek pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan yang dilakukan baik oleh para dokter, suster maupun ahli-ahli medis lainnya. 2 Pasien dianggap hanya sebagai barang yang tidak mempunyai kesempatan dan hak-hak untuk mengajukan pendapat selama proses perawatan kesehatan yang dijalaninya. 3 Dengan begitu sakit menjadi salah satu pengalaman hidup yang tidak menyenangkan karena membuat suasana ketidaknyamanan serta terbatasnya ruang gerak seseorang. Menjalani perawatan di rumah sakit tentu memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan perawatan yang dilakukan di rumah. Pengalaman ketidaknyamanan berada di rumah sakit bersama-sama dengan orang-orang baru terkadang membuat seorang pasien merasakan terasing dari kehidupan yang selama ini dijalaninya. Sehingga sedikit banyak juga berpengaruh terhadap sikap mental, psikologis, dan emosional seseorang, terlebih jika sakit yang diderita tergolong dalam sakit berat. 4 Bahkan secara disadari atau tidak seringan hingga seberat apapun sakit yang diderita itu akan mengingatkan pada kematiannya sendiri. 5 Manusia memang hanyalah makhluk fana yang dilahirkan ke dunia untuk menjalani hidup dengan batasan waktu tertentu. Ini tidak dapat dipungkiri telah membawa kita pada kenyataan 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, Yogyakarta, 2000, hlm. 6 2 Haije Faber, Pastoral Care in the Modern Hospital, SCM Predd Ltd, London, 1971, hlm. 22 3 Elisabeth Kubler-ross, On Death and Dying, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998, hlm. 11 4 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, hlm. 6 5 M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu?, cetakan kedua, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001, hlm. 221 1

hidup yang pasti akan dilalui oleh setiap manusia. Keberadaan manusia di dunia tidak muncul melalui keajaiban melainkan melalui suatu proses. Dimulai dengan kelahiran, mengalami pertumbuhan, hingga mencapai tahapan terakhir sebagai puncak pertumbuhan manusia yaitu suatu kematian. Kematian yang dialami seorang manusia dapat disebabkan oleh banyak hal misalnya sakit, usia tua, kecelakaan, atau dibunuh. Dan dari sekian banyak cara kematian yang dapat menimpa manusia salah satu contohnya adalah kematian yang disebabkan karena sakit yang tidak tersembuhkan atau disebut sebagai kondisi terminal illness. 6 Dengan keadaan seperti ini tidak jarang seseorang mengalami berbagai macam permasalahan, mulai dari keterkejutan atas kondisi tubuhnya hingga permasalahan lain yang bersangkutan dengan kelangsungan hidupnya. Dalam zaman yang serba modern dan tanpa batas seperti sekarang ini kematian dianggap sebagai salah satu bentuk kehilangan yang paling menyakitkan bagi hati manusia. Manusia modern menunjukkan kematian dan kondisi sekarat melalui sikap penuh kecemasan, ketakutan bahkan sikap menghindar. 7 Kenyataan ini membawa pada suatu pemikiran bahwasanya manusia modern enggan untuk berbicara tentang kematian. Manusia modern sepertinya menginginkan kehidupan yang abadi tanpa harus mengalami suatu kematian. Sikap seperti inilah yang nantinya membuat seseorang kurang dapat menerima kematian sebagai bagian pertumbuhan hidupnya. Sehingga secara pribadi manusia modern kurang dapat bersentuhan dengan kematian dan kondisi sekarat dalam kehidupannya. 8 Kematian sendiri juga memberikan dampak yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya, seperti halnya keunikan dari setiap pribadi yang akan menyongsong kematian itu sendiri. Bagi pasien yang menderita sakit dalam kategori terminal illness tentu pengalaman dan permasalahan yang dirasakan berbeda dengan orang yang menderita sakit ringan atau yang sakit karena disebabkan mengalami kecelakaan. Dengan melihat keadaan ini tentu seseorang yang sedang menjelang ajalnya membutuhkan pertolongan orang lain untuk dapat menemaninya melewati hari-hari terakhirnya. 9 Dan berbicara tentang kondisi terminal seseorang tentu secara langsung juga akan terkait dengan keluarganya sebab apapun kondisi kesehatan yang dialami oleh pasien maka keluarga juga berhak untuk mengetahuinya. Dan terkadang pemberitahuan 6 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Menjelang Ajal (Terminal Illness), Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI), Jakarta, 2007, hlm. 6 7 David Field, Pendampingan Orang Menjelang Ajal, Kanisius, Yogyakarta, 1994, hlm. 19 8 David Field, Pendampingan Orang Menjelang Ajal, hlm. 22 9 M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu?, hlm. 240 2

prognosis terminal kepada keluarga dipandang lebih berat jika dibandingkan melakukan perawatan terhadap pasien sendiri. 10 Untuk itulah pendampingan menjelang ajal begitu diperlukan terutama bagi pasien terminal, namun juga tidak menutup kemungkinan keluarga serta pihak-pihak lain yang dirasa memiliki kedekatan emosional dengan pasien. 11 Pendampingan terhadap pasien terminal illness ini dilakukan tidak hanya sebatas sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama manusia yang saling menolong dan menguatkan saja antara satu dengan lainnya melainkan sebagai bentuk perwujudan pelayanan pendampingan secara holistik. Pendampingan yang mengusahakan dapat menyentuh sisi fisik, mental, sosial, dan spiritual manusia. 12 Pendampingan menjelang ajal ini memang dapat dilakukan oleh siapa saja baik oleh kaum awam seperti keluarga, teman, kekasih, suami/ isteri, anak, ataupun juga oleh tenaga professional yang telah terlatih dibidangnya seperti pendeta, psikolog maupun tenaga pastoral rumah sakit. Melalui pendampingan pastoral menjelang ajal inilah nantinya seorang pasien terminal illness diharapkan dapat menghadapi serta menjalani saat-saat akhir hidupnya dengan lebih baik dan penuh penerimaan. Dan bagi keluarga serta orang-orang terdekat pasien yang akan ditinggalkan dapat menerima kenyataan kematian orang yang disayanginya. Dalam melakukan pendampingan pastoral terhadap penderita terminal illness inilah gambaran seorang pendamping pastoral yang benar-benar memiliki kepedulian diharapkan mampu memperlihatkan eksistensinya. Tidak hanya sekedar mengunjungi dan mengajak bercakapcakap, tetapi lebih dari itu. Pendamping diharapkan mampu menciptakan suatu pelayanan pendampingan yang bersifat mempersiapkan serta membenahi kehidupan seorang pasien terminal illness agar kehidupan yang mereka alami ini nantinya dapat memberikan makna hidup yang positif baik itu bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Untuk itulah sebagai tenaga pastoral yang melakukan pelayanan dalam ruang lingkup sebuah Rumah Sakit Kristen Bethesda Yogyakarta yang melayani masyarakat umum dari berbagai lapisan dengan keberagaman agama, suku, dan status sosial tentunya tenaga pastoral dituntut mampu memberikan perhatian yang penuh kasih tanpa memandang perbedaan yang ada. Disinilah gambaran diri seorang pastoral yang benar-benar mampu membantu orang lain yang sedang berada dalam kesusahan nyata-nyata terlihat. Gambaran diri sebagai pembawa Amanat 10 David Field, Pendampingan Orang Menjelang Ajal, hlm. 128 11 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Menjelang Ajal (Terminal Illness), hlm. 17 12 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Menjelang Ajal (Terminal Illness), hlm. 29 3

Agung Allah dibumi yang siap melayani domba-dombanya harus tampak dalam pelayanannya di rumah sakit. Diperhadapkan dengan berbagai kondisi pasien yang sedang dirawat disekelilingnya inilah pendamping pastoral rumah sakit diharapkan mampu mendengarkan berbagai keluhan yang muncul selama proses pendampingan pastoral berlangsung. Melakukan pendampingan pastoral terhadap pasien dengan kondisi terminal illness bukan hal mudah dan tidak dapat dilakukan secara asal-asalan karena tentunya berbeda dengan pendampingan pastoral yang dilakukan terhadap orang yang hanya mengalami sakit ringan. Pendampingan pastoral terhadap pasien terminal illness membutuhkan ketrampilan lebih, sebab tidak mudah untuk mempersiapkan seseorang yang telah mengetahui bahwa kematian akan segera menjemput. Pasien membutuhkan pendamping yang dapat memahami dan menerima keberadaannya secara manusiawi dengan tidak melupakan kodratnya sebagai makhluk ciptaan Allah. Karena itu menjadi pendamping tentu melalui suatu proses dan pelatihan khusus. Sehingga dalam menjalankan tugasnya diharapkan pendamping pastoral rumah sakit memiliki sikap dasar pastoral serta ketrampilan yang memadai sehingga menjadikannya seorang pendamping yang aktif, kreatif, dan efektif. Karena itu menjadi pendamping harus benar-benar dapat dijadikan sebagai tempat curahan hati bagi siapa saja yang memerlukan pertolongan. Pendamping kiranya tidak hanya mendengar namun sebisa mungkin memberikan bimbingan kepada orang-orang yang memerlukan bantuannya dengan baik dan penuh ketulusan. 2. Permasalahan Dari keprihatinan inilah maka muncul beberapa permasalahan yang tercakup dalam pertanyaan sebagai berikut : 1. Peran seperti apakah yang dapat diberikan oleh pendamping pastoral bagi pasien terminal illness? 2. Hambatan atau kesulitan seperti apakah yang biasanya dihadapi oleh pendamping pastoral rumah sakit selama proses pendampingan pastoral terhadap pasien terminal illness? 4

3. Judul Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penyusun mengajukan skripsi dengan judul : PERAN PARA PENDAMPING (KONSELOR) DI DALAM MENANGANI PENDERITA TERMINAL ILLNESS DI RS BETHESDA YOGYAKARTA (PENELITIAN PSIKOLOGIS TEOLOGIS) 4. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Menggali peranan apa yang dapat diberikan oleh pendamping bagi pasien terminal illness dilihat dari fungsi pendampingan pastoral. 2. Menggali hambatan atau kesulitan yang seringkali dihadapi oleh pendamping pastoral di rumah sakit selama melakukan proses pendampingan pastoral terhadap pasien terminal illness. 5. Metode Penulisan Dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini, penyusun menggunakan metode penulisan deskriptif-analitis, yaitu memaparkan apa yang penyusun peroleh dari hasil studi literatur disertai dengan penelitian kepada petugas pastoral Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Dan kemudian menganalisis data-data yang ada untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai pendampingan pastoral terhadap pasien dengan kondisi terminal illness. Penyusun melakukan penelitian dengan cara melakukan wawancara. Sasaran penelitian 4 orang petugas pastoral rumah sakit dari 5 petugas pastoral yang ada. Penyusun tidak menyertakan 1 orang ini karena tergolong masih baru dalam bidang pendampingan di rumah Sakit dan masih dalam masa orientasi sebagai calon Pendeta Rumah Sakit, sehingga pengalaman dalam melakukan pendampingan terhadap pasien terminal illness dirasa masih kurang. 5

6. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penyusun akan menjabarkan mengenai latar belakang permasalahan, permasalahan, judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II PENGERTIAN TERMINAL ILLNESS DAN PERMASALAHANNYA Dalam bab ini penyusun akan mencoba menjelaskan mengenai pengertian kondisi terminal illness, pengertian pendampingan, permasalahan-permasalahan pastoral yang dihadapi oleh penderita terminal illness, tahap-tahap penderita terminal illness menurut temuan Kubler-Ross, tujuan pendampingan pastoral terminal illness, dinamika pendampingan pastoral terminal illness, tahapan pendampingan pastoral, fungsi pendampingan pastoral, dan sejarah singkat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta kemudian akan diakhiri dengan kesimpulan. BAB III PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PASIEN TERMINAL ILLNESS Dalam bab ini akan menjabarkan analisa dari hasil penelitian yang didapatkan terhadap para petugas pastoral yang ada di Rumah Sakit Bethesda. BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS Dalam bab ini berisi tentang sikap dasar, ketrampilan dasar serta peran pendamping bagi pasien terminal illness. Kemudian penyusun akan mencoba melihat kaitan teologi operatif dari masing-masing konselor atas pendampingan pastoral yang dilakukan terhadap pasien terminal illness. Sehingga diharapkan dapat menjembatani manusia yang sedang dalam kondisi menjelang ajal untuk lebih dapat memaknai hidupnya dalam hubungannya dengan sesama manusia juga terhadap Tuhannya. 6

BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penulisan pada bab-bab sebelumnya. 7