PRIMATANI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI KABUPATEN SIDRAP

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN.

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

13 diantaranya merupakan kelompok tani padi sawah, sisanya yakni 4 kelompok tani kakao, 5 kelompok tani

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

Abstrak

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

J. PRIMA TANI LKDRIB KABUPATEN SIJUNJUNG

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

LAPORAN DEMONSTRASI PLOT TEKNOLOGI PEMELIHARAAN KEBUN KAKAO DI KABUPATEN LUWU ABSTRAK

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

JUDUL KEGIATAN: KAJIAN MODEL PTT DALAM BUDIDAYA JAGUNG LOKAL DAN POTENSI PENGEMBANGAN JAGUNG QPM SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

C. PRIMA TANI KABUPATEN TANAH DATAR

II. PERMASALAHAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA BERBAGAI TIPE DESA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

Transkripsi:

PRIMATANI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI KABUPATEN SIDRAP I. PENDAHULUAN Peningkatan produksi beberapa komoditas utama secara nasional belum dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat akhir-akhir ini sebagai akibat bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan permintaan untuk ekspor. Sebagai contoh pada komoditas padi, implementasi teknologi Revolusi Hijau dapat meningkatkan produksi beras secara dramatik, dengan laju pertumbuhan 5,2% per tahun dalam periode 1970-1984 hingga tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Namun laju pertumbuhan produksi yang tinggi tersebut menurun tajam menjadi sekitar 1,9% per tahun selama periode 1984-2000 (Balitpa, 2002) sehingga tidak dapat mengimbangi permintaan yang meningkat. Adanya gejala pelandaian produksi tersebut tidak hanya disebabkan oleh penciutan lahan sawah irigasi, tetapi juga oleh penurunan tingkat produktivitas (Fagi, 1999). Dengan demikian peran Badan Litbang Pertanian ke depan semakin besar dalam menghasilkan teknologi mendukung peningkatan produksi pertanian. Badan Litbang Pertanian bersama-sama dengan lembaga dan masyarakat pertanian lainnya telah berperan penting dalam pembangunan pertanian melalui inovasi teknologi, kelembagaan, dan kebijakan. Namun demikian, sejak pasca swasembada pangan terjadi kecenderungan melambatnya adopsi inovasi tersebut dalam peningkatan produksi, seperti terlihat dari gejala stagnasi atau pelandaian produktivitas berbagai komoditas pertanian dan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat petani di pedesaan. Kelambatan tersebut terjadi antara lain karena diseminasi inovasi teknologi belum efektif dilaksanakan, informasi teknologi belum sampai ke petani atau teknologi yang ada tidak sesuai dengan kondisi setempat. Menurut Made Oka et al. (1993) bahwa banyak hasil penelitian berupa paket teknologi dan informasi yang belum diketahui olehpengguna atau hanya sebagian diadopsi oleh petani karena adanya keterbatasan dalam penerapan teknologi tersebut, kondisi social ekonomi dan pengetahuan petani serta kebijaksanaan pemerintah dan keterbatasan dalam tindakan operasional yang diterapkan. Menurut hasil penelitian diperlukan sekitar 2 tahun sebelum suatu teknologi dari Badan Litbang Pertanian diketahui 50 % dari Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS), dan 6 tahun sebelum 80 % dari PPS mendengar teknologi tersebut. Sampainya teknologi ke petani tentu lebih lama lagi. www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Segmen rantai pasokan inovasi pada subsistem penyampaian (Delivery Subsystem) dan subsistem penerima (Receiving subsystem) merupakan bottleneck yang menyebabkan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Walaupun bukan sepenuhnya tanggung jawab formal Badan Litbang Pertanian, kinierja, citra publik, dan kepuasan idealistik Badan Litbang Pertanian amat ditentukan oleh pemanfaatan dan dampak inovasi yang dihasilkannya. Badan Litbang Pertanian baru dapat dikatakan berhasil dalam mengemban misi institusionalnya bilamana inovasi yang dihasilkannya dapat dimanfaatkan tepat guna secara luas dan berdampak besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian nasional. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian merasa terpanggil harus melakukan segala upaya yang mungkin untuk menjamin inovasi yang telah dihasilkannya, tidak saja diketahui oleh pengguna (beneficeries), tetapi juga dimanfaatkan secara luas dan tepat guna. Dengan demikian, Badan Litbang Pertanian merasa turut bertanggung jawab dalam menjamin terciptanya sistem inovasi pertanian nasional yang padu padan dengan sistem agribisnis, yang berarti merajut simpul antara subsistem rantai pasokan pengadaan (generating subsystem) dengan subsistem penyampaian (delivery subsistem) atau penerimaan (receiving subsystem) inovasi pertanian nasional. Dalam rangka percepatan adopsi inovasi oleh petani, sesuai dengan mandat dan Tupoksi Badan Litbang Pertanian, maka pada tahap awal suatu inovasi, perlu dilakukan pengenalan dan pemasyarakatan inovasi tersebut. Agar lebih mudah diketahui dan ditiru oleh petani dan pelaku agribisnis, maka bentuk atau model pengenalan dan pemasyarakatan yang dilaksanakan berbentuk percontohan riil yang dilakukan oleh petani. Mulai tahun 2005, Badan Litabnag Pertanian telah melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani), suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Prima Tani pada intinya adalah membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif yang memadukan sistem inovasi dan sistem agribisnis. Dalam model ini, Badan Litbang Pertanian tidak hanya berfungsi sebagai produsen teknologi sumber/dasar, tetapi juga terlibat aktif dalam memfasilitasi penggandaan, penyaluran dan penerapan teknologi inovatif yang dihasilkannya. Prima Tani pada dasarnya adalah model terpadu 1

Penelitian-Penyuluhan-Agribisnis-Pelayanan Pendukung (Research-Extension- Agribussiness-Supporting Service Lingkages). Untuk itu, kegiatan penelitian dan pengembangan haruslah berorientasi kepada pengguna sehingga teknologi inovatif yang dihasilkan benar-benar tepat guna spesifik lokasi (Badan Litbang Pertanian, 2004). Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan hasil inovasi pertanian kepada masyarakat pengguna dalam rangka memacu adopsi inovasi di tingkat petani. Prima Tani yang merupakan program Departemen Pertanian mempunyai pengertian sebagai konsep baru percepatan diseminasi inovasi pertanian melalui pengembangan laboratorium agribisnis sebagai percontohan, instrumen rintisan untuk mendapatkan model pembangunan pertanian pedesaan yang komprehensif berbasis inovasi pertanian, dan instrumen realisasi Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua stakeholder pembangunan pertanian. Keluaran dari Prima Tani adalah terbentuknya agribisnis industrial pedesaan (AIP) dan sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi (SUID). Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery subsistem) maupun pelaku agribisnis (receiving subsystem) sebagai pengguna inovasi. Selain sebagai wahana diseminasi, Prima Tani juga akan digunakan sebagai wahana pengkajian partisipatif, yang berarti merupakan implementasi dari paradigma baru Badan Litbang Pertanian, yakni penelitian untuk pembangunan (Research for Development) menggantikan paradigma lama Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Prima tani pada dasarnya merupakan strategi baru dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Litbang Pertanian. Program Prima Tani dimulai pada TA. 2005 2006. Selama periode tersebut kegiatan Prima Tani memperlihatkan keberhasilan yang cukup baik sehingga Departemen Pertanian memprogramkan menambah lokasi Prima Tani di 200 lokasi/kabupaten di seluruh Indonesia. Di Sulawesi Selatan, Prima Tani akan dilaksanakan di 12 lokasi/kabupaten. Salah satu diantaranya dalah Kabupaten Sidrap. Agroekosistem yang ditentukan di Kabupaten Sidrap adalah Lahan Sawah Irigasi Teknis dengan komoditas utama tanaman padi. 2

II. RUANG LINGKUP 2.1. Ruang Lingkup Laporan ini mencakup lokasi, komoditas dan teknologi serta kelembagaan yang diimplementasikan, peluang keberhasilan, dampak dan tindak lanjut. Selain itu juga dimasukkan beberapa hasil pelaksanaan PRA, baseline urvei, identifikasi dan evaluasi sumberdaya lahan, sosialisasi dan koordinasi Prima Tani tingkat Kabupaten. Lokasi Laboratorium agribisnis Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah irigasi teknis di Sulawesi Selatan berlokasi di Desa Bila, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap (Gambar 1). Lokasi ini berjarak ± 200 km dari ibu kota provinsi Sulawesi Selatan (Makassar). a. Potensi Desa Potensi desa Bila yang akan diuraikan meliputi karakteristik desa, kondisi sumberdaya dan kondisi sumberdaya manusia (Tabel 1, 2 dan 3) Tabel 1. Karakteristik Desa Bila No Jenis Informasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 Luas desa Elevasi Agroekosistem Topografi Curah hujan (tahunan) Kesuburan tanah Penggunaan lahan Jenis tanah 1.370 ha 100 m dpl Sawah irigasi, lahan kering dataran rendah kering Datar dan berbukit 804 mm Rendah sedang Sawah, kebun campuran Alluvial coklat kelabu, podsolik merah kuning 3

Tabel 2. Kondisi Sumberdaya Desa Bila No Jenis Informasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ketersediaan air Lahan bero/tidak digarap Ketersediaan tenaga kerja Status penggunaan lahan Respon petani terhadap inovasi Aktivitas kolektif Aksesibilitas lokasi Keberadaan saprodi Keberadaan lembaga pengolahan Keberadaan lembaga pemasaran Keberadaan lembaga keuangan Cukup dan telah dimanfaatkan Belum dimanfaatkan secara optimal Mobilitas sedang tinggi Pemilik penggarap, penggarap Cukup baik Belum berkembang Cukup baik dan lancar Kios tani, pedagang Penggilingan padi Pedagang pengumpul, pedagang besar BRI, Individu (pedagang) Tabel 3. Kondisi Sumberdaya Manusia Desa Bila No Jenis Informasi Keterangan 1 2 3 4 5 Jumlah penduduk Jumlah penduduk laki-laki Jumlah penduduk perempuan Jumlah KK Kepadatan (per Km 2 ) 2.750 jiwa 1.248 jiwa 1.502 jiwa 627 201 b. Kondisi Pertanian Saat Ini Kinerja teknologi dan hasil komoditas padi dan jagung serta kinerja kelembagaan pertanian di Desa Bila dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 Tabel 4. Kinerja Teknologi dan Hasil Komoditas Padi di Desa Bila No Jenis Informasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Teknologi pengolahan tanah Teknologi produksi (benih dll.) Teknologi pasca panen Produktivitas Limbah Kualitas hasil Harga hasil Sudah cukup baik (menggunakan traktor) Belum dilakukan secara baik Belum dilakukan secara baik Sedang Belum dimanfaatkan secara optimal Rendah sedang Sedang 4

Tabel 5. Kinerja Teknologi dan Hasil Komoditas Jagung di Desa Bila No Jenis Informasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 Teknologi pengolahan tanah Teknologi produksi (benih dll.) Teknologi pasca panen Produktivitas Limbah Kualitas hasil Harga hasil Sederhana Belum dilakukan secara baik Belum dilakukan secara baik Rendah - sedang Belum dimanfaatkan secara optimal Rendah sedang Sedang Tabel 6. Kinerja Kelembagaan Pertanian di Desa Bila No Jenis Informasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Saprotan Produksi Pasca Panen Pengolahan Pemasaran Permodalan/Perkreditan Kemitraan Sistem bagi hasil Pengupahan Kios / toko (2 buah) Kelompok tani (3 kelompok) Penggilingan Sangat kurang (terbatas skala rumah tangga) Pedagang pengumpul, pedagang besar Pedagang, BRI (belum dimanfaatkan) - Bagi hasil, yarnen Tunai, yarnen 5

Keterangan : = Lokasi Demplot Budidaya Padi = Tanaman Padi Gambar 1. Peta Desa Bila Riawa, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap 6

Komoditas dan Teknologi Berdasarkan komoditas dominan yang terdapat di Desa Bila Riawa, Kecamatan Dua Pitue dan peluangnya untuk meningkatkan pendapatan petani, maka ditetapkan padi sebagai komoditas utama dan jagung, kakao dan beberapa komoditas lainnya sebagai komoditas pendukung. Dari beberapa masalah yang ada dilakukan pengelompokan berdasarkan masalah teknis, kelembagaan dan masalah non-pertanian. Masalah pokok pada pengembangan komoditas padi dan jagung di Desa Bila Riawa adalah produktivitas usahatani masih rendah sesuai dengan Gambar 2 dan 3. Sumber masalah adalah yang penerapan teknologi budidaya yang masih rendah dan input usahatani yang rendah. Akar masalah yang diperoleh adalah teknologi budidaya belum dikuasai oleh petani. Antisipasi jalan keluar masalah tersebut adalah bagaimana kelompok tani meningkatkan penguasaan teknologi budidaya termasuk PHT. Dengan demikian kebutuhan inovasi adalah introduksi atau penerapan teknologi budidaya di tingkat petani dan pemberdayaan kelompok tani. Komoditas I Padi Pokok Masalah Produktivitas Usahatani Rendah Sumber Masalah Akar Masalah Budidaya Belum Intensif Teknologi Budidaya Belum dikuasai Input usahatani rendah Modal terbatas Antisipasi Masalah Penguasaan Teknologi ditingkatkan Pengadaan Input secara Kolektif Kebutuhan Inovasi Introduksi Teknologi Budidaya Pemberdayaan Kelompok Tani Gambar 2. Pohon Masalah dan Kebutuhan Inovasi Teknologi Usahatani Padi di Desa Bila Riawa, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap, 2006 7

Analisis komoditas jagung berangkat dari permasalahan yang pokok yang dihadapi oleh petani. Permasalahan pokok tersebut adalah produktivitas rendah Komoditas II Jagung Pokok Masalah Produktivitas Usahatani Rendah Sumber Masalah Budidaya belum intensif Input usahatani rendah Akar Masalah Teknologi budidaya belum dikuasai Modal terbatas Antisipasi Masalah Penguasaan teknologi ditingkat kan Pengadaan Input secara Kolektif Kebutuhan Inovasi Introduksi Teknologi Budidaya Pemberdayaan Kelompok Tani Gambar 3. Pohon Masalah dan Kebutuhan Inovasi Teknologi Usahatani Jagung di Desa Bila Riawa, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap, 2006 8

Inovasi teknologi yang diterapkan diterapkan pada komoditas terpilih tersebut adalah sebagai berikut : A. Padi a. Pengunaan varietas ungul b. Penggunaan benih bermutu c. Pnggunaan alat tanam (atabela) yang efisien d. Pemupukan berdasarkan status hara tanah dan Bagan Warna Daun (BWD) e. Pengendalian tikus secara terpadu f. Pengendalian terpadu hama dan penyakit utama lainnya g. Penggunaan alat panen dan cara panen yang tepat h. Penanganan pasca panen yang tepat B. Jagung a. Pengunaan varietas ungul b. Penggunaan benih bermutu c. Teknologi tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanam minimum d. Pemupukan berdasarkan status hara tanah e. Pengendalian terpadu hama dan penyakit utama f. Penggunaan alat panen dan cara panen yang tepat g. Penanganan pasca panen yang tepat 2.2. Tujuan - Mempercepat proses adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian - Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui percepatan pemasyarakatan hasil-hasil inovasi pertanian melalui terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID - Memperoleh umpan balik tentang karakteristik teknologi tepat guna spesifik lokasi dan pengguna 9

2.3. Keluaran Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. III. PELAKSANAAN PRIMA TANI 3.1. Proses Implementasi Pelaksanaan Prima Tani 3.1.1. Pemilihan Lokasi Lokasi prima tani di kabupaten Sidrap adalah Desa Bila, Kecamatan Dua Pitue dengan agroekosistem lahan sawah irigasi semi intensif. Penentuan lokasi tersebut sudah sesuai dengan yang direncanakan dalam proposal dan mendapat dukungan dari pemda setempat dimana desa ini merupakan salah satu desa dengan pertanaman padi yang luas di Kab. Sidrap dan didukung oleh tersedianya air yang cukup dari irigasi Bila. Selain itu, desa ini juga merupakan salah satu daerah yang melaksanakan program pola kemitraan padi dan penerima dana penguatan modal kelompok. 3.1.2. Organisasi Pelaksana dan Jaringan Kerjasama Organisasi pelaksana tingkat Provinsi dan Kabupaten sudah terbentuk sesuai SK Gubernur Provinsi Sul-Sel dengan Nomor: 1466/V/2007 tanggal 10 Mei 2007 dan SK Bupati Sidenreng Rappang Nomor: 232 Tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007. Organisasi pelaksana provinsi dan kabupaten sudah operasional kaitannya dengan koordinasi prima tani dan pelaksanaan di lapangan. 3.1.3. Pemilihan Komoditas Unggulan Berdasarkan komoditas dominan yang terdapat di Desa Bila Riawa, Kecamatan Dua Pitue dan peluangnya untuk meningkatkan pendapatan petani, maka ditetapkan padi sebagai komoditas utama serta jagung, kakao dan ternak unggas sebagai komoditas pendukung. Pemilihan komoditas tersebut bekerjasama dengan pemda setempat melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan serta Bappeda Kab. Sidrap. 10

3.1.4. Perumusan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Perumusan kebutuhan inovasi teknologi dan kelembagaan pada komoditas unggulan (padi, jagung, kakao dan unggas) telah melibatkan pemda (Bappeda, Dinas Pertanian dan Perkebunan) setempat melalui kegiatan PRA, penyusuna rancang bangun dan koordinasi. 3.1.5. Pembentukan Klinik Agribisnis Pada tahun anggaran 2008, klinik agribisnis dan organisasinya sudah dibentuk dan tupoksinya sudah dirumuskan. Operasional klinik juga sudah berjalan sebagai wadah informasi dan konsultasi permasalahan usahatani. Klinik agribisnis merupakan salah satu bagian penting dari laboratorium agribisnis yang berfungsi sebagai lembaga pelayanan jasa konsultan, desiminasi dan informasi yang terkait dengan pengembangan agribisnis industrial pedesaan (AIP). Pada tahun kedua (TA. 2008), klinik agribisnis telah mempunyai gedung/bangunan yang permanen. Klinik agribisnis telah dilengkapi dengan beberapa sarana penunjang seperti meja, kursi, komputer serta media diseminasi seperti poster penggunaan BWD, buku-buku pertanian (tentang varietas, teknologi budidaya, teknologi pengendalian hama dan penyakit), BWD dan lainnya. 3.1.6. Pengembangan dan Fungsi Laboratorium Agribisnis Laboratorium Agribisnis merupakan percontohan dan instrumen rintisan untuk mendapatkan model pembangunan pertanian pedesaan yang komprehensif berbasis inovasi pertanian. Dari laboratorium ini diharapkan petani/pengguna teknologi dapat melihat, mempelajari, menguasai dan menerapkan teknologi spesifik lokasi yang tepat sehingga pada akhirnya akan terjadi peningkatan produktivitas dan mutu. Selain itu, petani dapat mempelajari, memahami dan melaksanakan kelembagaan yang berperan dalam pembangunan pertanian pedesaan. Untuk mempercepat proses penerapan inovasi teknologi dan kelembagaan di laboratorium agribisnis, beberapa kegiatan diseminasi dan peningkatan sumberdaya petani melalui pelatihan dan workshop telah dilakukan. Pada tahun awal pelaksanaan Prima tani (TA. 2007) telah dilakukan beberapa kegiatan diseminasi antara lain: pelatihan PTT padi dan jagung, pelatihan pengendalian hama tikus, studi banding kelompok tani/petani ke daerah perbenihan padi. Selain itu juga telah didistribusikan 11

sebanyak 40 buah BWD ke kelompok tani dan petani di wilayah laboratorium agribisnis bekerjasama dengan Badan Ketahan Pangan setempat, pembuatan poster penggunaan BWD pada tanaman padi dan poster tata guna lahan di Desa Bila, Kabupaten Sidrap. Pada tahun kedua (2008), implementasi teknologi difokuskan pada penerapan beberapa komponen teknologi PTT padi dan jagung. Di samping itu, pelatihan wanita tani dalam pembuatan VCO dan Nate de Coco. 3.1.7. Pengembangan Sumberdaya Petani/Kelompok Tani Di lokasi prima tani (Desa Bila) telah terbentuk sembilan kelompok tani, namun hanya sedikit yang berfungsi baik sehingga memerlukan pembinaan yang lebih baik dan berkelanjutan. Setelah prima tani mulai dilaksanakan, sudah ada tiga kelompok tani yang mendapat pembinaan intensif dan telah berfungsi cukup baik. Bahkan kelompok tani bertambah menjadi 11 kelompok tani. Beberapa kelompok tani telah mengikuti pelatihan yaitu pelatihan taxonomi, ecology dan rodent management di Laboratorium Lapangan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui kerjasama ACIAR dengan BPTP Sulawesi Selatan serta pelatihan PTT padi. Selain itu, tiga ketua kelompok tani dan beberapa anggotanya telah mengikuti studi banding di lokasi kegiatan perbenihan padi dan percontohan implementasi PTT padi. 3.2. Peluang Keberhasilan 3.2.1. Internal Dalam sosialisasi inovasi teknologi dan program pendukungnya serta pengembangan sumberdaya petani/kelompok tani, keterlibatan Puslit/Puslitbang dan lainnya belum optimal. Selama ini masih terbatas pada koordinasi dan konsultasi khususnya melalui pemandu teknologi dan tim penyelia. Khusus untuk padi sudah dilakukan koordinasi dengan Lolit Tungro. Penerapan teknologi padi dan jagung di lahan petani diharapkan lebih meningkatkan peluang keberhasilan prima tani karena penerapan teknologi dapat menjadi daya ungkit atau simpul kritis dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat. Kegiatannya antara lain (1) introduksi varietas unggul dan penggunaan benih bermutu dari Balai Besar Padi, (2) penanaman varietas unggul jagung hibrida, dan (3) identifikasi dan evaluasi sumberdaya lahan dari Balai Besar Sumberdaya Lahan. 12

3.2.2. Eksternal Keterkaitan dengan instansi terkait seperti pemda dan swasta dalam hal sarana/prasarana, kesesuaian teknologi dan lainnya sudah cukup baik. Hal ini dilihat beberapa kegiatan pemda melalui dinas pertanian dan badan ketahanan pangan daerah yang ditempatkan di lokasi Prima Tani termasuk di dalamnya bantuan modal kelompok, bantuan bagan warna daun, pelatihan dan kegiatan demplot. Selain keterkaitan dalam program dan penyediaan sarana/prasarana, respon dan partisipasi pemda dalam kegiatan sosialisasi dan koordinasi juga cukup besar. Sosialisasi merupakan tahap awal yang sangat menentukan keberhasilan program Prima tani. Sebelum implementasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima Tani, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi atau tatap muka dengan Bapak Bupati Kab. Sidrap untuk menyampaikan latar belakang dan tujuan pelaksanaan Prima Tani. Dalam pertemuan tersebut Bapak Bupati sangat merespon dan mendukung pelaksanaan Prima Tani. Selanjutnya dilakukan sosialisasi tingkat kabupaten di Ruang Pola Kantor Bupati Sidrap yang dihadiri lebih kurang 200 peserta dari beberapa instansi/dinas terkait (Bappeda, Setwilda, dinas-dinas terkait), BPP dan wakil Penyuluh dari semua kecamatan. 3.2.3. Pengembangan Jaringan Kerjasama (Internal dan Eksternal) Kelompok tani sudah punya akses dengan lembaga keuangan yaitu petani telah membuka rekening kelompok pada bank BRI Unit Desa setempat dengan modal awal pencairan dana pemicu kelompok tani sebesar Rp. 10 juta. Pada tahun 2008, dana PUAP untuk gapoktan Sabbarae sebesar Rp. 100 juta juga sudah ditransfer langsung ke rekening Gapoktan untuk selanjutnya disalurkan ke anggota. Begitu juga dengan lembaga pemasaran, Bulog, PT. Pertani dan PT. SHS. Sedangkan pasar input-output sudah terjalin kerjasama yaitu melalui distributor saprodi dan pedagang setempat. 13

3.3. Kinerja Prima Tani 3.3.1. Pembentukan / Penguatan Kelembagaan Tingkat Pedesaan Informasi teknologi, pasar input, pasar output/pengolahan dan pemasaran, permodalan, tenaga kerja alat dan mesin pertanian yang diperoleh petani selama ini didapatkan melalui pameran pembangunan, ekspose teknologi, studi banding. Dengan berfungsinya klinik agribisnis petani sudah lebih mudah untuk mengakses informasi. Inovasi kelembagaan di tingkat pedesaan sudah mulai diterapkan dan telah memperlihatkan hasil yang cukup baik. Inovasi kelembagaan yang dilakukan antara lain adalah: a. Revitalisasi Kelompok Penguatan kelompok tani antara lain dengan mengaktifkan pertemuan kelompok secara berkala setiap bulan baik pada gabungan kelompok tani maupun masing-masing kelompok tani. Tempat pertemuan bulanan kelompok gabungan diatur secara bergilir pada semua kelompok. Pertemuan kelompok ini terdiri atas pertemuan gabungan kelompok tani sedesa Bila Riawa dan pertemuan dalam satu kelompok tani. Dalam pertemuan kelompok tersebut dibicarakan hal-hal yang perlu diatasi dalam usahatani dan cara mengatasinya serta bagaimana mengaplikasikan metode yang terpilih. Pertemuan kelompok tersebut dilaksanakan secara berkala minimal sekali sebulan. Jumlah kelompok tani yang ada didesa ini tercatat 11 kelompok tani. Namun keadaan organisasinya masih dirasa kurang karena sebagian besar diantaranya hanya nama saja, anggota dan pengurusnya tidak saling kenal. Keadaan ini disadari perlunya pembinaan, sebagai langkah awal adalah menginventarisir nama-nama kelompok tani, kemudian dievaluasi kondisi masing-masing kelompok selanjutnya diadakan pembinaan. Pada TA. 2007 diadakan pertemuan dengan beberapa anggota kelompok tani dan diperoleh keputusan dalam pertemuan tersebut bahwa ; 1) perlu diadakan pemutahiran data mengenai anggota masing-masing kelompok tani, 2) Bentuk kelompok tani sebaiknya berdasarkan hamparan, 3) Kelompok tani perlu dipilih ulang pengurusnya dan dalam rapat pemilihan tersebut difasilitasi oleh aparat desa dan penyuluh. 4) Pembinaan oleh BPTP diharapkan untuk dilanjutkan setelah pembentukan ulang kelompok tani. Pembinaan secara lebih intensif belum 14

banyak dilakukan karena adanya beberapa kendala, diantaranya adalah dibekukannya biaya perjalanan dinas. Sedangkan untuk pembinaan kelembagaan khususnya pembianaan adiministrasi kelompok dan pembukuan usaha kelompok tani belum dilakukan karena sampai sekarang belum ada pelatihan khusus mengenai kelembagaan oleh Tiem Primatani Pusat, seperti pada pelaksanaan P3T, dimana pada bagian kelembagaan ada format pembukuan yang seragam dalam pemamfaatan asset kelompok. b. Pembinaan Kelembagaan Sarana Produksi Kebutuhan sarana produksi khususnya pestisida dan pupuk dapat diperoleh dari kios sarana produksi dalam kelurahan, di pasar Kecamatan dan Kabupaten. Namun diharapkan kebutuhan sarana produksi dapat diperoleh petani dengan mudah cepat, tepat waktu dan jumlah, serta harga yang sesuai kebutuhan dan kemampuan petani sehingga kelembagaan sarana produksi tersebut berada di lokasi Prima Tani. Beberapa kios sarana produksi sudah terbentuk di desa/lokasi Prima Tani yang kebanyakan menjual pupuk, pestisida dan peralatan pertanian lainnya. Walaupun demikian, sarana produksi yang dijual masih dalam skala kecil dan modal yang terbatas sehingga diperlukan pembinaan dan penguatan modal untuk memenuhi kebutuhan petani setempat. c. Pembinaan Kelembagaan Penyuluhan Keterlibatan penyuluh di lapang sangat menentukan keberhasilan usahatani. Dalam pelaksanaan Pima Tani di desa Bila, Kabupaten Sidrap disamping melibatkan penyuluh dari BPTP, juga melibatkan penyuluh pertanian setempat, BPP, dinas-dinas terkait di daerah yang berkaitan langsung dengan aktivitas petani serta penyuluh swakarsa dari daerah setempat. Khusus di desa Bila telah ditempatkan seorang Penyuluh dengan latar belakang tanaman perkebunan. Kelembagaan penyuluhan yang ada didesa ini dilayani oleh seorang penyuluh. Kondisi penyuluh ini masih jauh dari harapan dan masih perlu diadakan perbaikan segera untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani yang umumnya adalah petani sawah. Hal ini terjadi akibat kurangnya tenaga penyuluh dibandingkan dengan luas wilayah yang harus dilayani. Sehingga Balai Penyuluhan Pertanian mengalokasikan tenaga penyuluh yang berdomisili pada desa tersebut atau domisilinya dekat dengan desa dan diharapkan ada kemudahan 15

dalam akses penyuluhan sedangkan kemampuan teknis yang dirasa kurang akan diperbaiki sambil bertugas dengan jalan mengikut sertakan kalau ada pelatihan. Pembinaan terhadap penyuluh ini telah kami lakukan dengan mengikut sertakan penyuluh mengikuti pelatihan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi kerjasama IRRI dan BB Padi di Sukamandi dan Pelatihan Taxonomi, ecology and Rodent Management di Laboratorium Lapangan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Pinrang melalui kerjasama ACIAR dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. d. Revitalisasi Kelembagaan Keuangan Lembaga keuangan formal yang ada berupa Bank tersedia 1 unit di desa ini. Bank ini sudah lama beroperasi dan dirasakan sangat membantu dalam pengelolaan usahatani petani maupun kebutuhan rumah tangga lainnya, walaupun bank ini berada didesa ini namun juga melayani petani di desa tetangga lainnya. Ada juga lembaga keuangan yang sifatnya informal dan hanya merupakan alternative apabila petani memerlukan uang dalam waktu yang relatip singkat, karena biasanya lembaga keuangan ini prosedurnya lebih sederhana walaupun bunganya agak tinggi. e. Kelembagaan Pendidikan Di desa ini terdapat 2 sekolah dasar yang dapat melayani sekitar 300 orang murid dengan sarana dan prasarana yang cukup baik, keadaan ini diharapkan dapat mendidik anak-anak usia sekolah di desa ini sebagai bagian dari pembinaan sumberdaya manusia. f. Pembentukan Kelembagaan Pemasaran Selain kelembagaan pemasaran yang sudah eksis di Desa Bila, juga mulai dirintis pembentukan kelembagaan pemasaran khususnya untuk beras merah yang baru mulai diperkenalkan kepada konsumen secara terbatas. Walaupun permintaan akan beras ini cukup baik, namun permintaan ini lebih disebabkan keunggulan komparatip yang dimilikinya terutama kandungan asam folatnya dan adanya kesadaran konsumen untuk mengkomsumsi beras yang mempunyai gizi yang lebih tinggi. 16

Tabel 7. Inovasi Kelembagaan pada Laboratorium Agribisnis No Jenis Komponen Sebelum Sesudah kelembagaan*) Kelembagaan (2007) (2008) 1 Kelompok Tani Jumlah Kelompok (unit) 9 11 Anggota (orang) 315 385 Luas Areal (ha) 360 550 2 Penangkar benih/bibit Jumlah (orang atau unit) 1 Kelompok tani 1 Kelompok tani Produksi total (ton) 30 t 30 t 3 Kios Saprodi Jumlah kios( unit) 4 5 Petani yang - - memanfaatkan (orang) 4 Pasca panen dan Jumlah (unit) - - Pengolahan Hasil 5 Pemasaran Jumlah organisasi pemasaran (unit) 6 6 (pedagang pengumpul) 6 Keuangan Jumlah koperasi (unit) 1 1 Bank yang kerjasama (unit) 1 1 *) jenis kelembagaan disesuaikan dengan kelembagaan yang ada dan berkembang di masing-masing lokasi (sesuai dengan rancang bangun di lokasi tersebut) 3.3.2. Terpilihnya Komoditas dan Teknologi Unggulan Proses penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Bappeda, Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan setempat serta dari hasil PRA. Paket teknologi yang diintroduksikan khusus untuk padi dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tahun 2007 dan 2008, sudah dilakukan penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi skala terbatas sebagai pusat percontohan inovasi teknologi padi sawah pada laboratorium agribisnis dengan luas ± 3 Ha. Percontohan ini melibatkan empat petani kooperator dengan penerapan teknologi antara lain: penggunaan varietas unggul, sistem tanam, pemupukan spesifik lokasi dan penerapan teknologi PHT. a. Penggunaan Varietas Unggul Pada MT 2006/2007 telah dimulai implementasi teknologi usahatani padi secara terbatas dengan menggunakan vareitas unggul seperti Aek Sibundong, Sarinah, Mekongga,. Selain varietas tersebut juga ditanam varietas yang umum ditanam petani di wilayah laboratorium agribisnis (Desa Bila) seperti Ciliwung, Cigeulis, Way Apo Buru, Ciherang dan Cisantana. Sebelum semai, dilakukan perlakuan benih dengan perendaman pada larutan insektisida reagent cair. 17

b. Sistem Tanam Pada umumnya sistem tanam yang digunakan pada laboratorium agribisnis adalah tanam belih langsung (Tabela), sementara hanya sedikit petani yang melakukan tanam pindah (tapin). Namun berdasarkan wawancara pada pelaksanaan PRA, nampaknya sebagian besar petani telah mulai cenderung untuk menerapkan tanam pindah. Sehingga pada percontohan penerapan inovasi teknologi padi, sistem tanam yang diterapkan adalah tanam pindah. Teknologi yang diterapkan adalah bibit muda (15 hari setelah semai), satu tanaman (batang) per rumpun dan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Tabel 8. Komponen Teknologi yang Diterapkan pada MT. 2007/MT 2008 No Komponen Teknologi Kooperator MH 2007/MH.2008 MK 2007/2008 1. Varietas Mekongga, Ciliwung, Aek Sibundong dan Mekongga, Ciliwung, Aek Sibundong dan Inpari Sarina 2. Benih Seed treatment Seed treatment 3. Cara tanam Tapin dan Tabela Tabela dan Tapin (Legowo) (Legowo) 21 hari (tapin) 21 hari (tapin) 2-3 batang/rumpun 2-3 batang/rumpun 25 x 25 cm 25 x 25 cm 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Umur bibit Jumlah bibit Jarak tanam Pemupukan*): Jerami Urea SP-36 KCl Pengendalian gulma Pengelolaan air Pengendalian hama/penyakit Alsintan In situ 250 kg/ha (BWD) 50 kg/ha 50 kg/ha Herbsida + Peny. Tangan Cara petani PHT Atabela, Power threser In situ 250 kg/ha (BWD) 50 kg/ha 50 kg/ha Herbsida + Peny. Tangan Cara petani PHT Atabela, power threser c. Teknologi Pupuk Spesifik Lokasi Pemberian pupuk dilakukan berdasarkan pada hasil analisa tanah yang dilakukan oleh tim dari Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian dan BPTP Sulawesi Selatan. Hasil analisis tanah pada wilayah laboratorium agribisnis menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh lokasi lahan sawah mempunyai status hara N rendah begitu juga dengan status hara P pada umumnya rendah, sementara 18

status hara K menunjukkan status sedang pada semua lokasi (Balai Penelitian Tanah, 2007). Berdasarkan pada hasil analisa tersebut maka rekomendasi pupuk yang digunakan pada lokasi yang berstatus N rendah yaitu 200 kg urea/ha dan 50 kg ZA/ha (disesuaikan dengan bagan warna daun/bwd), sementara lokasi yang berstatus P rendah yaitu 100 kg SP-36/ha dan bila menggunakan 2 t/ha pupuk kandang maka cukup memberikan 50 kg SP-36/ha. Untuk lokasi dengan status K Sedang rekomendasinya yaitu 50 kg KCl /ha, akan tetapi bila jerami dikembalikan maka tidak perlu menambahkan pupuk KCl lagi dan jika menggunakan pupuk kandang 2 t/ha maka cukup menambahkan 30 kg KCl/ha (Tabel 9). Penggunaan BWD disesuaikan dengan buku pedoman penggunaan BWD yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Tabel 9. Status Haran Tanah dan Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah di Desa Bila, Kec. Dua Pitue, Kab. Sidrap No Lokasi Status hara ph Rekemendasi N P K tanah Urea ZA SP-36 KCl 1. Larumpu R R S 6,0 200 50 100 50 2. Larumpu R R S 5,5 200 50 100 50 3. Pallae R R S 6,0 200 50 100 50 4. Pallae R R S 6,0 200 50 100 50 Kisaran hasil padi sawah pada lokasi Prima tani di lahan sawah semi intensif pada MH. 2007 (Musim Hujan/Rendengan) dengan penanaman varietas unggul padi sawah yang direkomendasikan seperti Aek Sibundong, Sarinah dan Mekongga serta varietas yang banyak ditanam petani di lokasi Prima tani seperti Ciliwung, Way Apo Buru dan Cigeulis adalah 4,30 5,80 t/ha Gabah Kering Panen (GKP). Kisaran hasil padi sawah tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil tersebut masih rendah dibandingkan dengan hasil beberapa varietas yang ditanam pada MH. 2006 dimana hasil yang dicapai dapat mencapai 7,00 t/ha. Hal ini disebabkan pada MT. 2007, curah hujan sangat tinggi bahkan beberapa petani mengalami fuso dan melakukan penanaman ulang. Selain itu, pada periode pembungaan dan menjelang panen, curah hujan masih tinggi bahkan terjadi banjir di beberapa daerah di sekitar lokasi Lab. Agribisnis. 19

Tabel 10. Kisaran hasil padi sawah pada lokasi Prima tani di lahan sawah semi intensif Desa Bila, Kabupaten Sidrap, MH 2007. No. Varietas Kisaran Hasil (t/ha) Rataan (t/ha) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Aek Sibundong Sarinah Mekongga Ciliwung Cigeulis Way Apo Buru Ciherang Cisantana - - - 4,00 5,71-3,5 5,11 - - 5,8 4,5 4,5 4,8-4,3-2,83 Tabel 11. Hasil padi pada Laboratorium Agribisnis pada MT. 2007, MT. 2007/2008 dan MT. 2008 No. Musim Tanam (MT) Kisara Hasil (t/ha GKP) 1. 2007 (Musim Hujan) 4,3 5,8 2. 2007/2008 (Musim Kering) 7,7 9,6 3. 2008 (Musim Hujan) 6,8 8,6 Keterangan: Hasil padi pada MT 2007 cukup rendah karena curah hujan sangat tinggi, bahkan beberapa pertanaman mengalami gagal panen Selain demplot padi juga dilakukan demonstrasi plot budidaya jagung di lahan kering dengan mengintroduksikan varietas jagung komposit (Sukmaraga dan Srikandi Kuning) dan varietas jagung hibrida (BISI-2 dan BISI-16) ± 1,5 ha (Tabel 12). 20

Tabel 12. Hasil demplot PTT Jagung di lahan kering pada MH. 2008 No. Varietas Rataan Hasil (t/ha kering pipil) 1 Sukmaraga 8,32 2 Srikandi Kuning 7,36 3 BISI-2 7,20 4 BISI-16 8,00 d. Pengendalian OPT Dari beberapa hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman padi, hanya tikus, penggerek batang dan keong mas yang banyak menyerang pada MH. 2007, walaupun tingkat kerusakan yang ditimbulkannya tidak terlalu tinggi untuk hama tikus dan penggerek batang, kecuali keong mas. Serangan keong mas cukup tinggi pada awal pertanman karena hama ini sangat menyenangi tanaman muda. Pengendalian yang banyak dilakukan petani untuk mengendalikan keong mas adalah dengan menggunakan pestisida yang banyak beredar di daerah tersebut, selain itu juga pengendalian secara mekanis yaitu dengan memusnahkan kumpulan telur dan keong mas dewasa dan muda. Untuk penggerek batang, pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani adalah penggunaan insektisida, sementara untuk hama tikus petani pada umumnya hanya melakukan sanitasi dan penggunaan racun tikus. Pada TA. 2008, telah diimplementasikan komponen teknologi pengendalian tikus dengan menggunakan Trap Barrier System (TBS). Hasil padi yang menggunakan TBS ini belum dapat dilaporkan. 3.3.3. Sinergi Program antara Prima Tani dengan Program Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan yang lain Sharing dana dan program dengan pemda antara lain penguatan dana modal kelompok, pelatihan, demplot PTT padi dan jagung, penyediaan BWD, bantuan benih padi dan jagung. Sharing program dari dinas dan badan ketahanan pangan daerah maupun dari instansi lainnya sudah muncul di lokasi Prima Tani, namun masih terbatas pada komitmen baik secara tertulis maupun lisan, namun belum dapat dilaksanakan di lapangan. Ke depan untuk mensinergikan program di lokasi Prima Tani, BPTP harus 21

lebih aktif dalam mendorong upaya saling mengisi di lokasi percontohan. Adopsi pendekatan Prima Tani belum terlihat dilakukan oleh Pemkab untuk lokasi lainnya. 3.3.4. Dampak Prima tani khususnya laboratorium agribisnis telah memberikan dampak yang cukup baik khusunya pada demplot percontohan PTT padi. Petani, swasta dan stake holder lainnya telah memanfaatkan demplot tersebut sebagai wadah pembelajaran, praktek pada pelatihan dan sekolah lapang. Khusus untuk petani yang menggunakan varietas unggul padi terbaru dan menerapkan teknologi pada demplot percontohan padi pada Musim Tanam (MT) 2007 terjadi peningkatan pendapatan melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan harga gabah kering panen. Pada MT 2007/2008, banyak petani di lokasi laboratorium agribisnis telah menerapkan beberapa teknologi padi antara lain penggunaan varietas unggul terbaru, penggunaan benih bermutu, sistem tanam legowo dan penggunaan BWD (Tabel 13). Tabel 13. Jumlah anggota kelompok tani yang telah menerapkan beberapa teknologi padi pada MT 2007/2008. No. Komponen Teknologi pada PTT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Varietas unggul baru Benih bermutu Jumlah benih (20-30 kg/ha) Tanam bibit umur muda Penanaman 1-2 tan./lubang Tanam benih langsung Penggunaan Atabela Sistem legowo Penggunaan BWD Penggunaan pupuk berdasarkan analisis hara Pengairan intermitten Pengendalian hama terpadu Kelompok Tani Sabbarae (47 anggota) Jumlah Petani Menerapkan Teknologi (org) 47 40 3 3 0 40 30 4 0 10 0 10 Persentase (%) 100 85 6,40 6,40 0 85 64 8,5 0 21 0 21 22

Tabel 14. Dampak pengembangan teknologi di luar laboratorium agribisnis No Komoditas/Inovasi Teknologi Desa Sesudah (2008) Areal (ha) Petani (orang) A Model Prima Tani (Replikasi) - - - B Komponen Teknologi 1. Varietas : - Impari - Aek sibundong 10 2 375 ha 4 ha 2. Legowo 3:1, 4:1, 2:1 2 - - 3. - 500 5 IV. MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA 4.1. Masalah - Koordinasi dan sinkronisasi program dengan Pemda setempat belum berjalan optimal, walaupun telah dibentuk tim pelaksana kabupaten melalui keputusan Bupati setempat. - Curah hujan cukup tinggi pada musim hujan April September 2007 dan MH. 2008 sehingga menyebabkan beberapa pertanaman petani mengalami kebanjiran (gagal tanam). - Pada periode pembungaan sampai menjelang panen (MT. 2007 dan MT 2008), curah hujan masih cukup tinggi sehingga produktivitas dan mutu padi rendah - Tenaga kerja panen pada MH. 2008 sangat terbatas sehingga dilokasi Prima Tani pertanaman padi terlambat panen. 4.2. Upaya Pemecahannya - Diperlukan adanya Surat Keputusan Bersama di tingkat Pusat atau Petunjuk Pelaksanaan dari Pusat ke daerah dalam rangka memudahkan koordinasi dan pelaksanaan program Prima Tani di daerah. - Sosialisasi program Prima Tani oleh Tim Pelaksana Pusat perlu semakin ditingkatkan di daerah sehingga Pemda lebih respon terhadap program ini. - Perlu implementasi alat panen (alsintan) 23

V. RENCANA TINDAK LANJUT Pada tahun pertama (2007), kegiatan Prima Tani masih difokuskan pada kegiatan sosialisasi dan koordinasi di tingkat kabupaten, penguatan kelembagaan kelompok tani dan implementasi teknologi secara terbatas khususnya pada tanaman padi. Teknologi padi yang diimplementasikan adalah introduksi beberapa varietas unggul baru, penggunaan benih bermutu (kelas FS) dan teknologi lainnya melalui pendekatan PTT. Walaupun implementasi teknologi dan kelembagaan masih terbatas, kegiatan Prima Tani telah mendapat respon yang baik dari pemerintah daerah terutama petani di lokasi kegiatan dan telah memberikan dampak yang cukup baik khususnya dalam penerapan teknologi padi. Pada tahun kedua (2008), kegiatan Prima Tani difokuskan pada beberapa kegiatan seperti implementasi teknologi padi melalui pendekatan PTT, implementasi teknologi jagung melalui pendekatan PTT, pemantapan dan operasionalisasi klinik agribisnis, penguatan kelembagaan kelompok tani dan kelembagaan lainnya, peningkatan kapasitas sumberdaya petani melalui pelatihan-pelatihan dan lain-lainnya (Tabel 15). 24

Tabel 15. Program dan Kegiatan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan yang akan Dilaksanakan pada Prima Tani 2008 No. Program Kegiatan / Inovasi Instansi Pelaksana 1. Perbaikan Budidaya Padi - Introduksi varietas unggul - Penggunaan benih bermutu - Sistem tanam legowo - Pemupukan berdasarkan BWD dan hasil analisis tanah - PHT - Penggunaan alsintan (Atabela) BPTP, BB Padi, Lolit Tungro, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian Daerah 2. Peningkatan Produksi Jagung 3. Perbaikan Budidaya Ternak (Unggas) 4. Penguatan Kelembagaan Petani dan Kelembagaan Lainnya 5. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Petani - Penanaman varietas unggul hibrida dan komposit - TOT - Pemupukan berimbang - Pengelolaan bahan organik - Uji coba budidaya itik unggul di lahan kering - Penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran - Penguatan kelembagaan sarana produksi - Pelatihan petani/kelompok tani - SL PTT - Studi Banding BPTP, Balitsereal, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian Daerah BPTP, Balitnak, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian Daerah BPTP, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian Daerah BPTP, BB Padi, Puslitbangtan, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian Daerah 25

VI. KESIMPULAN Prima Tani yang dilaksanakan mulai tahun 2007 mendapat respon yang baik dari pemerintah daerah maupun petani sebagai salah satu model percontohan pembangunan pertanian pedesaan melalui implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan Pendampingan yang intensif dan berkelanjutan dari aspek teknis, kelembagaan dan diseminasi akan mampu menumbuhkembangkan usaha agribisnis secara berkelanjutan dan mandiri di tingkat pedesaan Implementasi teknologi padi melalui pendekatan PTT di lahan petani dalam skala percontohan (± 4 Ha) mampu meningkatkan produktivitas padi sebesar 5,8-9,6 t/ha dan berbeda nyata dengan hasil padi yang diperoleh petani yang tidak menerapkan pendekatan PTT yaitu hanya sebesar 4,8 t/ha. Pada MK. 2007/2008 beberapa petani yang menerapkan teknologi pada laboratorium agribisnis memperoleh hasil sebesar 7,7-9,6 t/ha GKP, dan pada MH. 2008 mencapai 6,8-8,6 t/ha GKP. Varietas yang ditanam antara lain impari, ciliwung, cigeulis dan aek sibundong dengan sistem tabela legowo 1:3 dan 1:4. Hasil demplot PTT jagung pada MH 2008 berkisar dari 7,2 8,32 t/ha kering pipil. Inovasi kelembagaan produksi melalui penguatan dan revitalisasi kelompok tani telah dapat mengaktifkan kembali kinerja kelompok tani dalam bentuk pertemuan kelompok secara teratur dan berhasil membentuk dan menumbuhkan kembali gapoktan yang selama ini belum berjalan optimal Sinergi program dan bantuan melalui sharing dana dengan pemda telah berjalan baik yang ditandai dengan adanya kerjasama dalam bentuk pelatihan/tot, demplot PTT padi dan jagung, penyediaan BWD, bantuan benih padi dan jagung serta bantuan penguatan dana modal kelompok Pelaksanaan Prima Tani telah memberikan dampak yang cukup baik terutama dalam inovasi teknologi dan kelembagaan yang dapat dilihat dari penerapan beberapa teknologi padi melalui pendekatan PTT 26

DAFTAR BACAAN Badan Litbang Pertanian. 2004. Rancangan Dasar Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Badan Litbang Pertanian. 2004. Pedoman Umum Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Balitpa. 2002. Penelitian Padi: Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Nasional. Badan Litbang Pertanian. BPS Kabupaten Sidrap. 2006. Kabupaten Sidenrreng Rappang (Sidrap) Dalam Angka. BPS Kab. Sidrap Balai Penelitian Tanah. 2007. Laporan Sementara Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan untuk Mendukung Prima Tani di Desa Bila, Kec. Dua Pitue, Kabupaten Sidrap, Sul-Sel. BB Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 23 hal. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Sidrap. 2004. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Sidrap. Fagi, A.M. 1999. Strategi Perluasan dan Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani dan Meraih Kembali Swasembada Beras. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Cisarua-Bogor, 9-11 Februari 1999. Pusat Penelitian tanah dan Agroklimat. Made Oka A., I. Manwan, S. Saenong, M.N. Noor dan Y. Makmun. 1994. PenelitianPengembangan: Prosedur Pelaksanaan dan Evaluasi Hasil Penelitian. Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Manajemen Suberdaya Manusia di BLPP Wonocatur, Yogyakarta Suprihatno, Bambang, Aan A. Dradjat, Satoto,Baehaki, I.N.Widiarta,Agus Setyono, S. Dewi Indrasari, Ooy S. Lesmana dan Hasil Sembiring. 2007. Diskripsi Varietas. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. 27