ENDES N. DAHLAN. Diterima 10 Desember 2007/Disetujui 15 Mei 2008 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Tanaman Sebagai Penyerap Karbondioksida

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ahmad Rivai 2, Pindi Patana 3, Siti Latifah 3

Oleh Driananta Praditiyas NRP Dosen Pembimbing Abdu Fadli Assomadi, SSi., MT NIP

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: Emisi Karbon, Daya Serap Vegetasi,Kecamatan Genteng, dan Ruang Terbuka Hijau.

FOR SALE.

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA UTARA DAN TIMUR)

Jurnal Ekonomi Volume 20, Nomor 3 September 2012

Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota. Serang, 14 Oktober 2014

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

KAJIAN KONSEP DESAIN TAMAN DAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA PUSAT DAN SELATAN) ADEQUACY ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAYA ROSOT KARBONDIOKSIDA OLEH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN KOTA DI KAMPUS IPB DARMAGA ARDIANSYAH E

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

3. METODOLOGI PENELITIAN

Neny Fidayanti Universitas Palangkaraya ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau. RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

ANALYSIS OF CO 2 EMISSIONS FROM FOSSIL FUEL USE IN PEKANBARU CITY FOR DEVELOP MODULE CONCEPT OF ENVIRONMENTAL ISSUES IN ENVIRONMENTAL EDUCATION COURSE

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEBUTUHAN LUASAN HUTAN KOTA BERDASARKAN PENYERAPAN CO 2

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

III. METODE PENELITIAN

ENVIRONMENTAL MANAGEMENT SYSTEM EMS PROCEDURES EMS-P13 Dated: Replaces:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

AMELIORASI IKLIM MELALUI ZONASI HUTAN KOTA BERDASARKAN PETA SEBARAN POLUTAN UDARA

PEMILIHAN JENIS POHON UNTUK PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA MUKHLISON

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

STUDI POTENSI KANOPI POHON DI KEBUN RAYA BOGOR DALAM MENYERAP EMISI KARBONDIOKSIDA DARI KENDARAAN BERMOTOR

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan. Lampiran 2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Taman Beringin a.

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

STUDI KEBUTUHAN HUTAN KOTA BERDASARKAN KEMAMPUAN VEGETASI DALAM PENYERAPAN KARBON DI KOTA MATARAM

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Lampiran 1 Uji akurasi klasifikasi lahan

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA

DAFTAR PUSTAKA. Bapeda Kabupaten Kuningan. 2003a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun Bapeda Kabupaten Kuningan. Kuningan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

KEEFEKTIFAN DAN TOLERANSI JENIS TANAMAN JALUR HIJAU JALAN DALAM MEREDUKSI PENCEMAR NO 2 AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI SULISTIJORINI

SEBARAN VEGETASI DAN KONSENTRASI GAS CO - Pb DI TAMAN KB, SIMPANG LIMA, DAN TUGU MUDA KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

KENYAMANAN TERMAL RUANG TERBUKA HIJAU DI KAMPUS UNSRAT BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

Pamungkas Bayu *), Nur Edy Suminarty dan Sudiarso

ESTIMATION OF CARBON POTENTIAL ABOVE THE GROUND AT THE STAND LEVEL POLES AND TREES IN FOREST CITY PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

JUMLAH EMISI GAS CO 2 DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN BERDAYA ROSOT SANGAT TINGGI: STUDI KASUS DI KOTA BOGOR (The Amount of CO 2 Gasses Emission and Selection of Plant Species with Height Carbon Sink Capability: Case Study in Bogor Municipality) ENDES N. DAHLAN Bagian Hutan Kota dan Jasa Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Kampus Darmaga Bogor 16680, Indonesia Diterima 10 Desember 2007/Disetujui 15 Mei 2008 ABSTRACT Activities in towns and cities require energy from fossil fuel which can cause increasing concentration of CO 2 ambient. One of the effort to minimize the increasing CO 2 concentration in the atmosphere, particularly in the urban area, is to develop urban forest. The objective of the research is to measure the concentration of CO 2 and to measure the ability of absorbing CO 2 gas by urban forest trees in Bogor Botanical Garden and Forest Research Station at Dramaga. The result of the study noticed that: CO 2 gas emission in 2015 is 452.486 ton, in 2095 will be 584.142 ton which can then induce increasing the concentration of CO 2 ambient. The other research noticed that classification of absorption ability of trees in urban forest area which consist of Bogor Botanical Garden and Forest Research Station at Dramaga are as follow: very high consist of: F. benjamina, T. verrucossum, D. excelsum, C. odoratum (average absorption ability was 643,77 kg/trees/year), high absorption ability are: L. speciosa, A. pavoniana, C. parthenoxylon, S. mahagoni, P. pinnata, F. decipiens, B. roxburghiana (average was 305,91 kg/trees/year), moderate class are: S. wallichii, A. muricata, K. senegalensis, S. macrophylla, C. grandis, A. heterophyllus, T. grandis (average was 102,07 kg/trees/year), low class are: P. indicus, P. affinis, A. mangium, S. indicum, I. bijuga, K. anthotheca, D. retusa, C. pulcherrima, C. guinensis (average was 28,00 kg/trees/year) and very low class are: C. excelsa, H. mengarawan, T. indica, N. lappaceum, H. odorata, E. cristagalli, M. grandiflora, P. dulce (average was 3,90 kg/trees/year). Keywords: CO 2, sequestration, urban forest, green open space PENDAHULUAN Kota merupakan pusat berbagai aktivitas manusia seperti ekonomi, pendidikan, olahraga, seni, permukiman, transportasi, industri, dan lain-lain. Kota juga merupakan tempat tinggal atau aktivitas dari aneka sumber daya manusia penting seperti ekonom, mahasiswa dan dosen, seniman dan olah ragawan, guru dan pelajar, serta pejabat (Dahlan 1992). Mereka membutuhkan kualitas lingkungan yang baik, namun pada kenyataannya kualitas lingkungan kota semakin memburuk akibat adanya pencemaran udara (Dahlan 2004). Salah satu sumber polutan utama di kota adalah aktifitas pembakaran bahan bakar minyak dan gas. Pembakaran bahan bakar minyak dan gas selain menghasilkan polutan juga menghasilkan gas CO 2 yang dapat menyebabkan meningkatnya konsentrasi CO 2 ambien (Keeling dan Whorf 2005). Gas CO 2 pada konsentrasi yang tinggi di udara ambien akan terhirup masuk ke dalam saluran pernapasan. Afinitas gas ini dengan hemoglobin (Hb) 20 kali lebih tinggi daripada afinitas Hb dengan oksigen (Anonymous, 2005a), sehingga dapat menurunkan kesehatan manusia. Meningkatnya kadar gas CO 2 juga akan mengancam kehidupan manusia dan rusaknya lingkungan hidup (Anonymous 2005b) berupa pemanasan global melalui efek rumah kaca. Salah satu usaha untuk mengurangi peningkatan konsentrasi gas CO 2 di atmosfer, khususnya di daerah perkotaan adalah pengembangan hutan kota. Pohon dan hutan baik di dalam dan di sekitar kota dapat menurunkan CO 2 melalui fotosintesis. Gas ini akan diserap oleh daun melalui stomata menjadi oksigen dan karbohidrat. Kota-kota besar di Indonesia kini mulai terancam oleh gas CO 2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar minyak dan gas. Demikian juga dengan Kota Bogor yang dikenal dengan sebutan Kota Sejuta Angkot. Luasan hutan kota di Bogor hanya 144,75 ha (1.20%), terdiri dari Kebun Raya Bogor (KRB) dan hutan Penelitian Dramaga (HPD). Selain hutan kota ada juga beberapa bentuk ruang terbuka hijau (RTH) lainnya yang dapat menyerap gas CO 2, namun pada kenyataannya luasan RTH terus menurun dari tahun ke tahun. Dengan semakin bertambahnya emisi gas CO 2 di satu pihak dan di lain pihak luasan ruang terbuka hijau terus menurun sementara luasan hutan kota tidak bertambah, maka perlu dilakukan penambahan luasan hutan kota dengan tanaman berdaya rosot yang sangat tinggi untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Jika yang ditanam dalam program penambahan luasan hutan kota 85

Jumlah Emisi Gas CO 2 merupakan jenis berdaya rosot sangat tinggi, maka kebutuhan luasan hutan kota dapat ditekan serendah mungkin. Upaya antisipasi sejak dini perlu dilakukan, agar permasalahan yang dihadapi saat ini dan yang diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang dapat dipecahkan dan ditangani secara efektif dan efisien, sehingga konsentrasi gas CO 2 dapat ditekan pertambahannya sementara lahan masih dapat tersedia untuk peruntukan pembangunan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengukur daya rosot gas CO2 oleh pohon di areal hutan kota di Kota Bogor yakni di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga; (2) mengetahui jumlah emisi dan konsentrasi ambien gas CO2 di Kota Bogor yang merupakan faktor pendorong adanya kebutuhan hutan kota. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar didalam menentukan pilihan jenis tanaman berdaya rosot tinggi untuk ditanam di Kota Bogor sehingga dapat berfungsi dalam menekan laju pertambahan gas CO 2 sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan lainnya di Kota Bogor seperti kandungan air tanah, kandungan oksigen, habitat burung. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada Maret 2006 sampai Juni 2007. Pengukuran daya rosot gas CO 2 oleh pohon hutan kota dilakukan di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga, masing-masing sebanyak 25 dan 21 jenis tanaman. Pemilihan jenis tanaman selain berdasarkan penggunaannya yang telah banyak ditanam di Kota Bogor, juga letak pohonnya tidak terlalu berjauhan serta daun dan rantingnya masih dapat dijangkau oleh galah. Jenis eksotik tidak diukur kemampuan daya rosotnya, selain karena sangat tinggi, juga tidak banyak ditanam di Kota Bogor. Metode yang dipergunakan untuk menetapkan nilai kemampuan tanaman dalam menyerap gas CO 2 dilakukan dengan metode pengukuran karbohidrat pada daun dan ranting pada pukul 05.00 dan 10.00 pagi. Daun contoh difiksasi dengan alkohol 70% dengan cara sampel daun dan alkohol dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dikocokkocok selama 15 menit. Setelah itu dijemur di panas matahari dan dioven dengan suhu 70-80 o C selama 3 hari sampai mencapai kering mutlak. Semua daun lalu dicacah dan digiling sampai menjadi serbuk halus. Kadar karbohidrat dari serbuk daun lalu diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500 µm. Selisih kandungan karbohidrat dibagi dengan 4 (lama waktu fotosintesis) merupakan nilai laju fotosintesis per jam. Untuk menghitung lajunya dalam setahun dikalikan dengan 365 (hari) x 12 (jam dalam sehari) x 0,43 (rerata lama penyinaran per hari di Kota Bogor). HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan BBMG di kota Bogor yang datanya diperoleh dari Pertamina Unit III Jakarta dan Bapeda Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan bahan bakar minyak dan gas 2003-2004 Bensin Solar Minyak Tanah Minyak Diesel LPG (ton) Gas *) (m 3 ) 2003 107.568 29.175 69.540 5.052 2.075 222.068 2004 114.152 26.257 69.530 5.264 6.421 238.545 Kons/jiwa/th 134,19 33,55 84,17 6,24 5,14 0,28 Sumber: PT Pertamina Unit III, Jakarta. *) Bapeda Kota Bogor, 2005. Mengingat penggunaan dan emisi gas negara kurang dari 1%, maka untuk selanjutnya gas negara tidak dimasukkan dalam sistem. Dari data pada Tabel 1 diprediksikan jumlah bahan bakar minyak dan gas yang akan digunakan di kota Bogor di masa yang akan datang seperti terlihat pada Tabel 2. 86

Tabel 2. Prediksi penggunaan bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor Bensin Solar Minyak Tanah Minyak Diesel LPG (ton) 2015 123.535 30.886 77.487 5.745 4.732 2025 132.578 33.147 83.159 6.165 5.078 2035 141.134 35.286 88.525 6.563 5.406 2045 148.318 37.082 93.031 6.897 5.681 2055 153.592 38.401 96.340 7.142 5.883 2065 156.757 39.192 98.325 7.289 6.004 2075 157.910 39.481 99.049 7.343 6.049 2085 157.371 39.346 98.710 7.318 6.028 2095 155.597 38.902 97.598 7.235 5.960 Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa penggunaan bahan bakar bensin mendominasi penggunaan bahan bakar lainnya. Dari Tabel 2 kemudian dihitung dan diprediksi jumlah emisi gas CO 2 di Kota Bogor tahun 2015 2095 seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Emisi Gas CO 2 di Kota Bogor tahun 2015-2095 Emisi CO 2 (kg) 2015 648.468.972 2025 716.098.714 2035 761.875.033 2045 792.859.497 2055 813.831.848 2065 828.027.333 2075 837.635.784 2085 844.139.424 2095 848.541.521 Dari Tabel di atas dapat dikemukakan bahwa emisi gas CO 2 terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas ini dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Dengan adanya kekhawatiran bahwa gas CO 2 yang terus meningkat akan mengakibatkan pemanasan global dan kerugian lainnya, maka laju pertambahan gas ini perlu dikendalikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan luasan hutan kota. Agar kebutuhan luasan dapat ditekan maka jenis tanaman yang ditanam harus dengan jenis tanaman yang berdaya rosot sangat tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengukur daya rosot gas CO 2 pada areal hutan kota yakni di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Daya rosot gas CO 2 dan klasifikasi daya rosot tanaman di Kebun Raya Bogor dan di Hutan Penelitian Dramaga No Nama Jenis Rosot CO 2 (kg pohon -1 tahun -1 ) Klasifikasi Daya Rosot 1. Coompasia excelsa 1) 0,20 SR 2. Hopea mengarawan 2) 0,42 SR 3. Tamarindus indica 1) 1,49 SR 4. Nephelium lappaceum 1) 2,19 SR 5. Hopea odorata 2) 4,23 SR 6. Erythrina cristagalli 1) 4,55 SR 7. Maniltoa grandiflora 1) 8,26 SR 8. Pithecelobium dulce 1) 8,48 SR 9. Pterocarpus indicus 1) 11,12 Rd 10. Pachira affinis 2) 12,63 Rd 11. Acacia mangium 2) 15,19 Rd 12. Sapium indicum 2) 16,50 Rd 13. Intsia bijuga 1) 19,25 Rd 14. Khaya anthotheca 1) 21,90 Rd 15. Dipterocarpus retusa 2) 24,24 Rd 16. Caesalpinia pulcherrima 1) 30,95 Rd 17. Carapa guinensis 2) 34,15 Rd 18. Mimusops elengi 1) 34,29 Rd 19. Pterygota alata 2) 36,19 Rd 20. Manilkara kauki 1) 41,78 Rd 21. Delonix regia 1) 42,20 Rd 22. Acacia 48,68 Rd 87

Lanjutan Tabel 4. Jumlah Emisi Gas CO 2 No Nama Jenis auriculiformis 2) Rosot CO 2 (kg pohon -1 tahun -1 ) Klasifikasi Daya Rosot 23. Schima wallichii 2) 63,31 Sd 24. Anona muricata 1) 75,29 Sd 25. Khaya senegalensis 2) 83,86 Sd 26. Swietenia macrophylla 1) 114,03 Sd 27. Cassia grandis 1) 116,25 Sd 28. Artocarpus heterophyllus 1) 126,51 Sd 29. Tectona grandis 2) 135,27 Sd 30. Lagerstroemia speciosa 2) 160,14 Tg 31. Adenanthera pavoniana 1) 221,18 Tg 32. Cinnamomum parthenoxylon 2) 227,21 Tg 33. Swietenia mahagoni 2) 295,73 Tg 34. Pometia pinnata 1) 329,76 Tg 35. Felicium decipiens 1) 404,83 Tg 36. Beilschmiedia roxburghiana 2) 442,63 Tg 37. Ficus benjamina 1) 535,90 ST 38. Trachylobium verrucossum 2) 562,09 ST 39. Dysoxylum excelsum 1) 720,49 ST 40. Canangium odoratum 1) 756,59 ST 41. Strombosia zeylanica 2) 1603,20 ET 42. Cassia sp. 1) 5.295,47 ET 43. Samanea saman 1) 28.488,39 ET Keterangan: 1) Tanaman di Kebun Raya Bogor 2) Tanaman di Hutan Penelitian Dramaga Klasifikasi (satuan dalam kg pohon -1 tahun -1 ) SR (Sangat Rendah) < 9,99 Tg (Tinggi) 150-500 Rd (Rendah) 10 49,9 ST (Sangat Tinggi) 500-1000 Sd (Sedang) 150 500 ET (Ekstra Tinggi) >1000 Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa klasifikasi daya rosot gas CO 2 oleh berbagai jenis pohon yang tumbuh di kawasan hutan kota di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga adalah : (1) Daya rosot sangat rendah dengan rerata 3,90 kg/pohon/tahun, (2) Rendah 28,00 kg/pohon/tahun, (3) Sedang 102,07 kg/ pohon/tahun, (4) Tinggi 305,91 kg/pohon/tahun dan (5) Sangat tinggi sebesar 643,77 kg/pohon/tahun. Jenis tanaman yang berdaya rosot sangat tinggi adalah F. benjamina, T. verrucossum, D. excelsum, C. odoratum. Keempat jenis tanaman ini dapat diusulkan ke Pemerintah Daerah Kota Bogor untuk ditanam dalam program pengembangan hutan kota di masa yang akan datang. KESIMPULAN Jumlah emisi gas CO 2 pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 452.486 ton dan pada tahun 2095 akan meningkat menjadi 584.142 ton. Untuk mengatasi terus meningkatnya konsentrasi gas CO 2, maka perlu dibangun hutan kota dengan jenis berdaya rosot yang sangat tinggi, agar luasan hutan kota yang diperlukan dapat ditekan serendah mungkin. Jenis tanaman yang memiliki daya rosot yang sangat tinggi dengan rerata sebesar 643,77 kg gas CO 2 /pohon/ tahun adalah: F. benjamina, T. verrucossum, D. excelsum, C. odoratum, jenis berdaya rosot tinggi (rerata 305,91 kg gas CO 2 /pohon/tahun) adalah: L. speciosa, A. pavoniana, C. parthenoxylon, S. mahagoni, P. pinnata, F. decipiens, B. roxburghiana, jenis berdaya rosot sedang dengan rerata sebesar 102,07 kg gas CO 2 /pohon/tahun adalah: S. wallichii, A. muricata, K. senegalensis, S. macrophylla, C. grandis, A. heterophyllus, T. grandis, jenis berdaya rosot rendah dengan rerata sebesar 28,00 kg CO 2 /pohon/tahun adalah: P. indicus, P. affinis, A. mangium, S. indicum, I. bijuga, K. anthotheca, D. retusa, C. pulcherrima, C. guinensis dan jenis berdaya rosot sangat rendah dengan rerata sebesar 3,90 kg gas CO 2 /pohon/tahun adalah: C. excelsa, H. mengarawan, T. indica, N. lappaceum, H. odorata, E. cristagalli, M. grandiflora, P. dulce. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2005a. Alterations in the respiratory system. Unit Five Chapter 19: Structure and Functions of Respiratory System. Http://www/ msnencarta/respiratory system.mh1. [September 2005]., 2005b. Global warming. Http:// www.ace.mmu.ac.uk/resources/fact_sheets/ Key_Stage_3/Global_Warming/08.html. Global Warming. [September 2005]. 88

Bapeda Kota Bogor. 2005. Data pokok pembangunan Kota Bogor. Dahlan, E.N., 1992. Hutan kota untuk pengelolaan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. IPB-APHI., 2004. Membangun kota kebun bernuansa hutan kota. Sekolah Pascasarjana IPB - IPB Press. Keeling,C.D., and T.P. Whorf, 2005. Atmospheric carbon dioxide Record from Mauna Loa. Http://www.cdiac.esd.ornl.gov/ftp/maunaloaco2/maunaloa.co2. [Januari, 2005). PT Pertamina Unit III. 2004. Lampiran penggunaan bahan bakar minyak dan gas Kota Bogor 2003-2004. 89