ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Kerja sama ekonomi internasional

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN INDUSTRI DAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

DAMPAK NEGATIF PEMBERLAKUAN ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT) TERHADAP INDUSTRI INDONESIA

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Transkripsi:

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY Oleh : RIDWAN A 161030061 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

ABSTRACT RIDWAN. 2011. The Analysis of Trade and Investment Flow within ASEAN Economic Integration Area: Gravity Model Approach (MANGARA TAMBUNAN as Chairman, IMAN SUGEMA and RINA OKTAVIANI as Members of Advisory Committee). This research aims to analysis how trade and investment flow within ASEAN area and ASEAN member countries. The research method used was gravity model, in both trade flow and investment flow. The research took 5 samples of ASEAN countries, namely Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and Philippines. Meanwhile, the trade and investment partners were taken from 14 countries with the greatest trade and investment contribution. The research took place within 1982 to 2006. The study results uncover that the trade flow within ASEAN area and its member countries is influenced positively and significantly by trade integration index, FDI, number of populations, economic transparency, interest rate and GDP. Meanwhile, some variables such as rate, distance and real exchange rate generally effect negatively to the trade flow. Within real sectors, it is found that FDI in ASEAN area and its member countries are positively and significantly affected GDP, number of populations, economic transparency and export and import, while other variables like interest rate, rate, distance and real exchange rate generally effect negatively to the FDI flow within ASEAN area. The participation of ASEAN countries in APEC economic integration affects positively to the trade increase. Compared to ASEAN economic integration, integration within APEC area has a greater impact. It indicates the low intensity of intra-trade amongst ASEAN countries. The membership of FDI investor countries within NAFTA area has positive impacts to FDI and ASEAN flow. In contrast, membership in European Union area has negative impacts. The members of NAFTA and ASEAN are jointly incorporated in APEC area. FDIs in China and India effect to ASEAN FDI. Trade between China and India with ASEAN is sufficiently high. China has a greater impact than India, in addition to the greater size, investment ease in China is better than India. Keywords: Economic Integration, ASEAN, Gravity Model, Trade and Investment

RINGKASAN RIDWAN. 2011. Analisis Aliran Perdagangan dan Investasi dalam Integrasi Ekonomi ASEAN : Pendekatan Model Gravity (MANGARA TAMBUNAN sebagai ketua, IMAN SUGEMA dan RINA OKTAVIANI sebagai anggota komisi pembimbing). Penelitian ini bertujuan menganalisis aliran perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. Metode penelitian menggunakan model gravitasi. Penelitian fokus pada 5 negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina. Sedangkan mitra perdagangan dan investasinya mengambil 14 negara yang memberikan kontribusi perdagangan dan investasi terbesar. Periode penelitian antara tahun 1982-2006. Hasil studi menemukan bahwa aliran perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh Indeks Integrasi Perdagangan, FDI, jumlah penduduk, keterbukaan ekonomi, suku bunga dan GDP. Sedangkan variabel seperti tarif, jarak dan nilai tukar riil umumnya berpengaruh secara negatif terhadap aliran perdagangan. Sedangkan FDI dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh GDP, jumlah penduduk, keterbukaan ekonomi, ekspor maupun impor. Variabel suku bunga, tarif, jarak dan nilai tukar riil umumnya berpengaruh secara negatif terhadap aliran FDI pada kawasan ASEAN. Keikutsertaan negara ASEAN pada integrasi ekonomi APEC berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan. Pengaruh APEC lebih besar daripada ASEAN. Hal tersebut membuktikan rendahnya intensitas perdagangan intra-trade antara sesama negara ASEAN. Keanggotaan negara investor FDI di kawasan NAFTA berpengaruh positif terhadap aliran FDI ke ASEAN. NAFTA dan ASEAN anggotanya tergabung bersama dalam kawasan APEC. Sebaliknya, keanggotaan pada Uni Eropa berpengaruh negatif. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan ekspor, daya saing produk dan FDI di negara ASEAN adalah pemerintah ASEAN diharapkan mempertahankan nilai kurs mata uang yang rendah terhadap Dolar Amerika dan menurunkan suku bunga. Suku bunga yang rendah dapat meningkatkan FDI, karena dapat memperbesar daya saing industri, peningkatan return dan stok kapital dalam negeri. Keywords: Integrasi Ekonomi, ASEAN, Model Gravity, Perdagangan dan Investasi

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritil atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumpulkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa seizing IPB

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY RIDWAN Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi Ilmu ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc. Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka: 1. Dr. Ir. Deddy Saleh, MSi Dirjen Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc. Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan disertasi dengan judul: Analisis Aliran Perdagangan dan Investasi Dalam Kawasan Integrasi Ekonomi ASEAN: Pendekatan Model Grafity. Disertasi tersebut merupakan syarat untuk menyelesaikan studi program doktor pada program studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis secara tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing; Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc, selaku ketua komisi pembimbing; Dr. Ir. Iman Sugema; Prof. Dr. Ir.Rina Oktaviani, MSi masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan perhatian, waktu, dan masukan dalam penyusunan disertasi. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga ingin penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Rektor IPB, Bapak Dekan dan Sekretaris Program Pascasarjana IPB serta seluruh staf pengajar dan administrasi pada program pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian, atas semua bantuan dan fasilitas yang disediakan sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dengan baik dan lancar. 2. Bapak Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hassanuddin, Prof. Dr. Muhammad Restu, MSi dan Ketua Jurusan Kehutanan, Dr. Ir. Beta Putranto, MSc beserta seluruh staf pengajar Fakultas Kehutanan Unhas, yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan Doktor. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA, sebagai dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, masukan dan dorongan yang sangat berharga.

4. Bapak Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, MTD dan keluarga atas persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama lebih dari 20 tahun lebih. Bantuan, masukan dan semangat yang diberikan sangat berarti bagi penulis. 5. Bapak Leksi M Budiman, SE dan keluarga atas masukan dan dukungannya dalam persaudaraan yang hangat, selama lebih dari 20 tahun terakhir. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ala, MSi dan Ibu Dr.H. Marwah Daud Ibrahim. Bapak dan Ibu adalah guru terbaik saya, yang telah menanamkan visi serta membukakan jalan sehingga penulis bisa menjadi dosen di Unhas, serta menempuh jenjang pendidikan Doktor. 7. Bapak Prof. Dr. Djamal Sanusi, Bapak Dr. Ir. Bakri, MSc serta Bapak Dr. Ir. Beta Putranto. Bapak-bapak adalah dosen yang begitu memotivasi, khususnya pada waktu membimbing penulis menyusun skripsi pada studi tingkat sarjana. 8. Bapak Prof. Dr. Rizal Muin, MSc, Bapak adalah teman diskusi penulis yang sangat dekat dan hangat waktu menjadi mahasiswa tingkat sarjana di Unhas. 9. Bapak Hamka Halkam, SE, MSc; Ir. Soewarno Sudirman; Ir. Syahrullah; Ir. Tauhid Achmad, ME; Ir. Khaerul Usman; Drs Alam; Ir. Mulyadi Saleh; Lapipi Mado, MSE, dan Laode Asadi, ME. Bapak adalah teman terbaik saya. 10. Bapak anggota empat sekawan di Pascasarjana Fakultas Ekonomi Prof. Dr. Eddy Suratman, Dr. Syarkawi Rauf, dan Dr. Wildan Syafitri atas bantuan, dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi. 11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi EPN angkatan 2003 atas dorongan dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian studi. 12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2000 atas dorongan yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian studi.

13. Kepada seluruh Tim kerja saya di SPIRITEG Jakarta (Reren, Nasir, Ria, Ahmad, Roni, Endang, Opay, Eka, Miang). 14. Kepada Adik-adik saya yang dari Sinjai maupun Jogyakarta, kalian telah memberikan dukungan dan bantuan yang luar biasa. Semoga Allah SWT menyertai dan selalu membimbing kalian semua dalam mencapai cita-citanya. 15. Kepada Almarhum Orang tua saya, Bapak Abu Rahman (alm), Ibu Fatimah Musa(alm), serta Bapak H. Soewarno dan Ibu H. Siti Sobariah teri. Bapak dan Ibu telah memberikan yang terbaik yang orang tua harus berikan kepada anaknya. Semoga Allah SWT membalas jasa dan kebaikan Bapak dan Ibu. 16. Akhirnya kepada Istri saya tercinta Dian Wahyu Windarsih dan anak saya Ahyani F. Widiyaningrum dan Ariffani F. Nadiyaningrum kepadamulah disertasi ini Bapak dedikasikan. Kalian telah memberikan yang terbaik yang seharusnya Istri berikan kepada Suaminya dan anak kepada Bapaknya. 17. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, baik itu pribadi maupun institusi yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu kelancaran studi saya, khususnya dalam penyelesaian disertasi ini. Penulis menyadari sepenuh hati bahwa sebagai makhluk Allah SWT, memiliki keterbatasan dalam menyusun disertasi ini. Semoga hasil penelitian disertasi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkannya. Bogor, Juni 2011 RIDWAN

RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 12 Januari 1968 di Sinjai provinsi Sulawesi Selatan, sebagai Putera pertama dari pasangan Abu Rahman Mahmud (almarhum) dengan St. Fatimah Musa (almarhum). Penulis lulus SD, SMP, dan SMA di kabupaten Sinjai. Pada tahun 1987 penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana pada Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan program Master bidang ilmu ekonomi dengan kekhususan ekonomi industri dan perdagangan internasional pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, lulus dan memperoleh gelar Master Ilmu Ekonomi pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan Program Doktor (S3) di bidang Ilmu Ekonomi Pertanian pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sejak tahun 1996 hingga sekarang, penulis bekerja sebagai dosen tetap pada jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Antara tahun 2001-2008 menjadi dosen tidak tetap pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LAN-RI, Jakarta. Pernah menjadi peneliti paruh waktu pada LPEM FE-UI antara tahun 2001-2002, peneliti paruh waktu di KPPOD Jakarta antara tahun 2002 2006. Penulis menikah dengan Dian Wahyu Windarsih pada tahun 2007, di karuniai dua orang Puteri yaitu: Ahyani F. Widiyaningrum (3 tahun) dan Ariffani F. Nadyaningrum (20 bulan).

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 6 1.3. Tujuan Penelitian... 8 1.4. Manfaat Penelitian... 9 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 9 II. KEBIJAKAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN... 11 2.1. Pembentukan ASEAN... 11 2.2. Kerjasama Bidang Ekonomi ASEAN... 11 2.2.1. Kerjasama Perdagangan ASEAN... 14 2.2.2. Perdagangan ASEAN dalam Kerangka AFTA... 16 2.2.3. Kerjasama Investasi ASEAN... 19 2.2.4. Kinerja Investasi ASEAN... 22 2.3. Kerjasama ASEAN dengan Kawasan Integrasi Ekonomi Lain... 23 III. KAJIAN TEORITIS INTEGRASI EKONOMI... 25 3.1. Teori Integrasi Ekonomi... 25 3.2. Dampak Kreasi dan Dampak Diversi Integrasi Ekonomi... 34 3.3. Pengaruh Perdagangan Internasional... 35 3.4. Hubungan Investasi, Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi... 39 3.5. Pengaruh Kreasi dan Diversi Investasi... 44 3.6. Kebijakan Doing Business dalam Investasi... 46 3.7. Inter Industry Trade dan Intra Industry Trade... 49 3.8. Pelajaran dari Integrasi Ekonomi Eropa... 52

3.8.1. Masyarakat Ekonomi Eropa... 52 3.8.2. Pasar Tunggal Eropa... 54 3.8.3. Sistem Moneter Eropa... 55 3.8.4. Mata Uang Tunggal Eropa... 58 3.9. Studi Empiris Terdahulu... 59 3.10. Kerangka Pemikiran Disertasi... 66 IV. METODOLOGI PENELITIAN... 70 4.1. Rancangan Model... 70 4.2. Hipotesis Penelitian... 74 4.3. Model Persamaan Perdagangan... 74 4.4. Persamaan Investasi... 77 4.5. Populasi dan Sampel... 81 4.6. Jenis Sumber Data... 82 4.7. Metode Pengolahan Data... 84 4.8. Tehnik Estimasi Regresi Majemuk... 84 4.9. Penyimpangan Asumsi Klasik dan Pemecahannya... 86 4.9.1. Kolinearitas Jamak... 86 4.9.2. Heteroskedastisitas... 87 4.9.3. Autokorelasi/ Korelasi Serial... 89 4.10. Proses Estimasi dengan Model Regresi Data Panel... 90 4.10.1. Metode Pemilihan Estimasi dengan Fixed Effects atau Random Effects... 92 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 95 5.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN... 95 5.1.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN... 95 5.1.2. Perdagangan Negara Anggota ASEAN... 101 5.1.2.1. Analisis Aliran Perdagangan Malaysia... 102 5.1.2.2. Analisis Aliran Perdagangan Indonesia... 107 5.1.2.3. Analisis Aliran Perdagangan Singapura... 112 5.1.2.4. Analisis Aliran Perdagangan Thailand... 118

5.1.2.5. Analisis Aliran Perdagangan Philipina... 123 5.2. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment pada Kawasan ASEAN. 128 5.2.1. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Malaysia... 133 5.2.2. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Indonesia... 138 5.2.3. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Singapura... 144 5.2.4. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Thailand... 148 5.2.5. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Philipina... 151 VI. KESIMPULAN... 156 6.1. Kesimpulan... 156 6.2. Implikasi Kebijakan... 158 DAFTAR PUSTAKA... 161 DAFTAR LAMPIRAN... 170

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Total Perdagangan ASEAN Tahun 2000-2008... 4 2. Nilai Perdagangan ASEAN dengan Negara Luar ASEAN... 4 3. Foreign Direct Invesment dari Negara Penerima Foreign Direct Invesment... 5 4. Total Nilai Perdagangan Intra ASEAN Tahun 1993-2008... 17 5. Foreign Direct Invesment Inflows Negara ASEAN dari ASEAN...... 22 6. Foreign Direct Invesment Inflows dari Negara Non ASEAN....... 23 7. Perbandingan Tingkat Kemudahan Berbisnis di Beberapa Negara Asia... 48 8. Peringkat Komponen Doing Business Tahun 2009 dan 2010... 49 9. Kawasan Integrasi Ekonomi Dunia..... 67 10. Perbandingan ASEAN dengan Integrasi Ekonomi Lain... 67 11. Pengaruh Integrasi dan Variabel Makroekonomi terhadap Aliran Perdagangan ASEAN... 96 12. Hasil Estimasi Model Perdagangan Malaysia... 102 13. Hasil Estimasi Model Perdagangan Indonesia... 108 14. Hasil Estimasi Model Perdagangan Singapura... 113 15. Hasil Estimasi Model Perdagangan Thailand... 119 16. Hasil Estimasi Model Perdagangan Philipina... 124 17. Hasil Estimasi Aliran Investasi ASEAN... 130 18. Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Malaysia... 133 19. Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Indonesia... 138 20. Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Singapura... 144

21. Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Thailand... 149 22. Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Philipina... 152

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian Disertasi... 68

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Estimasi Perdagangan ASEAN...... 172 2. Hasil Estimasi Perdagangan Malaysia...... 173 3. Hasil Estimasi Perdagangan Indonesia...... 174 4. Hasil Estimasi Perdagangan Singapura...... 175 5. Hasil Estimasi Perdagangan Thailand...... 176 6. Hasil Estimasi Perdagangan Philipina...... 177 7. Hasil Estimasi Model I Foreign Direct Invesment ASEAN...... 178 8. Hasil Estimasi Model II Foreign Direct Invesment ASEAN...... 179 9. Hasil Estimasi Investasi Malaysia...... 180 10. Hasil Estimasi Investasi Indonesia...... 181 11. Hasil Estimasi Investasi Singapura... 182 12. Hasil Estimasi Investasi Thailand...... 183 13. Hasil Estimasi Investasi Philipina...... 184 14. Hasil Pengujian Autokorelasi Model Perdagangan ASEAN... 185 15. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Model Perdagangan ASEAN... 186 16. Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Perdagangan ASEAN... 187 17. Hasil Pengujian Autokorelasi Model Investasi ASEAN... 188 18. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Model Investasi ASEAN... 189 19. Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Investasi ASEAN... 190

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan meningkatnya jumlah negara yang menjadi anggota integrasi ekonomi. Saat ini sekitar 97 persen perdagangan dunia melibatkan negara yang minimal terikat dalam suatu perjanjian perdagangan khusus atau Preferential Trade Area (PTA). Meskipun beberapa kesepakatan integrasi tersebut terwujud antara lain karena pertimbangan politik, tetapi motivasi utama adalah kepentingan ekonomi yang telah menjadi alasan dan penggerak utama lahirnya berbagai kesepakatan integrasi ekonomi (Economic Integration Agreement). Integrasi ekonomi berkembang sangat pesat, mulai dari perjanjian perdagangan, customs union, economic union integration, dan total economic integration. Tujuannya adalah memperoleh manfaat pada kemajuan ekonomi dan pencapaian economics welfare. Meskipun demikian, kontroversi terhadap integrasi ekonomi tetap ada sampai sekarang. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah integrasi ekonomi memberi manfaat ataukah memberi kerugian bagi ekonomi suatu negara. Keberhasilan integrasi ekonomi Eropa sampai pembentukan mata uang bersama (Currency Union), Euro, adalah contoh yang membuktikan bahwa integrasi ekonomi telah memberikan kemajuan ekonomi

bagi negara anggota. Kesuksesan tersebut mendorong integrasi ekonomi di berbagai kawasan dunia. Selain indikator banyaknya kesepakatan integrasi ekonomi bilateral, perkembangan dalam dua dekade terakhir juga ditandai dengan semakin berkembangnya integrasi dan proliferasi integrasi ekonomi pada tingkat regional (Regional Integration Agreement), antara lain melalui pembentukan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di kawasan Asia Pasifik, European Union (EU) di Eropa, Mercado Comun del Sur (MERCOSUR) di Amerika Latin, dan North America Free Trade Area (NAFTA) di Amerika Utara. Integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh dari integrasi lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dihadapi apabila tidak terlibat dalam integrasi. Alasan tersebut yang dipakai pemimpin negara untuk menempuh kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi atau bergabung dalam integrasi ekonomi. Kebijakan liberalisasi atau integrasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Integrasi ekonomi juga diharapkan memperkuat daya saing kawasan dalam menghadapi kompetisi global. Prinsip dasar integrasi ekonomi adalah mengurangi atau menghilangkan semua hambatan perdagangan dan investasi di antara negara anggota. Tujuannya adalah meningkatkan arus barang dan jasa yang bebas keluar masuk melintasi batas negara setiap anggota. Dari alasan tersebut, volume perdagangan semakin tinggi sehingga mendorong peningkatan produksi, peningkatan efisiensi, peningkatan kesempatan kerja, penurunan cost production, yang dapat

meningkatkan daya saing produk dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1 Studi empiris yang dilakukan Viner (1950) mengenai persekutuan pabean menunjukkan bahwa pembentukan persekutuan pabean tidak selalu meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga dapat menurunkan kesejahteraan (diversi) negara anggotanya maupun negara lain yang bukan anggota. 2 Studi Cernat (2001) tentang penilaian kesepakatan perdagangan regional menemukan bahwa kebanyakan Regional Trade Arrangements (RTAs) di Afrika tidak menimbulkan efek diversi (diversion effects) tetapi membawa efek kreasi (creation effects). Pengaruh kreasi yang ditimbulkan suatu integrasi ekonomi lebih besar daripada pengaruh diversi. Dalam konteks ASEAN studi integrasi ekonomi yang dilakukan Sharma dan Chua (2000) menunjukkan bahwa integrasi ekonomi tidak memberi efek terhadap peningkatan perdagangan intra-asean, namun memberi efek pada peningkatan lingkup yang lebih luas atau ekstra-asean. Untuk memahami bagaimana kinerja perdagangan integrasi ASEAN sejak tahun 2000-2008 maka disajikan Tabel 1. Studi integrasi ekonomi dan pengaruhnya terhadap investasi (FDI) telah dilakukan oleh Kreinin and Plummer (2008) yang menemukan tiga poin penting: (1) integrasi regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap FDI, yang merupakan kombinasi dari efek kreasi dan diversi investasi, (2) efek diversi investasi terjadi pada beberapa kasus, dan dengan demikian perlu mendapatkan perhatian, khususnya di antara negara berkembang yang bukan merupakan bagian dari anggota regional dengan 1 Asian regionalism and its effect on trade in the 1980s and 1990s, pg.3 working paper no 30. 2 Dominic Salvatore, Ekonomi Internasional, hal. 388 390 tahun 1997

negara maju, dan (3) FDI bertindak sebagai substitusi untuk perdagangan, meskipun pada beberapa kasus bersifat komplemen bagi perdagangan. Tabel 1. Total Perdagangan ASEAN Tahun 2000-2008 (US$ juta) Tahun Ekspor Impor Total 2000 93 380 73 466 166 846 2001 82 680 67 639 150 319 2002 86 706 73 202 159 908 2003 115 601 91 130 206 731 2004 141 116 119 581 260 697 2005 163 862 141 030 304 892 2006 189 176 163 594 352 770 2007 217 334 242 460 459 794 2008 184 586 215 579 400 165 Sumber : ASEAN Trade Statistic Data Base, 2009 (diolah). Perdagangan negara ASEAN dengan mitra dagangnya yang selama ini didominasi oleh negara seperti Jepang, Amerika, Uni Eropa, dan Cina disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Perdagangan ASEAN dengan Negara Luar ASEAN (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand 2000 77 973 137 458 61 631 201 957 107 117 2001 72 045 124 851 55 556 175 799 104 304 2002 71 518 132 702 59 562 176 975 105 120 2003 74 853 141 462 60 747 204 788 127 010 2004 93 428 173 865 68 526 262 416 155 661 2005 110 207 188 865 72 648 305 841 182 194 2006 124 002 212 272 80 773 363 987 198 204 2007 142 490 240 504 85 072 401 598 235 650 2008 198 055 253 718 84 272 300 809 383 156 Sumber : ASEAN Trade Statistic Data Base, 2009 (diolah). Perkembangan FDI di kawasan ASEAN cenderung komplemen dengan perdagangan. FDI dipengaruhi oleh beberapa variabel makroekonomi,

ketersediaan infrastruktur, tingkat korupsi serta kemudahan berinvestasi. FDI kawasan antara tahun 2000-2008 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Foreign Direct Invesment ASEAN dari Negara Penerima Foreign Direct Invesment (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand 2000-4 550.0 3 787.6 2 239.6 16 485.4 3 350.3 2001-3 278.5 553.9 195.0 15 649.0 5 061.0 2002 144.9 3 203.4 1 542.0 7 200.0 3 335.0 2003-596.1 2 473.2 490.8 11 664.0 5 235.0 2004 1 894.5 4 623.9 687.8 19 827.5 5 862.0 2005 8 336.0 3 964.8 1 854.0 15 001.9 8 048.1 2006 5 556.2 6 059.7 2 345.0 24 055.4 9 459.6 2007 6 828.3 8 401.2 2 916.0 31 550.3 11 238.1 2008 9 339.8 8 053.0 1 520.0 22 801.8 9 834.5 2000-2008 34 249.6 67 263.6 22 228.2 225 456.8 83 294.9 Sumber : ASEAN Statiscal Yearbook, 2008. Integrasi ekonomi telah mengalami perluasan dengan pembentukan kerjasama dalam bidang finansial. Pada kawasan integrasi ASEAN telah dibentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) sebagai langkah awal, tetapi krisis ekonomi di Asia Timur pada tahun 1997 telah melahirkan kesadaran baru mengenai pentingnya kerjasama ekonomi secara luas dengan memikirkan kerjasama yang lebih kuat pada sektor finansial. Menjawab masalah tersebut, pada konferensi tingkat tinggi ASEAN tahun 1997, dilahirkan visi untuk memperluas integrasi ekonomi dengan membentuk ASEAN Economic Comunity (AEC). Visi AEC adalah kestabilan, kemakmuran ekonomi regional yang berdaya saing tinggi pada sektor barang dan jasa, investasi, dan modal akan bergerak secara bebas. Tujuannya adalah meningkatkan keunggulan kompetitif regional sebagai production base (barang komponen) untuk diekspor ke pasar dunia dengan mengambil keunggulan yang saling melengkapi di antara ekonomi

ASEAN, economic of scale yang relevan, serta menarik investasi. Pada akhirnya tercapai biaya yang rendah dan pusat produksi yang efisien di antara ekonomi ASEAN atas dasar keunggulan komparatif dan endowment. Dengan demikian akan meningkatkan peran kawasan sebagai production base, menarik investasi dan mempertinggi daya saing regional (Pangestu, 2003). Beberapa studi tentang integrasi ekonomi ASEAN baik segi perdagangan maupun investasi telah dilakukan. Studi dalam bidang perdagangan menunjukkan bahwa integrasi ekonomi belum memberikan efek pada peningkatan perdagangan intra anggota, yang telah dilakukan oleh Sharma dan Chua (2000), Lapipi (2004) dan Tubagus dan Yose (1996). Sedangkan studi Kreinin dan Plummer (2008) mengenai pengaruh integrasi ekonomi ASEAN terhadap FDI menunjukkan pengaruh positif untuk FDI yang berasal dari Jepang dan berpengaruh negatif untuk FDI yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman. Meskipun studi integrasi ekonomi sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai pengaruh integrasi ekonomi terhadap perdagangan dan investasi di ASEAN dan negara anggota belum dilakukan secara menyeluruh. Studi ini akan meneliti faktor yang memengaruhi aliran perdagangan dan investasi dalam kawasan integrasi ekonomi ASEAN serta dampaknya terhadap kreasi atau diversi perdagangan dan investasi. Studi ini penting mengingat pelaksanaan ASEAN Economic Community yang implementasinya pada tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah Beberapa tahun terdahulu disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan penting dalam pola perdagangan dan investasi internasional. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya perjanjian perdagangan dan investasi, baik yang

bersifat regional maupun bersifat bilateral, baik dalam bentuk perjanjian perdagangan khusus maupun perjanjian multilateral. Integrasi ekonomi ASEAN secara terus menerus memperbaiki dan memperbaharui perjanjian investasi dan perdagangannya. Langkah konkret yang paling nyata adalah kerjasama perdagangan bebas ASEAN Free Trade (AFTA) pada tahun 1992 yang mulai diberlakukan tahun 1993 dengan melaksanakan penurunan tarif. Penurunan tarif dilaksanakan secara bertahap sampai pada pelaksanaan semua kesepakatan AFTA. Implementasi CEPT-AFTA telah berhasil meningkatkan perdagangan intra-asean dari US$ 82 444 miliar (tahun 1993) menjadi US$ 328 771 miliar (tahun 2006). Sedangkan dengan negara di luar kawasan ASEAN dari US$ 347 503 miliar (tahun 1993) menjadi US$ 1 052 034 miliar (tahun 2006). Beberapa ekonom menilai bahwa kerjasama AFTA belum berperan secara signifikan meningkatkan perdagangan di ASEAN. Beberapa studi menghasilkan kesimpulan bahwa AFTA belum meningkatkan volume perdagangan intra-asean karena negara-negara anggota, memiliki sumberdaya yang sama sehingga komoditi yang diperdagangkan adalah komoditi sejenis. Hal tersebut menunjukkan perdagangan di ASEAN didominasi perdagangan intra industry trade dibandingkan perdagangan inter industry trade. Krisis ekonomi negara ASEAN pada tahun 1997, telah menjadi pijakan untuk membentuk kerjasama sektor perdagangan dan investasi yang lebih kuat. Pertanyaannya adalah sejauh mana integrasi ekonomi CEPT-AFTA yang telah disepakati tersebut memberi pengaruh terhadap kreasi atau diversi perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN. Apakah menurunnya hambatan perdagangan dan investasi antar anggota ASEAN menyebabkan negara anggotanya

menghadapi tekanan yang lebih kompetitif dan lebih besar, atau mendorong peningkatan kompetisi perolehan efisiensi produktif untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Apakah integrasi memperbesar perdagangan antar anggota dan menjauhi perdagangan bukan anggota integrasi. Pertanyaan tersebut belum dijawab secara lengkap pada beberapa penelitian terdahulu tentang integrasi ekonomi ASEAN. Secara khusus permasalahan yang diteliti dalam disertasi ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah integrasi ekonomi ASEAN memberi pengaruh terhadap peningkatan aliran perdagangan dan investasi kawasan ASEAN dan negara anggota ASEAN atau sebaliknya. Apakah integrasi ekonomi memperbesar aliran perdagangan dan investasi antar negara anggota dan menjauhi perdagangan dan investasi bukan anggota integrasi atau sebaliknya. 2. Apakah integrasi ekonomi kawasan lain seperti APEC, NAFTA, UNI EROPA, Cina dan India, memberikan pengaruh terhadap aliran perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN dan negara anggota ASEAN. 3. Bagaimana variabel makroekonomi dan keterbukaan ekonomi berpengaruh terhadap aliran perdagangan dan investasi di ASEAN dan negara anggota ASEAN. Masalah apa saja yang harus di benahi oleh ASEAN dan anggotanya dalam meningkatkan perdagangan dan investasi. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh integrasi ekonomi ASEAN dan variabel makroekonomi terhadap aliran perdagangan pada kawasan ASEAN dan masing-masing negara anggotanya.

2. Menganalisis pengaruh integrasi ekonomi ASEAN dan variabel makroekonomi terhadap aliran investasi dalam bentuk FDI pada kawasan ASEAN dan masing-masing negara anggotanya. 3. Menganalisis bagaimana pengaruh dan hubungan integrasi ekonomi di APEC, NAFTA, UE, Cina dan India terhadap aliran perdagangan dan FDI pada kawasan integrasi ASEAN dan negara anggotanya. 1.4. Manfaat Penelitian Secara praktis studi ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan ekonomi negara-negara ASEAN serta dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community khususnya dalam bidang perdagangan dan investasi. Secara teoritis studi ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, dan ilmuwan lainnya sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai dampak integrasi ekonomi ASEAN terhadap perdagangan dan investasi negara-negara di ASEAN. 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian. 1. Penelitian ini hanya mencakup 5 negara anggota ASEAN, sementara 5 negara anggota ASEAN lainnya belum dimasukkan. Sedangkan negara mitra perdagangan dan investasi hanya mengambil 14 negara yang memiliki volume perdagangan dan investasi terbesar. 2. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model gravitasi. 3. Penelitian ini menggunakan data agregat nasional baik negara ASEAN, maupun 14 negara mitra perdagangan dan investasi terbesar antara tahun 1982-2006.

4. Jarak antara negara diukur berdasarkan ibu kota negara baik negara ASEAN, maupun 14 negara mitra perdagangan dan investasi terbesar. 5. Data perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya data perdagangan barang. Perdagangan jasa belum dimasukkan dalam analisis. 6. Data tarif yang digunakan adalah tarif rata-rata, yang dihitung dengan membagi total tarif yang diberlakukan dengan jumlah baris tarif barang yang diperdagangkan. 7. Data perdagangan dan investasi yang digunakan adalah data agregat nasional dari negara anggota ASEAN dan 14 negara mitra perdagangan dan investasi. 8. Variabel integrasi dihitung berdasarkan nilai indeks integrasi perdagangan dan tingkat keterbukaan ekonomi dari setiap negara anggota ASEAN.

II. KEBIJAKAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN 2.1. Pembentukan ASEAN ASEAN merupakan organisasi kerjasama regional Asia Tenggara yang dideklarasikan di Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, atas inisiatif Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura. Dasar pertimbangan pembentukannya adalah memperkuat stabilitas ekonomi, sosial, dan menjamin stabilitas keamanan, yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan ekonomi, kemajuan sosial, dan kemajuan budaya. Perkembangan berikutnya anggota ASEAN bertambah dengan masuknya Brunai Darussalam menjadi anggota keenam pada tanggal 7 Januari 1984. Pada bulan Juli tahun 1994 Vietnam menjadi anggota penuh. Tiga negara Indocina masuk menjadi anggota, yaitu Kamboja, Laos dan Myanmar pada KTT ke-5 di Bangkok pada tahun 1995. Sejak itu, integrasi ASEAN lengkap menjadi 10 negara anggota. 2.2. Kerjasama Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi disepakati bahwa kerjasama ASEAN perlu diprioritaskan dalam bentuk konsolidasi ke dalam. Bidang ekonomi masih merupakan bagian yang paling lemah setiap negara anggota. Dalam bidang ekonomi, telah disepakati kerjasama mengenai basic commodity, terutama pangan dan energi, kerjasama di bidang industri, kerjasama di bidang perdagangan dan dalam masalah ekonomi lainnya. Semua negara anggota sepakat untuk mengambil bagian dan mendirikan kawasan perdagangan bebas, yang disebut

ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang pembentukannya berlangsung selama 10 tahun. Ada tiga alasan mengapa ASEAN menyetujui AFTA. Pertama, ASEAN mengkhawatirkan efek pengalihan perdagangan dengan adanya NAFTA dan pasar tunggal Eropa, juga kebangkitan ekonomi Cina. Kedua, perekonomian ASEAN telah berubah sesuai kebijakan yang dianut. Ketiga, kawasan tersebut harus mempertahankan kedekatan dan statusnya setelah selesainya masalah Kamboja dengan menggunakan tujuan ekonomi. Keberadaan AFTA terutama bukan dimaksudkan untuk meningkatkan perdagangan regional, melainkan lebih sebagai penarik investasi dan sebagai jawaban terhadap masalah pengalihan investasi yang dialami kawasan ASEAN dengan kebangkitan Cina. Jalan menuju AFTA ditempuh melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT) yang ditandatangani pemimpin negara anggota ASEAN pada bulan Januari 1992. Realisasinya adalah setiap negara akan menurunkan tarif bea masuk atau mengurangi restriksi non-tarif bagi sesama negara anggota, khususnya bagi produk yang masuk dalam kesepakatan yang berlaku di kawasan integrasi. Pertemuan menteri membahas area perdagangan bebas AFTA di Chiangmai Thailand, memutuskan untuk mempercepat realisasi AFTA dari 15 tahun menjadi 10 tahun. Hal tersebut dilakukan karena keberhasilan dalam realisasi CEPT dan komitmen ASEAN dalam melaksanakan liberalisasi. Disepakati pula untuk menurunkan tarif pada jalur normal (normal track) dan jalur cepat (fast track). CEPT mencakup berbagai produk manufaktur dan produk pertanian yang diproses dan tarif yang dikenakan secara bertahap akan diturunkan antara 0-5 persen. Pada jalur normal, disepakati tarif yang berada di atas 20

persen menjadi 20 persen pada 1 Januari 1998 dan berikutnya dari 20 persen menjadi 0-5 persen pada 1 Januari 2003. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tanggal 15 16 Desember 1998, memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan area perdagangan bebas AFTA agar secara cepat menurunkan tarif dari produk-produknya. Setiap negara akan menurunkan tarif sampai 0 persen atau tidak lebih dari 5 persen dari sedikitnya 85 persen produk yang diikutsertakan dalam inclusion list (daftar produk yang diikutsertakan dalam AFTA) pada tahun 2000. Daftar produk yang terkena tarif antara 0-5 persen ditingkatkan menjadi sedikitnya 90 persen pada tahun 2001 kemudian menjadi 100 persen pada tahun 2002. Kesepakatan ini juga berlaku bagi negara anggota lainnya, namun bagi Vietnam baru mulai berlaku tahun 2003 sedangkan untuk Laos dan Myanmar tahun 2005. Untuk pengenaan tarif 0 persen bagi Vietnam berlaku tahun 2006 dan untuk Laos dan Myanmar tahun 2008. Pada bidang investasi, langkah yang ditempuh adalah memberi tambahan perlakuan khusus kepada investor dari negara anggota dan non-anggota di bidang manufaktur yang implementasinya dimulai 1 Januari 1999 sampai 31 Desember 2000. Dalam rencana aksi Hanoi yang merupakan penjabaran visi ASEAN 2020 disebutkan tekad untuk memperkuat makroekonomi dan kerjasama keuangan melalui pemeliharaan stabilitas makroekonomi dan keuangan regional, meningkatkan liberalisasi sektor jasa keuangan, mengintensifkan kerjasama keuangan, pajak, asuransi serta pengembangan pasar modal. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Manila tanggal 28 November 1999 menyepakati untuk menghapuskan semua bea masuk bagi 6 negara pendiri pada tahun 2010, lebih cepat dari rencana semula tahun 2015. Menyepakati pula untuk

hal yang sama bagi 4 negara anggota lainnya pada tahun 2015. Perdagangan bebas AFTA telah dilaksanakan oleh 6 negara pembentuk AFTA pada 15 kelompok komoditi sejak 1 Januari 2003. Transaksi perdagangan kelompok komoditi itu bebas dari semua hambatan tarif dan non-tarif. Pertemuan menteri perdagangan dan ekonomi ASEAN di Phnom Penh, Kamboja tanggal 2 September 2003, menyetujui untuk mempertimbangkan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) dan tahun 2020 ditetapkan sebagai batas waktu pembentukannya. Konsep AEC ini akhirnya disepakati dalam KTT di Bali pada bulan Oktober 2003. AEC ini mirip dengan integrasi yang dilakukan Uni Eropa sampai pada pembentukan mata uang bersama (Currency Union). Dengan AEC segala bentuk tarif akan dihilangkan, mobilitas faktor produksi semakin bebas, fleksibilitas harga dan upah semakin tinggi. Integrasi ekonomi ASEAN yang lebih luas diharapkan akan mampu menjawab berbagai tantangan krisis, menggalang solidaritas kerjasama ekonomi, dan memecahkan krisis ekonomi secara terpadu. 2.2.1. Kerjasama Perdagangan ASEAN Dalam blue print perjanjian kerjasama, telah disepakati beberapa hal yang terdiri atas aliran bebas barang, aliran bebas investasi dan aliran bebas modal untuk mewujudkan pasar dan basis produksi tunggal ASEAN. Beberapa kesepakatan untuk memperlancar aliran bebas barang adalah: 1. Common Effective Preferential Tarrifs - ASEAN Free Trade Agreement (CEPT-AFTA) pada tahun 2008-2009. 2. Reduksi tarif dengan rumusan menyelesaikan jadwal reduksi tarif sampai 0,5 persen untuk semua produk inclution list dengan pengaturan waktu khusus

bagi Laos dan Kamboja. 3. Penghapusan tarif dengan merumuskan dan melengkapi produk di luar skema CEPT sesuai dengan kesepakatan CEPT serta menghapuskan kewajiban impor sebesar 60 persen dari semua produk IL, kecuali yang dilakukan bertahap untuk produk dan waktu tertentu bagi Laos, Myanmar, dan Kamboja. 4. Program kerja fasilitasi perdagangan dengan rumusan: (1) penyelesaian program kerja yang komprehensif untuk memfasilitasi perdagangan dan penilaian kondisi fasilitasi perdagangan, (2) mendorong transparansi dan visibilitas atas tindakan dan intervensi stakeholders di dalam transaksi perdagangan internasional, (3) menyederhanakan, mengharmoniskan dan menstandarisasi perdagangan untuk menggerakkan barang dan jasa, (4) menghapuskan tarif atas semua produk, kecuali yang dilakukan bertahap bagi anggota, serta menghapuskan tarif atas semua produk yang telah disetujui dan menghapuskan kewajiban impor atas produk dan waktu yang disepakati, dan (5) menurunkan tarif produk serta daftar produk sisanya ke dalam skema kesepakatan CEPT. 5. Menghapuskan hambatan non-tarif, dengan rumusan: (1) mempercayai komitemen standstill dan roll-back pada NTB (Non Tariff Barrier), yang akan segera berlaku serta meningkatkan transparansi dengan mematuhi protokol prosedur notifikasi dan menyusun mekanisme pengawasan, dan (2) menghapuskan NTB untuk ASEAN-5 serta membangun pusat fasilitasi perdagangan ASEAN. 6. Integrasi bea cukai dengan rumusan: (1) mengintegrasikan struktur bea cukai, (2) memodernisasi teknik bea cukai, dipandu dengan prosedur dan formalitas

bea cukai yang sederhana dan terharmonisasi yang sesuai dengan standar dan praktek terbaik internasional, (3) membangun sistem transit bea cukai untuk memfasilitasi pergerakan barang, membangun sistem bea cukai yang sesuai, (4) modernisasi klasifikasi tarif, sistem penetapan nilai dan sistem penetapan, dan (5) mengadopsi standar dan praktek internasional untuk menjamin sistem klasifikasi tarif yang seragam, memperhalus penghapusan bea cukai serta memperkuat pembangunan sumberdaya manusia. 7. Standar dan kesesuaian dengan menjalankan skema regulasi, memonitor implementasi skema regulasi, badan penilai kesesuaian memonitor implementasi rezim regulasi tunggal, menjalankan persyaratan teknis terharmonisasi, mengimplementasikan dan memperkuat kompetensi dan kepercayaan antar otoritas, harmonisasi prasyarat teknis serta meningkatkan infrastruktur teknis. 2.2.2 Perdagangan ASEAN dalam Kerangka AFTA Pelaksanaan CEPT-AFTA yang dimulai pada tahun 1993 ternyata dapat berpengaruh terhadap peningkatan perdagangan intra-asean-5 dari US$ 81 068 miliar (tahun 1993) menjadi US$ 326 128 miliar (tahun 2006). Setelah krisis ekonomi di kawasan ASEAN-5 tahun 1997-1998, perdagangan intra-anggota mengalami peningkatan cukup baik dan mencapai puncaknya pada tahun 2000 dengan nilai sebesar US$ 163 538 miliar atau tumbuh 25.52 persen dari tahun sebelumnya. Angka perdagangan tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2005 dan 2006 secara berurutan sebesar US$ 284 518 miliar dan US$ 326 128 miliar. Meskipun telah menunjukan peningkatan, perdagangan intra selama ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan perdagangan yang dilakukan dengan

negara-negara di luar kawasan ASEAN (extra-asean trade). Persentase perdagangan intra terhadap total perdagangan hanya berkisar antara 19-22 persen. Secara jelas perdagangan intra sejak 1993 sampai 2008 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Total Nilai Perdagangan Intra-ASEAN Tahun 1993-2008 (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand 1993 7 655 21 890 2 678 37 166 11 679 1994 9 138 26 204 3 889 49 729 15 070 1995 10 694 30 958 4 846 56 308 19 430 1996 13 859 37 376 6 982 61 803 21 868 1997 14 264 38 088 8 309 66 190 21 647 1998 13 906 34 551 8 249 49 645 13 752 1999 13 061 34 297 9 450 55 510 17 889 2000 17 664 40 343 10 938 71 075 23 518 2001 15 233 36 278 9 650 61 806 22 596 2002 16 929 39 372 11 071 64 404 23 718 2003 18 755 47 039 12 979 91 328 29 199 2004 24 680 57 928 15 193 109 678 37 004 2005 33 153 65 797 16 024 124 125 45 419 2006 37 862 73 270 18 410 146 102 50 484 2007 46 084 82 611 20 907 160 853 57 886 2008 68 162 85 076 21 398 171 355 69 375 Sumber: ASEAN Statiscal Yearbook, 2008. Perdagangan selama ini masih sangat mengandalkan mitra dagang negaranegara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Pada tahun 2003, perdagangan dengan Amerika Serikat mencapai 14.1 persen dari total nilai perdagangan ASEAN, kemudian disusul berturut-turut dengan Jepang (13.7 persen), Uni Eropa (11.5 persen), dan Cina (7 persen). Hal ini mencerminkan tingkat integrasi ekonomi kawasan masih relatif rendah dibandingkan misalnya, dengan integrasi NAFTA atau Uni Eropa. Implementasi AFTA selama ini masih menghadapi beberapa kendala. Kendala tersebut antara lain lemahnya komitmen negara anggota untuk mencapai

target liberalisasi perdagangan sebagaimana yang telah disepakati dalam CEPT merupakan hambatan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan AFTA. Beberapa negara anggota sampai saat ini masih belum bersedia menurunkan tarif dan menghapuskan hambatan non-tarif atas produk-produk tertentu dengan alasan untuk melindungi industri dalam negeri yang dianggap masih belum siap. Masalah lain adalah adanya perbedaan tingkat pembangunan ekonomi nasional dan keterbatasan kemampuan sumberdaya dari sebagian negara anggota dalam memasuki era liberalisasi perdagangan regional. Di samping itu, masih adanya keraguan dari sebagian negara anggota terhadap kemampuan AFTA dalam meningkatkan perdagangan dan investasi (FDI) di kawasan juga ikut menghambat pelaksanaan AFTA. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa negara anggota yang melakukan perdagangan bebas secara bilateral dengan negara maju. Singapura, misalnya menandatangani FTA dengan New Zealand (2002), Amerika Serikat (2001), Jepang (2002), dan Australia (2002). Demikian pula FTA Thailand dengan Australia (2005). Sedangkan Malaysia dan Indonesia sampai saat ini masih merundingkan FTA bilateral dengan Jepang. Ada beberapa alasan yang mendorong negara-negara ASEAN untuk mengadakan perjanjian FTA bilateral. Pertama, untuk memberi tekanan kepada negara-negara ASEAN yang selama ini masih enggan untuk meliberalisasi perdagangannya secara penuh. Kedua, krisis ekonomi dan keuangan tahun 1997-1998 yang melanda sebagian negara anggota telah menyebabkan kemunduran ekonomi kawasan, khususnya di sektor ekspor dan investasi. Ketiga,

perkembangan ekonomi Cina yang pesat dikhawatirkan akan mengancam industri manufaktur dan daya saing ekspor negara-negara ASEAN (Aslam, 2003). 2.2.3. Kerjasama Investasi ASEAN Kesepakatan dalam rangka mendorong dan memperlancar aliran investasi di kawasan ASEAN adalah: 1. Kesepakatan investasi yang telah merumuskan draft ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) 2. Liberalisasi dengan rumusan: (1) memulai fase pertama dari pengurangan progresif dan penghapusan hambatan investasi, (2) memulai fase pertama dari pengurangan progresif/penghapusan hambatan investasi untuk delapan negara anggota pada waktu yang disepakati, menyelesaikan fase akhir dari pengurangan progresif/penghapusan hambatan investasi, dan (3) mewujudkan rezim investasi bebas dan terbuka dengan hambatan investasi, memulai fase kedua dari pengurangan progresif/penghapusan hambatan investasi 3. Promosi dengan rumusan: (1) mengatur dua misi investasi inbound dan outbound, (2) mengatur dua misi investasi inbound dan outbound, dan mengatur dua misi investasi inbound dan outbound per tahun, (3) melanjutkan rangkaian seminar investasi mengenai peluang di negara ASEAN-6, dan (4) mendorong kluster dan jaringan produksi regional melalui inisiatif kerjasama industrial serta mendorong kluster dan jaringan produksi regional melalui inisiatif kerjasama industrial. 4. Proteksi dengan mengorganisasikan seminar mengenai perlindungan investasi dan penyelesaian sengketa investasi.

Dalam rangka memperlancar aliran modal yang lebih bebas, telah dirumuskan beberapa langkah: 1. Memperkuat pasar modal ASEAN dengan melakukan harmonisasi yang lebih besar pada standar pasar modal pada bidang-bidang yang menawarkan aturan untuk sekuritas hutang, persyaratan penyingkapan dan distribusi aturan, memfasilitasi MRA atau kesepakatan untuk pengakuan kualifikasi dan pendidikan serta pengalaman dari pasar profesional, mencapai fleksibilitas yang lebih besar pada bahasa dan penyusunan persyaratan hukum untuk penerbitan sekuritas. Meningkatkan struktur pajak, jika memungkinkan, untuk mendorong luasnya investor base pada penerbitan hutang. Membiarkan mobilitas modal yang lebih besar. Liberalisasi pergerakan modal dipandu dengan prinsip-prinsip: (1) menjamin liberalisasi akuntansi modal yang teratur dan konsisten dengan agenda nasional negara-negara anggota dan kesiapan ekonominya, (2) menyediakan pengaman yang mencukupi terhadap potensi instabilitas makroekonomi dan risiko sistemik yang mungkin timbul dari proses liberalisasi, termasuk hak-hak untuk mengadopsi tindakan yang diperlukan untuk menjamin stabilitas makroekonomi, dan (3) menjamin manfaat liberalisasi secara bersama oleh semua negara anggota. 2. Investasi langsung luar negeri Foreign Direct Investasi (FDI), dengan rumusan: (1) menilai dan mengidentifikasikan aturan untuk liberalisasi aliran FDI yang lebih bebas yang mencakup: direct outward investment, direct inward investment dan likuidasi investasi langsung, dan (2) secara progresif meliberalisasikan, jika sesuai dan memungkinkan, daftar aturan pra industrial untuk aliran FDI yang lebih bebas. Meliberalisasikan, jika sesuai dan

memungkinkan, aspek lain yang berhubungan dengan: FDI, investasi portofolio, tipe aliran modal lainnya, mendukung FDI dan mendorong pembangunan pasar modal. 3. Investasi portofolio, dengan rumusan: (1) menilai dan mengidentifikasi aturan untuk liberalisasi aliran investasi portofolio yang lebih bebas, khususnya pada hutang dan ekuitas, yang mencakup; pembelian sekuritas hutang domestik dan ekuitas oleh non-residen, penerbitan sekuritas hutang dan ekuitas oleh nonresiden secara lokal serta proses repatriasi yang muncul dari investasi portofolio dan penerbitan atau penjualan sekuritas hutang dan ekuitas, pembelian sekuritas hutang dan ekuitas ke luar negeri, dan (2) secara progresif meliberalisasikan daftar aturan pra-industrial untuk aliran FDI yang lebih bebas. 4. Tipe aliran lainnya, dengan rumusan: (1) menilai dan mengidentifikasi aturan untuk liberalisasi tipe aliran pinjaman luar negeri jangka panjang dan hutang, dan (2) menilai dan mengidentifikasi aturan untuk liberalisasi, khususnya pinjaman luar negeri jangka panjang dan hutang. 5. Transaksi neraca berjalan (current account), dengan rumusan: (1) membangun pasar finansial untuk menghapuskan, jika memungkinkan, struktur nilai tukar ganda, (2) memperlonggar hambatan untuk pembelian devisa dan tipe pembelian lainnya untuk transaksi yang tidak tampak (invisible transactions) dan transfer berjalan dan membangun pasar finansial, dan (3) menghilangkan atau memperlonggar, jika memungkinkan, hambatan untuk repatriasi/syarat penyerahan serta terus meliberalisasikan, jika memungkinkan, hal yang berhubungan dengan transaksi berjalan.

6. Fasilitasi, dengan rumusan: (1) membuat draft dan amendemen kerangka legal dan regulasi, jika sesuai dan memungkinkan, untuk mendukung perubahan pada aturan, (2) memperkuat dialog kebijakan mengenai aturan kehati-hatian (prudential regulation) dan supervisi, untuk membantu negara anggota membangun kerangka regulasi yang mendukung bagi liberalisasi serta membangun dan memperbaiki sistem untuk memonitor aliran di setiap negara anggota, dan (3) kerjasama antar negara untuk mengharmonisasikan kebijakan, statistika dan infrastruktur yang berhubungan dengan aliran serta membagi bersama-sama mengenai kemajuan pada aturan yang diliberalisasikan. 2.2.4. Kinerja Investasi ASEAN Kinerja investasi ASEAN sejak diberlakukannya AFTA mengalami kenaikan yang signifikan. Namun sejak tahun 1997 investasi terus menurun, sampai dengan tahun 2008 dengan nilai investasi sebesar US$ 40 375 miliar. Realisasi investasi ASEAN disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Foreign Direct Invesment Inflows Negara ASEAN dari ASEAN (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand 2000 109.6 87.2 92.1 640.7-225.0 2001 323.1 208.2 34.0 1 982.4-66.9 2002 321.3 1 050.4 22.6 2 045.5 274.6 2003 260.0 614.4-12.6 1 683.5 143.9 2004 290.7 708.8 158.6 1 593.4 171.3 2005 214.3 1 275.0 76.1 2 576.7 28.1 2006 552.9 686.1 149.8 5 921.7 245.7 2007 232.6 896.0 81.6 7 230.8 736.9 2008 710.1 3 011.3 70.7 5 875.2 935.2 2000-2008 3 014.6 8 537.4 671.9 29 550.0 2 243.9 Sumber: ASEAN Statiscal Yearbook, 2008.