Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

dokumen-dokumen yang mirip
Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

SNI Standar Nasional Indonesia

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

SNI Standar Nasional Indonesia

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Pupuk super fosfat tunggal

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAB III METODE PENELITIAN

Pupuk kalium sulfat SNI

Air dan air limbah Bagian 79: Cara uji nitrat (NO 3 -N) dengan spektrofotometer UV-visibel secara reduksi kadmium

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

Cara uji emisi formaldehida panel kayu metode ruangan

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Pupuk amonium klorida

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Pupuk SP-36 SNI

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 4 titik yaitu Titik 1 (Simpang Lima

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Pupuk dolomit SNI

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Pupuk amonium sulfat

Pupuk urea SNI 2801:2010. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

Pulp - Cara uji bilangan kappa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Cara uji... 2 3.1 Prinsip... 2 3.2 Bahan... 2 3.3 Peralatan... 3 3.4 Pengambilan contoh uji... 4 3.5 Persiapan pengujian... 5 3.6 Pengujian contoh uji... 6 3.7 Perhitungan... 6 4 Jaminan mutu dan pengendalian mutu... 7 4.1 Jaminan mutu... 7 4.2 Pengendalian mutu... 7 Lampiran A (normatif) Pelaporan... 8 Lampiran B (informatif) Gambar rangkaian peralatan pengambil contoh uji oksidan... 9 Bibliografi... 10 i

Prakata SNI Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ini dirumuskan dan diuji coba di laboratorium pengujian dalam rangka validasi metode serta telah dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis Parameter Uji Kualitas Udara dari Panitia Teknis Sistem Manajemen Lingkungan (Panitia Teknis 207S). Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat maupun daerah pada tanggal 5 6 Agustus 2004 di Jakarta. ii

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer 1 Ruang lingkup Standar ini digunakan untuk penentuan oksidan di udara ambien dengan menggunakan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI). Lingkup pengujian meliputi: a) Cara pengambilan contoh uji oksidan dengan menggunakan larutan penjerap. b) Cara perhitungan volum contoh uji gas yang dijerap. c) Cara penentuan oksidan di udara ambien menggunakan metoda neutral buffer kalium iodida secara spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm, dengan kisaran konsentrasi 0,01 ppm - 10 ppm (19,6µg/Nm 3 19620 µg/nm 3 sebagai ozon). 2 Istilah dan definisi 2.1 udara ambien udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya 2.2 oksidan senyawa kimia di udara yang dapat mengoksidasi ion iodida dalam larutan penjerap menjadi iod bebas. 2.3 midget impinger botol tempat pengambil contoh uji yang dilengkapi dengan ujung silinder gelas yang berada di dasar labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm 2.4 µg/nm 3 satuan ini dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik, notasi N menunjukan satuan volum hisap udara kering dikoreksi pada kondisi normal (25 o C, 760 mmhg) 2.5 larutan induk larutan standar konsentrasi tinggi yang digunakan untuk membuat larutan standar konsentrasi lebih rendah 2.6 larutan standar larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui untuk digunakan sebagai pembanding di dalam pengujian 2.7 kurva kalibrasi grafik yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan hasil pembacaan serapan dan merupakan suatu garis lurus 1 dari 10

2.8 larutan penjerap larutan yang dapat menjerap analat 2.9 blanko laboratorium larutan penjerap yang diperlakukan sebagai kontrol kontaminasi selama preparasi dan penentuan contoh uji di laboratorium 2.10 blanko lapangan larutan penjerap yang diperlakukan sebagai kontrol kontaminasi selama pengambilan contoh uji 2.11 pengendalian mutu kegiatan yang bertujuan untuk memantau kesalahan analisis, baik berupa kesalahan metoda, kesalahan manusia, kontaminasi, maupun kesalahan pengambilan contoh uji dan perjalanan ke laboratorium 3 Cara uji 3.1 Prinsip Oksidan dari udara ambien yang telah dijerap oleh larutan NBKI dan bereaksi dengan ion iodida membebaskan iod (I 2 ) yang berwarna kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm. 3.2 Bahan 3.2.1 Larutan penjerap oksidan a) Larutkan 10 g kalium iodida (KI) dalam 200 ml air suling. b) Pada tempat yang lain larutkan 35,82 g dinatrium hidrogen fosfat dodekahidrat (Na 2 HPO 4.12H 2 0) dan 13,6 g kalium dihidrogen fosfat (KH 2 PO 4 ) dengan 500 ml air suling dalam gelas piala. c) Tambahkan larutan kalium iodida sebagai larutan penyangga sambil diaduk sampai homogen. d) Encerkan larutan ini sampai volum 1000 ml dalam labu ukur dan diamkan selama paling sedikit 1 hari. e) Kemudian atur ph pada 6,8 ± 0,2 menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) 1% (b/v) atau asam fosfat (H 3 PO 4 ) 1% (b/v). CATATAN 35,82 g Na 2 HPO 4.12H 2 0 dapat diganti dengan 14,2 g dinatrium hidrogen fosfat (Na 2 HPO 4 ). 3.2.2 Larutan induk Iod (I 2 ) 0,05 N a) Masukkan berturut-turut 16 g KI dan 3,173 g kristal I 2 ke dalam labu ukur 500 ml. b) Larutkan dengan air suling, dan tepatkan isi labu hingga tanda tera lalu homogenkan. c) Simpan pada suhu ruang paling sedikit selama 1 hari. d) Pindahkan ke dalam botol gelap dan disimpan di lemari pendingin. 2 dari 10

3.2.3 Pembuatan larutan standar iod (I 2 ) a) Pipet 5 ml larutan induk Iod 0,05 N ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan air suling sampai tanda tera lalu homogenkan. b) Pipet 4 ml larutan hasil pengerjaan 3.2.3 butir a) ke dalam labu ukur 100 ml, dan tepatkan dengan larutan penjerap. Larutan ini digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. CATATAN Larutan ini stabil selama 1 sampai 2 hari. 3.2.4 Larutan asam klorida (HCl) (1+10) Encerkan 10 ml HCl pekat dengan 100 ml air suling di dalam gelas piala. 3.2.5 Larutan natrium tio sulfat (Na 2 S 2 O 3 ) 0,1 N a) Larutkan 24,82 g natrium tio sulfat pentahidrat (Na 2 S 2 O 3.5H2O) dengan 200 ml air suling dingin yang sebelumnya telah dididihkan dalam gelas piala dan tambahkan 0,1 g natrium karbonat. b) Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian tepatkan dengan air suling dan homogenkan. c) Diamkan larutan ini selama 1 hari sebelum dilakukan standarisasi. 3.2.6 Hablur kalium iodat (KIO 3 ) 3.2.7 Asam klorida (HCl pekat) 37% 3.2.8 Hablur Kalium Iodida (KI) 3.2.9 Larutan indikator kanji a) Masukkan dalam gelas piala berturut-turut 0,4 g kanji dan 0,002 g merkuri (II) iodida, larutkan secara hati-hati dengan air mendidih sampai volum 200 ml. b) Panaskan larutan tersebut sampai larutan jernih, lalu dinginkan dan pindahkan ke dalam botol pereaksi. 3.3 Peralatan a) peralatan pengambil contoh uji oksidan seperti pada gambar 2; (setiap unit peralatan disambung dengan selang silikon dan tidak mengalami kebocoran) b) labu ukur 100 ml; 500 ml dan 1000 ml; c) pipet volumetrik 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 25 ml dan 50 ml; d) gelas ukur 100 ml; e) gelas piala 100 ml dan 1000 ml; f) tabung uji 10 ml; g) spektrofotometer UV- Vis dilengkapi kuvet; h) neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg; i) buret 50 ml; j) desikator; k) labu erlenmeyer 250 ml; l) oven; m) thermometer; dan n) barometer 3 dari 10

Keterangan gambar : A adalah ujung silinder gelas yang berada di dasar labu dengan maksimum diameter dalam 1 mm Botol penjerap midget impinger dengan kapasitas volum 30 ml Gambar 1 Botol penjerap Midget impinger dengan pengertian : A adalah botol penjerap berwarna coklat volume 30 ml; D adalah flow meter yang mampu mengukur laju alir 0,5 L/menit; B adalah perangkap uap ; E adalah kran pengatur; C adalah serat kaca (glass wool); F adalah pompa Gambar 2 Rangkaian peralatan pengambil contoh uji oksidan, O x 3.4 Pengambilan contoh uji a) Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 1. 4 dari 10

b) Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 ml ke dalam botol penjerap. Atur atau tempatkan botol penjerap sedemikian rupa sehingga terhalang dari hujan dan terik matahari langsung. c) Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 L/menit sampai 3 L/menit, setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F 1 ). d) Lakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan catat temperatur dan tekanan udara. e) Setelah 30 menit catat sebagai laju alir akhir (F 2 ) dan kemudian matikan pompa penghisap. CATATAN Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal, maka pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat siang hari dengan rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00. 3.5 Persiapan pengujian 3.5.1 Standarisasi larutan natrium tiosulfat 0,1 N a) Larutkan 0,35 g kalium iodat yang telah dipanaskan pada suhu 180 o C selama 2 jam ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan air suling sampai tanda tera. b) Pipet 25 ml larutan KIO 3 diatas ke dalam labu erlenmeyer. c) Tambahkan 1 g KI dan 10 ml HCl (1:10) d) Titrasi dengan natrium tiosulfat sampai warna larutan kuning muda e) Tambahkan 5 ml indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir (warna biru tepat hilang ). Catat volum larutan penitar yang diperlukan. f) Hitung normalitas natrium tiosulfat dengan rumus sebagai berikut : N 1 = b 35,67 1000 100 V b V 1 dengan pengertian : N 1 adalah konsentrasi larutan natrium tio sulfat (N); b adalah bobot KIO 3 dalam 100 ml air suling (g); V b adalah volum larutan KIO 3 yang digunakan dalam titrasi (ml); V 1 adalah volum larutan natrium tio sulfat hasil titrasi (ml); 35,67 adalah bobot ekivalen KIO 3 (BM KIO 3 /6). 100 adalah volum larutan KIO 3 yang dibuat dalam labu ukur 100 ml; 1000 adalah konversi liter (L) ke ml. 3.5.2 Standarisasi larutan iod 0,05 N a) Pipet 25 ml larutan induk Iod ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. b) Tambahkan 1 ml asam klorida pekat, diamkan di tempat gelap selama 10 menit. c) Titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna larutan kuning muda, kemudian tambahkan 3 tetes indikator kanji, lanjutkan titrasi sampai warna larutan biru muda. Catat volum larutan penitar yang diperlukan. d) Hitung normalitas iod (I 2 ) tersebut dengan rumus sebagai berikut: N 2 = dengan pengertian : N 1 V 2 V 1 N 1 adalah konsentrasi larutan Natrium tiosulfat (N); N 2 adalah konsentrasi larutan Iod (N); V 1 adalah volum larutan Natrium tiosulfat hasil titrasi (ml); V 2 adalah volum larutan Iod yang dititrasi (ml). 5 dari 10

3.5.3 Pembuatan kurva kalibrasi a) Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat. b) Siapkan tabung uji 10 ml, lalu pipet 0 ml, 0,5 ml, 1,0 ml, 1,5 ml, 2,0 ml, dan 3,0 ml larutan standar iod pada langkah 3.2.3 butir b. ke dalam masing-masing tabung uji. c) Tambahkan larutan penjerap sampai volum larutan 10 ml dan homogenkan. d) Ukur masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 352 nm. e) Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah oksidan (µg). 3.6 Pengujian contoh uji a) Dalam jangka waktu 30 menit 60 menit setelah pengambilan contoh uji, masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu ukur intensitas warna kuning yang terbentuk pada panjang gelombang 352 nm. b) Baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah oksidan (µg) dengan menggunakan kurva kalibrasi. 3. 7 Perhitungan 3.7.1 Jumlah oksidan dalam larutan standar Iod Jumlah (µg) oksidan (dihitung sebagai ozon) dalam 1 ml Iarutan standar Iod yang digunakan dalam pembuatan kurva kalibrasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: O 3 = 16 x N 2 dengan pengertian: O 3 N 2 adalah jumlah oksidan (µg); adalah normalitas Iod 0,05 N hasil standarisasi; 16 adalah jumlah ekivalen O 3 (0,8 µg/ml) dibagi dengan normalitas Iod 0,05 N. 3.7.2 Volum contoh uji udara yang diambil Volum contoh uji udara yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal (25 o C, 760 mmhg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: F + V = 2 dengan pengertian: F t P T 1 2 a a 298 760 V adalah volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 O, 760 mmhg; F 1 adalah laju alir awal (L/menit); F 2 adalah laju alir akhir (L/menit); t adalah durasi pengambilan contoh uji (menit); P a adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmhg); T a adalah temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji ( o K); 298 adalah konversi temperatur pada kondisi normal (25 o C) ke dalam Kelvin; 760 adalah tekanan udara standard (mmhg). 6 dari 10

3.7.3 Konsentrasi oksidan di udara ambien Konsentrasi oksidan dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : a C = V dengan pengertian: 1000 C adalah konsentrasi oksidan di udara (µg/nm 3 ); a adalah jumlah oksidan dalam contoh uji yang diperoleh dari kurva kalibrasi (µg); V adalah volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 O, 760 mmhg; 4 Jaminan mutu dan pengendalian mutu 4.1 Jaminan mutu a) Gunakan termometer dan barometer yang terkalibrasi. b) Gunakan alat ukur laju alir (flow meter) yang terkalibrasi. c) Hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan penjerap dalam botol penjerap, gunakan aluminium foil atau box pendingin sebagai pelindung terhadap matahari. d) Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan. 4.2 Pengendalian mutu 4.2.1 Uji blanko a) Uji blanko laboratorium Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji (blanko) dan dikerjakan sesuai dengan penentuan contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap tahap-tahap selama penentuan di laboratorium. b) Uji blanko lapangan Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji (blanko) dan dikerjakan sesuai dengan penentuan contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap tahap-tahap selama penentuan di lapangan. 4.2.2 Linieritas kurva kalibrasi Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai dengan kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi. CATATAN Jaminan dan pengendalian mutu dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium yang bersangkutan. 7 dari 10

Lampiran A (normatif) Pelaporan Catat minimal hal-hal sebagai berikut pada lembar kerja : 1) Parameter yang dianalisis. 2) Nama dan tanda tangan analis. 3) Tanggal analisis. 4) Rekaman kurva kalibrasi. 5) Batas deteksi. 6) Perhitungan. 7) Data pengambilan contoh uji. 8) Hasil pengukuran blanko. 9) Hasil pengukuran contoh uji. 10) Kadar O 3 dalam contoh uji. 8 dari 10

LAMPIRAN B (informatif) Gambar rangkaian peralatan pengambil contoh uji oksidan dengan pengertian : A adalah botol penjerap berwarna coklat E adalah kran pengatur; volume 30 ml; B adalah perangkap uap; F adalah pompa; dan C adalah serat kaca (glass wool); G adalah alat penjerap SO 2. D adalah flow meter yang mampu mengukur laju alir 0,5 L/menit; CATATAN Untuk daerah dengan kandungan SO 2 tinggi maka di depan impinger dipasang alat penjerap SO 2 yang berupa kertas saring yang telah diimpregnasi dengan larutan 2,5 g CrO 3 dan 0,75 ml H 2 SO 4 pekat per 400 cm 2 kertas saring. Gambar B.1 Rangkaian peralatan pengambil contoh uji oksidan, O x untuk daerah dengan kandungan SO 2 tinggi 9 dari 10

Bibliografi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. BAPEDAL. Lodge, James (ed). 1988. Methods of Air Sampling and Analysis. Method 411. Third Edition. Determination of Oxidizing Substances in the Atmosphere. APHA Intersociety Committee. Washington. p 403 406. Anonim, 1994, ISO Standar Compaendium, Environment Air Quality, First Edition. 10 dari 10