COST VOLUME PROFIT (CVP) DALAM PERENCANAAN LABA PADA GRAND HYATT NUSA DUA - BALI Vebryan Aditya Chandra Pandapotan Lumban Tobing Christimulia Purnama Trimurti Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Humaniora Universitas Dhyana Pura Bali 2014 ABSTRAK Cost Volume Profit Analysis mengkaji hubungan antara laba, volume, dan biaya yang terjadi dalam satu periode akuntansi hotel. Kajian atas hubungan variabelvariabel tersebut dapat memberikan informasi kepada manajemen untuk biaya-biaya yang terjadi serta volume yang harus dihasilkan untuk mencapai target laba tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti Cost Volume Profit di Grand Hyatt Nusa Dua tahun 2010 2013. Teknis analisis data yang digunakan adalah metode pemisahan dengan titik tertinggi dan terendah, break event point, margin of safety, analisis target laba. Data-data yang dipakai dalam teknik analisis data adalah volume operasional penjualan dan biaya yang terjadi di tahun 2010 2013. Dilihat dari datadata di atas dapat ditemukan mengenai laba Grand Hyatt Nusa Dua yang terealisasi pada tahun 2010 sebesar Rp. 52.344.194.204, tahun 2011 sebesar Rp. 69.990.945.341, tahun 2012 sebesar Rp. 124.184.682.346, tahun 2013 sebesar Rp. 206.239.585.841, serta dapat dilakukan perhitungan mengenai volume penjualan di tahun 2014 sebesar Rp. 1.133.702.458.756. Titik impas yang didapatkan di tahun 2010 sebesar Rp. 504.045.257.889, tahun 2011 sebesar Rp. 557.029.228.981, tahun 2012 sebesar Rp. 619.110.085.730, tahun 2013 sebesar Rp. 776.933.111.685. Batas keamanan penjualan yang boleh turun di tahun 2010 sebesar Rp. 68.226.732.811, tahun 2011 sebesar Rp. 90.689.606.059, tahun 2012 sebesar Rp. 164.648.197.506, tahun 2013 sebesar Rp. 299.633.868.941. Disarankan Grand Hyatt Nusa Dua dapat melakukan penjualan diatas titik impas untuk menghindari kerugian dan meningkatkan operasional penjualan dalam jumlah tertentu untuk bisa memperoleh laba. Kata kunci : Biaya, Volume, Laba 70
ABSTRACT Cost Volume Profit Analysis examines the relationship between income, volume, and costs incurred in the accounting period the hotel. A study of the relationship of these variables can provide information to management for cost incurred as well as the volume that must be generated to reach a certain profit target. This study aims to research the Cost-Volume-Profit at the Grand Hyatt Nusa Dua in 2010 2013. The technique of data analyzing applied here is a method of separation the highest and lowest point, break even point, margin of safety, profit target analysis. The data used in data analysis technique are the volume of hotel sales operations and costs incurred in 2010 to 2013. As seen from the above data can be found on breakeven point obtained in 2010 amounted Rp. 504.045.257.889, in 2011 amounted Rp. 557.029.228.981, in 2012 amounted Rp. 619.110.085.730, in 2013 amounted Rp.776.933.111.685. And the limit of sales security that may fall by Rp. 68.226.732.811 in 2010, in 2011 amounted Rp. 90.689.606.059, in 2012 amounted Rp. 164.648.197.506, in 2013 amounted Rp. 299.633.868.941. The profit Grand Hyatt Nusa Dua which is realized in 2010 amounted Rp. 52.344.194.204, in 2011 amounted to Rp.69.990.945.341, in 2012 amounted Rp. 124.184.682.346, in 2013 amounted Rp.206.239.585.841, as well as can be done regarding the calculation of the volume of sales in 2014 amounted Rp. 1.133.702.458.756. It s suggested that Grand Hyatt Nusa Dua can make sales above break even point to prevent from losses and increase of hotel sales operations in order to be profitable. Keyword : Cost, Volume, Profit 1. PENDAHULUAN Perusahaan didirikan bertujuan untuk memperoleh laba yang optimal sehingga salah satu perencanaan yang dibuat pihak manajemen adalah perencanaan laba. Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima dari hasil penjualan dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya. Untuk membuat perencanaan laba yang baik, maka diperlukan alat bantu berupa analisis biaya volume laba (Cost Volume Profit atau CVP). Salah satu elemen analisis biaya volume laba (Cost Volume Profit atau CVP) yang penting adalah analisis titik impas (Break Event Point Analysis). Analisis break event adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba dengan kata lain labanya sama dengan nol. Dengan melakukan analisis break event, manajemen akan memperoleh informasi tingkat penjualan minimum yang harus dicapai, agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Pada penyusunan anggaran biaya, manajemen hotel melihat anggaran biaya tahun lalu kemudian disesuaikan dengan harga sekarang. Namun dalam anggaran biaya, 71
manajemen hotel belum memisahkan biaya berdasarkan perilakunya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, sehingga anggaran tersebut sulit digunakan sebagai alat perencanaan laba. Sebagai salah satu perusahaan jasa, hotel didirikan untuk menjual jasa seperti penyewaan kamar, penjualan makanan dan minuman di restoran serta jasa-jasa lain di bidang pariwisata. Pendapatan industri perhotelan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tingkat kepadatan hunian terhadap pendapatan penjualan kamar, makanan, dan minuman serta pendapatan lainnya. Grand Hyatt Bali merupakan salah satu hotel berbintang lima yang terletak di kawasan Bali Tourism Development Corporation (BTDC) Nusa Dua Bali. Aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan antara lain berasal dari penjualan kamar, penjualan makanan dan minuman, penjualan lainnya. Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh volume penjualan yang dimiliki Hotel dan volume penjualan tersebut ditentukan oleh tingkat hunian tamu yang menginap di Grand Hyatt Nusa Dua. Adapun rumusan masalah sebagai berikut. 1) Berapakah besar volume penjualan Grand Hyatt Nusa Dua pada tahun 2010-2013 yang harus dicapai agar perusahaan berada dalam keadaan titik impas (Break Even Point)? 2) Berapakah besar Margin Of Safety bagi Grand Hyatt Nusa Dua pada tahun 2010-2013 agar perusahaan tidak mengalami kerugian? 3) Bagaimana perencanaan laba dengan menggunakan analisis Cost Volume Profit pada Grand Hyatt Nusa Dua tahun 2010-2013? 4) Berapakah volume penjualan yang harus dicapai Grand Hyatt Nusa Dua pada tahun 2014 agar target laba yang telah direncanakan dapat tercapai? Di dalam akuntansi, antara biaya (cost) dengan beban (expense) dibedakan pengertiannya karena dalam semua pembahasan akuntansi kedua istilah tersebut memang berbeda. Perbedaan biaya dan beban terletak pada masa pakainya. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaatnya serta masa pakainya belum habis, sedangkan beban merupakan biaya yang telah memberi manfaat dan masa pakainya telah habis. Biaya (cost) didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepas (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu (Horngren et al, 2008). Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Oleh karena itu dalam penggolongan biaya yang berbeda pula, atau tidak ada satu cara penggolongan biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan menyajikan informasi biaya. Penggolongan biaya adalah penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan / aktivitas perusahaan, penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan, penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume, penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai, penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya, penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan (Supriyono, 1999). Cost volume profit analysis merupakan alat analisis manajemen hotel terutama untuk menentukan kinerja operasional jangka pendek hotel. Cost volume profit analysis mengkaji hubungan antara laba, volume, dan biaya yang terjadi dalam satu periode akuntansi hotel. Kajian atas hubungan variabel-variabel tersebut dapat 72
memberikan informasi kepada manajemen untuk biaya-biaya yang terjadi serta volume yang harus dihasilkan untuk mencapai target laba tertentu (Wiyasha, 2007). Analisis cost volume profit dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan, menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan (Bustami, 2006). Analisis titik impas (break even point) menurut adalah tingkat penjualan dengan laba nol, titik impas juga didefinisikan debagai titik di mana total penjualan sama dengan total biaya atau titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap (Garrison dan Noreen, 2000). Analisis biaya volume laba maupun titik impas akan memberikan hasil yang memadai apabila asumsi berikut terpenuhi (Bustami, 2006): 1) Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat linier sepanjang jangkauan (rentang) yang relevan. 2) Biaya dapat dipisah menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 3) Efisiensi dan produktivitas tidak akan berubah. 4) Harga jual tidak akan mengalami perubahan. 5) Biaya-biaya tidak berubah. 6) Bauran penjualan tetap konstan. 7) Tidak ada perbedaan yang signifikan (nyata) antara persediaan awal dan persediaan akhir Hubungan antara pendapatan, biaya, laba, dan volume dapat disajikan dalam bentuk grafik dengan membuat grafik biaya volume laba. Gambar 1 Grafik Break Even Point Pada grafik biaya volume laba (CVP), volume per unit digambarkan dalam sumbu horizontal dan nilai uang dalam sumbu vertikal. Margin of safety adalah kelebihan dari anggaran penjualan atau penjualan yang aktual di atas penjulan titik impas (Garrison dan Noreen, 2000). Margin of safety dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana jumlah penurunan penjualan sampai titik impas atau titik dimana tidak terjadi kerugian dan juga laba. Dengan kata lain, berapa pun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut perusahaan tidak akan menderita kerugian. 73
Dalam bisnis, istilah perencanaan laba dan penganggaran pada umumnya merupakan sinonim. Perencanaan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan (Carter, 2009). Perencanaan laba yang baik adalah sulit, karena ada kekuatan-kekuatan eksternal yang mempengaruhi bisnis. 2. METODELOGI PENELITIAN Untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini diperlukan analisis terhadap data yang terkumpul, dimana analisis yang dipergunakan adalah: 1) Metode regresi kuadrat terkecil (Least squares regression) Dapat digunakan untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Metode ini menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dalam melakukan pemisahan biaya tersebut. Untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 2009) dapat digunakan rumus sebagai berikut : Y = a + b X Keterangan : X = Tingkat aktivitas (variable independent) Y = Total biaya semi variabel (variable dependent) a = Total biaya tetap b = Biaya variabel per unit aktivitas n = Jumlah observasi Σ = Jumlah total observasi 2) Analisis titik impas (Break even point) Dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan dengan tingkat laba nol, dapat dicari dengan menggunakan rumus (Mulyadi, 1993): Keterangan : FC = Biaya tetap (Fixed Cost) VC = Biaya Variabel per unit (Variabel Cost) S = Volume Penjualan P = Harga Jual Per unit 3) Analisis titik keamanan (Margin of safety) Dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana jumlah penurunan penjualan sampai titik impas atau titik di mana tidak terjadi kerugian dan juga laba. Rumus untuk menghitung marjin pengaman penjualan adalah (Garrison dan Noreen, 2000): 74
Margin Of Safety = Total Anggran Penjualan Penjualan T.impas % MOS 4) Analisis perencanaan laba (Target laba) Dapat digunakan sebagai analisis yang memperlihatkan besarnya volume dari laba yang diinginkan. Untuk menghitung laba yang direncanakan dapat digunakan rumus sebagai berikut (Mulyadi, 1993): 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Break even point atas dasar sales rupiah pada Grand Hyatt Nusa Dua untuk tahun 2010 yaitu : BEP (Rupiah) = = Rp. 504.045.257.889,- Berikut ini hasil perhitungan break even point yang terjadi pada tahun 2011 2013 seperti terlihat pada Tabel 1., dibawah ini : Tabel 1 Break Even Point Grand Hyatt Nusa Dua pada Tahun 2011 2013 (dalam Rupiah) Tahun 2011 2012 2013 Break even point 557.029.228.981 619.110.085.730 776.933.111.685 (Sumber : Data diolah) Dengan melihat perhitungan dan Tabel 1., dapat diketahui break even point tahun 2010 sebesar Rp.504.045.257.889,-, tahun 2011 sebesar Rp. 557.029.228.981,-, tahun 2012 sebesar Rp.619.110.085.730,-, dan tahun 2013 sebesar Rp. 776.933.111.685,- yang berarti pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 perusahaan mampu menutupi seluruh biaya tersebut untuk mencapai titik impas. Margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batas-batas tersebut 75
perusahaan tidak akan menderita kerugian. Margin of safety (tingkat keamanan) pada Hotel Grand Hyatt Nusa Dua berdasarkan data-data yang telah diperoleh, yaitu sebagai berikut : Margin Penjualan = Total Penjualan Penjualan Impas = Rp. 572.271.990.700 Rp. 504.045.257.889 = Rp. 68.226.732.811,- Jika dinyatakan dalam prosentase, maka : = 11,92% Tabel 2 Margin Of Safety Grand Hyatt Nusa Dua pada Tahun 2011 2013 (dalam Rupiah) Tahun 2011 2012 2013 Margin of Safety 90.689.606.059 164.648.197.506 299.633.868.941 %MOS 14,00% 21,01% 27,83% Tabel 2., menunjukkan prosentase margin of safety dari tahun 2010 sampai tahun 2013 diperoleh tingkat keamanan terus mengalami peningkatan dari 11,92% pada tahun 2010, 14,00% pada tahun 2011, 21,01% pada tahun 2012, dan 27,83% pada tahun 2013. Semakin tinggi margin of safety suatu perusahaan dikatakan semakin baik karena rentang penurunan penjualan yang ditolerir adalah lebih besar sehingga kemungkinan menderita kerugian rendah. a. Perbandingan antara laba yang direncanakan dengan laba yang terealisasi pada tahun 2010 2013 : Tabel 3 Perbandingan antara Laba yang Direncanakan dengan Laba yangterealisasi pada Grand Hyatt Nusa Dua Tahun 2010 Laba yang direncanakan : 10,00% x 572.271.990.700 = 57.227.199.070 Laba yang terealisasi :. 9,15% x 572.271.990.700 = 52.344.194.204 - Selisih 0,85% 4.883.004.866 Tahun 2011 Laba yang direncanakan : 10,00% x 647.718.835.040 = 64.771.883.504 Laba yang terealisasi : 10,81% x 647.718.835.040 = 69.990.945.341- Selisih (0,81%) (5.219.061.837) Tahun 2012 Laba yang direncanakan : 15,00% x 837.406.164.706 = 117.563.742.485 Laba yang terealisasi : 15,84% x 837.406.164.706 = 124.184.682.346 - Selisih (0,84%) (6.620.939.861) Tahun 2013 Laba yang direncanakan : 15,00% x 1.076.566.980.625 = 161.485.047.094 Laba yang terealisasi : 19,16% x 1.076.566.980.625 = 206.239.585.841-76
Selisih (4,16%) (44.754.538.748) Tabel 3., menunjukkan proyeksi laba yang ditargetkan pada tahun 2010 dan tahun 2011 sebesar 10% dari total penjualannya, sedangkan untuk tahun 2012 dan 2013 Grand Hyatt Nusa Dua menetapkan laba 15% dari total penjualannya. Laba yang terealisasi pada tahun 2010 kurang dari target yang diinginkan yaitu sebesar 0,85% atau Rp.4.883.004.866,-, tahun 2011 telah melebihi dari target yang diinginkan yaitu sebesar 0,81% atau Rp.5.219.061.837,-, tahun 2012 telah melebihi dari target yang diinginkan yaitu sebesar 0,84% atau Rp.6.620.939.861,-, dan pada tahun 2013 telah melebihi dari target sebesar 4,16% atau dalam rupiah sebesar Rp.44.754.538.748,-. Hal ini merupakan prestasi bagi Grand Hyatt Nusa Dua selama kurun waktu empat tahun terakhir untuk terus meningkatkan penjualan serta pengendalian biaya, dan pada akhirnya bisa meraih laba yang diinginkan serta menjaga prestasi kinerja hotel selama ini. Pihak manajemen Grand Hyatt Nusa Dua ingin menaikkan laba sebesar 20% dari laba tahun 2013 maka pihak manajemen harus dapat mencapai penjualan seperti di bawah ini : a. Perencanaan laba pada Grand Hyatt Nusa Dua untuk tahun 2014 dapat diketahui dengan menggunakan rumus : = Rp. 1.133.702.458.756,- 4. SIMPULAN DAN SARAN Pada tahun 2010 2013, Grand Hyatt Nusa Dua mampu menutupi seluruh biaya tersebut untuk mencapai titik impas. Dengan mengetahui titik impasnya (break even point), Grand Hyatt Nusa Dua dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian. Hasil perhitungan margin of safety tahun 2010-2013 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 11,92% menjadi 14,00% dan dari 21,01% menjadi 27,83%. Semakin tinggi margin of safety suatu perusahaan dikatakan semakin baik karena rentang penurunan penjualan yang dapat ditolerir adalah lebih besar sehingga kemungkinan menderita kerugian rendah. Diketahui bahwa laba yang terealisasi pada tahun 2011 adalah sebesar 10,81%, tahun 2012 sebesar 15,84%, dan pada tahun 2013 sebesar 19,16% yang mana ketiga tahun tersebut telah melebihi target yang telah direncanakan terkecuali pada tahun 2010 yang hanya terealisasi sebesar 9,15%. Volume penjualan yang harus dicapai di tahun 77
2014 apabila pihak hotel menginginkan kenaikkan laba sebesar 20% dari laba tahun 2013 adalah sebesar Rp. 1.133.702.458.756,-. Apabila perusahaan tidak mencapai penjualan tersebut, maka target laba tidak akan tercapai. Disarankan Grand Hyatt Nusa Dua dapat melakukan penjualan diatas titik impas untuk menghindari kerugian. Perusahaan juga harus meningkatkan volume operasional penjualan dalam jumlah tertentu untuk bisa memperoleh keuntungan yang direncanakan, serta perusahaan juga harus memperhatikan margin of safety agar tidak mengalami kerugian. DAFTAR PUSTAKA Bustami, Bastian. Nurlela, 2006, Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi, Graha Ilmu. Yogyakarta. Carter, K.William, 2009, Cost Accounting : Buku 2, Diterjemahkan oleh : Krista, Salemba Empat, Jakarta. Garrison and Noreen, 2000, Akuntansi Manajerial : Buku 1, Diterjemahkan oleh : A. Totok Budisantoso, Salemba Empat, Jakarta. Horngren, Charles T. Datar, Srikant M. Foster, George, 2008, Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial, Edisi Kesebelas, Diterjemahkan oleh : Desi Adhariani, PT.Indeks, Jakarta. Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Buku I Edisi II., Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta Mulyadi, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi ke V Cetakan IX, Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, Yogyakarta. Supriyono, 1999, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku I Edisi 2, BPFE, Yogyakarta. Wiyasha, I.B.M, 2007, Akuntansi Manajemen untuk Hotel dan Restaurant, Edisi 1, Andi, Yogyakarta. 78