Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu Penelitian. (Canavalia ensiformis L.). Koro pedang (Canavalia ensiformis), secara luas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

KADAR ASAM SIANIDA DAN KANDUNGAN GIZI PADA DENDENG DARI LIMBAH KULIT SINGKONG

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI UBI KAYU (TAPIOKA) BERBASIS NERACA MASSA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyebaran ubi kayu atau singkong ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

TANAMAN PENGHASIL PATI

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

[PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR]

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budidaya ayam arab di Indonesia semakin pesat hal ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

MATERI DAN METODE. Metode

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Transkripsi:

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas pangan hewani yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan. Pangan produksi peternakan sangat elastis terhadap pendapatan masyarakat, sehingga besar kecilnya konsumsi pangan asal ternak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Menurut Saragih (2000), bahwa pembangunan peternakan tidak terlepas dari sub sektor lain yang erat kaitannya dengan sub sektor peternakan. Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani di Sulawesi Selatan yaitu tanaman ubi kayu. Potensi nilai ekonomi dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan yang berdaya guna, bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar, tanaman ubi kayu ditanam pada luas lahan 378 ha dengan kapasitas produksi masing-masing 55 ton/tahun, yang berlokasi di Kecamatan Tamalate, Panakkukang dan Biringkanaya (Anonim, 2005). Selain itu wilayah pengembangan produksi komoditi ubi kayu juga terdapat di Kabupaten Tana Toraja, Soppeng, Bone, Sinjai, Bulukumba, Sidrap dan Mamuju. Untuk menunjang program pembangunan peternakan khususnya dalam rangka penyediaan protein hewani, menekan biaya pakan merupakan keharusan karena biaya pakan berkisar 60 80% dari seluruh biaya produksi. Salah satu sumberdaya lokal potensial yang belum dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam yaitu limbah kulit ubi kayu yang merupakan limbah dari mata rantai proses produksi pembuatan tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadaan kering (dijemur) atau ditumbuk dijadikan tepung (Rukmana, 1997), tetapi salah satu 1

faktor penghambat dalam penggunaan limbah kulit ubi kayu yaitu adanya kadar asam sianida (HCN) yang merupakan faktor anti nutrisi. Rukmana (1997) menyatakan bahwa limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan ternak yang mempunyai energi (Total Digestible Nutrient = TDN) tinggi dan kandungan nutrisi tersedia dalam jumlah memadai, seperti pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Kandungan Nutrisi Limbah Ubi Kayu Bahan Protein TDN Serat Lemak Ca P HCN Bahan Kering Kasar mg/kg Daun (%) 22,33 21,45 61,00 25,71 9,72 0,72 0,59 - Kulit (%) 17,45 8,11 74,73 15.20 1.29 0.63 0.22 143,3* Onggok (%) 85.50 10.51 82.76 0.25 1.03 0.47 0.01 Sumber : B. Sudaryanto (1989). * Hasil Analisa Lab. Kimia Makanan Ternak, Fapet UH (2005) Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kandungan kadar HCN pada kulit ubi kayu dengan beberapa proses pelakuan dalam potensinya sebagai pakan alternatif. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai informasi ilmiah bahwa kulit ubi kayu sebagai pakan alternatif yang aman bagi ternak unggas dan mencegah pencemaran lingkungan oleh limbah pengolahan ubi kayu. Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan Juni s/d Oktober 2005 di Laboratorium Pakan Ternak Terpadu dan analisa kadar HCN di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian ini menggunakan seperangkat alat untuk mengukus, thermometer, timbangan dan baskom, serta alat-alat untuk analisa kadar HCN. Bahan yang digunakan yaitu kulit ubi kayu segar diiris-iris dengan ukuran 1 x 2 cm dan bahan-bahan kimia untuk analisa kadar HCN. 2

Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan unit percobaan sebanyak 2 kg kulit ubi kayu, dengan empat perlakuan dan lima ulangan dengan susunan perlakuan sebagai berikut : A = kulit ubi kayu dicuci; B = kulit ubi kayu di kukus (100 C); C = Kulit ubi kayu dikeringkan (dioven 100 C selama 12 jam); D = Kulit ubi kayu dikukus + dijemur dibawah sinar matahari selama 12 jam Pengolahan Data. Data yang diperoleh diolah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan, dan hasil analisa dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gaspersz, 1991). Hasil dan Pembahasan Kadar HCN yang merupakan faktor anti nutrisi pada kulit ubi kayu dapat dilakukan penekanan dengan berbagai cara dan dengan tingkat penekanan HCN yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan. Nilai rata-rata penekanan kadar HCN kulit ubi kayu dari setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Rata-Rata Nilai HCN Kulit Ubi Kayu dengan Beberapa Perlakuan Parameter Perlakuan (mg/100 g) A B C D Kadar HCN 89,32 a 16,42 b 8,88 c 5,76 cd Keterangan : a,b,c nilai rataan diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata (p > 0.05). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap penekanan kadar HCN. Rata-rata penekanan kadar HCN untuk perlakuan A, B, C dan D masing-masing 89,32 mg/100 g; 16,42 mg/100 g; 8,8 mg/100 g dan 5,76 mg/100 g. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) memperlihatkan bahwa semua perlakuan berbeda sangat nyata (p<0,01) antara setiap perlakuan, kecuali antara perlakuan C dan D tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata. Penekanan yang cukup tinggi terjadi pada perlakuan D yaitu 5,76 mg/100 g. Dimana kadar HCN kulit ubi kayu tanpa perlakuan sebesar 143,3 mg/100 g dalam 3

bahan kering (BK). Penekanan yang besar pada perlakuan D ini bisa dilihat adanya perlakuan berulang dalam hal penurunan kadar HCN pada kulit ubi kayu yaitu dengan cara mengukus (90-100 C) dimana kadar HCN menguap sejalan dengan terjadinya penguapan pada saat mengukus kemudian dilanjutkan dengan menjemur dibawah sinar matahari selama ± 12 jam juga bertambah hilangnya HCN seiring dengan berkurangya kadar air bahan pada saat dijemur. Dibandingkan dengan perlakuan A, B dan C bahwa sampel kulit ubi kayu hanya mengalami satu kali proses saja. Sebagaimana pernyataan Ichwan (2003) bahwa penggunaan ubi kayu dalam pakan ternak perlu didahului dengan proses pemanasan, seperti di bawah terik matahari. Ubi kayu yang akan dipanaskan harus dipotong-potong menjadi bagian yang kecil, supaya proses pemanasan dan pengeringan lebih sempurna. Proses pemanasan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan racun HCN. Selain itu menurut Irmansyah (2005) bahwa dengan cara merebus, mengupas, mengiris kecil-kecil, merendam dalam air, menjemur hingga kemudian dimasak adalah proses untuk mengurangi kadar HCN. Proses pencucian dalam air mengalir dan pemanasan yang cukup, sangat ampuh untuk mencegah terbentuknya HCN yang beracun. Kadar HCN pada kulit ubi kayu sangat bervariasi sesuai dengan jenis atau varietasnya. Begitupun dengan setiap proses perlakuan memberikan tingkat penekanan kadar HCN yang berbeda. Proses dengan pencucian ternyata masih memberikan nilai HCN yang tinggi (89,32 mg/100 g) dan masuk pada kategori jenis ubi kayu yang beracun. Menurut Rukmana (1997), kandungan zat racun ubi kayu dikategorikan beracun, bila kadar HCN antara 80-100 mg/kg ubi yang diparut dan untuk perlakuan B, C dan D masuk pada kategori tidak beracun dengan nilai HCN kurang dari 50 mg/kg. Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisis ragam kemudian dilanjutkan dengan uji BNT dan dari pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Dengan proses ganda dalam hal penekanan kadar HCN kulit ubi kayu (perlakuan D) dapat menekan sekecil mungkin kadar HCN dimana beberapa perlakuan 4

masuk dalam kategori tidak beracun, sehingga aman untuk dikonsumsi. Sebagai pakan yang rendah HCN, disarankan agar sebaiknya mengetahui potensi kulit ubi kayu yang tersedia sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan penyediaan pakan sepanjang waktu. Daftar Pustaka Anonim. 2005. Awas, Tak Semua Tiwul Aman Dimakan. http://www.indomedia.com/bernas/9807/03/utama/03uta2.htm (Akses April 2005). Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung. Ichwan, W. M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka. Irmansyah, B. 2005. Dari Limbah menjadi Pakan Ternak. http : //www.geocities.com/persampahan/kompos.doc (Akses Agustus 2005) Rukmana, H.R. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor. *) Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 5