VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Total Hasil Penjualan

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

VI. IMPLEMENTASI SISTEM

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek kehidupan dari bangsa ini akan selalu dipengaruhi oleh keadaan hujan ataupun

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut dibawah ini adalah data yang didapat dari GK AUTO. Tabel 5.1 Data Variabel

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20

APLIKASI PROGRAM DINAMIK UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TOTAL PADA PENGENDALIAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DAN INTI SAWIT

PERAMALAN PRODUKSI PUCUK TEH MENGGUNAKAN METODE BOX-JENKINS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII CIATER

III. MATEMATIKA DAN STATISTIKA APLIKASI (S.1) EFEK PERUBAHAN POLA CUACA PADA DEBIT AIR MASUK DI WADUK SAGULING

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. CV. JOGI CITRA MANDIRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Prediksi curah hujan di Indonesia sangat berdampak pada kehidupan masyarakat

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Model of Industrial Tea Raw Material Planning (Case Study in PTPN VIII Kebun Cianten, West Java) ABSTRACT

1. Latar Belakang. 2. Tinjauan Pustaka

DAFTAR ISI. Halaman Konsep Ketersediaan Air dan Model Prakiraan Kesesuaian Model ARIMA untuk Prakiraan Ketersediaan Air 10

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4. BAB II LANDASAN TEORIDASAN TEORI. dengan Microsoft Access 2000 sebagai database. Implementasi program

Pemodelan Fungsi Transfer Multi Input

U K D W BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

BAB IV IMPLEMENTASI_DAN_EVALUASI. Implementasi bertujuan untuk menerapkan sistem yang dibangun untuk

OPTIMASI PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU CAPROLACTAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode Economic Order Quantity Untuk Memprediksi Penerimaan Dan Penyaluran LPG

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. menggunakan metode Single Exponential Smoothing. Hasil perancangan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui :

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

PERAMALAN HASIL PRODUKSI ALUMINIUM BATANGAN PADA PT INALUM DENGAN METODE ARIMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar

III. METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MINIMASI GALAT PADA METODE PERAMALAN ARIMA

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang

Transkripsi:

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi merupakan tahap mempersiapkan sistem untuk dapat dioperasikan dan merupakan tahap pembuatan perangkat lunak. SCHATZIE 1.0 merupakan paket program yang mengintegrasikan beberapa model untuk meenganalisa semua aspek yang terkait dalam proses pemetikan dan pengolahan teh di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cianten. Aspek tersebut meliputi penjadwalan pemetikan, estimasi produksi, jumlah kebutuhan pemetik teh, dan perencanaan kayu bakar dan papersack sebagi bahan penunjang produksi. Pengembangan SCHATZIE 1.0 diimplementasikan dalam sebuah perangkat lunak Borland Delphi 7 (Borland 2002) yang menghasilkan sebuah file proyek dengan ekstensi *.dpr. Dalam satu file ekstensi terdapat beberapa file form dengan ekstensi *.frm. File proyek dapat dijalankan dengan melakukan kompilasi sehingga terbentuk file berekstensi *.exe. File proyek yang telah dikompilasi bernama SCHATZIE.exe. Sistem ini memiliki beberapa fasilitas tambahan di luar sistem yang terintegrasi dengan program aplikasi Minitab 16.0 (Minitab Inc 2010), Microsof Office Access 2007 (Microsoft 2006) dan LINGO 12.0 (LINDO System Inc 2010). Sistem manajemen basis data dibuat dengan menggunakan Microsoft Office Access 2007 (Microsoft 2006) yang terintegrasi dengan Borland Delphi 7 (Borland 2002). Sistem yang dirancang bersifat stand alone yakni, hanya dapat dibuka pada komputer yang telah memiliki instalasi minimal Borland Delphi 7 (Borland 2002), Minitab 16.0 (Minitab Inc 2010), Microsoft Office Access 2007 (Microsoft 2006), dan LINGO 12.0 (LINDO System Inc 2010). SCHATZIE 1.0 dirancang sebagai program aplikasi untuk Windows versi 32 bit. SCHATZIE 1.0 diharapkan dapat dioperasikan pada sistem operasi (Operating System) Windows 98, Windows 2000, Windows XP, Windows Vista, ataupun Windows 7. Sistem operasi Windows dipilih karena sistem operasi ini pemakaiannya telah sangat familiar pada komputer PC atau Laptop di masyarakat umum, dibandingkan dengan sistem operasi LINUX. Selama tahap pengembangan, SCHATZIE 1.0 diimplementasikan pada Laptop dengan sistem operasi Windows 7 Ultimate Service Pack 1, Processor Intel Core i3 CPU 2.27 GHz, dan Memory RAM 2 GB. Program ini dapat digunakan dengan terlebih dahulu melakukan instalasi dengan menggunakan fasilitas copy files. 6.2. VERIFIKASI MODEL 6.2.1. Model Estimasi Faktor Iklim Verifikasi model estimasi faktor iklim yang meliputi curah hujan dan hari hujan bertujuan untuk memperoleh nilai faktor iklim untuk masa yang akan datang. Nilai dari hasil estimasi akan menjadi dasar perhitungan dalam beberapa model dalam SCHATZIE 1.0. Tahap identifikasi dengan metode ARIMA dilakukan pada deret data curah hujan dan hari hujan menggunakan software MINITAB 16 (Minitab Inc 2010). Identifikasi ini meliputi penentuan parameter-parameter ARIMA yaitu proses autoregresi (p), trend (d), proses moving average (q), musiman (S), serta parameter-parameter data musiman (P,D,Q). Data yang digunakan dalam estimasi faktor iklim adalah data historis curah hujan dan hari hujan bulanan selama enam tahun antara bulan Januari 2003 sampai dengan 56

Desember 2009. Estimasi faktor iklim dilakukan dengan cara metode ARIMA. Data faktor iklim terdiri dari data curah hujan dan data hari hujan yang didapat dari Kantor Induk Bagian Administrasi Tanaman PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cianten. Data faktor iklim sebagai input pembuatan model ARIMA dapat dilihat pada Lampiran 3. A. Model Curah Hujan Identifikasi model deret data curah hujan memperlihatkan analisis awal dari data. Tahap awal dalam pembutan model ARIMA yaitu menguji data bersifat stasioner atau nonstanioner. Identifikasi trend (d) yang dilakukan dengan plot data dan nilai koefisien autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF). Hasil pada ACF dan PACF menunjukan signifikan pada lag-1 serta bentuk kedua grafik ACF dan PACF adalah Tails Off. Hal tersebut menunjukan data tidak perlu diturunkan, nilai trend (d) sama dengan nol. Plot dan tren data plot nilai autokorelasi dan autokorelasi parsial dapat dilihat pada dapat dilihat pada Lampiran 5. Identifikasi proses autoregresi dan moving average dilakukan dengan menggunakan plot nilai autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF) dari deret data yang stasioner atau yang telah distasionerkan. Identifikasi proses autoregresi (p) dan proses moving average (q) dilakukan dengan plot nilai koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial dari data turunan pertama (lag 1) dari hasil pembedaan pada data hasilnya menunjukkan nilai mendekati nol secara perlahan dan tidak melewati batas signifikan. Menunjukan kecenderungan data memiliki pola autoregresi (p) dan pola moving average (q). Untuk itu dilakukan uji pada model ARIMA (1,0,1); (1,0,2); (1,0,3); (2,0,1); (2,0,2); (3,0,1); dan (3,0,2). Maka model yang dipilih adalah ARIMA (2,0,2) karena memiliki nilai MS yang terkecil. Uji coba pemilihan model ARIMA dapat dilihat pada Lampiran 6. Selain itu, semua nilai koefisien pada ARIMA (2,0,2) bernilai signifikan. Sehingga persamaan model yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 25. Hasil uji Box-Pierce (Ljung-Box) menunjukan bahwa model yang dihasilkan sudah fit. Y t = 449,67 + 0,8844 Y t-1 0,8918 Y t-2 + 0.6548 e t-1 0,7736 e t-2 (25) Dimana: Y t = curah hujan pada saat t Y t-1 = curah hujan pada saat t-1 Y t-2 = curah hujan pada saat t-2 e t-1 = galat ramalan pada periode t-1 e t-2 = galat ramalan pada periode t-2 B. Model Hari Hujan Identifikasi model deret data curah hujan memperlihatkan analisis awal dari data. Tahap awal dalam pembuatan model ARIMA yaitu menguji data bersifat stasioner atau nonstanioner. Identifikasi trend (d) yang dilakukan dengan plot data dan nilai koefisien autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF). Hasil pada ACF dan PACF menunjukan signifikan pada lag-1, serta bentuk kedua grafik ACF dan PACF adalah Tails Off. Hal tersebut menunjukan data tidak perlu diturunkan, nilai trend (d) sama dengan nol. Plot dan tren data, plot nilai autokorelasi dan autokorelasi parsial dapat dilihat pada Lampiran 7. 57

Identifikasi proses autoregresi dan moving average dilakukan dengan menggunakan plot nilai autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF) dari deret data yang stasioner atau yang telah distasionerkan. Identifikasi proses autoregresi (p) dan proses moving average (q) dilakukan dengan plot nilai koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial dari data turunan pertama (lag 1) dari hasil pembedaan pada data hasilnya menunjukkan nilai mendekati nol secara perlahan dan tidak melewati batas signifikan. Menunjukan kecenderungan data memiliki pola autoregresi (p) dan pola moving average (q). Untuk itu dilakukan uji pada model ARIMA (1,0,1); (1,0,2); (1,0,3); (2,0,1); (2,0,2); (3,0,1); dan (3,0,2). Maka model yang dipilih adalah ARIMA (2,0,2) karena memliki nilai MS yang terkecil. Uji coba pemilihan model ARIMA curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 8. Selain itu, semua nilai koefisien pada ARIMA (1,0,3) bernilai signifikan. Sehingga persamaan model yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 26. Hasil uji Box-Pierce (Ljung-Box) menunjukan bahwa model yang dihasilkan sudah fit. Y t = 2,3788 + 0,8765 Y t-1 + 0,4513 e t-1 + 0,2122 e t-2 0,3199 e t-3 (26) Dimana: Y t = curah hujan pada saat t Y t-1 = curah hujan pada saat t-1 e t-1 = galat ramalan pada periode t-1 e t-2 = galat ramalan pada periode t-2 e t-3 = galat ramalan pada periode t-3 Prakiraan nilai-nilai parameter model ARIMA telah ditetapkan. Model ARIMA untuk curah hujan adalah (2,0,2) dan hari hujan (1,0,3). Keluaran model berupa estimasi iklim selama satu tahun. Identifikasi faktor musiman pada deret data faktor iklim mempunyai pola ramalan siklus yang mengikuti pola aktualnya. Hasil estimasi faktor iklim selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai MAPE untuk peramalan hari hujan sebesar 18,33% dan untuk peramalan curah hujan 37,44%. Sedangkan tampilan SCHATZIE 1.0 untuk input model estimasi faktor iklim dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Input Model Estimasi Faktor Iklim 58

Tabel 5. Hasil Estimasi Faktor Iklim 2010 Bulan Hari Hujan Curah Hujan Aktual Prakiraan Aktual Prakiraan Jan 29 22 511,5 370,0 Feb 25 21 532,5 349,0 Mar 21 18 588,0 428,4 Apr 12 18 165,0 517,3 Mei 23 18 474,5 525,2 Jun 24 18 532,5 452,8 Jul 19 19 597,5 381,8 Agust 21 19 559,5 383,5 Sep 26 19 543,5 448,4 Okt 22 19 461,6 504,2 Nop 19 19 550,1 495,7 Des 16 19 526,6 438,5 6.2.2. Model Estimasi Produksi Pucuk Basah Estimasi produksi bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi pucuk teh dari masing-masing blok kebun di dua afdeling yang ada di Kebun Cianten. Estimasi produksi bulanan dijadikan dasar dalam penentuan penjadwalan. Dalam model ini digunakan untuk mengestimasi produksi pucuk teh bulanan dengan menggunakan persamaan fungsi regresi. Model regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan atau memprediksi pengaruh suatu variabel atau beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Model regresi memiliki variabel respon (Y) dan variabel prediktor (X). Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi suatu variabel prediktor. Variabel respon sering dikenal variabel dependen karena peneliti tidak bebas mengendalikannya. Kemudian variabel prediktor digunakan untuk memprediksi nilai variabel respon dan sering disebut variabel independen karena peneliti bebas mengendalikannya. Kedua variabel dihubungkan dalam bentuk persamaan matematika. Dalam pembuatan persamaan regresi ini, yang menjadi variabel respon (Y) adalah produktivitas pucuk basah dan yang menjadi variabel prediktor adalah umur pangkas (X1), gilir petik (X2), curah hujan (X3), dan hari hujan (X4). Data untuk membuat analisis regresi ada pada Lampiran 9. Pembuatan persamaan regresi didahului dengan menguji analisis korelasi parsial terhadap variabel yang dipilih. Hasil analisis korelasi variabel tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10. Pada hasil analisis regresi, setiap hubungan variabel menunjukan nilai-p kurang dari 5% (nilai alpha) maka korelasi antar dua variabel tersebut signifikan. Hasil persamaan regresi tersebut sesuai dengan persamaan 27. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Lampiran 10. Y = - 756-4,40 X1-2,67 X2 + 1,31 X3 + 34,0 X4 (27) Dimana: Y : Produktivitas (kg/ha/bulan) X1 : umur pangkas (bulan) X2 : gilir petik (hari) 59

X3 X4 : curah hujan (mm) : hari hujan (hari) Persamaan tersebut diuji dengan Uji-F. Pada output Anova diperoleh nilai F hitung sebesar 8,82 dan nilai-p (0,000). Karena nilai-p(0.000) < alpha 5% maka model regresi berganda mampu menjelaskan keragaman Y atau model signifikan. Uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing peubah bebas (X) terhadap peubah bebas (Y). Peubah X1,X3 dan X4 berpengaruh nyata terhadap Y karena memiliki nilai-p< alpha 5%. Sedangakan X2 tidak berpengaruh nyata terhadap Y karena nilai-p > alpha 5%. Hasil Uji-F dan Uji-t dapat dilihat di Lampiran 10. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk input model estimasi produksi pucuk basah dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Input Model Estimasi Produksi Pucuk Basah 6.2.3. Model Optimasi Penjadwalan Petikan Teh Model optimasi penjadwalan merupakan model optimasi pemilihan model petikan sehingga didapatkan hasil pucuk petikan yang optimal. Dalam menentukan optimasi penjadwalan bertujuan mendapatkan hasil pucuk basah yang terbesar dalam setiap bulannya. Tujuan tersebut dibatasi oleh kendala yang ada yaitu jumlah lahan yang terbatas. Masukan dari model ini berasal dari data produktivitas kebun serta luas kebun yang tersedia. Produktivitas ditentukan pada model prakiraan produktivitas, yang ditentukan dari umur pangkas, jenis petikan, curah hujan, dan hari hujan pada saat bulan petikan dilakukan. Notasi produktivitas yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 12. Notasi tersebut dibuat berdasarkan hasil persamaan produktivitas dengan data faktor iklim yang telah diprakirakan dan estimasi umur pangkas berdasarkan Lampiran 2 serta jenis gilir petik. Optimasi tersebut dibagi menjadi dua belas bulan karena keterbatasan software yang digunakan yaitu jumlah variabel melebihi kapasitas software. Optimasi dilakukan pada semua kebun, yang dibagi menjadi delapan sektor. Persamaan tujuan dan kendala dimasukkan dalam program LINGO 12.0 (LINDO Systems Inc 2010). Penyelesaiaan optimasi dilakukan dengan program tersebut. Persamaan tujuan dan kendala dapat dilihat pada Lampiran 13. Keluaran dari model optimasi penjadwalan merupakan jumlah estimasi pucuk basah yang didapatkan dalam bulan tersebut dari semua kebun. Serta jenis petikan dan luas lahan 60

yang dipilih untuk kebun. Hasil optimasi produksi pucuk basah dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil optimasi luas lahan petikan terdapat pada Lampiran 14. Tampilan model optimasi dapat dilihat pada Gambar 17. Tabel 6. Hasil Produksi Pucuk Basah Berdasarkan Hasil Optimasi Penjadwalan No. Bulan Optimasi Produksi (kg) 1 Januari 287.573,6 2 Februari 244.588,4 3 Maret 245.569,1 4 April 333.045,9 5 Mei 341.474,6 6 Juni 269.824,5 7 Juli 226.283,1 8 Agustus 269.824,5 9 September 288.816,6 10 Oktober 343.107,4 11 November 331.602,0 12 Desember 276.232,8 Gambar 17. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Model Optimasi Penjadwalan Petikan Teh 6.2.4. Model Kebutuhan Tenaga Kerja Model tenaga kerja merupakan model untuk menentukan kebutuhan tenaga pemetik teh di kebun. Model ini berfungsi untuk menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam setiap pemetikan pucuk teh harian. Perhitungan model didasarkan pada optimasi luas lahan petikan pada Model Optimasi Penjadwalan masing-masing sektor. Model kebutuhan tenaga pemetik pucuk teh harian memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Model ini dirancang agar dapat mengalokasikan jumlah pemetik yang dibutuhkan setiap bulannya, karena ada kesulitan dalam penyediaan tenaga pemetik harian akibat rata-rata umur pemetik sudah tua sehingga memutuskan untuk pensiun dari perkebunan. Dalam hubungannya dengan pemetikan menggunakan tenaga pemetik, perlu 61

diperhitungkan jumlah tenaga yang tersedia dan keterampilannya dalam melaksanakan pemetikan. Total jumlah tenaga kerja pemetik harian di Perkebunan Cianten adalah 562 orang. Terdapat dua afdeling yang terbagi menjadi dua blok, setiap blok terdapat dua sektor yang memiliki 61 kebun untuk semua afdeling. Kapasitas petik adalah kemampuan rata-rata pekerja melakukan pemetikan pucuk teh dalam satu hari. Kapasitas pemetikan yang digunakan dalam verifikasi model ini adalah: Satu orang rata-rata mengerjakan 400 m 2 = 0,04 Ha. Berdasarkan ketentuan tadi yang menjadikan perhitungan kebutuhan pemetik. Hasil perhitungan kebutuhan tenaga pemetik dapat dilihat pada Lampiran 15. Tampilan model kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Model Kebutuhan Tenaga Kerja 6.2.5. Model Persedian Bahan Penunjang Produksi Proses pembuatan teh hitam CTC membutuhkan bahan penunjang lain, yaitu kayu bakar dan papersack. Kebutuhan bahan penunjang tersebut didasarkan pada hasil produksi pucuk basah. Kedua bahan penunjang dibuat model persediaan dengan menggunakan economic order quatity. Bahan penunjang yang digunakan tergantung pada hasil yang berasal dari kebun, pucuk basah. Masukan dari model persediaan yaitu hasil optimasi dari model penjadwalan serta beberapa data biaya penyimpanan dan pemesanan. Bahan penunjang kayu bakar didapatkan dari jumlah kayu bakar yang dibutuhkan untuk mengolah teh basah. Sedangkan, papersack dibutuhkan berdasarkan jumlah teh kering yang akan dihasilkan, dengan mengguanakan faktor konversi B/K. Berikut merupakan data input model persediaan disajikan pada Tabel 7. Tampilan model persediaan dapat dilihat pada Gambar 18. Berdasarkan perhitungan untuk persediaan kayu bakar, pemesanan terhadap kayu bakar yakni 1019 m 3, dengan frekuensi pembelian sebanyak 34 kali dalam setahun dalam daur pesan 10 hari. Untuk pemesanan papersack, pemesanan ekonomis yakni sebanyak 9498 buah kantong, dengan pemesanan dilakukan sebanyak 2 kali dan daur pemesanan 183 hari. 62

Gambar 19. Tampilan SCHATZIE 1.0 untuk Model Persedian Bahan Penunjang Produksi No. Bulan Tabel 7. Data untuk Model Persedian Bahan Baku Optimasi Produksi Kayu Bakar Papersack Koef* Estimasi B/K* Berat Kering Koef* Estimasi 1 Januari 287.573,6 100 2.876 4,6 62.516 50 1.042 2 Februari 244.588,4 100 2.446 4,6 53.171 50 886 3 Maret 245.569,1 100 2.456 4,6 53.385 50 890 4 April 333.045,9 100 3.330 4,6 72.401 50 1.207 5 Mei 341.474,6 100 3.415 4,6 74.234 50 1.237 6 Juni 269.824,5 100 2.698 4,6 58.658 50 978 7 Juli 226.283,1 100 2.263 4,6 49.192 50 820 8 Agustus 269.824,5 100 2.698 4,6 58.6568 50 978 9 September 288.816,6 100 2.888 4,6 62.786 50 1.046 10 Oktober 343.107,4 100 3.431 4,6 74.589 50 1.243 11 November 331.602,0 100 3.316 4,6 72.087 50 1.201 12 Desember 276.232,8 100 2.762 4,6 60.051 50 1.001 Jumlah 3.457.942,5 34.579 751.726 12.529 6.3. VALIDASI MODEL Validasi berfungsi sebagai pembuktian bahwa aplikasi dari model terkomputerisasi, dalam penelitian ini adalah model paket program SCHATZIE 1.0, telah dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya dari model perencanaan yang ada di PTP Nusantara VIII Kebun Cianten. Pada tahapan validasi ini diharapkan tahapan operasional dari model program SCHATZIE 1.0 dapat menghasilkan keluaran yang konsisten dan memuaskan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan model tersebut. Teknik validasi yang digunakan terhadap model program SCHATZIE 1.0 adalah teknik face validity. Menurut Sargent (2007), face validity merupakan teknik validasi yang dilakukan dengan menanyakan kepada pakar (orang yang berkompeten) mengenai ketepatan model dan perilaku model yang dirancang. Pakar yang melakukan validasi akan mengecek ketepatan konsep 63

logika dari model yang dirancang serta hubungan yang tepat dan rasional antara input dan output yang digunakan pada model. Pakar menilai bahwa model yang dikembangkan cukup dapat merepresentasikan faktorfaktor serta tahapan-tahapan yang dipertimbangkan dalam proses estimasi faktor iklim meskipun akurasi dari peramalan perlu ditingkatkan. Selain itu, model penentuan produktivitas kebun perlu disesuaikan dengan faktor-faktor lainnya seperti pemberian pupuk, penyakit, intensitas matahari sehingga dapat merepresentasikan nilai produktivitas dari kebun tersebut. Penentuan optimasi penjadwalan petikan masih terlalu jauh dengan kondisi yang ada di lapangan, penyelesaian optimasi masih terlalu sederhana. Pembuatan model kebutuhan tenaga pemetik belum dapat menentukan kebutuhan tenaga kerja, hasil perhitungan dari model masi terlalu jauh dari ketersedianya tenaga pemetik yang ada di kebun. Model kebutuhan tenaga penunjang sudah dapat dijadikan sebagai acuan dalam ketersediaan bahan. 6.4. HASIL MODEL PERENCANAAN BAHAN BAKU Perencanaan yang dibuat dengan menggunakan paket program SCHATZIE 1.0 menghasilkan penjadwalan petikan selama setahun, yakni tahun 2010. Perencanaan tersebut berdasarkan faktor iklim dan produktivitas tanaman. Selain itu, yang dihasilkan adalah perencanaan bahan penunjang produksi, kayu bakar dan papersack. Model optimasi program linier menghasilkan jadwal pemetikan optimum untuk semua kebun pada tahun 2010. Jadwal yang diperoleh berupa luas areal petik yang menghasilkan produksi pucuk basah maksimum. Hasil dari optimasi penjadwalan yang telah dilakukan adalah penjadwalan semua kebun menjadi pada gilir petik 10 hari, dengan menggunakan semua luas kebun yang tersedia. Misalnya pada kebun Cianten 1 blok A nomor 1, pada kebun tersebut menggunakan gilir petik 10 hari selama bulan Januari sampai Desember dengan luas lahan pemetikan 11,88 ha, luas tersebut merupakan luas areal yang tersedia di kebun Cianten 1 blok A nomor 1. Estimasi pemetikan basah dari pembuatan jadwal optimal sesuai dengan Tabel 6, dengan hasil estimasi pucuk teh selama setahun pada 2010 adalah 3.457.942,5 kg pucuk basah. Hasil perencanaan penjadwalan petikan dapat dilihat pada Tabel 8. Dengan melakukan pemetikan sesuai dengan optimasi pemetikan maka pucuk yang dihasilkan sesuai dengan yang terdapat pada Tabel 6. Hasil perencanaan untuk kayu bakar dan papersack, berdasarkan perhitungan untuk persediaan kayu bakar, pemesanan terhadap kayu bakar yakni 1019 m 3, dengan frekuensi pembelian sebanyak 34 kali dalam setahun dalam daur pesan 10 hari. Untuk pemesanan papersack, pemesanan ekonomis yakni sebanyak 9498 buah kantong, dengan pemesanan dilakukan sebanyak 2 kali dan daur pemesanan 183 hari. 64

Tabel 8. Areal Petik Hasil Optimasi Penjadwalan Kebun Luas Pemetik Bulan Gilir Petik Kebun Luas Pemetik Bulan Gilir Petik CIN1.A.01 11,88 297 Jan - Des 10 CIN2.C.01 13 325 Jan - Des 10 CIN1.A.02 9,1 228 Jan - Des 10 CIN2.C.02 18 450 Jan - Des 10 CIN1.A.03 12,2 305 Jan - Des 10 CIN2.C.03 13,52 338 Jan - Des 10 CIN1.A.04 10 250 Jan Des 10 CIN2.C.04 13,98 350 Jan - Des 10 CIN1.A.05 11,92 298 Jan Des 10 CIN2.C.05 12,48 312 Jan - Des 10 CIN1.A.06 10,96 274 Jan Des 10 CIN2.C.06 11,58 290 Jan - Des 10 CIN1.A.07 13,22 331 Jan Des 10 CIN2.C.07 13 325 Jan - Des 10 CIN1.A.08 15,45 386 Jan Des 10 CIN2.C.08 14,18 355 Jan - Des 10 CIN1.A.09 13,32 333 Jan Des 10 CIN2.C.09 10 250 Jan - Des 10 CIN1.A.10 10,46 262 Jan Des 10 CIN2.C.10 12,02 301 Jan - Des 10 CIN1.A.11 15,71 393 Jan Des 10 CIN2.C.11 20,68 517 Jan - Des 10 CIN1.A.12 8,83 221 Jan Des 10 CIN2.C.12 12 300 Jan - Des 10 CIN1.A.13 9,68 242 Jan Des 10 CIN2.C.13 12,22 306 Jan - Des 10 CIN1.A.14 11,06 277 Jan Des 10 CIN2.C.14 12,41 310 Jan - Des 10 CIN1.A.15 10,36 259 Jan Des 10 CIN2.D.01 12,75 319 Jan - Des 10 CIN1.A.16 10 250 Jan Des 10 CIN2.D.02 13,43 336 Jan - Des 10 CIN1.B.01 10,04 251 Jan Des 10 CIN2.D.03 12,06 302 Jan - Des 10 CIN1.B.02 11,86 297 Jan Des 10 CIN2.D.04 11 275 Jan - Des 10 CIN1.B.03 10,08 252 Jan Des 10 CIN2.D.05 12,33 308 Jan - Des 10 CIN1.B.04 13,11 328 Jan Des 10 CIN2.D.06 11,63 291 Jan - Des 10 CIN1.B.05 13,39 335 Jan Des 10 CIN2.D.07 10,92 273 Jan - Des 10 CIN1.B.06 11,37 284 Jan Des 10 CIN2.D.08 9,45 236 Jan - Des 10 CIN1.B.07 14,1 353 Jan Des 10 CIN2.D.09 10,4 260 Jan - Des 10 CIN1.B.08 14,92 373 Jan Des 10 CIN2.D.10 8,83 221 Jan - Des 10 CIN1.B.09 13,03 326 Jan Des 10 CIN2.D.11 10,2 255 Jan - Des 10 CIN1.B.10 13 325 Jan Des 10 CIN2.D.12 13,55 339 Jan - Des 10 CIN1.B.11 13,09 327 Jan Des 10 CIN2.D.13 10,51 263 Jan - Des 10 CIN1.B.12 12,3 308 Jan Des 10 CIN2.D.14 11,49 287 Jan - Des 10 CIN1.B.13 13,5 338 Jan Des 10 CIN2.D.15 9,63 241 Jan - Des 10 CIN1.B.14 10,35 259 Jan Des 10 CIN2.D.16 10,92 273 Jan - Des 10 CIN2.D.17 14,39 360 Jan - Des 10 6.5. IMPLIKSASI MANAJERIAL Produksi pucuk basah per hari yang dihasilkan oleh Kebun Cianten ialah sekitar 12-32 ton. Nilai ini jauh dari kapasitas pabrik sebesar 25 ton pucuk perhari. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola perkebunan, rendahnya produktivitas pucuk teh di Kebun Cianten terutama disebabkan oleh hama penyakit yang menyerang tanaman teh dan pemupukan yang tidak tepat. Upaya pengelola Kebun Cianten untuk menghadapi permasalahan di atas adalah meningkatkan kualitas pemberantasan hama penyakit dan menambah unsur N pada pupuk yang diberikan sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman. Di samping upaya yang berkaitan dengan 65

teknik budi daya, dapat dilakukan pula upaya dari segi manajemen pemetikan pucuk teh yang dapat membantu meningkatkan produktivitas pucuk. Implikasi manajerial dari penerapan program SCHATZIE 1.0 bagi pihak Kebun Cianten yaitu dapat membantu proses pengambilan keputusan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia serta perencanaan bahan baku yang lebih ekonomis. Program SCHATZIE 1.0 menggunakan data-data yang dapat diperbarui sesuai dengan kondisi yang ada pada saat program tersebut dipergunakan atau sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dari penggunaan program ini diharapkan dapat memperkirakan hasil pucuk basah yang optimal, memberikan perencanaan jumlah tenaga pemetik, dan perencanaan kayu bakar dan papersack yang lebih ekonomis. Pengguna (user) dari paket program SCHATZIE 1.0 terdiri dari pengguna biasa (guest) dan administrator. Pengguna biasa dapat mengakses keseluruhan informasi di dalam program, tetapi hanya dapat melakukan proses pemasukan data pada model optimalisasi penjadwalan pemetikan saja. Pengguna yang berstatus sebagai administrator adalah pihak manajemen industri pengolahan teh yang berperan dalam proses pelaksanaan perencanaan pemetikan pucuk basah dan persediaan bahan penunjang. Administrator sangat berperan dalam proses peremajaan data yang digunakan dalam program SCHATZIE 1.0, yaitu data kebun dan biaya-biaya yang ada. 66