Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEHIDUPAN TAKE SEIJI SEBAGAI FREETER YANG TERCERMIN DALAM DRAMA FREETER, IE WO KAU KARYA SUTRADARA KONO KEITA DAN JOHO HIDENORI SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

INTERTEKSTUAL DALAM CERITA PENDEK KUMO NO ITO DAN MAJUTSU KARYA RYUNOSUKE AKUTAGAWA SKRIPSI OLEH RACHMASARI NOVIANTI BUDIONO NIM

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

Bab 2. Landasan Teori. Wellek & Warren (1989: ) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

Bab 2 Landasan Teori. Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... ABSTRAK BAHASA JEPANG...vii. Daftar Isi...

PERJUANGAN KELAS PROLETAR DALAM NOVEL KANI KOUSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI MELALUI PENDEKATAN TEORI MARXISME SKRIPSI

REGISTER OTAKU IDOL GROUP 48 FAMILY DALAM KOMUNITAS RINGO 48 DI MALANG SKRIPSI OLEH: M. RIAN WIJAYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

LATAR SOSIAL YANG MEMPENGARUHI TOKOH GENIN DALAM CERPEN RASHOMON KARYA AKUTAGAWA RYONOUSUKE

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya.

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ABSTRAK. Kata kunci : puisi, gaya bahasa, retorika, makna

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

ANALISIS PERBANDINGAN SEKS DAN CINTA DALAM LIRIK LAGU ANGEL TRIP KARYA VAMPS MENGGUNAKAN METODE HERMENEUTIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kesusasteraan Menurut Takeo Kuwabara Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, kesusasteraan memiliki teori yang didefinisikan seperti yang tertulis dalam kutipan berikut ini: 文学理論は 小説のストーリーだけでなく ストーリーがどのよう に書かれているか そしてそれが読者の印象にどう影響を与えてい るのかを問題にできます 日本文学とは 日本語で書かれた文学作 品 もくしはそれらの作品や作家を研究する学問のこと (Kuwabara, 1990:34) Terjemahan: Teori kesusasteraan tidak hanya mengenai sebuah cerita dalam novel saja, tetapi untuk apa cerita itu ditulis sehingga pembaca mendapatkan kesan atas pengaruh dari masalah-masalah yang terdapat dalam cerita. Kesusasteraan Jepang adalah hasil karya sastra yang dituliskan dengan menggunakan bahasa Jepang atau juga ilmu yang digunakan untuk meneliti hasil karya dan pengarang. 2.2 Teori Fiksi Menurut Nurgiyantoro Menurut Nurgiyantoro (2002:2), karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas, sesuatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. 7

Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog, kentemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan model-model kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan (Nurgiyantoro, 2002:3). 2.2.1 Genre Fiksi Menurut Nurgiyantoro (2002:9), karya fiksi menunjuk pada: 1. Novel dan Cerita Pendek Novel dan cerpen mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Keduanya juga sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Namun diantara keduanya juga terdapat perbedaan. Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan unsur permasalahan yang lebih kompleks. 8

2. Novel Serius dan Novel Populer Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Oleh karena itu, novel jenis ini pada umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Ia biasanya cepat dilupakan orang apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Novel ini juga mengambil realitas kehidupan sebagai model, kemudian menciptakan sebuah dunia baru lewat penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Novel serius tidak bersifat mengabdi kepada selera pembaca, dan memang novel jenis ini tidak banyak. Pembaca dituntut untuk mengoperasikan daya intelektualnya, dan ikut merekonstruksikan duduk persoalan masalah dan hubungan antartokoh. 2.3 Teks Naratif Naratif mempunyai arti sebagai cerita, yang diambil dari kata narrative, sedangkan teks naratif berarti teks cerita. Karya fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Nurgiyantoro, 2002:2). Oleh karena itu dapat dikatakan teks naratif adalah sebuah teks prosa yang terdapat dalam fiksi. Unsur teks naratif dapat dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu unsur fabel dan sujet. Fabel merupakan aspek material (dasar) cerita, keseluruhan peristiwa yang diungkapkan dalam 9

teks naratif yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sujet, yang disebut juga sebagai plot, adalah urutan peristiwa seperti terlihat dalam teks itu, yang mungkin berupa urutan kronologisnormal (urut dari awal hingga akhir, a-b-c), sorot balik atau flash back (mendahulukan peristiwa yang kemudian, c-b-a), atau bersifat in medias res (mulai dari peristiwa-konflik yang telah menegang, b-a-c) (Nurgiyantoro, 2002:27). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat melalui diagram Chatman berikut: Aksi Peristiwa Kejadian Bentuk Eksistensinya Tokoh Cerita Latar Substansi Keseluruhan semesta Teks Naratif (nyata dan imajinatif) Bentuk Struktur transmisi naratif Wacana (susunan, frekuensi, perspektif, dll.) Substansi Wujud ekspresi (verbal, sinematis, gambar, dll.) Chatman dalam Nurgiyantoro (2002:27) membagi unsur teks naratif ke dalam unsur cerita dan wacana. Aspek cerita yang terdiri dari peristiwa (berunsur aksi dan kejadian) dan wujud keberadaan atau eksistensinya (yang berunsur karakter dan setting) seperti disebut diatas merupakan aspek bentuk isi. Di lain pihak, unsur yang merupakan substansi isi, adalah 10

keseluruhan semesta, berbagai bentuk kemungkinan objek dan peristiwa (kejadian), baik yang ada di dunia nyata maupun hanya dunia imajinatif, dapat diimitasikan ke dalam karya naratif. Aspek wacana juga terdiri dari unsur bentuk wacana dan substansi wacana. Unsur bentuk wacana berupa struktur transmisi naratif (dapat juga disebut: wacana naratif) yang terdiri dari unsur-unsur seperti urutan penceritaan atau susunan, modus, kala, frekuensi, perspektif atau sudut pandang, dan lain-lain. Unsur substansi wacana bersujud media, sarana, yang dapat dipergunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu (gagasan, cerita) yang ingin diungkapkan. Semua itu dapat berupa media verbal, seperti teks naratif atau karya fiksi, sinematis, gambar, dan lain-lain. 2.3.1 Unsur Intrinsik Pada Novel Secara garis besar pembagian unsur dalam novel dibedakan menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik berhubungan erat dengan bahasa sebagai sistem, sedangkan unsur ekstrinsik berkaitan dengan aspek-aspek yang melatarbelakangi penciptaan sastra. Aspek-aspek tersebut meliputi aliran, unsur-unsur budaya, filsafat, politik, agama, psikologi, dan sebagainya (Fananie, 2000:17-18). Menurut Nurgiyantoro (2002:24), unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut. Contohnya adalah psikologi pengarang maupun pembacadan keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain yang juga akan berpengaruh terhadap karya sastra. Tetapi dalam skripsi ini, unsur yang berpengaruh untuk menganalisis adalah unsur intrinsiknya. Karena itu yang akan dibahas lebih jauh adalah unsur intrinsik. 11

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Unsur-unsur yang dimaksud adalah plot (urutan kejadian), penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2002:23). 2.3.1.2 Plot Stanton dalam Nurgiyantoro (2002: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Cerita-cerita tersebut mempunyai hubungan kausalitas. Untuk dapat disebut sebagai sebuah plot, hubungan antarperistiwa itu harus memiliki sebab-akibat, tidak hanya sekedar beruntun saja. Plot sebuah karya fiksi, menurut Forster (Nurgiyantoro, 2002:114), memiliki sifat misterius dan intelektual. Plot menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik atau mencekam pembaca. Sifat misterius plot inilah yang mendorong rasa keingintahuan pembaca, sehingga unsur ini merupakan suatu hal yang amat penting dalam plot sebuah karya naratif, dan menjadi pendorong pembaca untuk menyelesaikan novel yang dibacanya. Oleh karena plot bersifat misterius, untuk memahaminya diperlukan kemampuan intelektual. Tanpa disertai adanya daya intelektual, tak mungkin orang dapat memahami plot cerita dengan baik. Abrams dalam Nurgiyantoro (2002:142) mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end). Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 12

a. Tahap Awal Tahap ini biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Misalnya berupa penunjukkan dan pengenalan latar, dan untuk pengenalan tokoh-tokoh cerita. b. Tahap Tengah Tahap ini dapat juga disebut tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. c. Tahap Akhir Tahap ini dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita. 2.4 Teori Aktan dan Fungsinya Menurut Greimas Untuk analisis tentang aktan dan fungsinya di dalam cerita, akan digunakan model aktan yang dikemukakan oleh Greimas sebagaimana yang dikemukakan oleh Fossion didalam bukunya Lectures Nouvelles (Zaimar, 1992:4). Pakar teori sastra ini mengemukakan bahwa semua cerita, walaupun dalam bentuk yang berbeda-beda, menunjukkan adanya suatu konfigurasi yang sama pada tipe-tipe aktan, yang didefinisikan menurut hubungan dan fungsi yang diperankan didalam cerita. Aktan menunjukkan peran yang berbeda-beda ditinjau dari segi tata cerita. Analisis aktan dan fungsi merupakan analisis alur cerita yang didasari hubungan antar aktan. Menurut Greimas, aktan (actant) adalah seseorang atau sesuatu yang menyempurnakan atau yang menjalani perbuatan. Aktan dapat berupa orang, antropomorfis (pelaku yang 13

dipersonifikasi), zoomorfis (mengacu pada segala sesuatu yang mengacu pada binatang, atau sesuatu yang lain, khususnya dewa, yang keberadaannya melebihi manusia) atau berupa sesuatu yang abstrak. Satu aktan dapat mengambil beberapa peran. Aktan tidak sama dengan aktor atau tokoh (Martin, 2000:18,142). Sementara itu aktor menurut Greimas, adalah apa saja yang dapat berupa individu, antropomorfis atau zoomorfis, maupun kelompok pada level diskursif dalam cerita. Sementara itu istilah aktan lebih bersifat abstrak dan berhubungan dengan fungsinya (Martin, 2000:20). 2.4.1 Skema Aktan Greimas Greimas dalam Zaimar (1992:4), mengajukan sebuah model dengan enam aktan: Skema Aktan: Pengirim Subjek Penerima Penolong Objek Penentang Keterangan: 1. Pengirim adalah seseorang atau sesuatu yang menggerakkan cerita, dan menimbulkan karsa pada subjek untuk mencapai objek yang diingini. 2. Objek adalah seseorang atau sesuatu yang diingini dan dicari oleh subjek. 3. Subjek adalah seseorang yang mendapat tugas untuk menemukan dan mengambil objek tersebut. 14

4. Penentang adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha subjek untuk mendapat objek yang dicarinya. 5. Penolong adalah seseorang atau sesuatu yang akan mempermudah usaha subjek untuk mendapatkan objek. 6. Penerima adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil pencarian subjek. Perlu dikemukakan bahwa satu aktan dapat menempati beberapa fungsi. 2.4.2 Model Fungsional Greimas Greimas bukan hanya mengemukakan bagian aktan, ia juga menunjukkan adanya suatu model cerita sebagai jalan cerita (alur) yang terdiri dari tindakan-tindakan yang tercakup dalam apa yang disebut fungsi. Fungsi-fungsi ini dinyatakan dengan kata benda, seperti misalnya, keberangkatan, kedatangan, kedatangan inkognito, hukuman, dan seterusnya (Zaimar, 1992:5). Operasi transformasinya terbagi dalam tiga tahapan: 1. Tahap uji kecakapan 2. Cobaan utama 3. Cobaan untuk mencapai kegemilangan Model fungsional tersebut adalah: Transformasi Situasi awal Tahap uji kecakapan Cobaan utama Cobaan untuk mencapai Situasi akhir kegemilangan 15

Keterangan: 1. Situasi awal Cerita dimulai dengan pernyataan adanya sesuatu yang diingini atau diperlukan. Itulah yang disebut karsa. Pengirim memberi tugas kepada subjek untuk mendapatkannya. 2. Transformasi: a. Tahap uji kecakapan Subjek berangkat dan menghadapi tantangan. Mereka yang tak mampu mengatasi tantangan pada tahap ini, akan didiskualifikasi sebagai subjek. Pada tahap ini, subjek memperoleh kecakapan yang diperlukan untuk melakukan perbuatan atau misi yang direncanakan. Subjek harus mempunyai kemampuan untuk berbuat dan atau pengetahuan atau keterampilan untuk berbuat. b. Cobaan utama Tahap ini mengacu kepada peristiwa atau perbuatan utama. Subjek sudah dipersiapkan dan objek penyelidikan dipertaruhkan. Dalam cerita petualangan, cobaan penentuan sering memakai bentuk konfrontasi atau konflik di antara subjek dan antisubjek. c. Cobaan untuk mencapai kegemilangan Setelah cobaan utama dapat dilalui, subjek masih harus menyerahkan objek pencarian kepada penerima. Pada tahap ini, hasil peristiwa sudah tampak, cobaan utama sebelumnya berhasil atau gagal, subjek disambut gembira atau dihukum. Semuanya menunjukkan hasil perbuatan subjek yang diinterpretasi dan dievaluasi oleh pengirim. (Martin, 2000:18-142) 16

3. Situasi akhir Objek telah didapat, keseimbangan telah tercapai kembali, cerita pun berakhir. (Zaimar, 1992:6). Model aktan dan model fungsional mempunyai hubungan timbal balik, karena sebenarnya hubungan para aktan ditentukan oleh fungsinya (Zaimar, 1992:6). 17