BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan-perusahaan. Apabila perusahaan-perusahaan ini dapat. mempengaruhi tingkat perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. harus lebih memperhatikan keputusan-keputusan yang di ambil seperti keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

ESTIMASI PENENTUAN KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN PENDEKATAN ANFIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BEI PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang masuk dalam industri barang konsumsi yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang telah dilakukannya. Hal ini dikarenakan dividen merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dunia. Salah satunya yang terjadi pada capital market atau

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan terhadap capital (capital preservation). Kedua, investasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, naiknya suku bunga, dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan berbagai jenis industri pada negara tersebut. Pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah dengan harapan memperoleh capital gain dan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

I. PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin kompleks pula aktivitas bisnisnya. Jika usaha atau bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB I PENDAHULUAN. maupun manufaktur memiliki harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Semua hasil kegiatan dari perusahaan diringkas. didalamnya. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pembangunan di Indonesia kian tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar yang semakin luas menjadikan persaingan usaha semakin ketat. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat berkembang dan tumbuh guna menjaga kelangsungan hidup perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. para pemegang sahamnya melalui peningkatan nilai perusahaan. Perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mencari sumber-sumber dana yang efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan diperkuat dan dipercepat pelaksanaannya (

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Dalam upaya untuk menghasilkan laba, tentu perusahaan harus


BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. (surplus fund). Dalam pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield)

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, 2001:265). Kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat, maka

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan membutuhkan banyak investor untuk menanamkan modalnya kepada

I PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencari pendapatan atau tingkat pengambalian investasi (return), yang. upaya menghasilkan laba seoptimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki keterkaitan dengan aktivitas konsumsi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Modigliani (1961) berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan

BAB I PENDAHULUAN. produksi barang atau jasa. Tujuan dari perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya. Dalam pembayarannya perusahaan dapat melakukan dengan dua cara yaitu dalam bentuk dividen kas (cash dividend) dan dividen non kas (stock dividend). Umumnya perusahaan melakukan pembayaran dalam bentuk dividen kas yaitu pembayaran dalam bentuk uang tunai. Sedangkan cara lain adalah dalam bentuk dividen non kas yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham atau proporsi tertentu yang biasa disebut stock dividend. Pemegang saham yang telah menanamkan modalnya pada suatu perusahaan mengharapkan pembayaran dividen kas yang tinggi untuk dapat meningkatkan tingkat pengembalian (return) atas investasinya. Namun di sisi lain, untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, pihak manajemen berusaha untuk menahan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Bagi pihak manajemen, dividen merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan, yang berarti dapat mengurangi kesempatan perusahaan dalam melakukan investasi. Oleh sebab itu, untuk dapat memperkuat pembentukan dana internal perusahaan umumnya pihak manajemen perusahaan berusaha menahan kas. Kebijakan dividen menjadi salah satu perhatian penting dalam keuangan perusahaan karena dividen adalah pengeluaran kas utama pada banyak

perusahaan. Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan mengenai laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan sebagai laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan internal perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, hal ini berarti akan mengurangi laba ditahan (retained earning), yang berarti juga akan mengurangi total sumber dana internal perusahaan. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba, maka perolehan dana internal perusahaan akan semakin besar pula yang dapat digunakan untuk kepentingan pertumbuhan perusahaan. Pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Meningkatnya harga saham akan meningkatkan nilai suatu perusahaan. Namun, semakin besar pembayaran dividen maka dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi sehingga dapat menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang selanjutnya akan menurunkan harga saham. Kebijakan dividen suatu perusahaan dapat dianalisis melalui rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio). Dividend payout ratio menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Menurut Sartono (2001: 294), faktor stabilitas dividen juga akan menarik perhatian pemegang saham daripada perusahaan dengan dividend payout ratio yang tinggi, karena pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator kondisi keuangan dan prospek perusahaan yang stabil sehingga risiko perusahaan tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain yang membayar dividen tidak stabil.

Diantara banyaknya sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, perusahaan yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi merupakan perusahaan yang dianggap stabil dan mempunyai prospek yang baik. Hal ini dapat dikarenakan sifatnya yang merupakan kebutuhan pokok, sehingga walau di tengah krisis ekonomi, perusahaan-perusahaan ini dianggap masih tetap dapat bertahan karena kondisi tersebut tidak akan langsung menurunkan keinginan masyarakat untuk tetap membeli produk yang dihasilkannya. Pada tahun 2012 total laba bersih yang diperoleh dari sektor industri barang konsumsi diketahui meningkat sebesar 6,08% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 30.942 Milyar. Sedangkan pada tahun 2011 laba bersih yang diperoleh juga meningkat sebesar 28,29% dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp 29.167,36 Milyar, yang tertera dalam Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1. Laba Bersih Sektor Industri Barang Konsumsi Tahun Laba Bersih ( Rp. Milyar) Perubahan (Naik/Turun)% 2010 22.734-2011 29.167,36 28,29 2012 30.942 6,08 Sumber: www.idx.co.id (Data Diolah) Dalam sektor industri barang konsumsi juga diketahui ada beberapa perusahaan besar yang cukup berpengaruh pada peningkatan IHSG, tiga perusahaan industri barang konsumsi yang termasuk dalam sepuluh besar perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar tertinggi pada tahun 2012 adalah PT HM Sampoerna Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk dan PT Gudang Garam Tbk, tiga perusahaan tersebut juga diketahui merupakan perusahaan yang memberikan dividen kas terbesar dalam sektor industri barang konsumsi pada tahun 2012,

besarnya dividen kas masing-masing perusahaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2. Perusahaan yang Membagikan Dividen Terbesar pada Sektor Industri Barang Konsumsi No. Nama Perusahaan Kode Dividen Kas (Rp. Milyar) 2012 2011 1 HM Sampoerna Tbk HMSP 6.794,65 8.065,72 2 Unilever Indonesia Tbk UNVR 4.547,48 4.532,22 3 Gudang Garam Tbk GGRM 1.982,63 1.727,45 Sumber: www.idx.co.id PT HM Sampoerna Tbk adalah perusahaan yang membagikan dividen kas terbesar pada tahun 2012 dalam sektor industri barang konsumsi, namun besarnya dividen kas yang dibagikan tersebut menurun dari tahun sebelumnya. Sementara itu dividen kas yang dibagikan oleh PT Unilever Indonesia Tbk dan PT Gudang Garam Tbk juga mengalami peningkatan pada tahun 2012. Pada tahun sebelumnya ketiga perusahaan yang membagikan dividen kas terbesar pada industri ini juga menghasilkan laba bersih yang meningkat. Disamping itu, arus kas operasi dan likuiditas pada PT HM Sampoerna Tbk juga mengalami peningkatan. Sementara itu PT Unilever Tbk mengalami peningkatan pula pada arus kas operasi dan rasio leverage dan PT Gudang Garam Tbk juga mengalami peningkatan pada rasio leverage, yang terlihat pada Tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3. Nilai Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio Kode Laba Bersih (Rp. Milyar) Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (Rp. Milyar) CR (%) DER (%) 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 1 HMSP 8.051 6.421 11.088 7.060 174,9 161,3 89,00 100,00 2 UNVR 4.164 3.387 5.462 3.620 68,8 85,1 185,00 115,00 3 GGRM 4.958 4.146 (90,307) 2.872 224,5 270,1 59,00 44,00 Sumber : www.idx.co.id (Data Diolah)

Disamping tiga perusahaan yang membagikan dividen kas paling besar pada sektor industri barang konsumsi tersebut, diketahui pula ada tiga perusahaan yang membagikan dividen kas paling rendah dalam sektor tersebut, yaitu PT Mustika Ratu Tbk, PT Kimia Farma Tbk dan PT Mandom Indonesia Tbk, yang terlihat pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Perusahaan yang Membagikan Dividen Terendah pada Sektor Industri Barang Konsumsi No. Nama Perusahaan Kode Dividen Kas (Rp. Milyar) 2012 2011 1 Mustika Ratu Tbk MRAT 6,966 4,883 2 Kimia Farma Tbk KAEF 34,353 27,743 3 Darya Varia Tbk DVLA 35,280 33,600 Sumber: www.idx.co.id Pada tahun 2012 PT Mustika Ratu Tbk adalah perusahaan yang membagikan dividen kas paling rendah pada sektor industri barang konsumsi. PT Kimia Farma Tbk dan PT Darya Varia Tbk juga termasuk diantara tiga perusahaan yang membagikan dividen kas paling rendah pada sektor industri barang konsumsi, perusahaan tersebut masing-masing mengalami peningkatan pada jumlah dividen kas. Pada Tabel 1.5 dapat pula dilihat bagaimana laba bersih, arus kas operasi, likuiditas serta financial leverage masing-masing perusahaan tersebut pada tahun sebelumnya dapat mempengaruhi dividen kasnya. Tabel 1.5. Nilai Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio No. Kode Laba Bersih (Rp. Milyar) Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (Rp. Milyar) CR (%) DER (X) 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2012 2011 1 MRAT 26 24 1,143 4,613 627,1 761,4 18,00 14,00 2 KAEF 172 139 81,553 139,119 274,8 242,5 43,00 48,00 3 DVLA 121 111 72,518 130,614 483 371,7 28,00 33,00 Sumber: www.idx.co.id (Data Diolah)

Pada tahun 2011 ketiga perusahaan tersebut mengalami peningkatan pada laba bersih. Selain itu, PT Mustika Ratu Tbk juga mengalami peningkatan pada rasio leverage sedangkan PT Kimia Farma Tbk dan PT Darya Varia Tbk juga mengalami peningkatan pula pada rasio likuiditas. Berdasarkan fenomena yang terjadi, dapat diketahui bahwa ternyata disamping laba bersih yang dihasilkan dan profitabilitas yang dicapai perusahaan, banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dalam pembagian jumlah dividen suatu perusahaan, diantaranya faktor kebutuhan dana perusahaan, likuiditas, kemampuan meminjam, dan stabilitas dividen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih, arus kas operasi, current ratio, dan debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen perusahaan khususnya pada sektor industri barang konsumsi. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Meskipun demikian, pada kenyataannya adakalanya bahwa tidak semua perusahaan yang mengalami kenaikan laba membayar dividen. Arus kas operasi juga mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan dana yang bersumber dari internal. Kas perusahaan yang dihasilkan melalui aktivitas operasi mengartikan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan kas untuk perusahaan yang selanjutnya dapat dibagikan kepada pemegang sahamnya. Darvil et al. (2012) di dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara arus kas operasional terhadap dividen kas. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Irawan dan Nurdhiana (2012) yang menemukan bahwa arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Selain itu, likuiditas perusahaan pun diduga menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan dividen perusahaan. Bagi perusahaan, dividen merupakan kas keluar, semakin tinggi likuiditas perusahaan secara keseluruhan maka diharapkan semakin tinggi kemampuannya dalam membayar dividen. Likuiditas perusahaan dapat diukur dengan current ratio (rasio lancar). Angka rasio ini akan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya sebesar rasio tersebut. Suharli (2007) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa kebijakan pembagian jumlah dividen suatu perusahaan dipengaruhi oleh return on investment dan diperkuat oleh current ratio suatu perusahaan, sementara itu Deitiana (2009) menemukan hal yang sebaliknya bahwa current ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Disamping itu, financial leverage juga diduga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan dividen. Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang dalam membiayai investasinya. Financial leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio yaitu rasio hutang terhadap modal. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kewajibannya dan risiko yang dihadapi. Meningkatnya penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, yang berarti juga dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen, hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2008), namun bertentangan

dengan hasil penelitian Rafique (2012) yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dengan kebijakan dividen. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dan adanya beberapa hasil penelitian terdahulu yang masih belum menunjukkan hasil yang konsisten, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang dilakukan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi, dengan judul Pengaruh laba bersih, arus kas operasi, current ratio dan debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut: Apakah laba bersih, arus kas operasi, current ratio, dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laba bersih, arus kas operasi, current ratio, dan debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu upaya untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen khususnya pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi Perusahaan, sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan kebijakan dividen sehingga perusahaan dapat semakin meningkatkan kinerjanya dengan tetap menjaga kepercayaan para pemegang saham terhadap perusahaan. 3. Bagi investor, sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan investasi untuk menentukan perusahaan yang dapat memberikan dividen yang diharapkan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dan dasar pengembangan bagi peneliti yang mendalami masalah sejenis di masa yang akan datang.