Kriteria Imkan Rukyat Kesepakatan Perlu Diubah Disesuaikan dengan Kriteria Astronomis. Posted on 24 Mei 2012 by tdjamaluddin.

dokumen-dokumen yang mirip
Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

Kata Mereka Menyatukan Zona Waktu Menguntungkan:... Posted on 9 Juni 2012 by tdjamaluddin About these ads (

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

Kapan Idul Adha 1436 H?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

Wawancara Merdeka.com: Metode hisab dan Rukyat Bisa Disatukan karena Ilmu Astronomi Bisa Tentukan Awal Bulan Sesuai Dalil Rukyat

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

Arah Qiblat Masjid Nabawi dan Masjid Kobe. Posted on 10 Desember 2010 by tdjamaluddin About these ads (

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA'

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

ALMANAK KALENDER TAHUN 2017 LEMBAGA FALAKIYAH PWNU JAWA TIMUR

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

Polemik Ramadhan Ketinggian Hilal Harus 2 derajat?

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI)

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA' (Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla' Wilayatul Hukmi) 1

Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop...

MAKALAH ASTRONOMI KALENDER BULAN. Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi. Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL

HISAB RUKYAT DALAM ASTRONOMI MODERN. T. Djamaluddin 1

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi?

Kaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat,

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Post

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam

/16/dengan-menyamakan-kriteria-mereka-bisa-bersatu-kita-pun-semestinya-bisa/) ).

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

Penentuan Awal Bulan Qomariah

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap

BAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul

IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penetapan awal bulan kamariah, terdapat beberapa metode yang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan. 2. ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah ditentukan

ASTRONOMI MEMBERI SOLUSI PENYATUAN UMMAT

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)

IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009

Metode Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Rukyat or Hisab; Local or Global? (Lanjutan)

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FATWA MUI TENTANG PENENTUAN AWAL RAMADHAN, SYAWAL, DAN DZÛ AL-HIJJAH (UPAYA REKONSTRUKSI METODOLOGIS)

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

OTORITAS DALAM PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH (KONFRONTASI ANTARA PEMIMPIN NEGARA DAN PEMIMPIN ORMAS KEAGAMAAN) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

Mam MAKALAH ISLAM. Tuntunan Islam tentang Gerhana

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

Pengantar Memahami Astronomi Rukyat

PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG

BAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS,

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,

BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

CONTOH PERHITUNGAN AWAL BULAN QAMARIAH

BAB I PENDAHULUAN. pemeluknya untuk berfikir terbuka, dan menolak setiap aturan, norma, yang menyalahi

BAB III PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT. A. Letak Geografis dan Sejarah Pantai Kartini Jepara

BAB III YAYASAN LAJNAH FALAKIYAH AL HUSINIYAH CAKUNG SEBAGAI TEMPAT PENGAMATAN HILAL. A. Letak Geografis Yayasan Lajnah Falakiyah al Husiniyah

BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu

TINJAUAN UMUM TENTANG HADIS-HADIS HISAB-RUKYAT DAN TRADISI ISLAM PEMBAHARU DI TIMUR TENGAH DAN INDONESIA... 55

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar

BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA. A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan. yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya.

Inilah Hisab 1 syawal 1430 dan prediksi 1 Syawwal 1430 H diperbagai negara «MUSLI...

Transkripsi:

1 of 8 10/10/12 08:28 ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ******************** =========================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Kriteria Imkan Rukyat Kesepakatan 2-3-8 Perlu Diubah Disesuaikan dengan Kriteria Astronomis Posted on 24 Mei 2012 by tdjamaluddin i 2 Votes T. Djamaluddin Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementeria Agama RI (http://tdjamaluddin.files.wordpress.com

2 of 8 10/10/12 08:28 /2012/05/bulan-awal-rajab-14331.png) Dalam penentuan awal bulan qamariyah, kriteria imkan rukyat (kemungkinan rukyat) atau visibilitas hilal merupakan titik temu antara pengikut rukyat dan pengikut hisab.dengan kriteria itu, maka hasil hisab diupayakan sama dengan hasil rukyat. Hal itu bisa terlaksana kalau kriteria imkan rukyat didasarkan pada data astronomi kesaksian hilal. Itulah sebabnya astronomi bisa memberikan solusi penyatuan ummat (http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/08/19/astronomi-memberi-solusi-penyatuan-ummat/)dengan tawaran kriteria visibilitas hilalnya. Namun saat ini, kriteria yang kita gunakan hanya berdasarkan kesepakatan (http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/09/26/lokakarya-kriteria-awal-bulan-perwakilan-ormas-islambersepakat/) yang belum sepenuhnya mengikuti kriteria astronomi. Akibatnya, hasil rukyat bisa saja berbeda dengan hasil hisab, walau pun ketinggiannya sudah lebih dari 2 derajat. Contohnya, rukyat Rajab 1433 seperti dilaporkan situs resmi NU (http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38057-lang,idc,nasional-t,hilal+tak+terlihat++1+rajab+jatuh+pada+rabu-.phpx) berikut ini: Hilal Tak Terlihat, 1 Rajab Jatuh pada Rabu Selasa, 22/05/2012 08:01 Jakarta, NU Online Rukyatul hilal atau observasi bulan sabit untuk menentukan awal bulan Rajab 1433 H yang dilakukan pada Senin (21/5) petang, bertepatan dengan 29 Jumadal Tsaniyah 1433 H, tidak berhasil melihat hilal. Dari 90 titik rukyat di Indonesia tak satu pun melaporkan hilal. Ini terjadi karena aktifitas rukyat terkendala cuaca. Sebagian daerah mendung bahkan hujan pada saat dilakukan rukyat. Selain itu, meski telah memenuhi kriteria imkanur rukyat atau visibilitas pengamatan 2 derajat, posisi hilal pada saat dilakukannya rukyat baru pada ketinggian minimal 3,27 derajat. Atas dasar istikmal maka tanggal 1 Rajab 1433 jatuh pada hari Rabu, 23 Mei 2012, kata Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU), KH A. Ghazalie Masroeri kepada NU Online di Jakarta, Senin (21/1) malam. Data hisab dalam almanak PBNU yang diterbitkan oleh LFNU menunjukkan, ijtima atau konjungsi telah terjadi pada hari ini, pukul 06.42 WIB. Untuk markaz Jakarta, hilal pada saat matahari terbenam nanti sudah berada di ketinggian 3,27 derajat dengan posisi miring ke utara, dan akan berada di ufuk selama 18 menit 20 detik. Dengan pertimbangan waktu ijtima dan posisi hilal tersebut diperkirakan hilal sudah dapat terlihat pada saat matahari tenggelam Senin, namun kemungkinannya sangat kecil. Karena hilal tak terlihat pada saat dilakukannya rukyat maka sesuai ketentuan syariat harus dilakukan istikmal atau penyempurnaan bilangan bulan Jumadal Tsaniyah 1433 menjadi 30 hari. Dan umat Islam yang menjalankan puasa sunnah Rajab, baru bisa mulai puasa pada Rabu besok. Mengapa tidak terlihat, walau ketinggiannya sudah lebih dari 2 derajat? Ya, karena ketampakan hilal dipengaruhi oleh kontras antara cahaya hilal yang redup dengan cahaya senja (syafak) yang masih cukup terang. Kontras itu bukan hanya dipengaruhi oleh ketinggian dari ufuk, tetapi juga jaraknya dari matahari. Oleh karenanya saya mengusulkan Kriteria Hisab Rukyat Indonesia (http://tdjamaluddin.wordpress.com /2010/08/02/analisis-visibilitas-hilal-untuk-usulan-kriteria-tunggal-di-indonesia/) sebagai berikut:

3 of 8 10/10/12 08:28 1. Jarak sudut bulan-matahari > 6,4 o. 2. Beda tinggi bulan-matahari > 4 o. Nah, pada saat maghrib 21 Mei 2012 bulan sudah cukup tinggi, lebih dari 3 derajat dan beda tinggi bulanmatahari lebih dari 4 derajat, jadi memenuhi syarat ke-2. Tetapi jarak bulan-matahari masih terlalu dekat (lihat gambar posisi bulan-matahari di awal tulisan ini), hanya sekitar 4,5 derajat. Artinya, syarat pertama tidak terpenuhi. Mengapa bisa tidak terlihat? Karena jarak bulan yang terlalu dekat dengan matahari, menyebabkan cahaya hilal kalah oleh cahaya syafak yang cukup kuat di sekitar matahari. Lebih jelas lagi kalau kita bandingkan secara grafis dengan kriteria visibilitas hilal Odeh untuk Rajab 1433 (http://www.icoproject.org/icop/shw33.html). Terlihat bahwa di wilayah Indonesia hilal tidak mungkin bisa dirukyat pada 21 Mei 2012, baik dengan alat optik, apalagi dengan mata telanjang (Indonesia berada di wilayah dengan warna putih, yang berarti tidak mungkin bisa rukyat hilal). Kasus ini menunjukkan, bahwa kriteria 2-3-8 (tinggi hilal lebih dari 2 derajat, jarak bulan-matahari lebih dari 3 derajat, dan umur hilal lebih dari 8 jam) perlu disempurnakan lagi, disesuaikan dengan kriteria visibilitas hilal. Dengan kriteria imkan rukyat yang berbasis astronomi, maka hilal yang terlalu rendah akan

4 of 8 10/10/12 08:28 ditolak, sementara bila hilal telah cukup tinggi dan jarak bulan-matahari cukup jauh yang memenuhi kriteria imkan rukyat maka awal bulan dapat ditetapkan, baik terlihat atau pun tidak karena sudah didasarkan pada rukyat jangka panjang. Filed under: 1. Astronomi & Antariksa, 2. Hisab-Rukyat «Konsep Geosentrik yang Usang Menginspirasi Wujudul Hilal Jangan Ada Dikotomi Antara Sains dan Islam» 17 Tanggapan 1. Drs. H. Abd. Salam, S.H. M.H. Wakil Ketua Pengadilan Agama Watansoppeng, on 27 Mei 2012 at 15:27 said: Assalamu alaikum. Prof, permasalahan utama sulitnya mempersatukan pergantian bulan/menentukan tanggal 1 qomariyah, adalah karena ummat Islam beranggapan bahwa menentukan tanggal 1 Ramadlan dan tanggal 1 Syawal adalah ibadah. Menurut saya tidak, menetukan 1 Ramadlan dan 1 Syawal itu tidak ubahnya dengan menentukan tanggal 1 Muharram, 1 Safar, 1 Rabiulawal dan seterusnya itu adalah domain ilmu pengetahuan yang tidak memerlukan dalil agama (Al-Qur-an dan hadits). Karenanya itu tugas ilmuwan bukan tugas ahli-tafsir dan ahli hadits. Hadits Nabi shuumuu liru yatih. sebagai reaksi basyariyah atas pertanyaan sahabat yang melihat hilal, kalau dibahasakan oh,, kalau begitu kita sudah masuk tanggal 1 bulan Ramadlan karenanya mari kita berpuasa!. Hal tersebut karena saat itu belum ada ilmu hisab, maka kebiasaan mereka menandai pergantian bulan itu dengan adanya hilal baru. Saat ini telah ada ilmu hisab dan dari ilmu hisab tersebut para ahli dapat menghitung ijtima. Fenomena ijtima terjadi sebulan sekali, saatnya singkat, mengapa bukan ijtima itu saja yang kita pedomani sebagai batas awal dan akhir bulan. Jika itu sepakat, maka kita tinggal aplikasi, karena kesepakan kita pergantian hari qomariyah itu dimulai saat ghurubus syamsyi, maka daerah-daerah yang ghurubnya bersamaan dengan ijtima adalah daerah kritis (perbatasan bulan), Belahan timur perbetasan akhir-awal bulan sebagai daerah yang masih bulan lama sedangkan belahan baratnya adalah masuk bulan baru. Selama kita ummat Islam masih bersikukuh imkanur-ru yah 4 derajat, 3,5 derajat, 3 derajat, 2 derajat atas dasar alasan hadits Nabi, selamanya kita tidak menemukan kesamaan. Ijtima sebagai batas awal dan akhir bulan adalah alasan yang cukup ilmiyah dan sedikit resistensi perbedaannya. Kesimpulan saya, Profesor tidak perlu haits dalam menentukan tanggal 1 Ramadlan atau 1 Syawal, sama halnya ketika anda membuat kalender standar apa yang anda buat dalam menentukan tanggal 1 Muharram, tanggal 1 Safar dst. Wassalam immx, on 25 Juli 2012 at 14:51 said: Trus apa dasarnya kalau awal bulan itu terjadi setelah adanya ijtima, walaupun belum terlihat hilalnya. Kenapa tanggung begitu, ditetapkan aja misal 10 derajad sebelum ijtima, toh sama2 gak ada dasarnya. Biar sekalian bedanya gitu lhoh. immx, on 25 Juli 2012 at 14:54 said:

5 of 8 10/10/12 08:28 Trus apa dasarnya kalau awal bulan itu terjadi setelah adanya ijtima, walaupun belum terlihat hilalnya. Kenapa tanggung begitu, ditetapkan aja misa 10 derajad sebelum ijtima, toh sama2 gak ada dasarnya. Biar sekalian beda gitu lhoh. umar, on 2 September 2012 at 22:27 said: tanggung gimana broo sudah pas pergantian hari batas dasarnya ijtima karena sa at itulah titik nolnya broo setelah ijtima /konjungsi/sejajar kemudian berselisih lagi.. selisih itulah mulainya perhitungan pergantian waktu/hari yg baru walaupun mungkin belum bisa dilihat dengan mata, tapi dengan ilmu bisa diketahui bukankan dalam akhir ayat al qur an banyak disebutkan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu berfikir menggunakan akalnya. apa ada yang menyebutkan. Allah akan meninggikan derajat orang yang melihat dengan matanya (meninggikan derajat ini mungkin di dunia ataupun di akhirat). 2. Adi Damanhuri, on 27 Agustus 2012 at 13:20 said: Like,,,, abd.salam, on 17 Juli 2012 at 13:24 said: Professor sudah benar, Hadits Nabi perintah qoth i tak boleh dibuang, yang berbuat selain itu adalah Bid ah coni, on 2 September 2012 at 22:45 said: bid ah itu kalau tanpa dasar al qur an ato hadist rasulullah ato sahabat nabi, kalau dah paham tentang bid ah semoga semua yang bid ah-bid ah bisa dihindari. diakui dikatakan kalo itu sesat tanpa dasar syari at Islam. abd.salam, on 6 September 2012 at 10:48 said: Mana hadits kalo Rasul memulai Ramadhan/Syawal hanya dengan Hisab.???? Terus hadits sahih. qoth i yang memerintahkan RUKYAH mau diapakan.??? dibuang.??? inikah yang disebut inkar sunnah..?? ivan, on 6 September 2012 at 12:36 said: Terus Hadist yang menyatakan bahwa Rasululloh saw sendiri mengatakan umat Islam waktu itu adalah Umat Ummi yang tidak menulis dan tidak menghitung bulan, mau dikemanakan? Apa pernyataan anda di atas itu harus dibilang Wow gituh? 3. w.sakti, on 20 Juli 2012 at 04:07 said: Maaf, saya orang awam. Penafsiran dalil tentang jatuhnya bulan puasa serta perhitungan para ahli sangat

6 of 8 10/10/12 08:28 4. jauh untuk bisa dipahami orang awam seperti saya. Sehingga orang awam cenderung untuk mengikuti orang yang dipercayainya atau yang bisa diterima dalam suatu kelompok. Gesekan di tingkat grass root yang terjadi seringkali berawal dari statement dan perilaku patron umat (ahli, ulama, maupun tokoh masyarakat). Saya sependapat dengan bapak abd. salam. Kalau Profesor menginginkan adanya keseragaman dalam penentuan hilal, apakah tidak sebaiknya ditentukan garis bulan secara sains dulu prof, sehingga kita bisa membedakan awal bulan dan akhir bulan. Kalau garis bulan sudah ditentukan, kok menurut saya semuanya akan mudah. Jadi penentuan hilal ramadhan tidak perlu lagi menjadi polemik yang berkepanjangan yang mana masing2 pendapat saling mengunggulkan metodenya sendiri2. Hemat saya metode hisab (penentuan bulan dengan menggunakan perhitungan) adalah cara untuk menjembatani metode rukyat yang tidak selalu berhasil. Secara tidak langsung ulasan prof menunjukkan ada yg salah dalam metodologi hisab terutama bagi kalangan astronom sendiri, yaitu TIDAK ADANYA TEOREMA atau KESAMAAN PERSEPSI TENTANG GARIS/BATAS BULAN. SJAIFUL BAHRI, on 28 Juli 2012 at 13:54 said: Saya pernah baca buku AL KISAH No. 21/8-21 Okt 2007 Hal. 143-144 tentang Kisah Ulama K.H. Turaichan Adjuri Lahir di Kudus Tahun 1916, beliau pernah menentukan waktu I dul Fitri Tahun 1990 yang berbeda dengan Pemerintah. Dan juga menentang Maklumat Pemerintah yang menyeru agar masyarakat bersembunyi di rumah-rumah ketika gerhana matahari, dan beliau juga menganjurkan umat melihat gerhana dan mendirikan sholat gerhana. KH. Turaichan adalah kisah kecil dari pembangkangan kaum astronom dalam menghitung waktu, sebagaimana kisah besarnya adalah GALILEO yang terpenjara di Kota Arcetri ITALIA pada tahun 1632, karena menebar Mahdzhab HELIOSENTRISME Bahwa Matahari adalah pusat semesta alam seperti ditulisnya dalam Scrip Dialogue... GALILEO subversib terhadap doktrin Gereja di bawah otoritas PAUS URBANUS yang GEOSENTRISME. Adapun GALILEO adalah pendukung COPERNICUS, tetapi K.H. Turaichan adalah penyokong Kitab AL MATHLA US SA ID dari Mesir yang banyak mempengaruhi pemikiran beliau. Ilmu Falak adalah ilmu waktu. Dunia Bisnis mengenal waktu adalah uang Orang Jawa menyebutnya Pakuwon (Ilmu), sedang dalam islam waktu adalah Ibadah. Pak Prof. Djamaludin saya sempat lihat artikel 23 tahun dalam agenda Sidang Isbat Tahun 1991 M/1441 H, http://rukyatulhilal.org/artikel/23-tahun-isbat-indonesia.html bahwa Ijtimak /Konjungsi ( Posisi Bulan Segaris dengan Matahari dan Bumi / Tusuk Sate ) Tgl. 15-04-1991 terjadi pukul 02.40 wib dan hasil Ru yat tanggal Tgl. 15-04-1991 adalah tinggi hilal 3 35 dan hasil sidang isbat Klaim rukyat Pelabuhan Ratu, Cakung, Klender diterima, Apakah Pak Prof. Waktu itu sudah menjadi Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementerian Agama RI.? tdjamaluddin, on 28 Juli 2012 at 22:41 said: Tahun 1991 saya masih di Kyoto, tetapi mengikuti semua perkembangan hisab rukyat di Indonesia. Dulu banyak kesaksian hilal yang kontroversial secara astronomi, tetapi diterima karena belum adanya kesepakatan kriteria imkan rukyat. ivan, on 29 Juli 2012 at 11:13 said: Jika memang semua sudah sepakat dengan kriteria imkan rukyat, Tidak perlu lagi ada pengiriman tim rukyat ke lapangan sebagai bagian dari Metoda Penetapan Awal bulan Hijriyah KECUALI kalau Keakuratan Hitungan Astronomi yang sudah canggih sekarang ini MASIH

7 of 8 10/10/12 08:28 5. DIRAGUKAN KEAKURATAN HITUNGANNYA Kalau Keakuratannya sudah tidak usah diragukan, saya berharap Pak Thomas untuk menganjurkan / mengajak secara intens kepada Kubu Penganut Rukyat, agar bisa menggunakan METODA Penetapan Awal Bulan Hijriyah TIDAK PERLU MENUNGGU LAPORAN HILAL Sehingga Sidang Isbat tidak perlu dilakukan setiap tahun tapi bisa 10 atau 100 tahun sekali, langsung kalender hijriyah untuk 10 atau 100 tahun ke depan bisa sekaligus diumumkan Subroto, on 2 Agustus 2012 at 08:33 said: Prof. Ada satu studi kasus: penetapan awal bulan di Oslo + daerah2 sekitar kutub utara & Selatan. Metoda Rukyat (hakiki maupun Imkan) gagal total. Referensi: http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2012/07/oslo-tanpa-ramadhan-musimpanas.html Bagaimana tanggapan anda? 6. tdjamaluddin, on 2 Agustus 2012 at 09:02 said: Kondisi tidak normal seperti itu juga terjadi pada penentuan waktu shalat. Secara fikih itu biasa, solusi fikihnya gunakan daerah normal didekatnya (untuk kasus penentuan awal bulan) atau waktu normal sebelumnya (untuk waktu shalat). Subroto, on 2 Agustus 2012 at 10:03 said: Prof Apakah tidak lebih baik seandainya usulan kriteria Visibilitas yg baru ini disosialisasikan dgn membuat softwarenya yg dapat diunduh secara gratis seperti software ICOP metoda Odeh. tdjamaluddin, on 2 Agustus 2012 at 12:06 said: Kalau kriterianya kita sepakati, software mudah dibuat. Saya sudah membuat aplikasi sendiri, tetapi perlu disempurnakan. Blog pada WordPress.com. Tema: Digg 3 Column oleh WP Designer. Ikuti Follow ******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ********************

8 of 8 10/10/12 08:28 ======================================================== Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi Powered by WordPress.com