Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain

dokumen-dokumen yang mirip
KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP ENERGI METABOLISME AYAM KAMPUNG

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

Penggunaan kadar protein berbeda pada ayam kampung terhadap penampilan produksi dan kecernaan protein

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Substitusi Ransum Jadi dengan Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur

EFEK ENZIM PAPAIN PADA BERBAGAI PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PRODUKSI DAN KECERNAAN PROTEIN AYAM KAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Ade Trisna*), Nuraini**)

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

MATERI DAN METODE. Materi

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015 di Kandang

PENGARUH PRODUKSI KARKAS AYAM BROLILER YANG DIBERI PAKAN SUPLEMENTASI LIMBAH RESTO MASAKAN PADANG DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

PERTUMBUHAN AYAM BURAS PERIODE GROWER MELALUI PEMBERIAN TEPUNG BIJI BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAMK) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Performans Pertumbuhan dan Produksi Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Transkripsi:

TINGKAT KONSUMSI, KONVERSI DAN INCOME OVER FEED COST PADA PAKAN AYAM KAMPUNG DENGAN PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN 1), Nonok Supartini, S.Pt.,Mp. 2), Hariadi Darmawan, S.Pt.,MP. 3) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. ABSTRAK Penelitian dilaksanakan Desa Dadaprejo, Sumbersekar, Kota Batu, Kabupaten Malang Jawa Timur, pada bulan Agustus 2013 sampai September 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat protein dan enzim yang berpengaruh pada konsumsi, konversi, IOFC, dan bobot badan ayam kampung, serta mengetahui komposisi terbaik antara protein pakan dan penambahan enzim. Materi yang digunakan adalah ayam kampung yang dipelihara mulai umur 7 hari sampai 60 hari sebanyak 180 ekor yang berasal dari persilangan antara ayam kedu dengan ayam Bangkok. Penelitian ini terdapat 12 kombinasi perlakuan yaitu P1E1 (Protein 17% + Enzim 0,05%), P1E2 (Protein 17% + Enzim 0,075%), P1E3 (Protein 17% + Enzim 0,1%), P2E1 (Protein 16% + Enzim 0,05%), P2E2 (Protein 16% + Enzim 0.075%), P2E3 (Protein 17% + Enzim 0,1%), P3E1 (Protein 15% + Enzim 0,05%), P3E2 (Protein 15% + Enzim 0,075%), P3E3 (Protein 15% + Enzim 0,1%), P4E1 (Protein 14% + Enzim 0,05%), P4E2 (Protein 14% + Enzim 0.075%), P4E3 (Protein 14% + Enzim 0,1%). Metode yang digunakan adalah percobaan faktorial, menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan dilanjutkan dengan Uji BNT. Ayam penelitian memiliki ciri fisik yang sama dengan ayam kedu. Uji statistik menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap masing-masing variabel penelitian. Penelitian dengan nilai perlakuan terbaik terhadap bobot badan, konsumsi, konversi, dan IOFC berturut-turut yaitu: P2E2 sebesar 539.64 gram; P2E2 sebesar 1.599,12 gram; P1E2 sebesar 2,78; P1E2 sebesar 6.832,63. Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain LEVEL OF CONSUMPTION, CONVERSION, AND INCOME OVER FEED COST (IOFC) IN ADDITION TO THE VILLAGE CHICKEN FEED ENZYME PAPAIN ABSTRACT Research conducted Dadaprejo Village, Sumbersekar, Batu, Malang in East Java, in August 2013 to September 2013 This study aims to determine the level of proteins and enzymes which affect consumption, conversion, IOFC, and chicken body weight, as well as knowing the composition best between the feed and the addition of the enzyme protein. The material used is chicken reared from the age of 7 days to 60 days as many as 180 tails derived from a cross between kedu chicken with Bangkok chicken. This study found that 12 combination treatment P1E1 (Protein 17% + Enzyme 0,05%), P1E2 (Protein 17% + Enzyme 0,075%), P1E3 (Protein 17% + Enzyme 0,1%), P2E1 (Protein 16% + enzyme 0,05%), P2E2

(Protein 16% + enzyme 0.075%), P2E3 (Protein 17% + enzyme 0,1%), P3E1 (Protein 15% + enzyme 0,05%), P3E2 (Protein 15% + enzyme 0,075%), P3E3 (Protein 15% + enzyme 0,1%), P4E1 (Protein 14% + enzyme 0,05%), P4E2 (Protein 14% + enzyme 0.075%), P4E3 (Protein 14% + enzyme 0,1%). The method used was a factorial experiment, using a completely randomized design and followed by LSD test. Chicken research has physical characteristics similar to chicken kedu. Statistical tests showed that the treatment effect is not significantly different (P> 0.05) to each of the study variables. Research the best treatment to the value of body weight, consumption, conversion, and IOFC respectively are: P2E2 of 539.64 grams; P2E2 of 1599.12 grams; P1E2 of 2.78; P1E2 at 6832.63. Keywords: consumption, conversion, income over feed cost, native chicken, enzyme papain. PENDAHULUAN Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang memiliki keunggulan tersendiri yaitu dengan cita rasa dagingnya yang khas, sehingga banyak disenangi oleh konsumen. Menurut Aman (2011), pada tahun 2001 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan tahun 2005 2009 konsumsi ayam kampung di indonesia dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton. Tetapi produksi daging ayam kampung di indonesia tergolong cukup rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuan pasar dalam negeri kita sendiri. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pertambahan bobot ayam kampung, sehingga perlu adanya peningkatan mutu dan kualitas dari segi pemeliharaannya, terutama pada pakan yang diberikan ke ayam kampung itu sendiri. Maka dari itu perlu dilakukannya pengolahan dengan perlakuan tertentu pada pakan ayam kampung. Pakan berkualitas harus memiliki kandungan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan umur ayam dan tujuan pemeliharaannya. Sehingga pakan yang sempurna yaitu dengan kandungan zatzat nutrisi yang seimbang akan memberikan hasil yang lebih optimal. Sesuai dengan pendapat Setioko dan Iskandar (2005); Sapuri (2006), yang menyatakan bahwa Faktor lainnya adalah dengan perbaikan genetik dan peningkatan dalam manajemen pemeliharaan ayam kampung yang harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan. Pemanfaatan bioteknologi pada pakan juga merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pakan. Penerapan teknologi ini biasa dilakukan dengan penambahan enzim-enzim pada ransum pakan ternak dengan harapan kualitas pakan lebih baik. Enzim papain ini merupakan enzim protease yang dapat memecahkan atau menguraikan dengan sempurna ikatan peptida protein pakan menjadi ikatan peptida sederhana, sehingga meningkatkan dan membantu kecernaan ayam terhadap pakan tersebut. Tingginya tingkat kecernaan pakan tersebut dapat mempengaruhi tingkat konsumsi, konversi dan IOFC ayam kampung. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan Desa Dadaprejo, Sumbersekar, Kota Batu, Kabupaten Malang Jawa Timur, pada bulan Agustus 2013 sampai September 2013. Materi yang digunakan adalah ayam kampung yang

dipelihara dari umur 7 60 hari sebanyak 180 ekor yang berasal dari persilangan ayam kedu dan ayam bangkok. Ayam ini dipelihara di kandang baterei yang terbuat dari bambu, dengan lantai dasar kandang dari semen, alas lantai menggunakan sekam dan koran, lalu atapnya menggunakan genteng. Kandang penelitian tersebut dibagi 36 sekat dengan ukuran 80x70 cm kemudian di setiap sekatnya masing-masing 5 ekor ayam kampung. Pada umur 7-21 hari, pakan yang digunakan dalam penelitian ayam kampung ini adalah pakan komersial BR1 yang di produksi oleh PT. Japfa Commfeed Indonesia, Tbk. Tabel 1. Kandungan Nutrisi BR1 Comfeed EM PK LK SK Bahan Pakan Ca (%) P (%) (kkal/kg) (%) (%) (%) BR1 Comfeed 2900-3200 21 3-7 5 0.9-1.1 0.6-0.9 Sedangkan pada umur pemeliharaan 22-60 hari, pakan yang digunakan untuk ayam penelitian ini adalah pakan perlakuan yang berasal Tabel 2. Kandungan Pakan Perlakuan No Bahan Pakan EM (kkal/kg) dari bahan-bahan ransum yang mudah di dapat di sekitar dan ketersidiaannya yang cukup continue. PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) P (%) 1 Jagung Kuning 2935.77 ¹ 9.39 ¹ 4.58 ¹ 2.9 ¹ 0.82 ² 0.17 ² 2 Bekatul 1451.85 1 10.64 1 14.42 1 6.42 1 0.061 ³ 0.16 ³ 3 Konsentrat Comfeed 2367.06 ¹ 39.7 ¹ 3.91 ¹ 3.74 ¹ 6.87 ² 0.59 ² 4 Minyak Kelapa Sawit 9000 0 100 0 0 0 5 Usfa mineral 0 0 0 0 55 0 6 Bungkil Kedele 2955.05 ¹ 55.9 ¹ 1.22 ¹ 7.78 ¹ 0.87 ² 0.5 ² Tabel 3. Susunan Bahan Pakan Perlakuan dan Kandungan Zat Makanan Berdasarkan Perhitungan Komposisi Bahan Pakan Bahan Pakan PK 17 % (P1) PK 16 % (P2) PK 15 % (P3) PK 14 % (P4) Jagung Kuning 64 65,6 68 69,2 Bekatul 9,4 10,2 11 12,6 Konsentrat Comfeed 20 18 16 13,2 Minyak Kelapa Sawit 2,8 2,9 3 3 Usfa mineral 0,5 0,5 0,5 0,5 Bungkil Kedele 3,3 2,8 1,5 1,5 Total 100 100 100 100 Tabel 4. Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

Kandungan Nutrisi PK 17 % PK 16 % PK 15 % PK 14 % (P1) (P2) (P3) (P4) Energy Metabolis (Kkal/kg) 2838,298 2843,768 2849,085 2841,266 Bahan Kering (%) 84,84 84,75 84,84 84,57 Bahan organik (%) 94,62 94,87 95,17 95,44 Protein kasar (%) 17,145 16,315 15,116 14,294 Lemak Kasar (%) 7,909 8,113 8,345 8,521 Serat Kasar (%) 3,464 3,448 3,393 3,426 Kalsium (%) 2,208 2,025 1,952 1,77 Pospor (%) 0,258 0,248 0,235 0,223 Sumber : Hasil Perhitungan Dari Tabel 4 Penelitian menggunakan metode percobaan Faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). dengan 2 faktor : Faktor I :Terdiri dari 4 level protein : P 1 : Protein 17% P 2 : Protein 16% P 3 : Protein 15% P 4 : Protein 14% Faktor II : Terdiri dari 3 level enzim papain : E 1 : Enzim 0.05% E 2 : Enzim 0.75% E 3 : Enzim 0.1% Kombinasi perlakuan P1E1 = kandungan PK 17% dan enzim papain 0,05% (W/W) P1E2 = kandungan PK 17% dan enzim papain 0,075% (W/W) P1E3 = kandungan PK 17% dan enzim papain 0,1% (W/W) P2E1 = kandungan PK 16% dan enzim papain 0,05% (W/W) P2E2 = kandungan PK 16% dan enzim papain 0,075% (W/W) P2E3 = kandungan PK 16% dan enzim papain 0,1% (W/W) P3E1 = kandungan PK 15% dan enzim papain 0,05% (W/W) P3E2 = kandungan PK 15% dan enzim papain 0,075% (W/W) P3E3 = kandungan PK 15% dan enzim papain 0,1% (W/W) P4E1 = kandungan PK 14% dan enzim papain 0,05% (W/W) P4E2 = kandungan PK 15% dan enzim papain 0,075% (W/W) P4E3 = kandungan PK 16% dan enzim papain 0,1% (W/W) Analisis data menggunakan analisis of varian (ANOVA). Apabila ada perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Yitnosumarto, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Ayam Kampung Penelitian Ayam kampung ini masih jarang dibudidayakan karena ayam persilangan ini umumnya masih tergolong baru. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ayam kampung penelitian memiliki ciri fisik antara lain: Tubuh terlihat besar dan kompak, Leher pendek, sayap miring kebelakang dan kaki pendek. Hal ini didukung oleh pendapat Ikhsan (2012), yang menyatakan bahwa ayam kampung hasil persilangan antara ayam kedu dan bangkok memiliki kesamaan ciri fisik dengan ayam kampung jenis Kedu, yaitu dimana keduanya memiliki ciri fisik berupa ukuran tubuh yang sama atau kompak, kedua sayap

tertutup kuat, sayap miring ke belakang dan kaki pendek. (IOFC) dan Bobot Badan Ayam Kedu Standar Tingkat Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost Tabel 5. Standar Tingkat Konsumsi, Konversi, IOFC dan Bobot Badan No. Item Ayam Kedu 1 Konsumsi 2193,71 (Umur 9 Minggu) (Nataamijaya, 2008) 2 Konversi 3.48 (Umur 9 Minggu) (Nataamijaya, 2008) Ayam Objek Penelitian Umur 60 hari(po) 1497.10 gram 1.97 3 IOFC 5768 8623.77 4 Bobot Badan 630,72 g (Umur 9 Minggu) (Nataamijaya, 2008) 764.14 gram Diduga bahwa fisiologis saluran pencernaan ayam penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan ayam kedu, hal ini dikarenakan jumlah konsumsi, konversi, IOFC maupun bobot badan ayam penelitian lebih baik dibandingkan dengan ayam kedu. Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot Badan Bobot badan ayam kampung memiliki nilai ekonomis dan merupakan suatu indikator untuk menilai tingkat produksi daging pada ayam kampung, akan tetapi berat ayam kampung memang relatif lebih rendah. Rendahnya produktifitas atau pertumbuhan ayam kampung ini disebabkan oleh kurang terpenuhinya kebutuhan gizi yang sesuai dengan ayam kampung sehingga dapat menghambat pertumbuhan ayam kampung itu sendiri. Menurut pendapat Rasyaf (2006), bobot badan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi, sehingga perbedaan kandungan zat-zat makanan pada pakan dan banyaknya pakan yang dikonsumsi akan berpengaruh pada pertambahan bobot badan yang dihasilkan, ini karenakan kandungan zat-zat makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal. Tabel 6. Rata-Rata Bobot Badan Ayam Kampung Perlakuan Enzim P1 P2 P3 P4 ------------------------------------gr----------------------------------- E1 469.22±215.31 527.08±67.16 391.14±193.74 429.17±73.27

E2 522.92±88.57 539.64±126.85 430.42±129.36 406.11±113.84 E3 503.08±165.27 489.42±142.05 345.94±20.89 380.75±80.12 Total 1495.22±469.15 1556.14±336.06 1167.5±343.99 1216.03±267.23 Rataan 498.41±156.38 518.71±112.02 389.17±114.66 405.34±89.08 Hasil uji analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot badan ayam kampung. Nilai bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P2E2 yaitu sebesar 539.64 gram pada perlakuan yang diberi pakan PK 16% dan suplementasi enzim papain 0,075%. Rataan bobot badan pada ayam kampung berkisar pada 452.91 gram. Sedangkan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P3E3 yakni sebesar 345.94 gram dengan pakan PK 15% yang disuplementasi enzim papain 0,1%. Hal ini juga tidak berbeda jauh dengan pendapat Mariandayanii et al. (2013), yang menyatakan bahwa ratarata berat ayam kampung jantan umur 8 minggu yaitu adalah 441,56 gram/ekor dan betina 358,74 gram/ekor. Sedangkan menurut Rahayu et al. (2010), rata-rata bobot ayam kampung umur 8 minggu adalah 600 gram/ekor. Tabel 7. Rata-Rata Jumlah Konsumsi Dari data tersebut menunjukan adanya peningkatan yang lebih dominan pada perlakuan dengan kadar protein yang sama dan penambahan enzim papain 0,075% (E2). Sedangkan penambahan enzim papain sebesar 0,05% dengan kadar protein yang sama pada pakan, lebih dominan menunjukan penurunan dan penambahan enzim papain sebesar 0,1% dominan memiliki nilai terendah dibanding dengan dua perlakuan sebelumnya. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Konsumsi Jumlah Konsumsi ransum oleh ayam kampung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, lingkungan, imbangan zat-zat makanan, kualitas ransum, bangsa ternak, kecepatan pertumbuhan, bobot badan, tingkat produksi, palatabilitas ransum dan tingkat energi ransum. Berdasarkan penelitian rata-rata jumlah konsumsi ayam penelitian yaitu : Perlakuan Enzim P1 P2 P3 P4 ------------------------------------gr----------------------------------- E1 1324.49±368.37 1429.06±277.73 1292.78±375.36 1246.73±68.19 E2 1342.9±320.19 1599.12±296.34 1363.43±383.03 1372.36±136.74 E3 1501.12±349.27 1505.76±252.14 1261.38±225.66 1371.65±224.73 Total 4168.51±1037.83 4533.94±826.21 3917.59±984.05 3990.74±429.66 Rataan 1389.50±345.94 1511.31275.40 1305.86±328.02 1330.25±143.22

Analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang siginifikan atau tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap Jumlah konsumsi ayam kampung. Nilai rata-rata dari jumlah konsumsi semua perlakuan ayam kampung yaitu sebesar 1.384,23 gram. Perlakuan P2E2 dengan kandungan protein 16% dan penambahan enzim papain 0,075% pada pakan merupakan perlakuan dengan tingkat konsumsi tertinggi yaitu sebesar 1.599,12 gram. Sedangkan nilai konsumsi terendah dimiliki oleh perlakuan P4E1 yaitu pakan dengan kandungan protein 14% dan penambahan enzim papain 0,1% dengan nilai konsumsi sebesar 1.246,73 gram. Berdasarkan tabel diatas perlakuan dengan kadar protein yang sama dan penambahan enzim papain 0,075% (E2) mengalami peningkatan yang lebih dominan. Sedangkan Tabel 8. Rata-Rata Konversi Ayam Kampung penambahan enzim papain sebesar 0,1% dengan kadar protein yang sama pada pakan, lebih dominan menunjukan penurunan terhadap jumlah konsumsi ayam kampung dan penambahan enzim papain sebesar 0,05% dominan memiliki nilai terendah dibanding dengan dua perlakuan sebelumnya. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ayam Kampung Konversi pakan merupakan salah satu standar produksi untuk menilai efisiensi pakan yang dikonsumsi ternak menjadi daging atau sebagai patokan tingkat produktifitas ayam. Nilai konversi pakan disebabkan oleh adanya selisih yang semakin besar atau rendah pada perbandingan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Perlakuan Enzim P1 P2 P3 P4 ----------------------------------------------------------------------- E1 3.31±0.66 2.91±0.16 4.32±1.84 3.31±0.73 E2 2.78±0.33 3.26±0.38 3.59±0.43 4±1.2 E3 3.4±0.72 3.56±0.72 4.1±0.49 4.07±0.39 Total 9.49±1.71 9.73±1.26 12.01±2.76 11.38±2.32 Rataan 3.16±0.57 3.24±0.42 4±0.92 3.79±0.77 Analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi ayam kampung. Nilai rata-rata konversi semua perlakuan ayam kampung yaitu sebesar 3,55. Perlakuan P3E1 merupakan perlakuan dengan tingkat konversi tertinggi yaitu sebesar 4,32, dengan nilai kandungan protein 15% dan penambahan enzim papain 0,5% pada pakan. Sedangkan nilai konversi terendah dimiliki oleh perlakuan P1E2 yaitu sebesar 2,78, dengan kandungan

protein 17% dan penambahan enzim papain 0,075% pada pakan. Menurut pendapat Mulyono (2004), konversi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan pakan yang kurang efisien, dan sebaliknya angka yang mendekati 1 berarti semakin efisien. Perlakuan kadar protein yang sama dengan penambahan enzim papain 0,1% (E3) mengalami peningkatan yang lebih dominan. Sedangkan perlakuan kadar protein yang sama dengan penambahan enzim 0,05%(E1) dan 0,075%(E2) mendapatkan respon yang lebih baik Tabel 9. Rata-Rata Income Over Feed Cost (IOFC) Ayam Kampung yaitu dengan nilai konversi lebih rendah dibanding dengan perlakuan sebelumnya (E3). Pengaruh Perlakuan Terhadap Income Over Feed Cost (IOFC) Menurut Rasyaf (2003) menyatakan bahwa dikaitkan dengan pengangan produksi dari segi teknis maka dapat diduga bahwa semakin efisien ayam dalam mengubah makanan menjadi daging yang artinya konversi ransumnya sangat baik semakin baik juga pula nilai IOFC-nya. Perlakuan Enzim P1 P2 P3 P4 ----------------------------------------------------------------------- E1 5220.43±3625.33 6261.43±432.96 3681.53±3089.74 4840.37±2013.84 E2 6382.63±1145.04 5657.77±1863.9 4275±1756.43 2410.812690.16 E3 5162.4±2634.91 4833.47±2321.51 2641.93±534.8 3182.7±1208.61 Total 16765.46±7405.28 16752.67±4618.37 10598.46±5380.97 11845.1±5633.26 Rataan 5588.49±2468.43 5584.22±1539.46 3532.82±1793.66 3948.37±1877.75 Berdasarkan analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang siginifikan atau tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap Jumlah konsumsi ayam kampung. Tidak berbeda nyatanya perlakuan ini disebabkan oleh berimbangnya jumlah konsumsi dan bobot akhir setiap perlakuan sehingga menunjukan nilai akhir IOFC yang tiap perlakuanya memiliki selisih atau perbedaan yang tidak terlalu besar. Nilai rata-rata IOFC semua perlakuan yaitu sebesar 4663.48. Perlakuan P1E2 dengan kandungan protein 16% dan penambahan enzim papain 0,075% pada pakan merupakan perlakuan terbaik terhadap nilai yaitu sebesar 6.832,63. Menurut Rasyaf (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai IOFC akan semakin baik pula pemeliharaan yang dilakuan, karena tingginya IOFC berarti penerimaan yang didapat dari hasil penjualan ayam juga semakin tinggi. Sedangkan nilai IOFC terendah dimiliki oleh perlakuan P3E3 yaitu pakan dengan kandungan protein 14% dan penambahan enzim papain 0,1% dengan nilai konsumsi sebesar 2.641,93. Perlakuan kadar protein yang sama dengan penambahan enzim 0,05%(E1) dan 0,075%(E2) memiliki interaksi yang lebih baik, sehingga memiliki nilai IOFC lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan E3

pada tingkat protein yang sama, yaitu penambahan enzim sebesar 1%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa setiap perlakuan dengan kandungan protein 17% (P1), 16% (P2), 15% (P3), 14% (P4), dan penambahan enzim 0,05% (E1), 0,075% (E2), dan 0,1% (E3) pada pakan tidak memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak berbeda nyata pada konsumsi, bobot badan, konversi, dan IOFC ayam kampung. Perlakuan dengan komposisi terbaik terhadap konsumsi adalah perlakuan P2E2 dengan nilai konsumsi sebesar 1.599,12 gram. Komposisi terbaik terhadap nilai bobot badan juga dimiliki oleh perlakuan P2E2 yaitu dengan nilai bobot badan ayam kampung sebesar 539.64 gram. Konversi terbaik yaitu dengan nilai konversi terendah dimiliki oleh perlakuan P1E2 sebesar 2,78. Sedangkan perlakuan terbaik terhadap IOFC yaitu adalah perlakuan P1E3 denan nilai tertinggi sebesar 7.572,80. SARAN Disarankan perlakuan dengan penambahan enzim sebesar 0,075% menjadi patokan dalam pemeliharaan ayam kampung karena menunjukan nilai atau respon terbaik terhadap hasil akhir pemeliharaan. Dan disarankan dilakukannya penelitian lanjutan yang serupa akan tetapi dengan penerapan pakan perlakuan yang hanya dimuali pada ayam kampung yang telah memiliki dewasa tubuh atau saluran pencernaan yang telah sempurna untuk menerima pakan perlakuan. DAFTAR PUSTAKA Aman, Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta Setioko, A.R. dan S. Iskandar. 2005. Review Hasil Hasil Penelitian dan dukungan Teknologi Dalam Pengembangan Ayam Lokal. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Semarang, 25 September 2005. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal. 10 19. Sapuri, A. 2006. Evaluasi Program Intensifikasi Penagkaran Bibit Ternak Ayam Buras di Kabupaten Pandeglang (sekripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor. Ikhsan. 2012. Efek Pemberian Pakan Dengan Level Protein Yang Berbeda Terhadap Energi Metabolis Ayam Kampung. Jurusan Peternakan. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Skipsi. Nataamijaya, A. G. 2008. Karakteristik dan Produktivitas Ayam Kedu Hitam Rasyaf, M. 2003. Berternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya: Jakarta. Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta Mariandayani, H. N., Dolihin, D.D., Sulandari, S. Sumantri, C. 2013.

Keragaman Fenotipik dan Pendugaan Jarak Genetik pada Ayam Lokal dan Ayam Broiler Menggunakan Analisis Morfologi. Jurnal Veteriner. 14(4): 475-484 Rahayu, B. W. I., Widodo, A. E. P. 2010. Penampilan Pertumbuhan Ayam Persilangan Kampung Dan Bangkok. Jurnal Ilmu Peternakan. 5(2): 77 81. Mulyono, S. 2004. Beternak Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar Swadaya: Jakarta.