EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

dokumen-dokumen yang mirip
EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

EXECUTIVE SUMMARY PENGELOLAAN BASIS DATA DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SUMBER DAYA AIR BIDANG IRIGASI

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

EXECUTIVE SUMMARY PENGELOLAAN BASIS DATA DAN SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR BIDANG IRIGASI

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. lahan sawah diketahui bahwa kebutuhan lahan sawah domestik dan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

I. PENDAHULUAN. umum disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KARAKTERISASI DAN EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO DI KAB. DONGGALA DAN PARIGI MOUTONG PROV. SULTENG MENDUKUNG MP3EI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

I. PENDAHULUAN. di wilayah Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jaringan jalan yang terdapat di

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik. Terwujudnya sistem sanitasi yang baik tidaklah mudah, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam


BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TANJUNG JABUNG TIMUR

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Transkripsi:

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N S U M B E R D A Y A A I R SATUAN KERJA BALAI IRIGASI Jalan Cut Meutia, Bekasi 17113, PO BOX 147; Telp. : (021) 8801365 ; Fax.: (021) 8801345; E - m a i l : k a i r i g a s i l @ p u s a i r - p u. g o. i d & i r i g a s i @ p u s a i r - p u. g o. i d

KATA PENGANTAR Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain, (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 20/PRT/M/2011), tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota. Tujuan Kegiatan pengkajian ini adalah untuk mengembangkan kriteria data dan informasi yang akurat dengan SIG (Sistem Informasi Geografi), mengenai : potensi pengembangan dan alih fungsi lahan irigasi, sehingga para pemangku kepentingan akan lebih efektif dan efisien dalam menentukan kebijakan Fenomena alih fungsi lahan beririgasi menjadi lahan permukiman dan industri menjadi salah satu kendala bagi pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, dalam jangka panjang alih fungsi lahan akan berdampak terhadap menurunnya ketahanan pangan nasional. Dalam rangka mengidentifikasi hal tersebut, dperlukan sistem pengelolaan basis data (Database Management System) dan dilakukan pengkajian data alih fungsi lahan sawah beririgasi dan zonasi potensi lahan irigasi. Hasil dari studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan awal untuk menentukan skala prioritas dalam upaya menentukan kebijakan dalam mempertahankan dan pengembangan kawasan irigasi. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan kegiatan dan terima kasih kepada semua fihak yang telah membantu dalam penyusunan executive summary ini. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M Eng NIP: 19540425 198012 1 002 Puslitbang Sumber Daya Air i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR/FOTO... ii DAFTAR TABEL... ii 1. Latar Belakang...1 2. Tujuan...1 3. Sasaran...1 4. Lingkup Kegiatan...2 5. Metoda...2 6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan...4 7. Kesimpulan dan Saran...7 7.1 Kesimpulan...7 7.2 Saran...7 LAMPIRAN FOTO LAPANGAN...8 DAFTAR GAMBAR/FOTO Gambar 1 Metoda kegiatan zonasi dan alih fungsi lahan irigasi...3 Gambar 2 Peta alih fungsi lahan irigasi pulau Jawa (2006-2011)...5 Gambar 3 Peta potensi lahan irigasi pulau Jawa (2011)...6 Gambar 4 Alih fungsi lahan irigasi untuk permukiman, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, (2012)...8 Gambar 5 Alih fungsi lahan irigasi untuk kawasan industri dan niaga Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, (2012)...8 Gambar 6 Alih fungsi lahan irigasi untuk lembaga pendidikan dan fasilitas umum, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, (2012)...8 DAFTAR TABEL Tabel 1 Rekapitulasi perubahan tata guna lahan di Pulau Jawa...4 Tabel 2 Perubahan Lahan irigasi (sawah) di Pulau Jawa (2006-2011)...5 Tabel 3 Potensi lahan irigasi di pulau Jawa (2011)...6 Pusat Litbang Sumber Daya Air ii

1. Latar Belakang Luas Irigasi di Indonesia 7.469.796 ha yang terbagi atas 33.210 Daerah Irigasi tersebar hampir di 6000 Daerah Aliran Sungai (DAS). Pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun menjadikan konsekuensi logis terjadinya peningkatan kebutuhan pangan, dengan jumlah penduduk Indonesia ± 237,64 juta jiwa, (BPS 2010) saat ini membutuhkan bahan pangan pokok sekurang-kurangnya 53 juta ton beras, Penyediaan kebutuhan pokok tersebut perlu didukung oleh kondisi lahan beririgasi yang mencukupi. Namun hal tersebut terkadang menjadi masalah ketika terjadi alih fungsi lahan beririgasi menjadi permukiman, industri, perkantoran, pembangunan infra struktur dan lain-lain yang menyebabkan penurunan luas baku sawah atau lahan irigasi yang pada akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya ketahanan pangan nasional; seharusnya adanya alih fungsi lahan tersebut harus diimbangi dengan pencetakan lahan sawah baru guna mencukupi kebutuhan bahan pangan tersebut. Fenomena alih fungsi lahan beririgasi menjadi lahan permukiman dan industri menjadi salah satu kendala bagi pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain, termasuk didalamnya menetapkan kebijakan pengembangan lahan beririgasi, sesuai Peraturan Menteri. Pekerjaan Umum, Nomor : 20/PRT/M/2011, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota. Dalam rangka mengidentifikasi hal tersebut, dperlukan sistem pengelolaan basis data (Database Management System) dan dilakukan pengkajian data alih fungsi lahan sawah beririgasi dan zonasi lahan irigasi. Hasil dari studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan awal untuk menentukan skala prioritas dalam upaya menentukan kebijakan dalam mempertahankan dan pengembangan kawasan irigasi. 2. Tujuan Tujuannya adalah mengembangkan kriteria data dan informasi yang akurat dengan SIG (Sistem Informasi Geografi), mengenai : potensi pengembangan dan alih fungsi lahan irigasi, sehingga para pemangku kepentingan akan lebih efektif dan efisien dalam menentukan kebijakan 3. Sasaran Sasaran atau output kegiatan pengkajian ini adalah tersusunnya Model Sistem Zonasi dan Alih Fungsi Lahan Irigasi Puslitbang Sumber Daya Air 1

4. Lingkup Kegiatan Sesuai dengan Renstra Balai irigasi (2012-2014), lingkup kegiatan diarahkan untuk pengembangan data informasi yang meliputi : potensi lahan irigasi dan alih fungsi lahan beririgasi, dengan kegiatan Zonasi dan Alih Fungsi Lahan Irigasi, pada tahun 2012, kegiatannya berupa : 1) Pembuatan Peta Zonasi Pengembangan Lahan Irigasi 2) Pembuatan Peta Zonasi Alih Fungsi Lahan Irigasi Kegiatan pengkajian zonasi dan alih fungsi lahan irigasi terkait dengan ketersediaan data yang lebih memadai dan kebijakan penambahan lahan beririgasi akan dilakukan di Pulau Jawa, yaitu : Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan; Jawa Timur, 5. Metoda Pengkajian dilakukan untuk menentukan luasan alih fungsi lahan, data citra digital dan data sekunder luasan lahan sawah diidentifikasi dari berbagai sumber untuk kemudian dianalisa laju alih fungsi lahannya. Beberapa lokasi alih fungsi ditinjau (lokasi ditentukan secara acak) untuk memverifikasi data dan mengetahui penyebab alih fungsi lahan. Peta zonasi kesesuaian lahan untuk pengembangan irigasi disusun dengan menggunakan SIG dengan cara proses tumpang susun/ super posisi (super impose/overlay) diantara peta-peta rupa bumi, tutupan lahan, tanah, kesesuaian lahan, ketersediaan air dan parameter lainnya. (gambar 4.1) Kriteria penilaian indeks kesiapan daerah dalam pengembangan lahan irigasi dilakukan melalui diskusi dengan pemangku kebijakan dan narasumber terkait. Sebagai acuan awal atau data sekunder yang digunakan, antara lain: 1) luasan lahan pertanian (sawah beririgasi dan tidak beririgasi) 2) ketersediaan air dan jaringan, 3) kesesuaian lahan (topografi dan tanah) 4) administrasi dan kependudukan 5) data produksi komoditas unggulan, potensi daerah, dan lainnya Untuk memverifikasi kesesuaian kriteria, dan uji coba penilaian dilakukan di beberapa provinsi di Pulau Jawa. Hasil penilaian kemudian disempurnakan berdasarkan saran dan masukan berdasarkan data verifikasi. Pusat Litbang Sumber Daya Air 2

D a ta In p u t T a b e l L a p o ra n P e n g u k u ra n L a p a n g a n M a n a g e m e n D a ta d a n M a n ip u la s i S to ra g e (d a ta b a s e ) O u tp u t P e ta D a ta D ig ita l T a b e l In p u t R e trie v a l O u tp u t P e ta T e m a tik L a p o ra n C itra S a te lit F o to u d a ra p ro c e s s in g In fo rm a s i D ig ita l (s o ftc o p y ) D ata Lainnya Gambar 1 Metoda kegiatan zonasi dan alih fungsi lahan irigasi SIG merupakan sistem informasi berbasis pemetaan yang lebih dikenal sebagai perangkat lunak (software tools), dan geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, sehingga teknologi SIG memungkinkan untuk mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan atau tujuan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu analisis geografis melalui gambar-gambar petanya. Analisis SIG berkaitan dengan proses dan presentasi peta-peta skala kecil (peta tutupan lahan (land use), peta sawah dan peta kehutanan), namun demikian masih dapat ditingkatkan pemanfatannya, termasuk dalam analisis zonasi alih fungsi lahan irigasi, sesuai dengan resolusi inderaja dan pemanfaatan secara seri dengan periode citra inderaja tertentu. Pusat Litbang Sumber Daya Air 3

6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan konsultasi serta masukan dari narasumber, maka hasil kegiatan zonasi dan alih fungsi lahan irigasi,telah dilakukan analisis luasan lahan dan pemetaan pada 5 (lima) provinsi di pulau Jawa, yaitu: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur; 6.1 Zonasi Alih fungsi lahan irigasi Berdasarkan hasil pelaksanaan analisis data spasial diperoleh dari peta zonasi alih fungsi lahan irigasi, dapat diketahui penggunaan dan perubahan lahan irigasi di pulau Jawa periode tahun 2006-2011, sebagai berikut : Tabel 1 Rekapitulasi perubahan tata guna lahan di Pulau Jawa No. Penggunaan Lahan Tahun 2006 Tahun 2011 Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%) 1 Air Tawar 4,592.30 0.38 10,977.36 0.91 2 Area Permukiman 152,727.23 12.63 202,216.31 16.73 3 Bandara/Pelabuhan 732.39 0.06 - - 4 Hutan 8,861.01 0.73 14,560.28 1.20 5 Lahan Terbuka 4,773.84 0.39 185.23 0.02 6 Padang Rumput/Tanah Kosong 33.13 0.00 9,923.86 0.82 7 Perkebunan 162,466.59 13.44 155,403.28 12.86 8 Pertambangan - - - - 9 Rawa 687.88 0.06 1,645.94 0.14 10 Sawah 688,897.02 56.99 659,213.47 54.53 11 Semak Belukar 2,529.36 0.21 30,814.93 2.55 12 Tambak 42,096.57 3.48 37,064.10 3.07 13 Tegalan/Ladang 140,403.08 11.62 86,795.63 7.18 Jumlah 1,208,800.41 100.0 1,208,800.41 100.0 Sedangkan analisis berdasarkan lokadi setiap provinsi di pulau Jawa, dibuat tabel analisis luasan alih fungsi lahan irigasi (sawah), sebagai berikut : Pusat Litbang Sumber Daya Air 4

Tabel 2 Perubahan Lahan irigasi (sawah) di Pulau Jawa (2006-2011) No. Provinsi Tahun 2006 Tahun 2011 Perubahan lahan Luas (Ha) Luas (Ha) Ha % 1 Banten 81,705.38 80,761.75 943.63 1.15 2 Jawa Barat 395,952.22 354,899.54 41,052.67 10.37 3 Jawa Tengah 87,673.89 97,838.36 (10,164.47) (11.59) 4 DI. Yogyakarta 2,159.29 3,436.74 (1,277.45) (59.16) 5 Jawa Timur 121,406.24 122,277.07 (870.83) (0.72) Jumlah 688,897.02 659,213.47 29,683.55 4.31 Secara umum di pulau Jawa periode tahun 2006-2011, alih fungsi lahan irigasi (sawah) terjadi cukup luas, sebesar 29.683,55 ha, atau 4,31 %, terutama di provinsi Jawa Barat seluas 41.052,67 ha, namun demikian di provinsi Jawa Tengah justru terjadi penambahan lahan irigasi (sawah) seluas 10.164,47 ha, sedangkan lokasi alih fungsi lahan irigasi dapat dilihat pada gambar peta berikut : Gambar 2 Peta alih fungsi lahan irigasi pulau Jawa (2006-2011) Pusat Litbang Sumber Daya Air 5

6.2 Zonasi Potensi lahan irigasi Data spasial yang digunakan dalam analisis potensi lahan irigasi, adalah peta tanah, peta rupa bumi (kemiringan) dan ketersediaan air,; Berdasarkan analisis data spasial secara tumpang susun, diperoleh polygon/luasan/area, dari peta zonasi potensi lahan irigasi, dibuat tabel analisis, sebagai berikut: Tabel 3 Potensi lahan irigasi di pulau Jawa (2011) No Provinsi Luas Potensi Lahan irigasi (m 2 ) (Ha) (%) 1 Banten 802,156,608.22 80,215.66 7.17 2 Jawa Barat 3,194,031,166.46 319,403.12 28.54 3 Jawa Tengah 1,400,256,131.15 140,025.61 12.51 4 Jawa Timur 5,352,114,900.17 535,211.49 47.82 5 D.I. Yogyakarta 355,018,608.61 35,501.86 3.17 6 DKI Jakarta 89,580,799.32 8,958.08 0.80 Jumlah 11,193,158,213.93 1,119,315.82 100.00 Potensi pengembangan lahan irigasi di pulau Jawa seluas, 1.119.315,82 ha, terutama di provinsi Jawa Timur, seluas 535.211,49 ha (47.82 %), dan Jawa Barat seluas 319.403,12 ha (28.54 %). Lokasi potensi lahan irigasi di pulau Jawa dapat dilihat pada gambar peta berikut : Gambar 3 Peta potensi lahan irigasi pulau Jawa (2011) Pusat Litbang Sumber Daya Air 6

7. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis dan pemetaan, serta konsultasi atau masukan dari narasumber, maka kegiatan zonasi dan alih fungsi lahan irigasi, dapat disimpulkan dan sarankan, sebagai berikut : 7.1 Kesimpulan a. Alih fungsi lahan irigasi di pulau Jawa periode tahun 2006-2011 terjadi cukup luas sebesar (29.683,55 ha), atau 4,31 %, terutama di provinsi Jawa Barat (41.052,67 ha), namun demikian di provinsi Jawa Tengah justru terjadi penambahan lahan irigasi (sawah) sebesar (10.164,47 ha). b. Alih fungsi lahan biasanya untuk permukiman, dan industri, disamping pembangunan infra struktur (fasilitas umum dan jalan). c. Potensi pengembangan lahan irigasi di pulau Jawa cukup luas sebesar (1.119.315,82 ha), terutama di provinsi Jawa Timur (535.211,49 ha), dan Jawa Barat (319.403,12 ha), namun demikian penyebaran lahan potensial lokasinya menyebar dan dengan luasan kecil-kecil. 7.2 Saran a. Koordinasi dengan instansi terkait perlu ditingkatkan untuk kelengkapan acuan, referensi, dan penyempurnaan hasil analisis zonasi, karena data yang tersedia di masing-masing instansi perlu dipertimbangkan. b. Pengembangan daerah irigasi selanjutnnya perlu penelitian dan pengkajian kelayakannya lebih detail/rinci, baik sarana prasarana yang diperlukan maupun sarana pendukung lainnya. c. Kompetensi personil dalam mengelola, pengoperasian dan menganalisa data bidang SIG, perlu ditingkatkan terutama mengenai pengelolaan berkas basis data, operasi, pemanfaatan, analisis statistik, dan penyajian data/informasi, serta untuk pengembangan SIGSDA bidang irigasi maupun yang lainnya. Pusat Litbang Sumber Daya Air 7

LAMPIRAN FOTO LAPANGAN Alih fungsi lahan biasanya untuk permukiman, industri, dan pembangunan infra struktur (fasiitas umum dan jalan). Gambar 4 Alih fungsi lahan irigasi untuk permukiman, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, (2012) Gambar 5 Alih fungsi lahan irigasi untuk kawasan industri dan niaga Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, (2012) Gambar 6 Alih fungsi lahan irigasi untuk lembaga pendidikan dan fasilitas umum, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, (2012) Pusat Litbang Sumber Daya Air 8