LAPORAN KEGIATAN RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP)

dokumen-dokumen yang mirip
Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012

BAB 2 DASAR KEBIJAKAN BAGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. 2.1 Rencana Pembangunan Nasional dan Regional

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

Rencana Strategis

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

REVITALISASI KEHUTANAN

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2015 JUDUL:

Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

B A B I P E N D A H U L U A N

Hari Air Dunia Mengingatkan Kembali Kepedulian Kita Pentingnya Air dan Pengelolaan Air Limbah

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

Click to edit Master title style

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Forum Air Jakarta Dorong Peta Jalan Penyelamatan Air Baku

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

LAPORAN KEGIATAN RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP) BANDUNG, 14 JANUARI 2010

DAFTAR ISI 1. RINGKASAN KEGIATAN 1.a. Latar Belakang 1.b Tujuan 1.c. Hasil yang Diharapkan 1. d. Waktu, Tempat dan Lingkup Kegiatan 1.e. Peserta 1.f. Penyelenggara 2. SESI PRESENTASI 3. RINGKASAN SESI DISKUSI 4. PENUTUP 2 H a l

RAPAT KORDINASI INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT INVESTMENT PROGRAM (ICWRMIP) 1. RINGKASAN KEGIATAN 1.a. Latar Belakang Sumber daya air, dan sistem air tanah di Wilayah Sungai Citarum merupakan sesuatu yang vital bagi pembangunan sosial dan ekonomi negeri ini. Kedua hal tersebut sangat penting bagi pembangunan, baik yang bersifat industrial maupun yang bersifat perkotaan (terutama di Jabodetabek dan Bandung), termasuk di dalamnya industri ekspor, produksi pertanian melalui sistem irigasi yang memadai, persediaan air bersih di pedesaan, aliran listrik PLTA, dan perikanan. Pada saat yang bersamaan ketersediaan air di Wilayah Sungai Citarum sesungguhnya relatif melimpah, namun akibat desakan kegiatan perekonomian dan penggunaannya yang terus meningkat secara signifikan dalam 20 tahun terakhir ini

mengakibatkan semakin menurunnya kondisi Sungai Citarum. Pertumbuhan penduduk dan tiungginya tingkat urbanisasi telah memperbesar resiko terhadap terjadinya bencana banjir. Degradasi lingkungan telah mencapai level yang mengkompromikan kesehatan dan penghidupan publik, khususnya bagi masyarakat miskin di perkotaan dan pedesaan, serta mendatangkan tambahan biaya keuangan terkait dengan sumber persediaan air baku dan pengolahannnya. Untuk memulihkan kondisi dan membangun Sungai Citarum secara terpadu, Pemerintah Indonesia mempersiapkan suatu program pemulihan terpaadu yang dituangkan dalam suatu roadmap. Penyusunan Roadmap ini dikoordinasikan oleh Bappenas dan disusun bersamasama oleh pemerintah pusat, daerah, swasta dan kelompok masyarakat melalui suatu proses partisipatif dengan semua pemangku kepentingan selama 3 tahun dan selesai pada tahun 2007. Citarum Roadmap (peta rancangan perencanaan Citarum) yang telah disiapkan untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu ini berdasarkan pada sebuah visi, yaitu Pemerintah dan masyarakat bekerja bersama demi terciptanya sungai yang bersih, sehat dan produktif, serta membawa manfaat berkesinambungan bagi seluruh masyarakat di wilayah Citarum Citarum Roadmap telah mengidentifikasi sebanyak 80 kegiatan yang akan terus diupdate untuk dilaksanakan dalam kurun waktu 15 tahun kedepan dengan kebutuhan biaya mencapai Rp. 35 triliun dengan pendanaan yang bersumber dari berbagai sumber pendanaan, baik anggaran pemerintah, sektor swasta, lembaga donor serta kontribusi lainnya. Untuk kontribusi dana dari berbagai sumber pembiayaan masih sangat diperlukan. The Asian Development Bank (ADB) melalui Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) telah menginisiasi suatu program investasi sebesar 921 juta USD dengan jumlah pinjaman melalui multi tranche fanincing facility (MFF) mencapai 500 juta USD yang terbagi dalam beberapa tahap selama 15 tahun (2009-2023). Sebagai tahap I dari ICWRMIP telah siap dilaksanakan investasi sebesar 103 juta USD dengan jumlah pinjaman sebesar 50 Juta USD yang terdiri dari 20 juta USD dana murah dari Asian Development Fund (ADF) (Loan 2500-INO) dan 30 juta USD dari Ordinary Capital Resources (OCR) (Loan 2501-INO). Kedua loan ini telah ditandatangani pada tanggal 22 April 2009 dan efektif sejak 3 Juni 2009. Selain itu tersedia juga (1) hibah ADB technical assistant sebesar 8 juta USD; (2) Hibah dari Global Environmental Facilities sebesar 3.8 jt USD; dan (3) Hibah lain (paralel funding) sebesar 4 jt USD. 4 H a l

Institusi pelaksana ICWRMIP tahap-1 ini adalah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, yang telah mendirikan Project Coordination and Management Unit (PCMU) di bawah Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Wilayah Sungai Citarum melibatkan banyak pihak terkait dan berbagai komponen program. Hal ini menjadi sebuah tantangan dan kesempatan di dalam pelaksanaannya. Tantangannya adalah menyeimbangkan antara kordinasi dan komunikasi secara terus menerus di antara para pemangku kepentingan dengan pelaksanaan program sesuai tenggat waktu. Hal ini akan membutuhkan waktu, upaya dan komitmen seluruh pihak terkait, dan tidak mudah di dalam pelaksanaannya. Koordinasi yang kuat diantara para badan pelaksana sangat dibutuhkan, bersamaan dengan mekanisme pengawasan dan pelaporan yang efektif untuk memungkinkan Pemerintah Indonesia beserta donor, mengetahui dan memastikan bahwa dana yang tersedia digunakan sesuai dengan perencanaan dan waktu yang telah di tentukan. Pertukaran informasi diantara badan pelaksana, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk komunitas, CSO, dan sektor swasta, akan mempertajam kinerja secara keseluruhan, dan meminimalkan usaha yang sia-sia akibat dari pekerjaan yang tumpang tindih. Tujuannya adalah untuk bersama-sama secara partisipatif mencari solusi efektif dan berkelanjutan melalui upaya terpadu antara sisi perencanaan, pembangunan fisik dan penguatan institusi. Penyelenggaraan kegiatan Rapat Kordinasi ICWRMIP ini merupakan bagian dari kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman diantara para pemangku kepentingan. Khususnya pemerintah di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten selaku pembuat kebijakan. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan komunikasi dan kordinasi di antara para pemangku kepentingan. 5 H a l

1.b Tujuan Tujuan dari rapat koordinasi ini digambarkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman bersama mengenai kritisnya kondisi Citarum hingga mendapatkan predikat Citarum, The World Dirtiest River (International Herald Tribune, 5 Desember 2008) 2. Sosialisasi mengenai (1) Visi, Tujuan, dan komponen-komponen Roadmap (2) Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) dan Project 1 (3) Memperjelas hubungan antara Roadmap dan ICWRMIP sekaligus launching. 3. Mendorong adanya dialog untuk meningkatkan komunikasi dan kordinasi pemerintah pusat, propinsi dan daerah untuk mendukung pelaksanaan ICWRMIP dan Project-1. 1.c. Hasil yang Diharapkan Diharapkan kegiatan lokakarya ini dapat membantu pencapaian hasil berikut ini: 1. Meningkatkan pemahaman akan visi dan program ICWRMIP di kalangan pemerintah pusat, propinsi dan daerah. 2. Meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan Roadmap dan kegiatan ICWRMIP, khususnya di kalangan pembuat kebijakan di tingkat pemerintahan dan institusi serta departemen terkait. 3. Membuka jalur komunikasi dan dialog antara departemen dan institusi terkait di tingkat pemerintah pusat, propinsi dan daerah. 4. Rapat ini diharapkan dapat mendorong adanya (1) komitmen pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten beserta institusi dan departemen terkait untuk mendukung program dalam rangka perbaikan kondisi dan pengelolaan Wilayah Sungai Citarum; (2) kerjasama dalam perencanaan, pendanaan dan pelaksanaan dengan pemangku kepentingan yang lain; dan (3)memobilisasi sumber-sumber pendanaan baik dari APBD, swasta maupun masyarakat setempat. 6 H a l

1. d. Waktu, Tempat dan Lingkup Kegiatan Rapat Kordinasi ICWRMIP ini diselenggarakan pada Hari Kamis, 14 Januari 2010, di Gedung Negara Pakuan (Jl Otto Iskandardinata no 1 Bandung). Rapat kordinasi ini difasilitasi oleh Gubernur Jawa Barat. Lingkup kegiatan lokakarya dua hari ini terdiri dari: 1. Sesi Presentasi. Dua presentasi mengenai Citarum Roadmap dan kegiatan dalam Projek-1 (dibawakan oleh Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas dan perwakilan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum) 2. Diskusi. Sesi diskusi dan tanya jawab dengan peserta Rapat Kordinasi. 1.e. Peserta Peserta termasuk Gubernur Jawa Barat beserta staf senior Pemerintah Propinsi serta 12 Pemerintahan Kota dan Kabupaten di Jawa Barat. Dari daftar peserta yang hadir, tercatat sekitar 70 peserta yang datang menghadiri rapat kordinasi ini. 1.f. Penyelenggara Rapat kordinasi ini difasilitasi oleh Gubernur Jawa Barat, bekerjasama dengan Bappenas dan Bappeda Propinsi Jawa Barat. Serta dibantu dari tim konsultan RCMU dan PCMU. 7 H a l

2. SESI PRESENTASI Citarum Roadmap Dr. Ir. Dedy Supriadi Priatna, MSc, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Presentasi ini membahas mengenai fakta sungai Citarum, kondisi permasalahan dari hulu hingga hilir yang membuat suatu pemikiran bahwa penanganan permasalahan Citarum tidak dapat dilakukan dengan menerapkan program tunggal atau program pembangunan fisik semata. Kondisi permasalahan Citarum yang kompleks menjadikan sebuah pemikiran pencetusan Citarum Roadmap. Yaitu gambaran strategis, rencana dan pelaksanaan yang berusaha membuat jalur/rute antara posisi saat ini dengan visi, hasil dan tujuan yang ingin kita capai di masa depan berkaitan dengan program pengelolaan terpadu sungai Citarum. Presentasi ini juga memberikan perincian donor yang terlibat, dana yang sudah dialokasikan dan menjadi komitmen dari donor. Selain itu juga untuk manajemen projek dan koordinasi antara institusi pemerintahan terkait. Citarum Roadmap ini menjadi kepentingan dan milik para pemangku kepentingan, khususnya yang berada di wilayah sungai Citarum, yang difasilitasi pemerintah. Kordinasi Citarum Roadmap ini dilakukan baik di tingkat pusat, daerah/kabupaten serta masyarakat. Citarum Roadmap memberikan ruang baik individu, perusahaan, organisasi masyarakat, dll untuk turut berpartisipasi memberikan kontribusi positif bagi pemulihan sungai Citarum. Kegiatan Project-1 Wilayah Sungai Citarum I Gusti Ngurah Wisnu, mewakili Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) Pelaksanaan tahap 1 dari lima tahapan program (ICWRMIP) dalam kerangka Roadmap, sedang dalam persiapan. Komponen Proyek Tahap-1 (Project-1) yang juga berkordinasi dengan berbagai departemen dan kementerian negara terkait. Project-1 komponennya meliputi perlindungan keanekaragaman hayati di hulu sungai, pengelolaan air dan sanitasi berbasis masyarakat, teknik pertanian ramah lingkungan, peningkatan kualitas air, penataan ruang, pengelolaan banjir di kawasan hulu, rehabilitasi kanal tarum Barat, deain peningkatan penyediaan air bersih kota Bandung dan strategi adaptasi untuk perubahan iklim. Seluruh komponen program ini akan dilakukan pemerintah (khususnya di daerah) bersama masyarakat. Presentasi ini juga menampilkan data banjir dan program pembangunan fisik yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU) dan BBWSC di Wilayah Sungai Citarum, termasuk program jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi proyek fisik (struktural) dan nonstruktural (penghijauan) 8 H a l

3. RINGKASAN SESI DISKUSI Gubernur Jawa Barat dalam pembukaannya menekankan pentingnya peranan seluruh pihak dalam menjaga kelestarian sumber daya air. Hal ini juga terkait dengan keterlibatan masyarakat serta peningkatan kesadaran terus menerus untuk mendorong perubahan perilaku ke arah yang positif. Termasuk ke dalamnya perilaku atau kebiasaan seperti membuang sampah dan membuang limbah domestik langsung ke dalam sungai. Pemulihan Citarum akan membutuhkan kepedulian dan kontribusi seluruh pemangku kepentingan. Keterlibatan asosiasi pengusaha seperti Asosiasi Pengusaha Indonesia, Asosiasi Pengusaha Tekstil, Asosiasi perusahaan pengembang permukiman, dan lain sebagainya juga amat penting. Dari Pemerintah Daerah (Kabupaten) memberi tanggapan mengenai perbandingan Sungai Ctarum di masa lalu, upaya pemerintah daerah dalam penanganan banjir, meskipun saat ini pemerintah daerah masih lebih fokus pada penanganan saat banjir datang. Penataan permukiman masyarakat juga dibutuhkan, khususnya dalam mengatur kembali permukiman yang dibangun di daerah-daerah yang seharusnya menjadi ruang penghijauan atau malah sempadan sungai. Selain itu harus diimbangi antara pembangunan fisik (struktural) dan non-struktural di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Pembangunan non-struktural misalnya penghijauan, perubahan perilaku masyarakat, penertiban pengelolaan air limbah industri dan lain sebagainya, biasanya akan 9 H a l

membutuhkan proses dan waktu lebih panjang daripada pembangunan fisik. Dan pada saat prosesnya, secara paralel pembangunan fisik atau upaya penanganan fisik seperti pengerukan sedimen sungai tetap dibutuhkan. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Departemen Kehutanan adalah memfungsikan kembali lahan atau kawasan hutan lindung di kawasan hulu. Saat ini lahan hutan di kawasan hulu berubah fungsi menjadi lahan pertanian, dimana tanaman pertanian yang ditanam di lereng-lereng gunung dan bukit tidak sesuai untuk menahan erosi tanah dan longsor. Hal ini tentunya membutuhkan pemikiran dan alternatif solusi win-win antara petani, masyarakat dan pihak pengelola hutan. Kadang, dari sudut pandang sosial ekonomi, masih belum tercapai kesepakatan dan kesesuaian antara kebutuhan penggunaan sumber daya hutan dari sudut sosial ekonomi dan kelestarian lingkungan. Pencemaran sungai juga mengindikasikan adanya kerusakan hutan, khususnya di bagian hulu. Kementerian Lingkungan Hidup membandingkan antara kondisi sungai Ciliwung dengan Citarum. Sungai Ciliwung yang melewati beberapa kabupaten di Jawa Barat dan Jakarta, dari segi dan tingkatan pencemaran tergolong dalam kondisi sungai tercemar.. Meskipun demikian, tingkatan pencemaran di hulu Citarum, nyaris setara dengan tingkatan pencemaran di bagian muara sungai Ciliwung. Pemulihan sungai Citarum secara terpadu akan memberikan ruang bagi para pemangku kepentingan untuk memberikan kontribusi positif sesuai dengan tugas pokok masing- 10 H a l

masing. Karena itu Pemerintah Pusat memotivasi peran pro-aktif khususnya pemerintah di tingkat propinsi dan kabupaten untuk juga memobilisasi sumber-sumber potensial yang ada, misalnya modal sosial kebersamaan masyarakat dan kontribusi lembaga-lembaga masyarakat, perusahaan dan lain sebagainya, serta tidak hanya tergantung pada ketersediaan dana yang ada. 4. PENUTUP Rapat Kordinasi ini menjadi sebuah langkah penting dalam program pemulihan sungai Citarum dimana para pemangku kepentingan kunci dan pengambil keputusan di tingkat pemerintahan yang turut hadir dalam acara ini telah memperkaya proses ini. Dalam proses ini, menjadi sebuah langkah yang cukup berharga bagi semua pihak untuk saling berbagi informasi, berkomunikasi dan berkordinasi dalam upaya bersama untuk memulihkan Citarum. Meskipun dalam proses ini belum mencapai tahapan perumusan dan kesepakatan mengenai apa langkah berikutnya? bagi semua pihak untuk mulai melakukan tindakan, semoga melalui kegiatan ini menjadi langkah bagi seluruh pihak terkait untuk memulai sebuah proses perjalanan bersama untuk memulihkan kondisi sungai Citarum menjadi sungai yang bersih dan sehat melalui kerjasama dan kontribusi berbagai pihak, sebuah visi dan cita-cita yang ingin dicapai bersama: Cita-Citarum. 11 H a l