KAJIAN POTENSI DAN NILAI EKONOMI TANAMAN OBAT DAN TANAMAN HIAS DI HUTAN LINDUNG DULAMAYO KABUPATEN GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

BAB III METODE PENELITIAN

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2002 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

KEADAAN UMUM KEBUN. Sejarah Kebun. Letak Geografis dan Administratif Kebun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Jaya, I N.S Fotogrametri dan Penafsiran Potret Udara di Bidang Kehutanan. Bogor: Laboratorium Inventarisasi Sumberdaya Hutan.

IV KONDISI UMUM TAPAK

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian

INVENTARISASI TUMBUHAN GULMA YANG BERKHASIAT SEBAGAI TUMBUHAN OBAT DI BANTARAN SUNGAI BRANTAS SEBAGAI MEDIA KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI SKRIPSI

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

II. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan 28 Juni selesai di Taman Hutan. Raya Raden Soerjo Cangar yang terletak di Malang

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Transkripsi:

KAJIAN POTENSI DAN NILAI EKONOMI TANAMAN OBAT DAN TANAMAN HIAS DI HUTAN LINDUNG DULAMAYO KABUPATEN GORONTALO Oleh : Halidah, Saprudin, Abd. Kadir 1) ABSTRAK Perubahan visi pengelolaan hutan dari timber extraction menjadi Forest resources management, menghadapkan hutan lindung untuk dapat dimanfaatkan tanpa mengganggu dan merubah fungsi pokoknya yaitu sebagai kawasan lindung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan peluang nilai ekonomi pemanfaatan hutan lindung. Penelitian in dilakukan dengan melakukan inventarisasi dengan metode line sampling. Parameter yang diamati meliputi jumlah tanaman obat dan tanaman hias serta jenis tanaman lain yang dikembangkan masyarakat. Nilai tanaman obat maupun tanaman hias dihitung berdasarkan nilai asumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis tanaman obat dengan total potensi 1193 batang/rumpun/ha dan tanaman hias 12 jenis dengan total potensi 395 batang/rumpun/ha. Peluang nilai ekonomi yang diasumsikan dari tanaman obat adalah Rp. 1.474.000,-/Ha dan tanaman hias sebesar Rp. 895.000,-/Ha. Kedua nilai ini mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk meningkatkan kesejahteraannya tanpa masuk hutan. Kata Kunci: Potensi, ekonomi, nilai dan hutan lindung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Lindung seperti kawasan lindung lainnya di Indonesia telah berkurang secara drastis walaupun manfaat dan peranan hutan ini telah diketahui secara luas. Luas hutan Lindung di Sulawesi adalah sekitar 5.138.970 ha atau mencakup 38,57% dari luas total hutan di Sulawesi (13.322.678,36 ha). Hutan Lindung ini masing-masing tersebar di Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo 2850430 ha (dari 1.877.2 ha), Sulawesi Tengah 1.764.7 ha (dari 5.176.672 ha), Sulawesi Tenggara 1.061.370 ha (dari 2.600.137,36 ha). Hutan Lindung Gorontalo saja 137.470 ha atau hanya 13,55% dari luas total hutan di Propinsi Gorontalo (1.014.260 ha) (Statistik Kehutanan Indonesia, 1992/1993; Statistik Kehutanan Prop. Sulawesi Utara 1997/1998). Selama ini Hutan Lindung belum dimanfaatkan secara optimal karena peraturan perundangan yang ada tidak memungkinkan untuk itu. Tetapi dengan 1 Peneliti pada BPK Makasar 91

adanya Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 02 yang sekarang menjadi PP. No. 6 tahun 07 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang mengatur ditetapkan bahwa pemanfaatan kawasan pada Hutan Lindung dapat dilakukan pada blok pemanfaatan (pasal 18 ayat 2) dengan tidak mengurangi fungsi utama kawasan (pasal 19 ayat 1). Pemanfaatan kawasan pada Hutan Lindung berdasarkan PP. No. 34 pasal (pasal 19 ayat 2) diantaranya dapat berupa budidaya tanaman obat dan hias. Seiring dengan adanya kebijakan ini maka Hutan Lindung dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan dengan memanfaatkan sumberdaya Hutan Lindung sebaikbaiknya dengan tetap memelihara fungsi lindungnya. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan nilai ekonomi tanaman obat serta tanaman hias yang terdapat pada Hutan Lindung Dulamayo di Kabupaten Gorontalo. II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi penelitian adalah Hutan Lindung yang merupakan gugusan pegunungan damar yang dikenal dengan nama Hutan Lindung Dulamayo. Hutan Lindung Dulamayo mempunyai luas kurang lebih 300 ha (berdasarkan peta kawasan hutan RPH Limboto dari Dinas Kehutanan Kabupaten Gorontalo) dan terletak pada 00º 41-00º 43 L U dan 123º 00-123º 04 BT yang secara administratif terletak pada 3 wilayah desa yaitu Desa Dulamayo Selatan Kecamatan Telaga, Desa Dulamayo Utara Kecamatan Telaga Biru serta Kelurahan Malahu Kecamatan Limboto. Secara umum topografi hutan adalah berbukit hingga bergunung dengan kemiringan lereng 8-30 %. 0 0 Ketinggian tempat 600-900 m dpl dengan suhu udara berkisar C hingga 22 C dan kelembaban udara berkisar 60 % hingga 70 %. Curah hujan pada lokasi ratarata 1345 mm /tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah pada bulan September. Tipe iklim menurut Scmidht dan Fergusson (1951) adalah tipe iklim A dengan jenis tanah Inceptisol (Universitas Gorontalo. 02). Secara garis besar Hutan Lindung Dulamayo mempunyai hutan tanaman dan hutan alam sekunder. Hutan tanaman terdiri atas jenis tanaman Pinus dan Agathis serta Mahoni yang diperkirakan telah berumur kurang lebih 80 tahun. B. Bahan Penelitian Sebagai bahan penelitian adalah kawasan Hutan Lindung yang masih tetap terjaga kawasannya. Sebagai alat bantu digunakan kompas, altimeter, tali, meteran, counter (alat hitung), tally sheet. 92 Vol. 7 No. 2 Juni Th. 07, 91-99

C. Metode Penelitian Pengukuran potensi dilakukan dengan kegiatan inventarisasi. Untuk pengamatan tanaman obat dan tanaman hias, metode yang digunakan adalah Line Plot Sampling berbentuk jalur dengan lebar m. Kemudian dalam jalur dibuat petak ukur berbentuk bujur sangkar (4 x 4) m dan ( x ) m untuk tanaman hias dan tanaman obat sesuai dengan ukurannya (perdu atau pohon) ( Simon, 1996). Parameter yang diamati meliputi; jenis dan jumlah dari setiap jenis tanaman hias dan tanaman obat yang dapat dimanfaatkan dan diduga bernilai ekonomi. D. Analisa Data Dari hasil tabulasi data akan dihitung potensi dari setiap jenis komoditas yang dapat dibudidayakan pada blok pemanfaatan dan bernilai ekonomi dengan rumus persamaan sebagai berikut (Odum, 1998): Potensi Tanaman Hias dan Tanaman Obat = Jumlah Individu Luas (Ha) Perkiraan Nilai Ekonomi : Nilai Ekonomi = Potensi X Harga Pasar Dimana Nilai Ekonomi ini diasumsikan dari nilai harga pasar Kab. Gorontalo III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Tanaman Obat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa pemanfaatan kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Gorontalo untuk tujuan usaha budidaya tanaman obat dan tanaman hias belum dilakukan. Meskipun pemanfaatan kawasan Hutan Lindung untuk usaha budidaya tanaman obat belum dilakukan oleh masyarakat tetapi kawasan hutan lindung tersebut memiliki potensi tanaman obat dan tanaman hias yang dapat dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan. Hasil pengamatan terhadap potensi tanaman obat disajikan pada Tabel 1. berikut. Berdasarkan Tabel 1., nampak bahwa terdapat sebanyak 11 jenis tanaman obat yang didominasi oleh jenis-jenis jahe-jahean dengan potensi sebanyak 443 batang atau rumpun/ha. Potensi jenis tanaman obat yang paling sedikit adalah keladi merah dan waru ( Hibiscus sp) masing-masing batang atau pohon per-hektar. Penyebaran dan potensi tanaman ini terlihat dipengaruhi oleh tegakan yang menaunginya. Penyebaran dan potensi jenis-jenis tanaman obat yang paling banyak dijumpai, terdapat di tegakan Pinus merkusii yaitu sebanyak jenis atau 90,9 % dari keseluruhan jenis tanaman obat yang ada dengan total potensi 932 batang atau rumpun per-hektar. Untuk jenis tanaman obat di bawah tegakan Agathis sp. Sebanyak 5 jenis atau 45,5% total potensinya 128 batang atau rumpun per hektar dan di hutan alam sebanyak 7 jenis atau 63,6% total potensinya 163 batang atau rumpun per- hektare. 93

Tabel 1. Potensi Tanaman Obat di Kawasan Hutan Lindung Dulamayo No. Jenis Tanaman Nama Botani Potensi N/Ha 1 Sirih Hutan Piper antenuatum 30 2 Kayu Manis Cinnamomum burmanii 70 3 Tahi Ayam Lantana camara L 35 4 Lempuyang Belanda Zingiber sp 5 Tembakau Trema sp 8 6 Jahe Zingiber officenalis 443 7 Siungu Basella rubra 3 8 Lombok Piper retrofractum sp 45 9 Pandan Pandanus sp 42 Keladi Merah Anthurium sp 11 Waru Hibiscus sp Penyebaran jenis tanaman obat di bawah masing-masing tegakan disajikan pada Tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Potensi dan Penyebaran Jenis Tanaman Obat di Bawah Tegakan Pinus, Agathis dan Hutan Alam No Nama Lokal Nama Botani Jenis Tegakan dan Potensi (N/Ha) Pinus Agathis Hutan Alam 1 Sirih Hutan Piper antenuatum 2 Kayu Manis Cinnamomum burmanii 40-30 3 Tahi ayam Lantana camara L 15-4 Lempuyang Zingiber sp - - 5 Tembakau Trema sp 178 30-6 Jahe Zingiber officenalis 324 63 56 7 Siungu Basella rubra 3 - - 8 Lombok Piper retrofractum sp 25 9 Pandan Pandanus sp 15 17 Keladi Anthurium sp - - Merah 11 Waru Hibi scus sp - - Sumber : Data Primer setelah Diolah, 04 94 Vol. 7 No. 2 Juni Th. 07, 91-99

Dari Tabel 2. terlihat adanya variasi penyebaran jenis tanaman obat dan potensinya pada setiap tipe tegakan hutan yang ada. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya kondisi faktor lingkungan klimatik diantaranya; intensitas cahaya matahari, suhu dan kelembaban dan faktor edapik yakni sifat fisik tanah, tumpukan serasah dan topografi yang secara kualitatif menunjukkan adanya perbedaan sehingga akan membentuk variasi jenis dan potensi yang cocok untuk tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan pada ketiga tipe tegakan hutan yang ada. Berdasarkan Tabel 1. tersebut diatas, tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan diantaranya adalah jahe dan kayu manis. B. Potensi Tanaman Hias Potensi tanaman hias yang terdapat pada kawasan hutan lindung Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Potensi Tanaman Hias di Kawasan Hutan Lindung Dulamayo No Jenis Tanaman Hias Potensi (N/Ha) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.. 11. 12. Suplir 1 Talas Tahi Ayam Anggrek Palem Pandan Suplir Kadaka Pakis Keladi Merah Suplir 2 Suplir Daun Besar Sumber : Data Primer setelah Diolah,04 Secara Keseluruhan diketahui sebanyak 12 jenis tanaman hias dengan potensi antara - 114 batang atau rumpun per-hektar. Jenis tanaman hias ini didominasi oleh jenis paku-pakuan. Seperti halnya tanaman obat, tanaman hias juga menyebar sesuai dengan tegakan yang menaunginya. Penyebaran potensi tanaman hias sesuai dengan tegakan yang menaunginya disajikan pada Tabel 4. berikut. 114 40 35 30 42 44 95

Tabel 4. Potensi Tanaman Hias di Bawah Tegakan yang Menaunginya No Nama Lokal Nama Botani Jenis Tegakan dan Potensi (N/Ha) Pinus Agathis Hutan Alam 1 Suplir Adiantum 36 38 40 2 Talas Anthurium sp 30-3 Tahi a yam Lantana camara 15-4 Anggrek Dendrbium sp - - 5 Palem Howea sp - - 30 6 Pandan Pandanus sp 15 17 7 Suplir Adiantum sp 15 14 15 8 Kadaka Asplenium sp - - 9 Pakis Pakis Haji - - Keladi Merah Anthurium sp - - 11 Suplir Adiantum sp - - 12 Suplir Daun Lebar Sumber : Data Primer setelah Diolah, 04 Adiantum sp - - Dari tabel 4 tersebut diatas, nampak adanya perbedaan penyebaran jenis dan potensi pada setiap tegakan hutan yang membentuknya seperti halnya pada jenis tanaman obat. Dibawah tegakan Pinus merkusiii terdapat 8 jenis dengan total potensi sebesar 136 batang atau rumpun per hektar terdiri atau 66,7%. Dibawah tegakan Agathis sp. Terdapat 4 jenis sebesar 87 batang atau rumpun per-hektar atau 33,3%, dan dibawah hutan alam terdapat 8 jenis dengan potensi 162 batang atau rumpun perhektar atau 66,7 %. Dari tabel 4 juga terlihat bahwa tanaman hias yang potensial untuk dikembangkan adalah suplir, palem, paku-pakuan serta anggrek. Dari tabel ini juga bahwa umumnya tanaman hias yang terdapat di dalam hutan lindung adalah jenis tanaman hias yang dapat dinikmati karena keindahan daunnya. C. Nilai Ekonomi Tanaman obat dan tanaman hias tersebut diatas disamping memiliki potensi yang cukup besar juga memiliki nilai ekonomi. Dengan membudidayakan tanaman obat dan tanaman hias tersebut juga diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan lindung sehingga fungsi perlindungan dari kawasan tersebut dapat terjaga. Untuk menghitung nilai ekonomi dari tanaman obat dan tanaman hias yang terdapat dalam kawasan hutan lindung digunakan asumsi harga*) jual dari tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis yang potensial tersebut belum 96 Vol. 7 No. 2 Juni Th. 07, 91-99

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik untuk keperluan sehari-hari ( subsisten) maupun sebagai jenis yang dapat dijual ( komersil). Tidak adanya pemanfaatan ini karena masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan lindung tidak mengenal jenis tersebut sebagai jenis yang digunakan sebagai tanaman obat maupun tanaman hias. Untuk dapat memanfaatkan tanaman-tanaman tersebut, perlu adanya pengenalan jenis oleh pihak-pihak kehutanan kepada masyarakat sekitar tentang jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan dari hutan lindung tanpa merusak fungsi hutannya. Hal lain yang menyebabkan masyarakat tidak memanfaatkan potensi tersebut, disebabkan karena tingkat pengetahuan dan kemampuan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung yang masih secara ekonomi potensi yang ada belum memiliki nilai jual yang berarti di pasaran khususnya pasar lokal. Tabel 5. Nilai Taksiran Potensi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Jenis Tanaman dan Potensi Taksiran Harga Jual Pemanfaatan N/Ha (Rp) Nilai Ekonomi (Rp.) Tanaman Obat Sirih Hutan Kayu Manis Tahi ayam Lempuyang Belanda Tembakau Jahe Si Ungu Lombok Pandan Keladi Merah Waru 30 70 35 8 443 3 45 42 2500 00 00 00 00 00 45.000 175.000 35.000 30.000 8.000 443.000 3.000 67.500 63.000.000 15.000 Jumlah : 1.474.000 Tanaman Hias : Suplir 1 Talas Tahi Ayam Anggrek Palem Pandan Suplir Kadaka Pakis Keladi Merah Suplir 2 Suplir Daun Besar 114 40 35 30 42 44 00 7500 5000 2500 5000 2500 00 171.000 60.000 35.000 150.000 150.000 63.000 66.000 25.000 0.000 25.000 30.000.000 Jumlah : 895.000 Sumber : Data Primer setelah diolah, 04 97

Dari tabel 5 tersebut diatas diketahui bahwa terdapat 12 jenis tanaman obat dengan potensi - 443 batang tanaman/ha. Apabila masing-masing jenis tanaman diasumsikan bernilai antara Rp.1.000-Rp. 2.500 perbatang /rumpun maka (nilai taksiran harga pasar), maka peluang total nilai ekonomi tanaman obat yang terdapat dalam hutan lindung adalah sebesar Rp.1.474.000 per hektar. Untuk jenis-jenis tanaman hias, terdapat sebanyak 12 jenis terdiri dari kelompok paku-pakuan, palem, suplir, talas-talasan, pandan dan anggrek dengan potensi antara -114 batang atau rumpun per hektar. Harga jual dari masing-masing tanaman hias tersebut diasumsikan dan disesuaikan dengan harga umum dipasar kabupaten kota/propinsi senilai antara Rp. 1.500 - Rp. 7.500 per batang atau rumpun. Dengan demikian peluang nilai ekonomi tanaman hias yang terdapat di dalam hutan lindung adalah Rp. 984.000. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Belum ada pemanfaatan hutan lindung sesuai dengan PP No.34 tahun 02 yang sekarang sudah direvisi menjadi PP No.6 tahun 07 2. Jumlah tanaman obat yang ditemukan adalah 11 jenis dengan total potensi 1193 batang/rumpun/ha dan tanaman hias 12 jenis dengan total potensi 395 batang/rumpun/ha. 3. Penyebaran potensi tanaman obat dan tanaman hias dipengaruhi oleh jenis tanaman yang menaunginya. 4. Peluang nilai ekonomi yang terdapat dalam hutan lindung dari jenis tanaman obat adalah Rp. 1. 474.000,-/ha dan tanaman hias sebesar Rp. 895.00,-/Ha. B. Saran-Saran 1. Perlu sosialisasi pemanfaatan potensi jenis-jenis tanaman dalam kawasan hutan lindung berdasarkan PP No. 34 tahun 02 yang sekarang sudah direvisi menjadi PP No. 6 Tahun 07. 2. Jenis-jenis yang dimanfaatkan perlu disesuaikan dengan kondisi daerah masingmasing hutan lindung. DAFTAR PUSTAKA Arifin, H.S. 04. Tanaman Hias Tampil Prima. Penebar Swadaya. BPS, 03. Kecamatan Telaga Biru dalam Angka. 03. BPS Kab. Gorontalo BPS, 03. Kecamatan Telaga dalam Angka. 03. BPS Kab. Gorontalo BPS, 03. Kecamatan Limboto dalam Angka. 03. BPS Kab. Gorontalo Dalimarta, S. Dr. 04. Atlas Tumbuhan Abat Indonesia. Jilid I. Trubus Agriwidya. 98 Vol. 7 No. 2 Juni Th. 07, 91-99

Dalimarta, S.Dr. 04. atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Trubus Agriwidya Departemen Kehutanan. 1993. Statistik Kehutanan Indonesia 1992/1993. Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan. 02. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 34 Tahun 02. tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Departemen Kehutanan. 01. Statistik Kehutanan Indonesia 1999/00. Badan Planologi. Jakarta. Djauhariya, E. Dan Hernani. 04. Gulma Berhasiat Obat. Penebar swadaya. Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo. 02. Desain dan Tata Letak dan Pengelolaan Hutan Pendidikan Dulamayo. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Gorontalo dan Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo. Handadhari, T. 03. Kuantifikasi Nilai Ekonomi Lingkungan. Kompas, Minggu 6 Juni 03. Hariana, H.A. Drs. 04. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri I. Penebar Swadaya. Haryanto, I (ed). 1998. Kehutanan Indonesia Pasca Soeharto, reformasi Tanpa Perubahan. Pustaka Latin. Bogor. Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan Sulut. 1998. Statistik Kehutanan Propinsi Sulawesi Utara Tahun 1997/1998. Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan Sulut. Manado. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 04. Dasar-Dasar Demografi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Odium, E.P. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan T. Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Setiawan, A. 00. Nilai Ekonomi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Propinsi Lampung. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 00. Simon, H. 1995. Metode Inventore Hutan. Edisi I cet.2. Aditya Media. Yogyakarta Widiarti, T. BA. Mengenal Tanaman dan Kahsiatnya. Arkola. 99