SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan Dan Inventarisasi Data Komoditas Pertanian Dan Informasi Kondisi Lahan Di Kabupaten Kudus Berbasis Sistim Informasi Geografis

Critical Land Mapping in Muria Region to Improve the Environment Capability Based on Geographical Information System (SIG)

Zed Nahdi 1, Hendy Hendro HS 2, Hadi Supriyo 3, Solekhan 4

PEMETAAN DAN INVENTARISASI DATA KOMODITAS PERTANIAN DAN INFORMASI KONDISI LAHAN DI KABUPATEN KUDUS BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBARAN KEKRITISAN LAHAN DI KABUPATEN KUDUS

Program Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

DESAIN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus 2

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PERANCANGAN PEMETAAN DIGITAL POTENSI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN PATI BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MAP SERVER FOR WINDOWS (MS4W)

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

ANALISIS HASIL PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kota Denpasar)

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PERSYARATAN PRODUK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

BAB II GAMBARAN UMUM. atau kota dengan luas wilayah terkecil di Propinsi Jawa diantara tengah yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISA POTENSI SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

MONITORING KONDISI JALAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMBANTU PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN KOTA DEPOK

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi semakin pesat, banyak orang. mulai mencari berbagai produk yang dapat memudahkan

Geographics Information System

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN SOFTWARE OPEN SOURCE UNTUK MEMETAKAN KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS DALAM MEMENUHI KETAHANAN PANGAN Hendy Hendro H 1), Zed Nahdi 2), Hadi Supriyo 3), Budi Gunawan 4) 1,2,3 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian UMK 4 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UMK e-mail : hendyhendro@yahoo.com ABSTRAK Indonesia sebagai negara agraris perlu menjamin penyediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak dengan mengedepankan prinsip efisiensi, berkelanjutan, dan kemandirian serta berwawasan lingkungan. Disisi lain semakin meningkatnya pertambahan penduduk dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi sekitar 1,4 1,5% per tahun serta perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan terjadinya degradasi dan alih fungsi lahan pertanian sehingga mempengaruhi daya dukung secara nasional dalam menjaga kemandirian dan ketahanan pangan. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, dikembangkan sistem dan metodologi pemetaan kesesuaian lahan dengan menggunakan pendekatan spasial dan temporal. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah, pertama analisis kesesuaian lahan pertanian berdasarkan dengan jenis komoditas pertanian dan informasi iklim, kedua evaluasi keselarasan tata guna lahan pertanian dan perencanaan wilayah tata ruang, ketiga analisis dan pemetaan degradasi area pertanian berdasarkan data tahun 1990 2010, keempat evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan kelima penyusunan strategi dan kebijakan yang tepat sesuai dengan pemanfaatan lahan untuk pertanian berkelanjutan dan cadangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi survei deskriptif, analisis data spasial dan temporal menggunakan G* statistic. Range nilai yang digunakan untuk pengklasifikasian menggunakan pedoman dari dokumen agroecological zone. Kata kunci : model, pemetaan, spasial, temporal, G* statistic PENDAHULUAN Sektor pertanian sampai saat ini masih tetap memegang peran strategis dan merupakan salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi nasional. Ada lima pertimbangan fundamental yang memposisikan sektor pertanian sebagai salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi nasional, yaitu : (1) penyedia pangan untuk ketahanan nasional; (2) penyedia lapangan kerja sebesar 44 persen dari 94 juta tenaga kerja nasional; (3) penghasil devisa sebesar 2,55 milyar US $ dan penyumbang produk domestik bruto sebesar 15,23 persen; (4) penyedia bahan baku sektor industri dan pengembangan teknologi lintas sektor; dan (5) pendistribusi dan penyeimbang pembangunan antar sektor (Direktorat Penatagunaan Tanah, 2004). Peran strategis sektor pertanian yang besar ini belum sepenuhnya mendapat dukungan yang memadai dari berbagai sektor lainnya, termasuk subsektor infrastruktur pertanian dan pedesaan, baik mengenai jumlah, kualitas, dan aksesibilitas di tingkat nasional sampai ke tingkat kabupaten sehingga efisiensi, produktivitas, dan daya saing produk pertanian masih rendah. Areal sawah produktif yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan justru telah mengalami penyusutan akibat alih fungsi lahan ke penggunaan non pertanian. Gejala ini terutama terjadi di Jawa yang merupakan produsen utama komoditi pangan di tingkat nasional. Meskipun secara agregat luas areal baku tanaman pangan dapat meningkat akibat pencetakan sawah baru, namun areal tanaman pangan cenderung menurun secara kualitas. Dengan demikian, masalah pengadaan pangan akan semakin kompleks di masa yang akan datang yang dicirikan dengan menyusutnya lahan baku tanaman pangan, dan semakin terbatasnya anggaran pemerintah untuk memacu peningkatan produksi Beras. Oleh karena itu, diperlukan sistem dan metodologi baku dengan pendekatan spasial dan temporal untuk pemetaan kesesuaian lahan pertanian sebagai landasan pengelolaan lahan berkelanjutan dan cadangan dalam memenuhi ketahanan pangan, sehingga diperoleh gambaran pengelolaan lahan pertanian guna peningkatan swa sembada pangan. METODE PENELITIAN a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Kudus yang terletak antara 110 o 36 dan 110 o 50 Bujur Timur dan antara 6 o 51 dan 7 o 16 Lintang Selatan. Kabupaten Kudus merupakan sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah, terletak diantara 4 (empat) Kabupaten yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Jepara. b. Luas penggunaan lahan Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kudus tecatat sebesar 42.516 hektar atau sekitar 1,31 persen dari SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 12

luas Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha (20,19 persen), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha (2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus. Luas wilayah tersebut terdiri dari 20.666 Ha (48,61 persen) merupakan lahan pertanian sawah dan 7.680 Ha (18,06 persen) adalah lahan pertanian bukan sawah. Sedangkan sisanya adalah lahan bukan pertanian sebesar 14.170 Ha (33,33 persen): c. Penyajian sistem Sistem pemetaan akan disajikan dalam bentuk website yang bisa diakses oleh masyarakat umum. Website yang akan dibangun berbasis MapServer dengan menggunakan tool yang berbasis open source, artinya hasil dan produk yang dihasilkan dapat langsung diberikan pada pengguna tanpa dibebankan biaya lisensi. Adapun teknologi yang bersifat open source yang digunakan adalah aplikasi web browser Mozilla atau Opera, Aplikasi untuk pemetaan berbasis web Map Server dan basis data MySQL. d. Target penelitian 1) Terinventarisasinya luasan dan penggunaan lahan pertanian untuk beberapa komoditas seperti; kelapa, tebu, ketela, jagung dan padi. 2) Terangkumnya informasi tentang; kemiringan, hidrologi, curah hujan dan jenis tanah. 3) Terpetakannya tata guna lahan dalam kegunaanya untuk; pemukiman, area perkebunan, hutan, area persawahan, cadangan lahan dan fasilitas umum. 4) Terpetakannya luasan dan penggunaan lahan pertanian untuk komoditas unggulan di tiap kecamatan. 5) Terpetakannya tata guna lahan dalam kegunaanya untuk; pemukiman, area perkebunan, hutan, area persawahan, cadangan lahan dan fasilitas umum untuk tiap kecamatan DATA DAN PEMBAHASAN a. Pembangunan Sistem Keseluruhan sistem diklasifikasikan menggunakan logika samar, yaitu klasifikasi variabel dalam bentuk fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan adalah fungsi kurva yang menggambarkan pemetaan node masukan data ke dalam nilai keanggotaannya Penerapan fungsi tersebut dilakukan untuk mengklasifikasikan data kemiringan, hidrologi, curah hujan, komoditas produksi dan tata guna lahan cadangan pangan. Arsitektur konseptual sistem didesain mengikuti gambar 2. Berdasarkan gambar 2 masukan data pengguna akan disimpan dalam basisdata. Data masukan tersebut akan dikalkulasi untuk proses klasifikasi menggunakan fungsi fuzzy sesuai dengan fuzzy rule yang sudah ditentukan sebelumnya. Hasil perhitungan disimpan dalam array untuk ditampilkan bersama sama dengan peta wilayah dalam halaman web menggunakan ms4w yang berada dalam MapServer. b. Arsitektur Sistem Secara arsitektural sistem ini dibangun dalam tiga lapisan (layer) yaitu : 1. Presentation Layer, dalam layer ini terdapat tiga bagian utama representasi informasi yaitu representasi geospasial, representasi grafis dan representasi konten. 2. Application Layer, dalam layer ini terdapat tiga aplikasi yaitu aplikasi informasi geofisik, aplikasi, komoditas produksi dan aplikasi tataguna latihan. 3. Engine Application Layer, dalam layer ini terdapat dua bagian yang bertugas melakukan kalkulasi dan klasifikasi data hasil kalkulasi sebelum ditampilkan pada pengguna. Bagian pertama disebut sebagai Fuzzy Engine dan bagian kedua disebut sebagai Fuzzy Rule. Secara lengkap arsitektur sistem disajikan dalam Gambar dibawah Pengguna Graphical User Interface Pemrosesan data luaran Akses sistem melalui internet GUI Spatial MapServer Framework Fuzzy Engine Database Fuzzy Rule Database Pemrosesan data masukan Gambar 1. Arsitektur sistem MapServer Gambar 2 Arsitektur logic sistem Ditinjau dari teknologi, pada penelitian ini menggunakan tool yang berbasis open source, artinya hasil dan produk yang dihasilkan dapat langsung diberikan pada pengguna tanpa dibebankan biaya lisensi. Adapun teknologi yang bersifat open source yang digunakan adalah aplikasi web browser Mozilla atau Opera, Aplikasi untuk pemetaan berbasis web Map Server dan basisdata MySQL. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 13

Gambar 3. Arsitektur teknologi dalam sistem c. Informasi Spasial Luas Lahan Komoditas Padi Informasi spasial luas komoditas padi per desa sebagaimana Gambar 4, terdiri dari : a) 20 ha b) 15 20 ha c) 10 15 ha d) 5 10 ha e) < 5 ha e. Informasi Spasial Luas Lahan Komoditas Ketela Informasi spasial luas komoditas ketela per desa sebagaimana Gambar 6, terdiri dari : a) > 2.0 ha b) 1.5 2.0 ha c) 1.0 1.5 ha d) 0.5 1.0 ha e) < 0.5 ha Gambar 4. Halaman informasi spasial luas lahan komoditas padi per desa d. Informasi Spasial Luas Lahan Komoditas Jagung Informasi spasial luas komoditas jagung per desa sebagaimana Gambar 5, terdiri dari : a) > 2.0 ha b) 1.5 2.0 ha c) 1.0 1.5 ha d) 0.5 1.0 ha e) < 0.5 ha Gambar 6. Halaman informasi spasial luas lahan komoditas ketela per desa f. Informasi Spasial Jumlah Tanaman Kelapa Informasi spasial jumlah tanaman kelapa per desa sebagaimana Gambar 7, terdiri dari : a) > 20 batang b) 15 20 batang c) 10 15 batang d) 5 10 batang e) < 5 batang Gambar 7. Halaman informasi spasial jumlah tanaman kelapa per desa Gambar 5. Halaman informasi spasial luas lahan komoditas jagung per desa g. Informasi Spasial Luas Komoditas Tanaman Tebu Informasi spasial luas komoditas tanaman tebu per desa sebagaimana Gambar 8, terdiri dari : a) > 80 ha b) 60 80 ha c) 40 60 ha d) 20 40 ha e) < 20 ha SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 14

Gambar 8. Halaman informasi spasial luas komoditas tebu per desa h. Informasi Spasial Luas Komoditas Kacang Informasi spasial luas komoditas kacang per desa sebagaimana Gambar 9, terdiri dari : a) > 1.2 ha b) 0.9 1.2 ha c) 0.6 0.9 ha d) 0.3 0.6 ha e) < 0.3 ha Gambar 9. Halaman informasi spasial luas komoditas kacang per desa i. Informasi Spasial Luas Komoditas Kedelai Informasi spasial luas komoditas tanaman tebu per desa sebagaimana Gambar 10, terdiri dari : a) > 1.2 ha b) 0.9 1.2 ha c) 0.6 0.9 ha d) 0.3 0.6 ha e) < 0.3 ha KESIMPULAN 1. Pemetaan berbasis Sistim Informasi Geografis (SIG) bisa menyajikan data lebih komprehensif dan informative serta accesable secara online 2. Dari informasi kelerengan, sebagian besar wilayah Kab. Kudus tergolong datar, sebagain ada yang curam dan sangat curam yaitu pada wilayah kec. Dawe karena daerah pegunungan (Muria). 3. Dari informasi tentang curah hujan, sebagian besar wilayah Kab. Kudus tergolong lembab, sebagian kering pada daerah tikur dan basah pada daerah utara (wilayah pegunungan Muria) 4. Dari informasi jenis tanah, wilayah Kab. Kudus terbagi menjadi dua jenis, yaitu latosol dibagian utara dan alluvial dibagian selatan. 5. Dari informasi hidrologi, wilayah Kab. Kudus terbagi menjadi dua bagian, sedang pada bagian tengah dan sedang pada bagian utara dan selatan. 6. Dari informasi kelerengan, sebagian besar wilayah Kab. Kudus tergolong datar, sebagain ada yang curam dan sangat curam yaitu pada wilayah kec. Dawe karena daerah pegunungan (Muria). 7. Dari informasi komoditas padi, hampir semua daerah bagus produksi padinya, ada daerah yang sangat tinggi produksinya (76,495 ton/th) yaitu daerah kec. Undaan, dan satu daerah yang rendah yaitu kec. Kota 8. Dari informasi komoditas jagung, ada tiga daerah yang sangat tinggi produksinya, yaitu; kec.dawe, Gebog dan Jekulo, sedangkan daerah yang rendah adalah kec. Kota 9. Dari informasi komoditas ketela, daerah yang sangat tinggi produksinya (26,252 ton/th) adalah di kec.dawe, dan daerah yang rendah (745 ton/th) adalah kec. Jati 10. Dari informasi komoditas kelapa, daerah yang sangat tinggi produksi kelapanya (1,196,600 ton/th) adalah di kec. Undaan, dan daerah yang rendah (dibawah 9,000 ton/th) ada dua yaitu kec. Jati dan kota. 11. Dari informasi komoditas tebu, daerah yang sangat tinggi produksinya ada tiga kecamatan, yaitu; Dawe, Jekulo dan Kaliwungu, sedangkan daerah yang daerah ada dua yaitu kec. Undaan dan kota UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada DIKTI yang telah mendanai penelitian Hibah Bersaing di Kabupaten Kudus. Gambar 10. Halaman informasi spasial luas komoditas kedelai per desa DAFTAR PUSTAKA Asyk, M. 1995. Penyediaan Tanah untuk Pembangunan, Konversi Lahan Pertanian dan Langkah Penanggulangannya, Tinjauan Propinsi Jawa Barat. Makalah dalam SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 15

Lokakarya Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Pangan. Bogor, 31 Oktober-2 November 1995. Bachtiar, S. 1999. Pengendalian Alih Guna Tanah Pertanian. Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Pertanahan, Puslitbang BPN, Jakarta. Dewanti, R dan M. Dimyati. 1998. Remode Sensing dan Sistem Informasi Geografis untuk Perencanaan. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah, Jakarta Direktorat Penatagunaan Tanah. 2004. Inventarisasi dan Zonasi Tanah Sawah Beririgasi di Indonesia. Badan Pertanahan Nasional, Jakarta. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press. Bogor. Jogiyanto.H.M. 1990. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur. Penerbit ANDI: Yogyakarta. Mariadi, G. dan B. Suryanto. 1997. Berkurangnya Lahan Pertanian dan Kaitan Masalahnya (Kasus Jawa Tengah). Didalam: Suryana, A. et.al. 1997. Membangunan Kemandirian dan Daya Saing Pertanian Nasional Dalam Menghadapi Era Industrialisasi dan Perdagangan Bebas. PERHEPI, Jakarta. Nasoetion, L. dan J. Winoto. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Didalam: Hermanto (eds), Prosiding Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air:pp.64-82. PSE dan Ford Foundation. Prahasta, E. 2008. Remote Sensing : Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Informatika, Bandung Sumaryanto. 1995. Analisis Kebijakan Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bekerjasama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Peranian Nasional. Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Jakarta SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013 G 16