2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
Macam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar.

6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I

PENDALAMAN MATERI CAHAYA

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

Optika adalah ilmu fisika yang mempelajari cahaya.

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB

BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK

OPTIKA. Gb.1. Pemantulan teratur. i p. Gb.3. Hukum pemantulan A A B B C C. Gb.4. Pembentukan bayangan oleh cermin datar A.

CAHAYA. Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. akibat. Tegak lurus.

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

Sifat-Sifat Cahaya dan Hubungannya dengan Berbagai Alat-Alat Optik

A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama : 2. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias

Antiremed Kelas 10 FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIOANAL

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

fisika CAHAYA DAN OPTIK

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

13. Cahaya; Optika geometri

1. Pembiasan Cahaya pada Prisma

OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN

MODUL MATA PELAJARAN IPA

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan

1. Apabila cahaya dipancarkan ke dalam botol bening yang tertutup cahaya tersebut akan... a. dipantulkan botol

JURNAL PRAKTIKUM FISIKA DASAR MENENTUKAN FOKUS LENSA

Lembar Pengesahan Riwayat Hidup. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White

BBM 8 CAHAYA DAN ALAT OPTIK

O P T I K A G E O M E T R I K.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K)

PERANGKAT LUNAK PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN DAN LENSA. Nirsal Dosen tetap yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k

Elyas Narantika NIM

EKSPERIMEN FISIKA DASAR II

Antiremed Kelas 08 Fisika

FIS 1 A. PENDAHULUAN C. PEMANTULAN CAHAYA PADA CERMIN B. PEMANTULAN CAHAYA

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

JARAK FOKUS LENSA TIPIS

DAFTAR ISI PENDAHULUAN BAB I

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

Fisika Optis & Gelombang

Eksperimen 1 : Pemantulan Fenomena pemantulan berulang pada cermin datar.

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

c n = v Konsep Cahaya Normal cahaya datang udara air cahaya bias Normal cahaya bias udara air i cahaya datang Tabel Indeks Bias Beberapa zat Medium

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL

Cahaya dan Alat Optik

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

PENBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Pembiasan Cahaya Pada Lensa Gabungan Dosen Pengasuh: Jumingin, S.Si. Disusun Oleh: Lilis Sonia

Kode FIS.18. Sumbu Utama

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Cahaya dan Alat Optik

Created By : Lailatul Khairiah KELAS X ALAT OPTIK (KAMERA)

BAB OPTIKA GEOMETRIS

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah:

LKS-1 PEMBIASAN CAHAYA PADA KACA PLAN-PARALEL

LAMPIRAN I ( RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I. : SMP Kristen Sendang Tulungagung

Gambar 1. Gambar 2. Hukum Pemantulan atau Hukum Snellius

Laboratorium inquiry : Cermin cembung dan Lensa Cekung

Jenis dan Sifat Gelombang

memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penyelesaian Ujian Kenaikan Kelas - Fisika Kelas X Kode Soal 01

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

1. Rumus descrates umum pada cermin Cara 1. Maka diperoleh

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Gina Gusliana, 2014

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Gina Gusliana, 2014

FORMAT JAWABAN INQUIRY OPTIK

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kamera

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemantulan dan Pembiasan

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

Antiremed Kelas 12 Fisika

C E R M I N. Oleh: Anggi Budi Wirawan NIT: Akademi Pelayaran Niaga Semarang Desember

LAMPIRAN I (Tab.1) Tabel Data Hasil Observasi Awal Siswa. Jenis Kelamin Skor Keterangan

C. H = K x L x atau H = K x L x. E. H = Q x A x atau H = Q x A x

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

Cahaya Pemantulan Pembiasan Cermin lengkung Lensa Alat optik lain Cacat mata Kata Kunci 236 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

KONSEP OPTIK DAN PERAMBATAN CAHAYA. Irnin Agustina D.A,M.Pd.

Transkripsi:

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik yang dipergunakan tersebut sangat beraneka sesuai dengan tipe piranti. Sebagal contoh, stereoskop saku kecil hanya unakan lensa-lensa sederhana yang tipis saja, kamera untuk pemotretan udara mempunyai susunan lensa yang diatur sangat teliti serta mahal harganya, piranti plotter stereoskopik yang canggih kebanyakan menggunakan lensa, cermin dan prisma yang banyak jumlahnya. Di dalam ilmu optika fisika, cahaya dianggap bergerak melalui zat Denahantar, misalnya udara dalam suatu rangkaian gelombang elektromagnetik yang memancar dari suatu titik sumber cahaya. Secara konseptual hal ini dapat dipandang sebagai suatu kelompok lingkaran sepusat yang mengembang atau memancar keluar menjauhi suatu sumber cahaya, seperti dilukiskan pada Gambar 2. 1. Kemudian di dalam ilmu optika geometris, cahaya dianggap bergerak mulai dari satu titik sumber melalui suatu zat penghantar dalam arah garis lurus yang disebut sinar. Gambar 2.2. melukiskan adanya sejumlah sinar yang memancar ke segala arah mulai dari satu titik sumber. Seluruh kumpulan pancaran garis-garis tersebut dinamakan satu berkas sinar. Konsep tentang pancaran sinar tersebut berkembang secara logika dimulai dari ilmu optika fisika. Dalam menganalisis dan memecahkan persoalan fotogrametris, seringkali diperlukan diagram gans dengan bentuk yang diperkecil. Untuk mempersiapkan pada umumnya memerlukan penggambaran garis-garis yang dilalui sinar menembus udara maupun bermacam-macam bagian optik. Bentuk-bentuk diagram semacam ini seringkali dipergunakan sebagai suatu dasar untuk menghasilkan rumus-rumus dasar dalam fotogrametri. Berdasarkan atasan alasan itulah maka pengetahuan dasar tentang perilaku cahaya, terutama ilmu optika geometric merupakan syarat utama untuk memahami teori dan konsep fotogrametri. Universitas Gadjah Mada

1. Pembiasan dan Pemantulan Apabila cahaya menembus dan suatu bahan ke bahan lainnya, maka ia alami perubahan kecepatan sesuai dengan sifat susunan bahan yang dilaluinya. Cahaya memperoleh kecepatannya yang maksimum sewaktu bergerak menembus ruang hampa udara, agak Iebih lambat gerakannya dalam menembus udara dan bergerak Iebih Iambat lagi melalui air dan kaca. Ukuran nilai kecepatan cahaya dalam menembus sesuatu zat dikenal dengan angka indeks bias zat tersebut. Untuk mudahnya angka indeks bisa merupakan perbandingan antara besarnya kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan kecepatannya dalam menembus sesuatu zat, yaitu: n= c/v Apabila sebuah sinar diarahkan kepada sebidang kaca yang mempunyai dua buah sisi yang benar-benar sejajar, maka sinar tersebut akan keluar dari kaca itu dengan arah sejajar terhadap arah sewaktu sinar itu memasuki kaca. Apabila sinar menembus kaca tersebut dengan arah condong, maka sinar itu akan bergerak ke samping sejauh h seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4. Sinar yang bergeser tersebut akan keluar dari dalam kaca dan tetap terletak pada satu bidang dengan sinar datang, dan jarak pergeserannya semakin besar sesuai dengan pertambahan besarnya sudut datang dan tebal kaca. Persamaan berikut ini adalah yang dipergunakan untuk menghitung besamya pergeseran ke samping tersebut, apabua tebal kaca sebesar t, angka bisa sebesar n dan n, sudut-sudutnya sebesar dan. n cosφ h = t sinφ1 n' cosφ Universitas Gadjah Mada

Apabila seberkas sinar mengenai suatu permukaan yang halus, misalnya permukaan logam yang digosok halus sekali, maka sinar itu dipantulkan sedemikian rupa, sehingga sudut pantulan, sama besamya dengan sudut datang, seperti tampak pada Gambar 2.5. Kedua buah sudut tadi terletak pada suatu bidang bersama dan diukur dari NN, yaitu garis tegak lurus terhadap permukaan benda yang memantulkan sinar. Dari seluruh permukaan itu sebagian membiaskan sinar dan sebagian lagi memantulkannya. Semakin besar sudut datang, semakin besar bagian sinar yang dipantulkan. Untuk suatu berkas sinar yang menembus mulai dan suatu zat dengan angka indeks bias yang lebih besar masuk ke zat lain dengan angka indeks bias lebih kedil (contohnya dan kaca ke air), terdapat suatu sudut datang tertentu yang menghasilkan sudut bias tepat sebesar 90 o. Sudut datang yang menyebabkan terjadinya keadaan serupa itu disebut sudut kritis. Apabila besarnya angka indeks bias dari dua macam zat diketahui maka besarnya sudut kritis itu dapat dihitung dengan menggunakan modifikasi hukum Snellius berikut ini, dimana sinus sudut bias yang sebenarnya 900 itu adalah 1,000. sinc = n /n Dalam persamaan itu c adalah sudut datang kritis dan n serta n adalah angka indeks bias seperti yang sebelumnya. 2. Cermin, Prisma, dan Lensa Cermin datar yang digunakan untuk keperluan non ilmiah pada umumnya terbuat dari lembaran kaca datar dengan suatu lapisan pemantul dan peraktipis di belakangnya. Lapisan perak tersebut biasanya ditutup dengan cat sebagai pelindung. Akan tetapi jenis cermin dengan lapisan pemantul di belakang ini secara optik kurang menguntungkan, karena cermin ini memantulkan banyak sinar yang berbaur dengan berkas sinar utama yang dipantulkan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. Pantulan yang tidak dikehendaki ini dapat dengan menggunakan cermin berlapis depan, yaitu cermin yang lapisan perak dibagian depan kaca, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. Meskipun cermin yang dibuat dengan cara ini secara optik dapat tetapi Ia mudah sekali menjadi kabur oleh bekas jari, asap, dan sebagainya, dan umumnya tidak digunakan lagi apabila diganti dengan prisma. Pada piranti fotogrametri tertentu dimungkinkan untuk secara serentak mengamati suatu gambaran hasil pantulan dan gambaran suatu obyek yang di Universitas Gadjah Mada

belakang cermin pemantul. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan cermin setengah tembus cahaya. Untuk sudut datang yang Iebih besar daripada sudut kritis tidak terjadi pembiasan, tetapi setiap berkas sinar mengalami pemantulan sempurna. Pengertian dasar ini digambarkan dengan prisma bersudut siku-siku daam Gambar 2.8. Gambar 2.8 Pantulan sempurna melalui prisma bersudut siku-siku ( Iebih besar daripada c ) Berkas sinar A masuk menembus prisma dengan arah tegak lurus terhadap salah satu permukaannya. Berkas sinar itu mengalami pemantulan sempurna di A ( adalah 45, yang Iebih besar dari c), dan keluar menurut arah garis AR. Suatu keuntungan penggunaan prisma dibandingkan dengan cermin berlapis depan ialah bahwa pemantulan sinar secara sempurna dapat dicapai tanpa menggunakan lapisan perak, oleh karenanya permukaan kaca tidak mudah menjadi suram. Karena itu maka prisma banyak digunakan sebagai bagian pemantul sinar dalam piranti fotogrametri.

Prisma bersudut siku-siku berfungsi membelokkan sinar sebesar 90, dan prisma porro yang juga bersudut siku tetapi diatur arah pemasangannya, sehingga sinar yang dipantulkannya dibelokkan 180 dari arah datangnya. Juga ada prisma yang membuat kenampakan gambar terbalik. Prisma bersisi lima akan membelokkan berkas sinar sebesar 90 tanpa memandang arah orientasi prisma. Semua prisma pada Gambar 2.9 tersebut biasa digunakan dalam piranti fotogrametri untuk merubah arah perjalanan sinar maupun orientasi gambaran obyek. Universitas Gadjah Mada

Gambar 2.9 Tipe-tipe prisma umum.

Sebuah lensa sederhana biasanya terbuat dari sekeping kaca optik yang telah diasah, sehingga dua belah permukaannya melengkung atau sebelah melengkung dan belahan lainnya datar. Berbagai tipe lensa tipis disajikan pada 10 a hingga f. Berkas-berkass sinar datang yang menembus lensa cembung positif) a hingga c dibiaskan kearah ah saling mendekati sàtu sama lain. cekung (negatif) d hingga f membiaskan berkas sinar datang dengan arah menyebar. Fungsi utama lensa adalah mengumpulkan berkas sinar yang berasal dari titik yang membentuk obyek dan mengumpulkannya ke arah titik api yang terletak pada jarak tertentu di sisi lain dibalik lensa. Lensa dapat berfungsi demikian karena mengikuti prinsip pembiasan sinar. Perkakas yang paling mudah dan sederhana guna memperagakan fungsi suatu lensa ialah lubang jarum yang secara teoritis memungkinkan masuknyaa suatu sinar tunggal yang berasal dari setiap titik dan obyek. Lubang kecil dengan garis tengah d] ] pada kamera lubang jarum pada Gambar 2.11 membuahkan an suatu gambaran obyek dalam keadaan terbalik. Gambar 2.10 Berbagai tipe lensa tipis. 3. Formula Lensa Seberkas sinar datang yang berasal dan suatu obyek pada jarak tak terhingga jauhnya dari lensa akan berjalan sejajar, dan gambar akan menjadi pada bidang fokus tak terhingga. Bagi obyek yang terletak pada jarak tertentu saja jauh dan lensa, maka jarak gambar lebih besar dan panjang fokus. Semakin dekat obyek tersebut kepada lensa., maka akan semakin jauh letak titik gambarnya.

Persamaan berikut menggambarkan hubungan antara jarak o dan jarak gambar i dengan panjang fokus f pada suatu lensa positif. 1/o + 1/i = 1/f Apabila panjang focus suatu lensa dan jaraknya ke obyek diketahui, maka jarak gambar yang terjadi di bidang gambar dapat dihitung dengan menggunakan formula lensa. 4. Kualitas Lensa Tidaklah mungkin bagi suatu lensa tunggal untuk membuahkan gambar yang sempurna. Ketidaksempumaan yang mengurangi ketajaman gambar tersebut dinamakan aberasi. Keadaan tersebut menggalakkan penggunaan lensa-lensa gabungan, sehingga dapat melakukan pembetulan terhadap aberasi dan mengusahakannya hingga batas yang dapat diterima.. Aberasi lensa yang utama adalah: (1) aberasi sperik, yaitu kemerosotan mutu gambar di sekitar sumbu lensa, (2) astigmatisme, yaitu keadaan dimana garis-garis tegak lurus pada obyek tidak tergambar secara jelas, dan (3) kromatik, yaitu yang disebabkan oleh perbedaan sifat pembiasan bermacam-macam warna yang membentuk wama putih. Lainnya adalah distorsi lensa, yang tidak mengurangi kualitas gambar, tetapi merusak nilai geometrinya atau ketelitian letak, yang besarannya ditentukan dengan pengujian kalibrasi. Universitas Gadjah Mada