PADA BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

Karakteristik mutu daging

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pengangkut dan alat penyimpanan (Heri Warsito, Rindiani 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

YUWIDA KUSUMAWATI A

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

STUDI MUTU DAN PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP ABON IKAN

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

TELUR ASIN PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

PENGEMPUKAN DAGING SAPI DAN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN EKSTRAK JAHE (Zingiber Officinale Roscoe) DIBANDINGKAN DENGAN GETAH PEPAYA (Carica Papaya)

MATERI DAN METODE. Prosedur

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 di TPH yang ada di Bandar

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

Kualitas Fisik Daging Asap dari Daging yang Berbeda Pada Pengasapan Tradisional The Phisycal Quality of Some Meat traditionally Smoked

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

ABSTRACT ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

PENGARUH TEPUNG JAHE TERHADAP MUTU KAN JAMBAL SIAM SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN. Oleh. N Irasari dan Edi Kurniawan ABSTRAK

Transkripsi:

KEEMPUKAN, ph dan AKTIVITAS AIR (Aw) DENDENG SAPI PADA BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA Tenderness, ph and Water Activity (Aw) of Spices Dried Meat on Various Concentrate of Ginger Extract (Zingiber Officinale Roscoe) and Different Soaking Time Akhadiyah Afrila 1 dan Firman Jaya 2 1) Program Studi Peternakan Fakultas Ilmu Pertanian dan Sumber Daya Alam Universitas Tribhuwana Tunggadewi 2) Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ) diterima 4 Juli 2012; diterima pasca revisi 31 Juli 2012 Layak diterbitkan 1 September 2012 ABSTRACT The objectives of current research were to find out the concentrate of Ginger extract (Zingiber officinale Roscoe) and different soaking time of to tenderness, ph, and water activity (Aw), microbial count and sensory evaluation of spices dried meat. The result showed that higher the ginger extract (Zingiber officinale Roscoe) concentrate and longer the soaking time, it would give more tenderness, ph, and water activity (Aw) to spices dried meat with 15% ginger extract (Zingiber officinale Roscoe) extract and 20 minutes length of soaking time. Key Words : Dendeng, ginger, soaking time, tenderness, ph and Aw PENDAHULUAN Sektor peternakan yang ada di Indonesia mempunyai kemajuan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan zaman. Hampir semua masyarakat pedesaan mempunyai ternak peliharaan. Provinsi NTT merupakan daerah yang potensional untuk pengembangan peternakan dengan luas padang pengembalaan mencapai 888.273 Ha. Jenis ternak yang banyak dijumpai di NTT adalah sapi, kambing, kerbau, kuda dan domba yang tersebar di setiap kota dan kabupaten (Dinas Peternakan Provinsi NTT, 2008). Masyarakat belum memahami dan memanfaatkan semaksimal mungkin dari hasil ternak yang nantinya akan mendapatkan keuntungan yang besar demi meningkatkan ekonomi masyarakat. Berbagai hasil ternak yang kita ketahui antara lain: telur, daging, bulu, tepung tulang, kulit, kotoran ternak dan lain-lain. Dari semua itu yang paling utama untuk dimanfaatkan masyarakat luas adalah daging. Menurut Astawan (2004), daging merupakan salah satu komoditi perternakan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, 6

yang mampu menyumbangkan asam amino esensial yang lengkap. Namun untuk daging segar mudah busuk atau rusak karena perubahan kimiawi dan kontaminasi mikroba. Jahe memiliki zat aktif yang terdapat pada minyak volatile (volatile oil) yang mempunyai komposisi 1-3 % dari bobot. Zat aktif tersebut dapat berfungsi sebagai antioksidan alami (natural antioxidant) yang dapat menurunkan tingkat oksidasi dan mencegah bau (off-flavor). Antioksidan ini dapat bekerja pada daging sebelum ataupun sesudah pengolahan (Cross and Winger, 1988). Penggunaan jahe dapat memperbaiki kualitas daging baik secara fisik, dan kimiawi keempukan, ph, TPC dan aktivitas air (Aw). Berdasarkan hal itu, maka dilakukan penelitian tentang keempukan, ph, dan aktivitas air (Aw) dendeng sapi pada berbagai konsentrasi ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) dan lama perendaman yang berbeda yang disukai oleh panelis. MATERI DAN METODE Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: daging sapi 2 kg, yang diambil pada bagian paha belakang, garam 1,5 sdm, gula pasir 4 sdm, gula jawa 1 gandu, asam jawa 1 sdm, bawang merah yang sudah dihaluskan 5 sdm, bawang putih yang sudah di haluskan 2,5 sdm, ketumbar yang sudah dihaluskan 5 sdm, lengkuas dihaluskan 2,5 sdm. Jahe yang digunakan adalah jahe gajah (Zingiber officinale Roscoe) diambil dari petani Karangploso dengan umur antara 7-9 bulan. Peralatan yang digunakan adalah: pnetrometer (Sur Bertur), baskom plastik, timbangan digital (Meter Telodo), beker glass (Schott Duran), oven pengering (WT Binder), gelas ukur (Iwaki Pyrex), kertas WHC, corong gelas, beban seberat 35 kg. pisau, kain sarung, bambu. Penelitian ini mengunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x3. Faktor yang pertama adalah ekstrak jahe yang terdiri atas 3 level (K) yaitu (K1) 0 %, (K2) 5 %, (K3) 10% (K4) 15 %. Faktor yang kedua adalah lama perendaman (P) : 5 menit, 10 menit, 20 menit. Metode pelaksanaan penelitian berdasarkan Afrila dan Santoso (2011). Data yang diperoleh dianalisa mengunakan metode analisa ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut petunjuk (Yitnosumarto, 1993) dan bila diantara perlakuan terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk menunjukkan perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pelapisan Minyak Kelapa Kamar terhadap Jumlah Mikroorganisme Telur Asin Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap keempukan dendeng diperoleh rataan seperti tertera pada Tabel 1. Data pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rataan keempukan untuk konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman berkisar antara 9,006-9,750 mm/gram/detik. Hasil statistik rataan keempukan dendeng sapi menunjukkan bahwa perlakuan K1 (9,006 mm/gram/detik) memberikan keempukan paling rendah (9,006 mm/gram/detik) dan perlakuan K4 (9,750 mm/gram/detik) mempunyai nilai keempukan paling tinggi (9,750 mm/gram/detik). Dan data tersebut perlakuan K1 mempunyai nilai keempukan paling rendah. Hal ini diduga pada konsentrasi 5% kerja enzim belum maksimal serta enzim proteolitik yang diberikan dalam jumlah sedikit sehingga kurang 7

mampu menghidrolisa protein dalam daging. Pada perlakuan K4 diperoleh Tabel 1. Rataan Keempukan (mm/gram/detik) Dendeng pada Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman yang Berbeda Konsentrasi Lama Perendaman (P) Rataan ±SD Jahe P1 (5 menit) P2 (10 menit) P3 (20 menit) K1 (1%) 9,006 9,172 9,350 9,176 a 0,172 K2 (5%) 9,117 9,256 9,450 9,274 a 0,167 K3 (10%) 9,322 9,472 9,606 9,467 a 0,142 K4 (15%) 9,600 9,678 9,750 9,676 b 0,075 Rataan±SD 37,045 a ±0,261 37,578 b ±0,277 38,156 b ±0,176 Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Gambar 1. Grafik Rerata Keempukan Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman terhadap Keempukan Dendeng Sapi (Zingiber officinale Roscoe) yang telah diberikan melalui konsentrasi dan lama nilai keempukan tertinggi (9,750 mm/gram/detik). Hal ini diduga pula konsentrasi tersebut kerja enzim sudah maksimal dan telah menyebar keseluruh dendeng sapi serta enzim proteolitik telah bekerja sebagai katalisator dalam proses keempukan. Sedangkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman tidak memberikan pengaruh nyata (p<0,01) terhadap keempukan. Hal ini diduga pada waktu tersebut kerja enzim sudah maksimal, sehingga dengan perbedaan waktu tersebut kemampuan untuk menghidrolisa protein selama perendaman tidak banyak terjadi perubahan. Keempukan dendeng sapi dikarenakan protein daging mengalami perubahan oleh enzim proteolitik dalam ekstrak jahe perendaman yang berbeda. Enzim protease bekerja aktif menghidrolisa protein muskulus penyusun stuktur daging, yaitu aktin dan miosin serta jaringan ikat yang terdiri dari kalogen, elastin, dan retikulin. Dengan terurainya protein daging aktin dan miosin serta terpecahnya jaringan ikat kalogen, elastin, retikulin ini maka akan memberikan tekstur yang lunak pada daging sehingga menjadi empuk. Hal ini sependapat dengan Soeparno (2005) bahwa enzim protease dapat melonggarkan struktur dari protein daging dan merupakan katalisator yang dapat memecah jaringan ikat melalui reaksi hidrolisa sehingga daging lebih empuk Interaksi antara konsentrasi dan 8

lama perendaman tidak berpengaruh pada keempukan dendeng sapi. Hal ini diduga protein yang terdapat dalam dendeng sapi tidak terhidrolisa, karena larutan tersebut hanya terdapat enzim proteolitik dalam jumlah sedikit sehingga kurang mampu meghidrolisa protein dalam dendeng sapi. Sesuai dengan pendapat Colin (1973) tingkat sebuah reaksi enzim adalah berbanding langsung dengan konsentrasi enzim, semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi aktivitas enzim. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000 merekomendasikan enzim protease terdapat rimpang jahe tergolong enzim protease sulfhidril berperan dalam menghidrolisa protein kalogen yang sebagian besar tersusun oleh asam amino hidroksiprolin, sedangkan hidrolisa protein miofibril terjadi pada flamen-flamennya dan menghasilkan fragmentasi miofibril. Berkurangnya jaringan ikat yang mengikat antar serat daging dan terputusnya serat-serat daging berkurang. Pengaruh Perlakuan Terhadap ph Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan interaksi konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) terhadap ph dendeng diperoleh rataan seperti tertera pada Tabel 2. Hasil statistik rataan ph dendeng sapi menunjukkan bahwa perlakuan K1 memberikan ph paling rendah (5,3) dan perlakuan K4 mempunyai nilai ph paling tinggi (8,9). Dari data tersebut perlakuan K1 mempunyai nilai ph paling rendah. Hal ini diduga pada konsentrasi tersebut kerja enzim belum maksimal serta enzim proteolitik yang diberikan dalam jumlah sedikit sehingga kurang mampu menghidrolisa protein dalam daging. Pada perlakuakuan K4 diperoleh nilai ph tertinggi (8,9). Hal ini diduga pula konsentrasi tersebut kerja enzim sudah maksimal dan telah menyebar keseluruh dendeng sapi serta enzim proteolitik telah bekerja sebagai katalisator dalam proses ph. Sedangkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan lama perendaman tidak memberikan pengaruh (P>0,05) terhadap ph. Hal ini diduga pada waktu tersebut kerja enzim sudah maksimal, sehingga dengan perbedaan waktu tersebut kemampuan untuk menghidrolisa protein selama perendaman tidak banyak terjadi perubahan. ph dendeng sapi terjadi karena protein daging mengalami perubahan oleh enzim proteolitik dalam ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang telah diberikan melalui konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda. Enzim protease bekerja aktif menghidrolisa protein musculus penyusun stuktur daging yaitu aktin dan myosin serta jaringan ikat yang terdiri dan kalogen, elastin, dan retikulin. (Lawire, 1991). Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000 merekomendasikan batas maksimal ph akhir yang tercapai mempunyai pengaruh yang berarti dalam mutu daging. ph rendah (5,1-6,1) menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka sehingga sangat baik untuk pengasinan, berwarna merah muda cerah sehingga disukai oleh konsumen, mempunyai flavor yang lebih disukai dan mempunyai stabilitas yang lebih baik terhadap kerusakan oleh mikroorganisme. ph tinggi (6,2-9,0) menyebabkan daging mempunyai struktur tertutup atau padat dengan warna merah ungu tua, rasa kurang enak dan keadaan yang lebih memungkinkan untuk perkembangan mikroorganisme. Pengaruh Perlakuan Terhadap Aktifitas Air (Aw) Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) terhadap aktivitas air (Aw) dendeng diperoleh rataan seperti tertera pada Tabel 3. 9

Tabel 2. Rataan ph Dendeng pada Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman yang Berbeda Lama Perendaman (P) Konsentrasi Jahe Rataan ±SD P1 (5 menit) P2 (10 menit) P3 (20 menit) K1 (0%) 5,6 5,5 5,3 5,5 ±0,2 K2 (5%) 6,5 6,8 7,0 6,8 ±0,2 K3 (10%) 6,9 7,2 7,5 7,2 ±0,3 K4 (15%) 7,3 7,5 8,9 7,9 ±0,9 Rataan±SD 26,3±0,7 27,0±0,9 28,6±1,5 Gambar 2. Grafik Rerata ph Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman terhadap Keempukan Dendeng Sapi Tabel 3. Aktivitas Air (Aw) Dendeng pada Perlakuan Konsentrasi Ekstarak Jahe dan Lama Perendaman yang Berbeda. Konsentrasi Jahe Lama Perendaman (P) P1 (5 menit) P2 (10 menit) P3 (20 menit) Rataan K1 (0%) 0,44 0,44 0,46 0,45 a ±0,013 K2 (5%) 0,45 0,46 0,47 0,46 b ±0,014 K3 (10%) 0,45 0,47 0,48 0,47 c ±0,015 K4 (15%) 0,46 0,47 0,49 0,47 c ±0,014 Rataan±SD 0,45 a ±0,008 0,46 b ±0,013 0,48 c ±0,010 Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) ±SD 10

Gambar 3. Grafik Rerata Aktivitas Air (Aw) Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Jahe dan Lama Perendaman terhadap Aktivitas Air (Aw) Dendeng Sapi air (Aw) tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah yaitu antara kisaran 15-50% maka Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa nilai rataan aktivitas air (Aw) untuk konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman berkisar antara 0,44-0,49. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak jahe dan lama perendaman memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas air (Aw) dendeng. Akan tetapi interaksi konsentrasi jahe dan lama perendaman memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga bahwa interaksi kedua faktor ini memberikan dampak yang cukup berarti terhadap aktivitas air (Aw), namun pengaruh terhadap aktivitas air (Aw) cukup terlihat pemberian masing-masing faktor. Air yang diikat dalam daging dapat dibagi dalam tiga komponen, yaitu air yang terikat secara kimiawi oleh protein daging sebesar 4-5% yang merupakan lapisan monomolekuler pertama. Lapisan kedua adalah air yang terikat agak lemah dari molekul air terhadap kelompok hidrofilik yakni sebesar 4%. Lapisan ketiga merupakan air bebas yang terdapat di antara molekul-molekul protein yang memiliki jumlah terbanyak (Forest, 1989). Winarno dan Fardiaz (1980) menyatakan kadar air dalam daging berkisar antara 60-70% dan apabila bahan (daging) mempunyai aktivitas bahan (daging) tersebut dapat tahan lama selama penyimpanan. Hal ini diperkuat oleh Purnomo (1996), bahwa bahan pangan setengah lembab (contohnya dendeng) berkadar air 20-40% tidak memerlukan penyimpanan dingin, stabil dalam suhu kamar, dan perkembangbiakan mikroorganisme terhambat. Gula kelapa dan garam yang ditambahkan dalam pembuatan dendeng berperan sebagai humektan yang dapat menurunkan aktivitas air (Aw) produk (Purnomo, 1996). Dan hasil penelitian semakin banyak konsentrasi ekstrak jahe dan semakin lama perendaman meningkatkan aktivitas air (Aw) dendeng. Hal ini sejalan dengan keempukan yang juga semakin tinggi yang diakibatkan kerja dari protease jahe terhadap melonggarnya mikrostruktur daging sehingga menyerap air lebih banyak (Soeparno, 2005). Selain itu dengan adanya lama perendaman juga memberikan waktu bagi air bebas untuk terikat ke dalam struktur daging (Susilaswati, 2007). Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000 merekomendasikan aktivitas air (Aw) air dalam daging berkisar antara 0,40 0,90 dan apabila bahan (dendeng) mempunyai aktivitas air (Aw) tidak terlalu 11

tinggi atau tidak terlalu rendah yaitu antara kisaran 0,50-0,90 maka bahan (dendeng) tersebut dapat tahan lama selama penyimpanan. KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe dan semakin lama perendaman maka akan memberikan hasil keempukan dan aktivitas air (Aw) dendeng sapi yang semakin tinggi, sedangkan terhadap ph tidak memberikan pengaruh. DAFTAR PUSTAKA Astawan, M. 2004. Mengapa Kita Perlu Makan Daging. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. http://www.gizi.net. Colin, H. W. 1973. The Structure and Function of Enzyme. The Institut of Biologies Studies in Biology No. 42. Printed In Great by The Camelot Press. Ltd. Southampton. Cross, H.R and R. J. Winger.1988. Factors Affecting Sensory Properties of Meat. Dalam: H. R. Cross dan A. J. Overby (Eds). Meat Science, Milk Science And Technology. Elsevier Science Publishers, Amsterdam. Disnak Provinsi NTT. 2008. Data Peternakan di Provinsi nusa tenggara Timur, Kupang. Dinas peternakan provinsi Nusa Tenggara Timur. Forrest S. 1989 Mikrobiologi Pangan. Penerbit UI. Jakarta. Lawire. R. A. 1991. Meat Science. Edisi Kelima. Terjemahan: Aminudin P. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Purnomo, H. 1996. Dasar-Dasar Pengolahan dan Pengawetan Daging. PT. Gramedia Widiasarana, Jakarta. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Pess.Yogyakarta. Susilawati, I. 2007. Kajian Metode Pengasapan dalam Pengolahan Dendeng Batokok Produk Khas Sumatra Barat. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Standar Nasional Indonesia. 2000. Daging Segar. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional. Winarno, F.G dan S. Fardiaz. 1980. Pengantar Tekologi Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yitnosumarto, S., 1993. Percobaan Perancangan Analisis dan Interpretasinya. Gramedia. Jakarta. 12