POTENSI TEKNOLOGI PEMANEN KABUT DI DATARAN TINGGI NGOHO (154L)

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PEMANEN KABUT (FOG HARVESTING) SEBAGAI SOLUSI MENGATASI MASALAH KEKERINGAN PADA DATARAN TINGGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB IV INTERPRETASI KUANTITATIF ANOMALI SP MODEL LEMPENGAN. Bagian terpenting dalam eksplorasi yaitu pengidentifikasian atau

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Penentuan Titik sampel. Mengukur Sudut Duduk Daun Pemeliharaan Setiap Klon

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

ALAT ALAT PENGUKUR HUJAN

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

IbM DUSUN GALENGDOWO DESA GALENGDOWO YANG MASYARAKATNYA MENGKONSUMSI AIR KERUH

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Penggunaan air pada bidang sanitasi sangatlah penting.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

PENELITIAN AIR TANAH DI WADUK PUNTUK SURUH KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

ANALISA CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KEC. SUMBAWA DAN LABUHAN BADAS WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA (29 JANUARI 2017)

POTENSI KETERSEDIAAN AIR TANAH DI DESA LIMO KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR - SUMATERA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

Transkripsi:

POTENSI TEKNOLOGI PEMANEN KABUT DI DATARAN TINGGI NGOHO (154L) Aditya Riski 1, Puji Utomo 2, Taufiq Ilham Maulana 3, dan Musofa 4 1 Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Email: adityariski.ipan@gmail.com 2 Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Email: puji.utomo@mail.ugm.ac.id 3 Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Email: taufiq.ilham.m@mail.ugm.ac.id 4 Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Email: musofa@mail.ugm.ac.id ABSTRAK Kekeringan terjadi di dusun Ngoho, Desa Kemitir, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah selalu terjadi di musim tengah kemarau.. Akan tetapi daerah tersebut memiliki potensi kabut yang sangat besar, yang selalu terjadi baik di musim basah maupun musim kering. Potensi ini bisa menjadi solusi untuk menjawab masalah yang terjadi.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air kabut yang mampu diperoleh dari teknologi pemanen kabut empat buah standard fog collector dipasang di dua lokasi berbeda, yaitu di tempat tertinggi desa dengan ketinggian 1500 dpl dan pada tanah desa 1480 dpl, dengan azimuth 90 O dan 180 o. Pengamatan dilakukan oleh penduduk setempat, meliputi jumlah air yang ditangkap setiap harinya dan kondisi cuaca. Pengumpulan data selama empat bulan diperoleh pada kondisi hanya terjadi kabut masing masing model (model 1,2,3,4) mampu menangkap air rata rata 0,57; 0,33; 1,6; 2,47 liter. Alat yang paling banyak menghasilkan air adalah model 4 yang dipasang pada lokasi 1, dengan ketinggian 1500 dpl dan azimuth 90 O. Model 4 mampu menghasilkan air 2 liter/m 2 /hari untuk durasi kabut 4 jam dan 8 liter/m 2 /hari untuk durasi kabut 8 jam. Kata kunci: air kabut, standar fog collector 1. PENDAHULUAN Kekeringan menjadi masalah global yang semakin meluas di banyak belahan dunia, beriringan dengan isu perubahan iklim. Banyak cara yang dicari untuk mengatasi masalah langkanya ketersediaan air untuk memenuhi kehidupan manusia, terutama langkah langkah yang berkelanjutan yaitu langkah agar lingkungan dapat terus lestari hingga generasi selanjutnya. Kondisi kekeringan juga terjadi di Dusun Ngoho, Desa Kemitir, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berdasarkan informasi dari kepala desa setempat, ketika musim kemarau tiba sumur warga tidak lagi mengeluarkan air. Penelitian lain yang dilakukan oleh Badan Geologi Jawa Tengah dengan pembuatan sumur artesis sedalam 200 m juga tidak memberikan hasil. Kehidupan ekonomi warga yang sebagian besar bertani harus berhenti ketika musim kemarau akibat minimnya ketersediaan air. Meskipun daerah Ngoho berhawa dingin akan tetapi tanaman tetap membutuhkan air untuk tumbuh. Kebutuhan air untuk ternak juga terbatas sehingga hewan ternak tidak bisa tumbuh dengan optimal. Berbeda dengan kondisi sulitnya memperoleh air, dataran tinggi Ngoho memiliki potensi kabut yang tinggi. Kabut hampir setiap hari muncul, dimana pada saat musim kemarau biasa terjadi pada sore hari menjelang gelap, dan pada saat musim hujan biasa terjadi pada pukul 11.00. Air yang terkandung pada kabut yang muncul tinggi, terbukti ketika melewati kabut, rambut dan pakaian akan menjadi basah. Potensi kabut begitu besar namun belum terdapat teknologi untuk bisa memanfaatkannya. Dari kondisi kekeringan dan potensi kabut inilah muncul sebuah gagasan untuk menerapkan teknologi pemanen kabut yang mampu menangkap dan mengumpulkan air dalam kabut sehingga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penerapan teknologi ini tidak bisa dilakukan secara serta merta karena diperlukan penelitian awal agar ketika teknologi ini benar benar diterapkan mampu bekerja secara optimal. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 53

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui besarnya air kabut yang mampu dikumpulkan oleh teknologi pemanen kabut pada lokasi penelitian. Cara peng-install-an yang paling efektif meliputi lokasi dan arah azimuth juga dicari agar hasil dari teknologi ini menjadi paling optimal. 2. AREA STUDI Penelitian dilakukan di Dusun Ngoho, Desa Kemitir, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang terletak pada koordinat 7 14 05.95 LS dan 110 16 15.74 BT. Lokasi penelitian berada di perbatasan Kabupaten Semarang dengan Kabupaten Temanggung, dengan ketinggian 1500 m DPAL (Lihat Gambar 1). Kondisi lokasi penelitian (Gambar 2) memiliki kabut yang potensial. Pada musim kemarau kabut mulai muncul pukul 18.00, sedangkan pada musim hujan kabut sudah ada mulai pukul 11.00. Lokasi penelitian : Dsn. Ngoho,Desa Kemitir Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 3. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 2. Kondisi Lokasi Penelitian Standard Fog Collector (SFC) digunakan sebagai model dalam penelitian ini. Alat ini terdiri dari jaring seluas 1 m 2. jaring dipasang dengan ketinggian 2 meter diatas tanah. Pada sisi kanan dan kiri jaring dilekatkan dengan besi pemancang, kemudian diikat dengan menggunakan kawat agar kuat dalam jangka waktu 4 bulan masa L - 54 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

penelitian. Penelitian ini menggunakan jaring paranet yang menjadi bahan yang mudah ditemukan di Indonesia dengan harga terjangkau. Bagian bawah dari jaring dipasang talang pengumpul air dengan ukuran (panjang x lebar x tinggi) 1 0,1 0.1 m. Bagian ujung dari salah satu talang ditutup dan ujung lainnya dihubungkan dengan selang yang telah dihubungkan dengan jerigen pengumpul. Talang dipasang dengan kemiringan ± 2% agar air yang tertangkap cepat mengalir ke dalam jerigen pengumpul. Air yang terkumpul dalam jerigen diukur setiap hari. Perkuatan pada bagian bawah pemancang menggunakan fondasi dangkal, dengan Panjang sisi 15 cm dan kedalaman 30 cm. Fondasi menggunakan beton tanpa tulangan. Model yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Model SFC Terpasang Pada penelitian ini alat dipasang pada lokasi sebagai berikut : 1. Lokasi A (Tanah Desa 15 m ketinggian 1485 dpl) Model 1 : Alat dipasang dengan azimuth 180 o Model 2 : Alat dipasang dengan azimuth 90 o 2. Lokasi B (Lokasi Tertinggi di Dusun Ngoho) Model 3 : Alat dipasang dengan azimuth 180 o Model 4 : Alat dipasang dengan azimuth 90 o Masing-masing model untuk selanjutnya diamati setiap harinya selama masa penelitian. Data yang diamati meliputi jumlah air yang mampu tertangkap setiap harinya dan kondisi cuaca seperti kejadian hujan, durasi kabut, intensitas kabut. Pencatatan dilakukan setiap hari pukul 08.00 pagi, waktu pengamatan tidak berubah-ubah selama masa penelitian. Pencatatan dilakukan oleh seorang petugas yang ditunjuk oleh tim peneliti, petugas dipilih dari kalangan masyarakat sekitar. Pemeriksaan dan perawatan alat dilakukan rutin satu kali tiap bulan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 55

4. HASIL PENELITIAN Dari penelitian yang telah dilakukan selama 4 bulan dari bulan Maret hingga bulan Juli 2013 telah terkumpul data air yang dipanen. Data tersebut tercampur dengan kondisi air yang terkumpul dari hujan. Selanjutnya data air yang hanya terkumpul dari kabut dan dari hujan dipisahkan. Berikut pada Tabel 1 ditampilkan data air terkumpul hanya dari kabut. Bulan Maret April Minggu Penelitian Tabel 1. Jumlah Air Terkumpul dari Kabut. Volume ( Liter ) Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Intensitas kabut minggu 1 0.4 0.2 0.5 1 tipis minggu 2 0 0 0.5 1 sedang minggu 3 minggu 4 April-Mei minggu 8 Mei minggu 5 0 0 1 2 sedang minggu 6 0 0 1 1 sedang minggu 7 0 0 0.6 0.2 tipis minggu 9 0 0 0.5 1 sedang minggu 10 0.1 0.1 1.5 2 tebal minggu 11 0.8 0.5 3.2 3.5 sedang 0 0 1 2 tipis 1 1 2 2.5 sedang 0 0 1 1 sedang Mei-Juni minggu 12 2 1.5 8 8 tebal Juni minggu 13 Juni Juli minggu 14 1 0.5 1.5 2 tipis 0 0 0.2 0.5 sedang 1 1.5 3.5 7 tebal 0.5 0 1 4 sedang 0 0 1 2 tipis minggu 15 0 0 0.5 1 tipis minggu 16 minggu 17 minggu 18 0 0 0.4 0.9 tipis 0 0 1 2 sedang 1 0.5 1 3 sedang 0 0 0.5 1 sedang 1.5 1 2 3 tebal 0 0 0.5 1 sedang 1 0 0 2 tipis 3 1 4 6.5 tebal 2 1 3 5.5 tebal Rerata 0.573 0.331 1.596 2.467 5. DISKUSI Analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa rerata jumlah air tertinggi terdapat pada model nomer 4 yaitu model yang terletak pada tanah tertinggi di Dusun Ngoho dan pada arah azimuth 90 o. Dari sini bisa dilihat bahwa angin dominan yang membawa udara lembab bertiup dari arah selatan ke utara maupun sebaliknya. L - 56 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi 4 merupakan lokasi dan cara peng-install-an yang paling optimal. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya jumlah air yang mampu diperoleh. Selain itu elevasi lokasi yang berada pada tanah tertinggi desa memungkinkan pengairan dilakukan dengan gravitasi. Model 4 menurut data dari pengamatan observer menunjukkan untuk intensitas kabut selama 4 jam air mampu terkumpul sebanyak 2 liter. Untuk kabut selama 8 jam air mampu terkumpul sebanyak 8 liter untuk 1m 2 jaring. Penduduk sekitar memberikan keterangan ketika musim kemarau tiba, kabut akan lebih lembab dan memiliki waktu kejadian yang cukup lama, sehingga bisa dikatakan di musim kemarau alat ini cukup bisa diandalkan sebagai salah satu solusi dalam memecahkan masalah kekeringan di Dusun Ngoho. 6. KESIMPULAN a. Dataran tinggi Ngoho memiliki potensi penangkapan kabut dengan jumlah air rerata yang mampu ditangkap berkisar antara 0,3 2,4 liter/m 2 /hari. b. Cara pemasangan alat paling efektif diperoleh pada model 4 dengan lokasi padaa tanah tertinggi desa dan azimuth 90 o c. Model 4 mampu mengumpulkan air sebanyak 2 liter/m 2 untuk durasi kabut 4 jam dan 8 liter/m 2 untuk durasi kabut 8 jam DAFTAR PUSTAKA Gambar 4. Grafik Rerata Perolehan Air Klemm, O. dkk. (2012). Fog as a Fresh-Water Resource : Overview and Perspectives. AMBIO 2012, Vol. 41, 221 234. Marzol, M.V., Sanchez Megia, J.L... (2008). Fog Water Harvesting in Ifni, Morocco An Assessment of Potential and Demand. Atmospheric Research, Vol. 139, 97-119. Marzol, M.V. (2002). Fog Water Collecting in a Rural Park in the Canary Islands (Spain). Atmospheric Research, Vol. 64, 239-250. Marzol, M.V. (2008), Temporal Characteristic of Fog Water Collecting during Summer in Tenerife (Canary Islands, Spain). Atmospheric Research, Vol. 87, 352-361. Schemenauer, R.S. dan Cereceda, Pilar. (1994). A Proposed Standard fog Collector for Use in High-Elevation Region. Journal of Applied Meteorology, Vol.33, 54-55. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 57