BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai panca indra. Indra pertama yang penting yaitu indra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang

Membedakan Warna Protanopia, Deuteranopia, Tritanopia. Sudjoko KUSWADJI Yayasan Sudjoko Kuswadji

BAB I PENDAHULUAN. 2 dekade terakhir ini. Perdebatan semakin meningkat pada abad ini tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. apabila fungsi organ mata (makula dan saraf optik) normal, terdapat cukup cahaya

PREVALENSI BUTA WARNA PADA SISWA/SISWI SMU di KECAMATAN MEDAN HELVETIA

Prevalensi Buta Warna Pada Calon Mahasiswa yang Masuk di Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari adanya kecepatan produksi aqueous humor, tahanan terhadap. aliran keluarnya dari mata dan tekanan vena episklera.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terletak pada satu titik yang tajam (Ilyas, 2006), kelainan refraksi merupakan

Aplikasi Simulasi Tes Buta Warna Berbasis Android Menggunakan Metode Ishihara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk ciptaan Allah yang mulia, maka sangat beralasan jika Allah

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

RANGKUMAN MATERI HURUF HIJAIYAH. BACAAN ALIF LAM ( lam Ta rif )

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan yang sedang berlangsung di negara ini disertai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ataupun kesuksesan. Keberhasilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


dan 3 ماضي juga dapat di-tashrif (diubah) berdasarkan kata ganti, baik dalam bentuk المزيد

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu. mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007).

Bacaan Tahlil Lengkap

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDERA PENGLIHATAN KELOMPOK 9 PANJI KUNCORO ( ) NILA NURFADHILAH ( ) RAHMAD WEDI APRIANSYAH PUTRA ( )

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat. mengerti dan untuk dapat memecahkan suatu masalah.

Gambar 2.1. Anatomi Retina (Sherwood, 2011).

Lampiran 1 : Daftar Terjemah Bahasa Asing

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja secara otomatis, terintegrasi, dan terkoordinasi sehingga dengan

SMP NEGERI 2 PASURUAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Namun pemanfaatannya masih sebatas buah-buahan saja. Terlebih

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran penuh terhadap hubungan hubungan dan tugas-tugas sosial. kebodohan, keterbelakangan dan kelemahan. 3

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. logis, dan sikap kemandirian dalam diri peserta didik. Proses pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. perkara makan dan minum seperti yang tersebut dalam surat Al A Raf ayat

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

S-1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pertanyaan : Apa yang dapat anda katakan pada kami tentang Bumi

Penulis : Muhammad Ma mun Salman JILID 2

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup masyarakat atau suatu bangsa ke arah yang lebih maju,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

Dalam Bahasa Arab, kata keluhan dan aduan diungkap dengan Syakwa شكوى) ). Asal kata ini

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE PENUGASAN DAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN GALIRAN TAHUN 2013/ 2014 SKRIPSI

BAB V PENUTUP. dengan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dan mengolah data

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pertumbuhan ekonomi dan modernisasi disegala bidang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

ISLAM DAN TOLERANSI. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SIKLUS 1

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

PENGERTIAN TENTANG PUASA

Kajian Bahasa Arab KMMI /12 Shafar 1433 H 1

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian menunjukkan bahwa rutinitas ibadah shalat wajib memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

Oleh: Dwi Kurniati NPM :

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. olahraga dan rumah tangga. Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi adanya perkembangan teknologi

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia mempunyai panca indra. Indra pertama yang penting yaitu indra penglihatan mata. Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat (Selismeriem, 2011). Pada hakekatnya manusia di berikan beberapa indera oleh Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an pada surat An-Nahl : 78 yang disebutkan : و االله ا خ ر ج ك م من بط و ن ا مه ات ك م ل ا ت ع ل م و ن ش ي ي ا و ج ع ل ل ك م ال سم ع و ا لا ب ص ار و ا لا ف ي د ة ل ع لك م ت ش ك ر و ن. " Dan Allah mngeluarkan kamu dari perut ibumu, kamu tidak mengetahui sesuatupun dan allah memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan perasaan supaya kamu bersyukur ( QS.An Nahl : 78 ) Ada kelainan yang terjadi pada seseorang akibat kelainan genetik ataukah sebuah kecelakaan. Kelainan yang timbul adalah buta warna (Selismeriem, 2011). Menurut dr Amyta Miranty, Sp M, Presiden Direktur RS Mata Aini, Jakarta, orang tua perlu waspada dan segera memeriksakan anaknya bila tidak bisa membedakan warna atau salah menyebutkan warna meski sudah sering diajarkan. 1

2 Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan warna-warna tertentu saja. Oleh karena hal tersebut, identifikasi dini kelainan buta warna perlu dilakukan untuk membimbing anak dalam menentukan jenjang pendidikannya kelak (Ilyas, 2004). Buta warna umumnya bawaan atau herditer, ada juga yang di dapat misalnya pada penyakit pada di retina atau akibat keracunan (Sherwood, 2001). Penyakit herediter atau bawaan ini disebabkan oleh kelainan herediter di dalam kromosom atau gen pada satu atau kedua orang tua yang diturunkan pada keturunannya. Kromosom atau gen yang berubah dapat menyebabkan dihasilkannya protein abnormal yang mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh yang penting (Price, et. al., 2006). Buta warna bawaan atau herediter disebabkan adanya mutasi dalam kromosom X yang diturunkan ayah atau ibu. Kasus buta warna lebih banyak terjadi pada laki-laki. Karena laki-laki yang terbentuk dari kromosom XY hanya mempunyai satu kromosom X. Dengan demikian, jika kromosom X nya terganggu atau rusak, maka dia berpotensi lebih besar mengalami buta warna. Sementara pada perempuan yang terbentuk dari kromosom XX, jika salah satu kromosom X-nya mengalami gangguan, masih ada satu kromosom X lagi sehingga ia hanya menjadi pembawa sifat (carrier) buta warna (Joomla, 2011). Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warrna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dalam retina mata

3 manusia, terdapat tiga jenis pigmen sel kerucut, yaitu merah, hijau, dan biru. Dikromasi dibagi menjadi protanopia (tidak adanya sel kerucut merah), deuteranopia (tidak ada sel kerucut hijau), dan tritanopia (tidak ada sel kerucut biru). Anomalus trikromasi dibagi menjadi protanomali (lemah warna merah), deuteranomali (lemah warna hijau), dan tritanomali (lemah warna biru). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deuteranomali yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008). Penyebab lain buta warna adalah karena didapat. Hal ini biasanya terjadi ketika anak mengalami kerusakan retina atau cedera (trauma) pada otak yang menyebabkan pembengkakan di lobus occipital. Kerusakan akibat paparan sinar ultraviolet karena tidak menggunakan pelindung mata secara benar juga bisa menyebabkan buta warna (Joomla, 2011). Dari hasil studi populasi terhadap defek penglihatan warna atau buta warna pada anak umur 12-14 di Teheran. Modarres, (1996) melaporkan dari total 2058 siswa yang terdiri dari 1136 laki-laki dan 922 perempuan mendapatkan 97 anak yang mengalami defek penglihatan warna yang terdiri dari 93 laki-laki dan 4 anak perempuan. Siswa yang mengalami defek penglihatan warna di periksa menggunakan Ishihara pseudoisochromatic color plates. Di Indonesia pernah diadakan penelitian buta warna oleh Situmorang (2009). Penelitian ini

4 menggunakan Ishihara test dan hasil penelitian menunjukan dari 330 subjek penelitian terdapat 129 (39,09%) orang anak yang mengalami defek penglihatan warna. Dari 129 orang anak yang mengalami defek penglihatan warna diantaranya didapatkan deuteranopia sebanyak 74 orang anak (57,36%). Protanopia sebanyak 33 orang anak (25,58%), red-green deficiency sebanyak 21 orang anak (16,28%), dan buta warna total sebanyak 1 orang anak (0,78%). Perumusan Masalah Seperti telah diuraikan di atas dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan insidensi buta warna dengan faktor resiko genetik terhadap siswa siswi di SMK 1 Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah seperti telah disampaikan di atas, maka tujuan penelitian ditetapkan sebagai berikut: 1. Tujuan Umum : a) Mengetahui hubungan insidensi buta warna dengan faktor resiko genetik di SMK 1 Sedayu Yogyakarta

5 2. Tujuan Khusus : a) Mengetahui jenis buta warna yang paling dominan di populasi SMK 1 Sedayu Yogyakarta b) Mengetahui faktor resiko terjadi buta warna di populasi SMK 1 Sedayu Yogyakarta berdasarkan genetik dan jenis kelamin c) Mengetahui hubungan insidensi buta warna antara laki-laki dan perempuan di SMK 1 Sedayu Yogyakarta berdasarkan faktor genetik dan jenis kelamin Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti : Menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara melakukan test buta warna dengan menggunakan test isihara dan mengetahui jenis buta warna pada suatu populasi. 2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan : Menambah wawasan dan pengetahuan membedakan pada orang-orang yang mempunyai buta warna dan orang normal pada sesuatu populasi dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan gejala buta warna yang bervariasi. 3. Bagi Penderita Buta Warna : Dapat memotivasi diri secara dini untuk kehidupan di masa depannya, sehingga mengurangi tingkat kekecewaan penderita pada saat memlih jenis pekerjaannya di masa depan.

6 4. Bagi Masyarakat : Diharapkan dengan hasil penelitian ini, masyarakat akan mengetahui test buta warna itu penting untuk orang yang tidak menyadari dirinya buta warna. Hal ini karena mereka umumnya bukan tidak dapat melihat suatu warna, tetapi hanya kesulitan membedakan nuansanya. Namun hanya mereka bisa menyadrinya dari masalah-masalah yang sering di hadapi. Keaslian Penelitian Dari hasil penelusuran melalui kumpulan jurnal dan melalui data base di internet yaitu NEJM, MEDLINE, PUBMED, dan SCRIBD didipatkan penelitian yang relevan. Berdasarkan penelitian Chia A dkk, (2008). Telah melakukan penelitian buta warna di Singapura dan terdapat (5,3% )dari anak laki-laki dan (0,2%) anak perempuan yang ditemukan menjadi buta warna dalam studi ini berbasis di Singapura. Meskipun test Ishihara terbukti berguna dalam mengidentifikasi anakanak buta warna, tes lain yang diperlukan untuk secara akurat mengklasifikasikan jenis merah-hijau buta warna pada anak-anak. Berdasarkan penelitian oleh Rebato E dkk, (1990). Di dapatkan insiden merah-hijau cacat penglihatan warna dipelajari dalam sampel 392 siswa Basque (174 laki-laki dan 218 perempuan), dengan menggunakan kartu tes Ishihara (1987). Frekuensi merah-hijau buta warna adalah (4,02 %) pada pria dan (0,46 %) pada wanita. Frekuensi buta warna ditemukan di antara laki-laki berada dalam kisaran sampel Spanyol lainnya. Di Indonesia pernah diadakannya penelitian buta warna oleh Situmorang, Abdul Muis.

7 Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2009 dengan hasil penelitian menunjukan dari 330 subjek penelitian terdapat 129 (39,09%) orang anak yang mengalami defek penglihatan warna. Dari 129 orang anak yang mengalami defek penglihatan warna diantaranya didapatkan deuteranopia sebanyak 74 orang anak (57,36%). Protanopia sebanyak 33 orang anak (25,58%), Red-green deficiency sebanyak 21 orang anak (16,28%). Buta warna total sebanyak 1 orang anak (0,78%). Berdasarkan jenis kelamin dari 129 anak dengan defek penglihatan warna didapatkan 53 anak laki-laki (40,1%), dan perempuan 76 anak (37,5%). Kesimpulan dari 330 subjek penelitian terdapat 129 (39,09%) orang anak yang mengalami defek penglihatan warna. Pada tahun 2001 Department of Medical Technology, Zarka Private University melakukan penelitian tentang prevalensi buta warna di Jordanians. Hasil penelitian dari 1,418 Zarka Private university (1,200 perempuan dan 218 lelaki). Test dilakukan dengan randomly selected dan menggunakan ishihara test. Dan di dapatkan 4 orang penderita buta warna untuk yang perempuan (0,33%), jenisnya antara lain 1 orang protanomalia, 1 orang protanopia dan 2 orang deutromalia. Pada laki-laki di dapatkan 19 orang penderita buta warna (8,72%), dan jenisnya antara lain 4 orang protanomalia, 3 protanopia, 8 deuteranomalia dan 4 deuteranopia. Berdasarkan penelitian diatas tersebut, maka peneliti tertarik meneliti insidensi buta warna pada siswa-siswi SMK dengan menggunakan kuesioner dan ishihara test.