BAB OPTIKA GEOMETRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB OPTIKA GEOMETRIS"

Transkripsi

1 BAB OPTIKA GEOMETRIS Ketika kita memandang suatu benda, cahaya dan benda itu merambat langsung ke mata kita. Karena itu kita dapat melihat benda tersebut. Tetapi hanya sebagian benda yang memancarkan cahaya sendiri seperti matahari, lampu, dan nyala api. Sebagian besar benda-benda yang kita lihat tidak memancarkan cahaya sendiri seperti bulan, manusia, kertas, dan meja. Benda yang tidak memancarkan cahaya memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata kita. Dengan demikian, apa yang terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat cahaya. Oleh sebab itulah sifat cahaya selalu merupakan pokok bahasan yang menarik untuk dipelajari. Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan tentang cahaya yang mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya seperti pemantulan, pembiasan, serta prinsip jalannya sinar-sinar. 9. Pemantulan Cahaya 9.. Berkas Cahaya Cahaya biasanya tampak sebagai sekelompok sinar-sinar cahaya atau disebut juga berkas cahaya. Perhatikanlah cahaya matahari yang masuk melalui celah kecil ke dalam ruangan gelap, atau jalannya sinar dan proyektor di bioskop, atau lampu sorot di panggung pertunjukan. Akan terlihat bahwa dalam zat antara yang serba sama, cahaya merambat menurut garis lurus berupa sinar cahaya. Gambar 9. memperlihatkan tiga jenis berkas cahaya, yakni sejajar (paralel), menyebar (divergen), dan mengumpul (konvergen). Gambar 9. Tiga jenis berkas cahaya, (a) paralel, (b) divergen, dan (c) konvergen 9.. Jenis-jenis Pemantulan Cahaya Jika sinar cahaya jatuh pada permukaan benda lalu dibalikkan kembali, kita sebut sinar itu dipantulkan. Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan baur dan pemantulan teratur. Pemantulan Baur Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu (Gambar 9.). Pemantulan ini disebut pemantulan baur (difus) Pemantulan baur sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada pemantulan baur, tempat-tempat yang terhalang dari cahaya matahari akan tampak gelap gulita.

2 Gambar 9. Pemantulan baur Pemantulan teratur Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulannya teratur (Gambar 9.3). Pemantulan ini disebut pemantulan teratur. Gambar 9.3 Pemantulan teratur 9..3 Hukum Pemantulan Dalam membicarakan hukum pemantulan digunakan beberapa pengertian sebagai berikut: - sinar datang ialah sinar yang datang lurus pada permukaan benda, - sinar pantul ialah sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda, - garis normal ialah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan benda, - sudut datang ialah sudut antara sinar datang dan garis normal, - sudut pantul ialah sudut antara sinar pantul dan garis normal. Berdasarkan percobaan, diperoleh hukum pemantulan sesuai dengan Gambar 9.4. Hukum pemantulan. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar.. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). Secara sistematis dituliskan bahwa i = r... (9.)

3 3 9. Pemantulan pada Cermin Datar 9.. Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar Kita mendapatkan 5 sifat yang penting dari bayangan cermin datar, yaitu: () bayangan cermin sama besar dengan benda yang berada di depan cermin, () bayangan cermin itu tegak, artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda, (3) jarak bayangan ke cermin sama jauhnya dengan jarak benda ke cermin, (4) bayangan cermin tertukar sisinya, bagian kanan benda menjadi bagian kiri bayangan, (5) bayangan cermin merupakan bayangan semu (maya), artinya tidak dapat ditangkap dengan layar. Bayangan nyata dan bayangan semu Gambar 9.5 memperlihatkan sinar-sinar cahaya yang datang dari benda dan dipantulkan oleh permukaan cermin datar. Tampaklah bayangan di belakang cermin. Jenis bayangan seperti ini, di mana sinar-sinar yang teramati sesungguhnya tidak lewat bayangan, disebut bayangan semu (maya). Oleh karena itu bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar selalu bersifat maya. Bayangan yang dapat dibentuk atau ditangkap pada layar disebut bayangan sejati (nyata). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa titik bayangan adalah titik potong berkas sinarsinar pantul. Titik bayangan disebut sejati (nyata) bila titik potong tersebut merupakan titik potong sinar-sinar pantul yang konvergen. Titik bayangan disebut semu bila titik potong tersebut merupakan perpanjangan sinar-sinar pantul (biasanya digambar dengan garis putusputus) yang divergen. Gambar 9.5 Sinar-sinar dari benda dipantulkan oleh cermin, terbentuk bayangan di belakang cermin dengan jarak s = s 9.. Melukis Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar Untuk melukis pembentukan bayangan pada cermin datar, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: () lukis sinar pertama yang datang dari benda menuju ke cermin dan lukis sinar pantulnya ke mata sesuai dengan hukum pemantulan, yaitu sudut datang = sudut pantul, () lukis sinar kedua seperti halnya pada butir () di atas, (3) perpanjang sinar pantul pertama dan sinar pantul kedua sehingga berpotongan di belakang cermin; perpotongan inilah yang merupakan letak bayangan. Gambar 9.6 Lukisan pembentukan bayangan pada cermin datar

4 4 Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut, pelajari hal pembentukan bayangan seperti yang dilukiskan pada Gambar Jumlah Bayangan yang Dibentuk oleh Dua Buah Cermin Datar Pada Gambar 9.7 (a) bayangan yang terjadi dan benda O dilukiskan dengan menggunakan prinsip hukum pemantulan. Sinar-sinar yang digambarkan diberi simbol dengan satu tanda panah () dan terbentuk 3 buah bayangan. Gambar 9.7 Bayangan yang dibentuk oleh dua cermin datar dilukiskan dengan bantuan Iingkaran berpusat di P untuk (a) sudut 90º dan (b) sudut 60º. Melukis bayangan dapat dilakukan secara lebih sederhana dengan menggunakan metode Iingkaran. Berikut ini akan kita tentukan jumlah bayangan yang dibentuk oleh dua buah cermin yang membentuk sudut 90 dan 60 Dua buah cermin membentuk sudut 90 (Gambar 9.7(a)) () Gambarkan lingkaran dengan pusat di titik P (perpotongan kedua cermin) dan jari-jari PO. () Tarik garis dari O tegak lurus pada cermin M hingga memotong lingkaran di titik I.I adalah bayangan benda O oleh cermin M. (3) Tarik garis dari I tegak lurus pada cermin M hingga memotong lingkaran di titik I.I adalah bayangan I oleh cermin M. Karena I terletak di dalam juring RPQ, tidak mungkin lagi dibentuk bayangan dan I (4) Tarik garis dari O tegak lurus pada cermin M hingga memotong lingkaran di titik I.I adalah bayangan benda O oleh cermin M (5) Tarik garis dari I tegak lurus pada cermin M hingga memotong lingkaran dan ternyata di titik I.I adalah bayangan I oleh cermin M. Karena I terletak di juring RPQ, maka tidak mungkin lagi dibentuk bayangan dari I (6) Ternyata dua buah cermin yang membentuk sudut 90 menghasilkan tiga buah bayangan.

5 5 Dua buah cermin membentuk sudut 60 (Gambar 9.7(b)) Dengan metode lingkaran seperti di atas diperoleh urutan pembentukan bayangan sebagai berikut. () O membentuk bayangan I oleh M, lalu I membentuk bayangan I oleh M dan M membentuk bayangan I oleh M. Karena I terletak di dalam juring RPQ maka tidak dibentuk lagi bayangan dan I () O menghasilkan bayangan I oleh M, lalu I menghasilkan bayangan I oleh M dan I menghasilkan bayangan I oleh M. Ternyata I berimpit dengan I dan berada di dalam juring RPQ sehingga tidak dihasilkan lagi bayangan dan I (3) Ternyata dua buah cermin yang membentuk sudut 60 menghasilkan lima buah bayangan Apabila sudut apit dua buah cermin datar besarnya diubah-ubah, maka secara empiris jumlah bayangan yang dihasilkan memenuhi hubungan n = m 0 α dengan n = jumlah bayangan yang dihasilkan, = sudut apit kedua cermin datar m = jika genap, atau m = 0 jika ganjil α α... (9.) 9.3 Pemantulan Pada Cermin Lengkung Cermin lengkung merupakan bagian dari permukaan sebuah bola yang berongga seperti tampak dalam Gambar 9.8. Garis PA yang melewati pusat bola dan tegak lurus terhadap permukaan adalah sumbu utama cermin. Jika cahaya dipantulkan dari sisi dalam bola, maka cermin disebut cermin cekung. Sebaliknya, jika cahaya dipantulkan dari sisi luar bola, maka cermin disebut cermin cembung Cermin Cekung Gambar 9.8. Cermin lengkung sebagai bagian dari bola Cermin cekung bersifat konvergen, yaitu bersifat mengumpulkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu utama dipantulkan mengumpul pada suatu titik yang dinamakan titik fokus (F) cermin. Apakah yang menentukan panjang fokus sebuah cermin cekung? Bayangkan sebuah sinar datang yang paralel tehadap sumbu utama CB dan mengenai cermin di A pada Gambar 9.9. Garis CA adalah radius cermin sehingga tegak lurus terhadap permukaan cermin, dengan kata lain CA adalah garis normal. Dengan menerapkan hukum pemantulan, maka sinar pantul dapat dilukiskan. Karena sinar datang sejajar dengan sumbu utama maka sudut FCA = i (berseberangan di dalam dengan sudut datang). Dengan demikian segitiga CFA adalah segitiga

6 sama kaki sehingga CF = AF. Jika sinar datang tidak terlalu jauh dan sumbu utama sehingga titik A dekat dengan titik B, maka FA dan CF mendekati nilai FB. Karena CF + FR adalah radius cermin (R), maka diperoleh Dengan f adalah jarak focus cermin R =... (9.3) FB f = 6 Gambar 9.9 Cermin cekung memenuhi hukum pemantulan Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung Dari semua cara yang mungkin untuk melukiskan sinar yang berasal dari sebuah benda menuju sebuah cermin, hanya ada 3 yang utama dan berguna untuk menentukan lokasi bayangan (Gambar 9.0), yaitu () sinar datang yang paralel dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus, () sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan paralel dengan sumbu utama, (3) sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik itu juga. Gambar 9.0 Tiga jenis sinar istimewa yang diperlukan untuk menentukan lokasi bayangan yang terbentuk pada cermin cekung

7 7 Melukis pembentukan bayangan pada cermin cekung Untuk melukis pembentukan bayangan pada cermin cekung, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: () lukis dua buah sinar istimewa (lebih sederhana menggunakan sinar dan sinar 3), () sinar selalu datang dari depan cermin dan dipantulkan kembali ke depan, perpanjangan sinar-sinar di belakang cermin dilukis sebagai garis putus-putus, (3) perpotongan kedua buah sinar pantul yang dilukis pada langkah () merupakan letak bayangan. Jika perpotongan didapat dari sinar pantul terjadi bayangan nyata (sejati), akan tetapi jika perpotongan didapat dari perpanjangan sinar pantul, bayangan yang dihasilkan adalah maya (semu). Gambar 9. menunjukkan hasil melukis pembentukan bayangan dengan menggunakan sinar istimewa yang melalui fokus untuk 3 posisi benda. Gambar 9. Formasi bayangan pada cermin cekung untuk 3 lokasi benda. Dari formasi bayangan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: () Jika benda terletak pada jarak yang lebih besar dari fokus cermin cekung, bayangan yang berbentuk bersifat sejati, terbalik, dan di depan cermin, () Jika benda terletak pada jarak yang lebih kecil dari fokus cermin cekung, bayangan yang terbentuk bersifat maya, terbalik, dan di belakang cermin, (3) Bayangan nyata selalu terletak di depan cermin dan terbalik. Bayangan maya selalu terletak di belakang cermin, tegak, dan diperbesar. Rumus umum cermin Iengkung Gambar 9. Peragaan prinsip kesebangunan untuk menurunkan rumus umum cermin

8 Untuk menurunkan suatu persamaan matematis yang menggambarkan lokasi sebuah bayangan, kita perlu memperhatikan Gambar 9.. Bagian (a) dari gambar menunjukkan suatu sinar dan puncak benda yang akan dipantulkan melalui puncak bayangan dengan sudut datang yang sama dengan sudut pantul. Karenanya kita dapat melihat buah segitiga yang sebangun sehingga berlaku h s = h' s' Pada bagian (b) ditunjukkan sinar yang datang dan benda melalui titik fokus F yang dipantulkan sejajar dengan sumbu utama melalui bayangan sehingga pada titik F tampak dua buah sudut yang sama karena bertolak belakang. Dengan demikian kita dapat melihat segitiga yang melalui benda dengan segitiga yang melalui cermin adalah sebangun. Bagian cermin bisa dianggap lurus untuk sinar-sinar yang tidak jauh dari sumbu utama. Dari prinsip kesebangunan diperoleh h s f s s f = atau = h' f s' f Setelah itu persamaan diatas dibagi s, maka s f s f = = = s' sf sf sf f s Sehingga = + f s s'... (9.4) Dengan: R f = = jarak focus cermin, dengan R adalah jari-jari kelengkungan s = jarak benda ke cermin s'= jarak bayangan ke cermin Persamaan cermin lengkung ini dapat dipisahkan untuk menghitung langsung s, s, atau f sebagai berikut: s' f sf ss' s = ; s' = ; f = s' f s f s + s' Mengingat pendekatan yang dilakukan untuk penurunan rumus di atas, maka Persamaan (9.4) berlaku untuk sinar-sinar paraksial, artinya sinar-sinar yang dekat dengan sumbu utama. Persamaan (9.4) ini dapat diterapkan untuk cermin cekung dan cermin cembung. Dalam perhitungan harus diperhatikan perjanjian tanda berikut. s bertanda + jika benda terletak didepan cermin (benda nyata) s bertanda jika benda terletak dibelakang cermin (benda maya) s bertanda + jika bayangan terletak didepan cermin (bayangan nyata) s bertanda jika bayangan terletak dibelakang cermin (bayangan maya) f dan R bertanda + untuk cermin cekung f dan R bertanda untuk cermin cembung Bayangan yang dibentuk oleh cermin dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran bendanya. Untuk menyatakan perbandingan ukuran bayangan terhadap bendanya digunakan konsep perbesaran Ada jenis perbesaran yaitu perbesaran linear dan perbesaran angular (sudut). 8

9 Pada bab ini akan dibahas perbesaran linear. Perbesaran linear didefinisi sebagai perbandingan antara tinggi bayangan dengan tinggi benda. Secara matematis dituliskan 9 M h' s' = =... (9.5) h s Dengan: M = perbesaran linear bayangan h= tinggi bayangan h = tinggi benda Aberasi sferik pada cermin Dalam kenyataan, tidak semua sinar sejajar sumbu utama cermin cekung dipantulkan tepat ke titik fokus. Sinarsinar datang yang makin jauh dari sumbu utama cermin dipantulkan semakin mendekati cermin. Sinar-sinar pantul ini saling berpotongan membentuk bidang lengkung yang meruncing dengan titik puncaknya di titik fokus F seperti tampak pada Gambar 9.3. Garis lengkung ini disebut garis kaustik. Keadaan ini akan menimbulkan kelainan-kelainan pada bayangan. Kelainan-kelainan pada bayangan yang terjadi karena permukaan lengkung (sferik) dinamakan aberasi sferik. Gambar 9.3 Aberasi Sferik pada cermin 9.3. Cermin cembung Cermin cembung adalah bagian dari sebuah bola yang memantulkan sinar dari bagian luar bola. Cermin cembung bersifat divergen, yaitu bersifat memencarkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu utama dipantulkan berpencar. Perhatikan Gambar 9.4 dan hukum pemantulan serta geometri yang terlibat yaitu bahwa beberapa sudut ternyata sama besar. Segitiga AFC sama kaki, sehingga AF = FC. Jika panjang AB kecil dibandingkan jari-jari kelengkungan cermin, maka AF nyaris sama dengan BF. Sebagai akibatnya, BF FC, sehingga titik fokus dapat dianggap berada di pertengahan antara cermin dan pusat kelengkungan, artinya jarak fokus = setengah dari jari-jari kelengkungan. Gambar 9.4 Cermin cembung memenuhi hukum pemantulan

10 0 Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung Mengacu pada argumen yang sama dengan pemantulan pada cermin cekung, maka dapat dirumuskan aturan pelukisan diagram sinar untuk cermin cembung sebagai berikut: () sinar datang yang paralel dengan sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus (Gambar 9.5a), () sinar datang yang menuju titik fokus dipantulkan paralel dengan sumbu utama (Gambar 9.5b), (3) sinar datang yang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui lintasan yang sama (Gambar 9.5c). Gambar 9.5 Tiga jenis sinar istimewa pada cermin cembung Melukis pembentukan bayangan pada cermin cembung Dua jenis sinar istimewa, yang pertama dan ketiga dilukiskan dalam Gambar 9.6. Buktikan bahwa garis-garis pada gambar sesuai dengan aturan pelukisan diagram sinar untuk cermin cembung. Perhatikan bahwa sinar-sinar pantul seolah-olah muncul dari bayangan di belakang cermin. Bayangan ini bersifat maya, tegak, dan diperkecil. Untuk benda nyata yang terletak di muka cermin cembung selalu akan dihasilkan bayangan maya, tegak, dan diperkecil. Oleh karena itu, cermin ini pengemudi dapat melihat kendaraan di belakangnya dengan medan penglihatan yang Iebih luas. Namun, karena bayangan yang dihasilkan lebih kecil, kendaraan dibelakangnya tampak Iebih jauh Gambar 9.6 Lukisan pembentukan bayangan pada cermin cembung daripada jarak yang sesungguhnya sehingga pengemudi perlu berlatih menafsirkan jarak yang sesungguhnya. berdasarkan pengihatan bayangan dari kaca spion. Rumus umum cermin cembung Rumus-rumus yang berlaku pada cermin cekung serta perjanjian tandanya berlaku juga untuk cermin cembung sehingga dapat dituliskan ulang

11 Persamaan (9.3) : f = Persamaan (9.4) : = + f s s ' h' s' Persamaan (9.5) : M = = h s R s s' f s' f = s' f sf = s f ss' = s + s' Hal-ha yang periu diperhatikan adaiah () jarak focus (f) dan jari-jari (R) pada cermin cembung selalu bertanda negatif () untuk benda nyata di depan cerrnin cembung selalu terbentuk bayangan maya jadi nilai s pada cermin cembung bertanda negatif Dua buah cermin saling berhadapan Untuk melukis bayangan yang terjadi pada dua cermin yang dipasang berhadapan, arah sinar diambil dari benda ke salah satu cermin lebih dahulu, kemudian dipantulkan kecermin yang lain hingga terjadi bayangan akhir seperti tampak pada gambar 9.7. cermin cekung menghasilkan bayangan AB.Bayangan cermin cekung ini berfungsi sebagai benda terhadap cermin cembung sehingga menghasilkan bayangan akhir AB Gambar 9.7 Benda AB terletak di antara cermin cekung dan cermin cernbung yang saling berhadapan Dari gambar terlihat jarak antara cermin I dengan cermin II adalah d = s' I + s II... (9.6) Dengan: d = jarak cermin I dengan cermin II s I = jarak bayangan I terhadap cermin I s II = jarak benda II terhadap cermin II Perjanjian tanda untuk jarak benda dan jarak bayangan tetap harus diterapkan untuk Persamaan (9.6) dalam setiap perhitungan Perbesaran total untuk sistem dua cermin adalah

12 dengan: M tot = perbesaran total, M = perbesaran cermin I, M = perbesaran cermin II. M tot s' s' I I = M I M II =... (9.7) si sii Menentukan Sifat Bayangan dengan Metode Penomoran Ruang Menentukan sifat bayangan dengan metode penomoran ruang disebut juga sebagai dalil Esbach. Esbach membagi-bagi daerah di sekitar cermin menjadi ruang. Setiap ruang diberi nomor. Penomoran ruang benda dan bayangan untuk cermin cekung dan cermin cembung sama seperti yang tampak pada gambar berikut. Gambar 9.8 Penomoran ruang pada cermin Iengkung, (a) cermin cekung dan (b) cermin cembung Daerah di sekitar cermin lengkung dibagi menjadi 4 ruang, yaitu:. daerah antara O dan F disebut ruang,. daerah antara F dan C disebut ruang, 3. daerah di sebelah kiri C disebut ruang 3, 4. daerah di belakang cermin cekung dan di depan cermin cembung disebut ruang 4. Metode penomoran ruang menurut dalil Esbach; () Jumlah nomor ruang benda (R benda ) dengan nomor ruang bayangan (R bayangan ) = 5 () Untuk setiap benda nyata dan tegak maka. - semua bayangan yang terletak di depan cermin adaah nyata dan terbalik - semua bayangan yang terletak dibelakang cermin adalah maya dan tegak (3) Bila nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda,maka bayangan diperbesar; tetapi bila nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda, maka bayangan diperkecil Catatan: Untuk cermin cekung, benda yang terletak di titik fokus, bayangannya terletak di tak terhingga; akan tetapi benda yang terletak di pusat kelengkungan, bayangannya di pusat kelengkungan juga, tetapi dengan posisi terbalik, nyata, dan sama besar dengan bendanya.

13 3 9.4 Pembiasan Cahaya Di udara, cahaya merambat dengan kecepatan km/s. Ketika berkas cahaya melalui kaca, kecepatannya berkurang menjadi km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika memasuki kaca atau benda Indeks bias bening lainnya disebut pembiasan (refraksi). Pembiasan cahaya tejadi karena relatif dalam zat antara (medium) yang berbeda, besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda Hukum Pembiasan Gambar 9.9 memperlihatkan sinar yang merambat dari udara ke air. Sudut adalah sudut datang, dan sudut θ adalah sudut bias. Sebagian berkas cahaya juga dipantulkan oleh air dengan sudut pantul r. Akan tetapi, dalam bahasan ini peristiwa pemantulan diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa: () sinar datang dan medium (zat optik) yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati normal, () sinar datang dan medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjauhi normal, (3) sinar datang yang tegak lurus bidang batas tidak dibiaskan melainkan diteruskan Hukum pembiasan didapatkan dengan percobaan oleh Willebrord Snell (59-66) dan diturunkan dengan menggunakan teori korpuskuler cahaya oleh Rene Descartes ( ). Hukum Snelilius dengan bentuk matematis adalah sebagai berikut. n θ = θ... (9.8) sin n sin di mana n hanya tergantung pada medium dan n hanya tergantung pada medium. konstanta n dinamakan indeks bias medium. Indeks bias ini terdiri dan dua jenis yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak Gambar 9.9 Peristiwa pembiasan untuk sinar dari udara ke air Indeks bias mutlak suatu medium didefinisikan sebagai perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya di medium tersebut (v). ini dapat dirumuskan sebagai c n =... (9.9) v Kecepatan cahaya paling besar adalah di ruang hampa (c = m/s) sedangkan kecepatan cahaya di dalam suatu medium selalu lebih kecil daripada di ruang hampa. Akibatnya, indeks bias mutlak suatu medium n.

14 4 Indeks bias relatif Indeks bias relatif suatu medium didefinisikan sebagai perbandingan indeks bias mutlak medium tersebut terhadap indeks bias mutlak medium lain. Dengan memperhatikan Persamaan (9.9), indeks bias relatif ini dapat dirumuskan sebagai n v n =... (9.0) n v Dengan n = indeks bias relative medium terhadap medium n = indeks bias mutlak medium n = indeks bias mutlak medium v = laju cahaya dalam medium v = laju cahaya dalam medium Karena indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias medium, maka indeks bias relatif ini bisa bernilai lebih besar atau lebih kecil dan satu. Mengingat hukum Snellius sesuai dengan Persamaan (9.8) serta indeks bias dan sifat gelombang, maka diperoleh hal sebagai berikut. n sinθ n sinθ n sinθ = n sinθ = n = = n sinθ n sinθ n v fλ n v λ = = = = n v fλ n v λ n sinθ v λ n = = = =... (9.) n sinθ v λ Dari Persamaan (9.) dapat disimpulkan bahwa pada peristiwa pembiasan cahaya, kecepatan, dan panjang gelombang berubah tetapi frekuensi konstan. Indeks bias beberapa medium dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 9. Indeks bias mutlak beberapa medium Medium Indeks bias Medium Indeks bias Udara *,0003 Kaca,5 Air,33 NaCl,53 Etanol,36 Polistirena,59 Asenol,36 CS,63 Kuarsa,46 Kaca halus,66 Benzena,50 Etilena yodida,74 Lucit,5 Intan,4 * Pada suhu dan tekanan standar 9.4. Beberapa Contoh Peristiwa Pembiasan Tinggi semu akibat pembiasan Jika benda yang berada dalam medium yang lebih rapat diamati oleh pengamat yang berada dalam medium yang kurang rapat, maka tinggi bayangan semu lebih kecil dibandingkan dengan tinggi sebenamya. Gejala mi dikenal sebagai pemendekan semu (Gambar 9.0a).

15 5 Gambar 9.0 (a) Pemendekan semu, dan (b) pemanjangan semu Jika benda yang berada dalam medium yang kurang rapat diamati oleh pengamat yang berada dalam medium yang Iebih rapat, maka tinggi bayangan semu lebih besar dibandingkan dengan tinggi sebenarnya. Gejala mi dikenal sebagai pemanjangan semu (Gambar 9.0b). Perhatikanlah Gambar 9.0b! dari geoimetri kita peroleh bahwa tanθ x / h h' sinθ cosθ h' = = = tanθ x / h' h cosθ sinθ h sinθ n Menurut Persamaan (8.), = sehingga persamaan di atas dapat dituliskan menjadi sinθ n h' n = h n dengan h = tinggi semu, h = tinggi sebenarnya, n = indeks bias medium tempat benda, n = indeks bias medium tempat pengamat, = sudut datang, = sudut bias. cosθ cosθ Jika pengamat berada di B, maka = 0 dan = 0,sehingga... (9.) n h'= h... (9.3) n Pemantulan sempurna Jika suatu berkas cahaya datang dan medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, maka sinar yang dibiaskan akan menjauhi garis normal. Pada suatu suclut datang tertentu dapat dibuat sedemikan rupa sehingga sudut bias = 90 (sinar dibiaskan dalam arah sejajar permukaan batas). Besar sudut datang dalam keadaan mi disebut sebagai sudut kritis atau sudut batas dengan lambang k. Untuk nilai-nilai sudut datang yang lebih besar dari k semua cahaya yang datang akan dipantulkan, tidak ada yang dibiaskan. Peristiwa mi dikenal sebagai pemantulan sempurna (Gambar 9.).

16 6 Gambar 9. Peristiwa pemantulan sempurna Besar sudut kritis k dapat ditentukan dengan menerapkan hukum Snellius sebagai berikut: 0 n sinθ k = n sin 90 n sinθ = k... (9.4) n Dengan; n = indeks bias medium, n = indeks bias medium dengan syarat n > n Pemantulan sempurna tidak mungkin terjadi jika cahaya datang dan medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat. Intan tampak indah berkilau karena peristiwa pemantulan sempurna. Fenomena mi jugalah yang menyebabkan serat optik mampu membelokkan cahaya pada sudut yang tajam. Serat optik sering digunakan dalam dunia kedokteran untuk memeriksa bagian dalam tubuh pasien tanpa harus membedahnya. Pemantulan internal sempurna cahaya dalam serat optik dapat dilihat pada Gambar 9. berikut. Gambar 9. Pemantulan internal sempurna (a) dalam serat optik dan (b) penerapannya pada peralatan kedokteran. Apabila medium adalah udara, dapat dibuktikan dengan mudah bahwa untuk air, k = 49 ; untuk kaca, k = 4 ; dan untuk intan, k = 4,4. Perhatikanlah jalannya sinar pada peristiwa pemantulan sempurna untuk prisma yang terbuat dan kaca ( k = 4 ) pada gambar berikut ini.

17 7 Gambar 9.3 Peristiwa pemantulan internal sempurna pada prisma kaca. Pembiasan pada kaca planparalel Jika seberkas sinar datang dan suatu medium dengan indeks bias n ke suatu kaca planparalel dengan indeks bias n maka sinar keluar akan sejajar dengan sinar yang masuk seperti tampak pada Gambar 9.4. Dengan demikian sudut = dan sinar yang keluar dan kaca planparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula. Gambar 9.4 Pembiasan pada kaca planparalel Jika ketebalan kaca planparalel adalah d, besarnya pergeseran dapat ditentukan sebagai berikut. t Perhatikan OBC : sin COB = t = OB OB sin COB = OBsin( θ θ ) OA OA d Perhatikan OBA : cosθ = OB = = OB cosθ cosθ Jadi, besarnya pergeseran untuk n > n adalah Sedangkan untuk n > n berlaku Fatamorgana sin = d cosθ ( θ θ ) t... (9.5a) sin = d cosθ ( θ θ ) t... (9.5b) Pada waktu panas terik di jalan aspal kita sering melihat seakan-akan ada genangan air, demikian pula di padang pasir. pemandangan seperti ini disebut fatamorgana. Hal ini disebabkan lapisan udara yang dekat dengan padang pasir atau jalan raya yang beraspal kerapatannya lebih kecil dibandingkan dengan kerapatan lapisan udara di atasnya. Secara optik

18 sinar matahari akan dibiaskan menjauhi normal dan.pada akhirnya dipantulkan secara sempurna seperti tampak pada Gambar 9.5. Oleh karena itu, sering di daerah padang pasir tampak seperti ada kolam air atau jalan raya tampak berair. 8 Gambar 9.5 Peristiwa fatamorgana Pembiasan sinar di angkasa Udara di angkasa sekeliling bumi terdiri dari lapisan-lapisan yang tidak sama kerapatan optiknya. Makin dekat ke permukaan bumi, kerapatan optiknya makin besar. Karena itu sinar yang datang dari bintang atau benda-benda angkasa lainnya dibiaskan berkali-kali mendekati garis normal. Akibatnya, bintang P akan tampak di P (Gambar 9.6). 9.5 Pembiasan Cahaya pada Prisma Prisma adalah suatu benda tembus cahaya (bening) terbuat dan gelas yang dibatasi oleh dua bidang datar yang membentuk sudut tertentu satu sama lain. Bidang datar ini disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut pembias atau sudut puncak prisma yang biasa diberi notasi Sudut Deviasi Untuk menentukan sudut deviasi, perhatikanlah Gambar 9.7. Sinar datang mula-mula dan sinar bias yang keluar dan prisma berpotongan di titik R dan membentuk sudut yang dinamakan sudut deviasi D. Perhatikan segi empat PSQT Gambar 9.6 Bintang di angkasa tampak lebih tinggi β + PSQ = 80 Sedangkan pada PSQ tampak bahwa θ + θ3 + PSQ = 80 Gambar 9.7 Pembiasan cahaya pada prisma

19 9 sehingga diperoleh β PQS = θ + θ + PSQ, atau + 3 β = θ + θ 3... (9.6) Perhatikan PQR, sudut alas di P = θ + θ dan sudut alas di Q = θ4 θ3. Menurut sifat sudut luar segitiga dapat dituliskan D = θ θ ) + ( θ θ ) = ( θ + θ ) ( θ + ) dengan: D = sudut deviasi, = sudut pembias (sudut puncak) prisma, = sudut datang pertama, 4 = sudut bias kedua. ( θ3 = θ + θ4 β D... ( 9.7) 9.5. Deviasi Minimum pada Prisma Gambar 9.8 Grafik sudut deviasi (D) sehagai fungsi sudut datang pada prisma Jika arah sinar datang diubah-ubah sehingga besar sudut datang berubah-ubah, maka sudut deviasi pun berubah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hubungan besar sudut deviasi terhadap besar sudut datang sesuai dengan grafik pada Gambar 9.8 berikut. Deviasi terkecil atau deviasi minimum (D m ) terjadi pada saat sinar masuk simetris dengan sinar yang keluar dari prisma atau sinar yang di dalam prisma membagi prisma menjadi segitiga sama kaki sehingga sudut datang sama dengan sudut bias terakhir 4. Dengan demikian, syarat agar terjadi deviasi minimum adalah: θ = =... (9.8) θ4 atau θ θ3 Dengan demikian Persamaan (8.7) dapat ditulis kembali sebagai D θ β... (9.9) m = Selanjutnya diperoleh bahwa θ = ( β + D ) dan dari Persamaan (8.6) diketahui bahwa pada m θ θ saat deviasi minimum berlaku β = = 3. Jika indeks bias prisma adalah n p dan indeks bias medium adalah n m, maka menurut hukum Snellius didapat bahwa n sin = n sin β m θ p n sin ( + D ) = n sin β... (9.0) m β m p Khusus untuk sudut pembias (sudut puncak) prisma yang kecil ( β 5 ), Persamaan (8.0) di atas dapat dituliskan menjadi

20 0 np D = β m nm.. (9.) 9.6 Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung Gambar 9.9 Pembiasan cahaya pada bidang lengkung Dengan: n = indeks bias medium tempat sinar datang, n = indeks bias medium tempat sinar bias, R = jari-jari kelengkungan, s s s = jarak benda, = jarak benda, = jarak bayangan. Hukum pembiasan Snellius dapat juga diterapkan pada pembiasan oleh bidang lengkung. Gambar 9.9 memperlihatkan suatu batas permukaan lengkung yang mempunyai jari-jari kelengkungan R dan pusatnya adalah titik C. Cahaya datang dan benda di titik O, mengenai bidang batas dengan sudut datang dan dibiaskan ke titik I. Jika s adalah jarak benda O ke titik M dan s adalah jarak bayangan I ke titik M, maka berlaku n n n n + = (9.) s s' R Apabila tinggi benda adalah h, maka perbesaran bayangan yang tejadi pada pembiasan untuk bidang lengkung adalah h' s' n M h s n Perhatikan aturan penggunaan persamaan (9.) tersebut = =... (9.3) () Menentukan tanda untuk nilai jari-jari R: Jika sinar datang mengenai permukaan yang cembung, nilai R adalah positif Jika sinar datang mengenai permukaan yang cekung, nilai R adalah negative () Untuk benda nyata, nilai s positif; dan untuk benda maya nilai s negative (3) Untuk bayangan nyata, nilai s positif;dan untuk bayangan maya, nilai s negative 9.. Panjang Fokus Benda (Fokus Pertama) Titik fokus benda (fokus pertama) adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar bias sejajar. Ini berarti bayangan terletak di tak terhingga (s = ). Keadaan ini mengakibatkan Persamaan (9.) menjadi sebagai berikut. Gambar 9.30 Fokus benda pada bidang lengkung

21 n n n n n n n n + = + = s s' R s R n n n = s = R s n R n n Dengan pengertian bahwa jika s = f maka s =, dapatlah dituliskan bahwa panjang focus benda (focus pertama) yang diberi notasi f, adalah n f = R... (9.4) n n 9.6. Panjang Fokus Bayangan (Fokus Kedua) Titik fokus bayangan (fokus kedua) adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apabila sinar-sinar yang dating pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Ini berarti benda berada si tak terhingga (s = ). Dengan penalaran yang sama dengan Subsubbab 9.6. di atas dapat dituliskan bahwa: Gambar 9.3 Fokus bayangan pada bidang lengkung n f = R... (9.5) n n 9.7 Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan atau lebih dengan paling tidak salah satu permukaannya merupakan bidang lengkung. Lensa tipis adalah lensa yang ketebalannya dapat diabaikan Jenis-jenis lensa Lensa terdiri dan jenis, yaitu lensa cembung (konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung memiliki bagian tengah yang lebih tebal daripada bagian tepinya. Lensa ini bersifat mengumpulkan sinar sehingga disebut juga lensa konvergen, seperti yang tampak pada Gambar 9.3a. Sedangkan lensa cekung memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian tepinya. Karena lensa ini bersifat memencarkan sinar, maka dinamakan lensa divergen (Gambar 9.3b). Gambar 9.3 (a) Lensa cembung bersifat konvergen, dan (b) lensa cekung bersifat divergen

22 Permukaan yang membatasi lensa tidak selalu merupakan pasangan-pasangan yang setangkup, namun bidang-bidang lengkungnya selalu merupakan bagian dari lingkaran. Untuk memberi nama pada lensa tersebut, maka permukaan yang mempunyai jari-jari yang lebih besar disebut lebih dulu bila penamaannya menggunakan kata serapan dan bahasa asing seperti tampak pada Tabel 9.. Tabel 9. Penamaan lensa Perhatikanlah Tabel 9.! Semua kelompok lensa cembung (konveks) memilki nama yang diakhiri dengan konveks dan semua kelompok lensa cekung memiliki nama yang diakhiri dengan konkaf. Dengan perkataan lain, sifat lensa sesuai dengan bagian akhir dari penamaannya Melukis Bayangan dengan Sinar-sinar Istimewa Fokus lensa Dalam Gambar 9.3(a) sinar bias mengumpul ke satu titik F di belakang lensa, sedangkan sinar bias dalam Gambar 9.3(b) tampak seolah-olah datang dari titik F di depan lensa. Titik F disebut titik fokus lensa, dan jarak F terhadap lensa disebut panjang fokus lensa. Jika pada cermin hanya terdapat satu titik fokus, maka pada lensa terdapat dua titik fokus (Gambar 9.33). Titik fokus yang Gambar 9.33 Lensa mempunyai titik focus merupakan titik pertemuan sinar-sinar bias disebut fokus utama (fokus pertama F ) atau fokus aktif sehingga untuk lensa konvergen berada di belakang lensa, sedangkan untuk lensa divergen berada di depan lensa. Sedangkan fokus pasif F simetris terhadap F. Untuk lensa konvergen, fokus pasif F terletak di depan lensa dan untuk lensa divergen, fokus pasif F terletak di belakang lensa.

23 3 Sinar-sinar istimewa Sama halnya seperti pada cermin, ada 3 sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung. Ketiga sinar istimewa tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.34 berikut. Gambar 9.34 Tiga sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung Melukis pembentukan bayangan pada lensa Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa kita dapat menggunakan hanya dan 3 sinar istimewa. Langkah-Iangkah yang diperlukan mirip dengan langkah-langkah untuk cermin lengkung sebagai berikut. () Lukis dua buah sinar istimewa (lebih sederhana menggunakan sinar dan sinar 3), () Sinar selalu datang dari depan lensa dan dibiaskan ke belakang lensa. Perpanjangan sinarsinar bias ke depan lensa dilukis sebagai garis putus putus. (3) Perpotongan kedua buah sinar bias yang dilukis pada langkah () merupakan letak bayangan. Jika perpotongan didapat dan sinar bias, terjadi bayangan nyata (sejati), akan tetapi jika perpotongan didapat dari perpanjangan sinar bias, bayangan yang dihasilkan adalah maya (semu). Gambar 9.35 menunjukkan hasil melukis pembentukan bayangan dengan menggunakan sinar istimewa untuk berbagai letak benda. O = objek, I = image/bayangan.

24 4 Menentukan sifat bayangan dengan metode penomoran ruang Penomoran ruang untuk lensa berbeda dengan cermin. Untuk lensa, nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan mempunyai notasi yang berbeda. Gambar 9.35 Lukisan pembentukan bayangan pada lensa untuk berbagai letak benda. Gambar 9.36 (a) Penomoran ruang pada lensa cembung, dan (b) penomoran ruang pada lensa cekung Nomor ruang benda diberi notasi dengan angka Romawi (I, II, III, dan IV) sedangkan nomor ruang bayangan diberi notasi dengan angka Arab (,, 3, dan 4) Penomoran ruang ini dapat dilihat pada Gambar 9.36 (a) dan (b). Menentukan sifat bayangan dapat dilakukan dengan tanpa melukis jalannya sinar, yaitu dengan metode penomoran ruang berdasarkan aturan Esbach.

25 5 Dalil Esbach untuk lensa: () Jumlah nomor ruang benda (R benda ) dengan nomor ruang bayangan (R bayangan ) = 5 () Untuk setiap benda nyata dan tegak, maka: - Semua bayangan yang terletak dibelakang lensa adalah nyata dan terbalik - Semua bayangan yang terletak didepan lensa adalah maya dan tegak (3) Bila nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda, maka bayangan diperbesar, tetapi bila nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda, maka bayangan diperkecil. Catatan: - Untuk lensa cembung, benda yang terletak di titik fokus pasif (F ), bayangannya terletak di tak terhingga; akan tetapi benda yang terletak di F, bayangannya terletak pada kali jarak fokus aktif (F ), bersifat nyata, terbalik, dan sama besar dengan bendanya. - Untuk lensa cekung, benda yang terletak di depan lensa memiliki bayangan yang terletak di depan lensa juga, dengan sifat maya, tegak, dan diperkecil Rumus-rumus untuk Lensa Tipis Pada Gambar 9.37 tampak bentuk geometris sebuah lensa tipis. Pada lensa tipis, ketebalan BD dapat diabaikan. Permukaan satu dan lensa (ABC) mempunyai pusat kelengkungan C dengan jari-jari R. Permukaan dua dan lensa (ADC) mempunyai pusat kelengkungan C dengan jari-jari R. Pembentukan bayangan pada lensa melalui tahap. Pertama, pembiasan oleh permukaan ABC membentuk bayangan pada I. Bayangan itu Gambar 9.37 Bentuk geometris lensa tipis dianggap sebagai benda oleh permukaan ADC dan terbentuk bayangan akhir di. Dengan menerapkan prinsip pembiasan pada bidang lengkung yaitu Persamaan (9.) pada permukaan ABC dan ADC diperoleh hasil-hasil sebagai berikut. Untuk permukaan ABC, n s n s' n n R + = atau nm n + OB BI n n = R n = n = nm, s = DI, dan R = -R Untuk permukaan ADC ( ), m n s n s' n n R + = atau n DI nm + DI nm n = R n n = R m Untuk lensa tipis, BD diabaikan atau BI = D sehingga bila kedua persamaan di atas dijumlahkan, diperoleh nm nm + OB DI n = n R m n n + R m = ( n ) + nm R R Dengan membagi persamaan di atas dengan n m dan mengingat OB = s serta DI = s, maka

26 6 n + = s s' n + R R m... (9.6) Untuk benda yang terletak di jauh tak terhingga (s = ), bayangan terjadi di titik fokus (s = f). Substitusi nilai tersebut ke dalam Persamaan (9.6) menghasilkan n = +... (9.7) f nm R R Persamaan (9.7) dikenal dengan nama persamaan pembuat lensa karena menghubungkan jarak fokus lensa dengan jari-jari kelengkungan kedua permukaan lensa. ini berarti dengan mendesain jari-jari lensa, R dan R, dapat ditentukan jarak fokus sesuai dengan yang diinginkan. Dengan menggabungkan Persamaan (9.6) dan (9.7) kita akan mendapatkan rumus lensa tipis sebagai = +... (9.8) f s s' Persamaan lensa ini dapat dipecahkan untuk menghitung langsung s, s, m atau f sebagai berikut: s' f sf ss' s = ; s' = ; f = s' f s f s + s' Seperti halnya cermin lengkung, perbesaran linear didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan (panjang bayangan) dengan tinggi benda (panjang benda) dan memenuhi hubungan berikut. M h' s' = =... (9.9) h s dengan M = perbesaran linear, h = tinggi benda, h = tinggi bayangan. Rumus-rumus lensa di atas berlaku umum baik untuk lensa cembung maupun untuk lensa cekung. Akan tetapi dalam penggunaannya harus mengikuti perjanjian tanda berikut. s bertanda + jika benda terletak didepan lensa ( benda nyata) s bertanda jika benda terletak dibelakang lensa ( benda maya) s bertanda + jika bayangan terletak dibelakang lensa ( bayangan nyata) s bertanda jika bayangan terletak didepan lensa ( bayangan maya) f bertanda + untuk lensa cembung f bertanda untuk lensa cekung R bertanda + untuk permukaan lensa yang cembung R bertanda untuk permukaan lensa yang cekung R = untuk permukaan lensa yang datar

27 7 Kuat lensa Walaupun titik fokus merupakan titik terpenting pada lensa, ukuran lensa tidak dinyatakan dalam jarak fokus lensa f melainkan oleh suatu besaran lain. Besaran untuk menyatakan kuat lensa (diberi lambang P) didefinisikan sebagai kebalikan jarak fokus f Secara matematis dituliskan P =... (9.30) f dengan; P = kuat lensa (dioptri), dan f jarak fokus (meter) Susunan Lensa dengan Sumbu Utama Berimpit Alat-alat optik seperti mikroskop dan teropong terdiri dari susunan beberapa buah lensa berjarak tertentu dengan sumbu utama berimpit. Pembentukan bayangan pada susunan lensa seperti ini dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama dianggap sebagai benda untuk lensa kedua, bayangan lensa kedua dianggap sebagai benda untuk lensa ketiga, demikian seterusnya. Jika bayangan dari lensa yang satu terletak di depan lensa berikutnya, maka bayangan ini dianggap sebagai benda nyata bagi lensa kedua tersebut dan jarak benda s bertanda positif. Akan tetapi jika bayangan dan lensa pertama tadi terletak di belakang lensa berikutnya, maka bayangan ini dianggap sebagai benda maya bagi lensa kedua tersebut dan jarak benda s sekarang bertanda negatif. Untuk dua buah lensa berlaku hubungan d = s' +... (9.3) I s II dengan: d = jarak kedua lensa, s I = jarak bayangan lensa pertama, s II = jarak benda lensa kedua Perbesaran total yang dihasilkan oleh dua buah lensa adalah perkalian dari perbesaran masingmasing lensa. M tot s' s' I II = M I M II =... (9.3) si sii M tot = perbesaran total oleh kedua lensa, M I = perbesaran oleh lensa pertama, M II = perbesaran oleh lensa kedua, s I = jarak benda lensa pertama, s = jarak bayangan lensa pertama, s II = jarak benda lensa kedua, s II = jarak bayangan lensa kedua. Untuk melihat jalannya sinar dan tahapan pembentukan bayangan pada dua buah lensa, perhatikanlah Gambar 9.38 berikut!

28 8 Gambar 9.38 (a) Susunan dua buah lensa yang menghasilkan bayangan akhir maya, diperbesar, dan terbalik (b) Lensa I membentuk bayangan pertama (c) Lensa membentuk bayangan akhir. Apabila lensa-lensa berada dalam keadaan kontak atau berimpit (d = 0), maka lensa-lensa tersebut dapat digantikan oleh sebuah lensa ekivalen dengan nilai fokus gabungan sebagai berikut. Dengan: f = fokus gabungan, gab f,... f = fokus masing-masing lensa. = (9.33) f gab f f Persamaan (9.33) di atas dapat dituliskan dalam pengertian kuat lensa dengan: P gab = kuat lensa gabungan (m - = dioptri) P,P, = kuat setiap lensa (m - = dioptri) P gab = p + p (9.34) +

29 Penyimpangan Pembentukan Bayangan pada Lensa Bayangan-bayangan yang terjadi melalui lensa tunggal tidak selalu identik dengan bendanya, melainkan pada umumnya mengalami penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan-kesalahan pembentukan bayangan. Berikut ini adalah uraian tentang bentuk-bentuk penyimpangan tersebut. Aberasi sferis Aberasi sferis seperti tampak pada Gambar 9.39 adalah penyimpangan pembentukan bayangan dari suatu benda yang terletak di sumbu utama karena bentuk lengkung dari lensa. Berkas sejajar sumbu utama lensa tidak semua dibiaskan melalui titik fokus. Hanya sinar-sinar yang paraksial (dekat dengan pusat lensa) saja yang dibiaskan melalui titik fokus. Sedangkan sinar-sinar sejajar yang semakin jauh dari sumbu utama akan dibiaskan melalui titik yang semakin dekat pada lensa. Gambar 9.39 Aberasi sferis pada lensa Penyimpangan pembentukan bayangan seperti aberasi sferis ini dapat diatasi dengan memakai lensa gabungan aplanatis atau diafragma. Lensa gabungan aplanatis terdiri dan buah lensa yang berlainan. Diafragma berfungsi untuk memblok sinar-sinar tepi sehingga sinar yang melalui lensa hanya sinar-sinar paraksial. Benda titik yang tidak terletak di sumbu utama lensa akibat aberasi sferis ini akan membentuk bayangan seperti bintang berekor (komet) atau koma. karenanya, penyimpangan ini disebut gejala koma. Astigmatisme Astigmatisme adalah kelainan pembentukan bayangan dan suatu benda titik yang jauh dari sumbu utama. Hal ini karena garis-garis horizontal dan vertikal dikumpulkan pada jarak yang berbeda. Distorsi Distorsi adalah suatu aberasi yang disebabkan oleh perbesaran bayangan yang tidak merata. Perbesaran pada bagian-bagian yang paling luar tidak sama. Benda yang berupa garis-garis sejajar akan melengkung. Gambar 9.40 Astigmatisme Lengkungan bidang bayangan Gambar 9.4 Distorsi Lengkungan bidang bayangan terjadi karena titik potong sinar-sinar sejajar sumbu utama lebih jauh dibandingkan terhadap titik potong sinar-sinar sejajar yang tidak sejajar dengan sumbu utama. Akibatnya, terjadilah perbedaan terang antara bayangan bagian pinggir dengan bagian tengah. Bidang bayangan tampak melengkung, tidak terletak pada satu bidang datar.

30 30 Aberasi kromatis Sebagaimana telah kita ketahui, cahaya matahari terdiri dari bermacam-macam warna yang disebut polikromatis. Setiap warna mempunyai panjang gelombang sendiri-sendiri sehingga panjang gelombangnya pun berbeda-beda. Inilah yang menyebabkan bahwa berkas sinar polikromatis setelah dibiaskan lensa terurai menjadi beberapa warna dan setiap warna mempunyai fokus sendiri-sendiri. Pada Gambar 9.4 tampak bahwa titik fokus warna merah (F m ) lebih jauh daripada titik fokus warna ungu (F u ). Gejala inilah yang disebut aberasi kromatis. Gambar 9.4 Aberasi kromatis. Gejala ini dapat dihilangkan dengan lensa akromatis, yaitu lensa gabungan yang terdiri dan buah lensa yang jenis kacanya berlainan, misalnya kerona dan flinta. Syarat lensa akromatis adalah: ( ftot ) = ( ftot ) atau = merah ungu f f f m dengan: f m = fokus lensa I untuk cahaya merah, f m = fokus lensa untuk cahaya merah, fu i = fokus lensa untuk cahaya ungu, f u = fokus lensa untuk cahaya ungu. m ( tot ) merah ( tot ) ungu + = +... (9.35) f f f u u

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I CAHAYA O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I PETA KONSEP Cahaya Dualisme Cahaya Kelajuan Cahaya

Lebih terperinci

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung. Bab 7 Cahaya Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7. Pensil yang dicelupkan ke dalam air Coba kamu perhatikan Gambar 7.. Sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan tampak bengkok jika dilihat

Lebih terperinci

Macam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar.

Macam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar. BAB V CAHAYA Cahaya adalah gelombang yang memindahkan tenaga tanpa perambatan massa. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari beberapa macam warna. Di dalam ruang hampa warna warna

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI CAHAYA

PENDALAMAN MATERI CAHAYA PENDALAMAN MATERI CAHAYA Cahaya digolongkan sebagai suatu bentuk radiasi. Radiasi adalah sesuatu yang memancar keluar dari suatu sumber tetapi bukan merupakan zat. Cahaya dapat dilihat mata manusia. Cahaya

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pendahuluan Optika geometri adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat cahaya Sifat-sifat Cahaya yang dipelajari meliputi. Pemantulam cahaya 2. Pembiasan cahaya 3. Alat-alat optik Cahaya

Lebih terperinci

c n = v Konsep Cahaya Normal cahaya datang udara air cahaya bias Normal cahaya bias udara air i cahaya datang Tabel Indeks Bias Beberapa zat Medium

c n = v Konsep Cahaya Normal cahaya datang udara air cahaya bias Normal cahaya bias udara air i cahaya datang Tabel Indeks Bias Beberapa zat Medium II. Pembiasan Cahaya (Refraksi) Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi

Lebih terperinci

OPTIKA. Gb.1. Pemantulan teratur. i p. Gb.3. Hukum pemantulan A A B B C C. Gb.4. Pembentukan bayangan oleh cermin datar A.

OPTIKA. Gb.1. Pemantulan teratur. i p. Gb.3. Hukum pemantulan A A B B C C. Gb.4. Pembentukan bayangan oleh cermin datar A. Pembinaan Juara OSN isika SMP Jateng 2009 - Page 1 of 15 A. ERMIN DATAR OPTIKA Pemantulan teratur : jika berkas sinar datang sejajar, maka berkas sinar pantulnyapun sejajar pula. Gb.1. Pemantulan teratur

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Cahaya dan Hubungannya dengan Berbagai Alat-Alat Optik

Sifat-Sifat Cahaya dan Hubungannya dengan Berbagai Alat-Alat Optik Untuk mendapatkan gema dari satu suku kata, bunyi pantul harus datang secepatcepatnya sesudah detik, yaitu sesudah suku kata itu selesai diucapkan. Jarak yang ditempuh bunyi selama itu 340 m/detik detik

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB . Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai sifatsifat. ) merupakan gelombang medan listrik dan medan magnetik ) merupakan gelombang longitudinal ) dapat dipolarisasikan ) rambatannya memerlukan

Lebih terperinci

13. Cahaya; Optika geometri

13. Cahaya; Optika geometri mitrayana@ugm.ac.id 3. Cahaya; Optika geometri 9/7/202 Benda terlihat Benda tersebut sumber cahaya: bola lampu, matahari, bintang dll Benda terlihat dari cahaya yang dipantulkannya . Model Berkas Cahaya

Lebih terperinci

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata.

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata. BAB III OPTIK Kompetensi dasar : Memahami ciri-ciri cermin dan lensa Indikator Tujuan pembelajaran : : - Sifat dan fungsi cermin datar, cekung, dan cembung diidentifikasi - Hukum pemantulan dibuktikan

Lebih terperinci

6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR

6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR 6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR 17 Menurunkan hukum pembiasan. 21 Mendeskripsikan pengertian bayangan nyata dan bayangan maya. INDIKATOR KD - 6.4 ( B. LENSA ) 18 Menjelaskan makna indeks bias medium. 19 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

Elyas Narantika NIM

Elyas Narantika NIM Elyas Narantika NIM 2012 21 018 Contoh peristiwa refraksi dan refleksi di kehidupan sehari-hari Definisi Refraksi (atau pembiasan) dalam optika geometris didefinisikan sebagai perubahan arah rambat partikel

Lebih terperinci

CAHAYA. Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. akibat. Tegak lurus.

CAHAYA. Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. akibat. Tegak lurus. Bab XXIII CAHAYA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Peta Konsep Cahaya mengalami Perambatan cahaya Pemantulan cahaya

Lebih terperinci

memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Bab 14 Sumber: Dokumentasi Penerbit Hasil yang harus kamu capai: memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus

Lebih terperinci

BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK

BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK KOMPETENSI INTI 3. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, proses pembentukan bayangan pada mata serangga,

Lebih terperinci

FIS 1 A. PENDAHULUAN C. PEMANTULAN CAHAYA PADA CERMIN B. PEMANTULAN CAHAYA

FIS 1 A. PENDAHULUAN C. PEMANTULAN CAHAYA PADA CERMIN B. PEMANTULAN CAHAYA A. PENDAHULUAN Optika adalah ilmu yang mempelajari tentang cahaya. Siatsiat cahaya: ) Memiliki cepat rambat 3,0 x 0 8 m/s 2) Merupakan gelombang transversal dan elektromagnetik 3) Merambat dalam arah lurus

Lebih terperinci

fisika CAHAYA DAN OPTIK

fisika CAHAYA DAN OPTIK Persiapan UN SMP 2017 fisika CAHAYA DAN OPTIK A. Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik sehingga cahaya dapat merambat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan cahaya merambat

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

1. Pembiasan Cahaya pada Prisma

1. Pembiasan Cahaya pada Prisma Pembiasan Cahaya pada Prisma dan pada Kaca Plan Paralel 1. Pembiasan Cahaya pada Prisma Prisma ialah sebuah zat bening yang dibatasi oleh dua buah bidang datar. Pembiasan pada Prisma Apabila seberkas sinar

Lebih terperinci

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu. OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.

Lebih terperinci

Gelombang Cahaya. Spektrum Gelombang Cahaya

Gelombang Cahaya. Spektrum Gelombang Cahaya Gelombang Cahaya Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan salah satu spektrum gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium. Cahaya memiliki sifat-sifat-sifat sebagai berikut:

Lebih terperinci

1. Rumus descrates umum pada cermin Cara 1. Maka diperoleh

1. Rumus descrates umum pada cermin Cara 1. Maka diperoleh . Rumus descrates umum pada cermin Cara. Maka diperoleh b = a + i dan c = b + i a + c = 2i Dengan menganggap sudut b, c, dan i sangat kecil (yaitu sinar-sinarnya paraksial dan karen jarak OB sangat kecil

Lebih terperinci

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X3 / II Sekolah : SMA Nation Star Academy Surabaya

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK B A B B A B

ALAT-ALAT OPTIK B A B B A B Alat-alat Optik 119 B A B B A B 6 ALAT-ALAT OPTIK Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian pernah melihat alat seperti gambar di atas? Apakah alat tersebut? Alat itu dinamakan teropong. Teropong merupakan

Lebih terperinci

Kode FIS.18. Sumbu Utama

Kode FIS.18. Sumbu Utama Kode FIS.8 Sumbu Utama M r F i O R f F O F BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Cahaya Pemantulan Pembiasan Cermin lengkung Lensa Alat optik lain Cacat mata Kata Kunci 236 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII

Cahaya Pemantulan Pembiasan Cermin lengkung Lensa Alat optik lain Cacat mata Kata Kunci 236 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VIII X Optika Bayangkan jika dalam kehidupan ini tidak ada cahaya. Mungkin, di bumi ini tidak akan ada kehidupan. Cahaya sangat penting dalam kehidupan manusia. Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang.

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan g. Lensa Cembung Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh bidang lengkung. Pada pembahasan lensa dianggap tipis sehingga dapat diabaikan apa yang terjadi dengan sinar didalam lensa dan pembahasan hanya

Lebih terperinci

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA A. SIFAT-SIFAT CAHAYA Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu: 1. cahaya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI OPTIK GEOMETRI (Kelas XI SMA) TRI KURNIAWAN 15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a OPTIK GEOMETRI A. Kompetensi

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIOANAL

OLIMPIADE SAINS NASIOANAL OLIMPIADE SAINS NASIOANAL Pelajaran Rumpun Materi Tingkat : Fisika : Cahaya dan Optika : Kabupaten / Kota A. PILIHAN GANDA 1. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang berkaitan dengan cahaya : 1. Umbra

Lebih terperinci

LAMPIRAN I ( RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I. : SMP Kristen Sendang Tulungagung

LAMPIRAN I ( RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I. : SMP Kristen Sendang Tulungagung LAMPIRAN I ( RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ) A. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pokok Bahasan : SMP Kristen Sendang Tulungagung : VIII/II : Fisika

Lebih terperinci

Cahaya dan Alat Optik

Cahaya dan Alat Optik BAB 11 Cahaya dan Alat Optik A. Sifat-Sifat Cahaya B. Cermin dan Lensa C. Alat-Alat Optik Bab 11 Cahaya dan Alat Optik 351 sumber penghalang bayang-bayang cepat rambat besarnya bergantung medium dari memiliki

Lebih terperinci

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK Disusun oleh: Nita Nurtafita 107016300115 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1. Apabila cahaya dipancarkan ke dalam botol bening yang tertutup cahaya tersebut akan... a. dipantulkan botol

1. Apabila cahaya dipancarkan ke dalam botol bening yang tertutup cahaya tersebut akan... a. dipantulkan botol TUGS FISIK KELS 8 (LTIHN US) 1. pabila cahaya dipancarkan ke dalam botol bening yang tertutup rapat (hampa udara) maka cahaya tersebut akan... dipantulkan botol c. diserap botol menembus botol masuk dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (Tab.1) Tabel Data Hasil Observasi Awal Siswa. Jenis Kelamin Skor Keterangan

LAMPIRAN I (Tab.1) Tabel Data Hasil Observasi Awal Siswa. Jenis Kelamin Skor Keterangan 97 LAMPIRAN I (Tab.1) Tabel Data Hasil Observasi Awal Siswa Skor nilai ulangan harian No Nomor Induk Jenis Kelamin Skor Keterangan 1. 1758 P 60 Tidak Tuntas 2. 1735 P 53 Tidak Tuntas 3. 1737 L 63 Tidak

Lebih terperinci

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI 2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP) Satuan Pendidikan : SMPK Santo Yusup Mojokerto

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP) Satuan Pendidikan : SMPK Santo Yusup Mojokerto LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP) Satuan Pendidikan : SMPK Santo Yusup Mojokerto Mata Pelajaran : Fisika Kelas : VIII A Semester : Genap Alokasi Waktu : 4 X 40 menit I. Standart Kompetensi

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK B A B B A B

ALAT-ALAT OPTIK B A B B A B ALAT-ALAT OPTIK B A B B A B 119 BAB BAB 6 ALAT-ALAT OPTIK Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian pernah melihat alat seperti gambar di atas? Apakah alat tersebut? Alat itu dinamakan teropong. Teropong

Lebih terperinci

DISPERSI DAN DAYA PEMECAH PRISMA

DISPERSI DAN DAYA PEMECAH PRISMA DISPERSI DAN DAYA PEMECAH PRISMA Bayu Permana (140310130044) Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran Senin,15 Juni 2015 Asisten : Khoirima Ulfi ABSTRAK Cahaya merupakan salah bentuk dari gelombang

Lebih terperinci

Optika adalah ilmu fisika yang mempelajari cahaya.

Optika adalah ilmu fisika yang mempelajari cahaya. 1 Optika adalah ilmu fisika yang mempelajari cahaya. Optika geometri mempelajari sifat pemantulan HUKUM PEMANTULAN CAHAYA 1. Sinar dating(i),garis normal(n),dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.

Lebih terperinci

ALAT OPTIK. Bagian-bagian Mata

ALAT OPTIK. Bagian-bagian Mata ALAT OPTIK Alat optik adalah alat yang bekerja dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. Pada dasarnya alat optik merupakan alat penglihatan manusia baik secara alami maupun

Lebih terperinci

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3 Latihan 7.3 1. Bagaimanakah bunyi hukum pemantulan cahaya? 2. Bagaimanakah bunyi hukum pembiasan cahaya? 3. Apa hubungan pembiasan dengan peristiwa terebntuknya pelangi setelah hujan? Jelaskan! 4. Suatu

Lebih terperinci

PENBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN

PENBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN KEGIATAN BELAJAR A. Landasan Teori PENBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN Dalam modul Fisika Dasar anda telah mempelajari optik geometrik. Dengan demikian, sampai sejauh ini sesungguhnya diharapkan anda telah

Lebih terperinci

O P T I K A G E O M E T R I K.

O P T I K A G E O M E T R I K. OPTIKA GEOMETRI O P T I K A G E O M E T R I K. P E N D A H U L U A N. TEORI CAHAYA. Kita dapat melihat melalui indra mata kita, dan hal ini sudah diperbincangkan sejak abad ke-empat sebelum masehi, Proses

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

Gambar 1. Gambar 2. Hukum Pemantulan atau Hukum Snellius

Gambar 1. Gambar 2. Hukum Pemantulan atau Hukum Snellius 1. Pemantulan dan Cermin a. Pemantulan Kita dapat melihat benda disekitar kita karena benda memantulkan cahaya Pemantulan cahaya bergantung pada tempat jatuhnya cahaya Pemantulan baur adalah pemantulan

Lebih terperinci

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s.

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. CAHAYA 1. Siat Gelombang Cahaya Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Siat2 cahaya : Dapat

Lebih terperinci

BBM 8 CAHAYA DAN ALAT OPTIK

BBM 8 CAHAYA DAN ALAT OPTIK BBM 8 CAHAYA DAN ALAT OPTIK PENDAHULUAN Bahan Belajar Mandiri (BBM) ini merupakan BBM kedelapan dari mata kuliah Konsep Dasar Fisika untuk SD yang menjelaskan konsep cahaya dan alat optik. Cahaya memiliki

Lebih terperinci

A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama : 2. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias

A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama : 2. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama :. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias Prisma 7. Tanggal Percobaan : Maret 016 8. Tanggal Memasukkan

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

Cahaya dan Alat Optik

Cahaya dan Alat Optik BB 11 Cahaya dan lat Optik. Sifat-Sifat Cahaya B. Cermin dan Lensa C. lat-lat Optik Bab 11 Cahaya dan lat Optik 351 sumber penghalang bayang-bayang cepat rambat besarnya bergantung medium dari memiliki

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN AKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pembentukan bayangan pada cermin dan lensa untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

Judul PEMANTULAN CAHAYA. Penulis: Drs. Setia Gunawan Penyunting Materi: Drs. I Made Astra, M.Si. Penyunting Media: Harjito, S.Ip., M.Si.

Judul PEMANTULAN CAHAYA. Penulis: Drs. Setia Gunawan Penyunting Materi: Drs. I Made Astra, M.Si. Penyunting Media: Harjito, S.Ip., M.Si. Judul PEMANTULAN CAHAYA Mata Pelajaran Kelas Nomor Modul : Fisika : I (Satu) : Fis.X.09 Penulis: Drs. Setia Gunawan Penyunting Materi: Drs. I Made Astra, M.Si. Penyunting Media: Harjito, S.Ip., M.Si. DAFTAR

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN DAN LENSA. Nirsal Dosen tetap yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo

PERANGKAT LUNAK PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN DAN LENSA. Nirsal Dosen tetap yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo PERANGKAT LUNAK PEBENTUKAN BAYANGAN PADA CERIN DAN LENSA Nirsal Dosen tetap yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo Email: nirsal_e@yahoo.co.id Abstrak Dalam Ilmu isika banyak materi yang menarik untuk

Lebih terperinci

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [FISIKA] [1.6 Sifat Cermin] [Susilo] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 1.6 Materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Asyhar (2010), Secara etimologi, kata media berasal dari bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Asyhar (2010), Secara etimologi, kata media berasal dari bahasa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Asyhar (2010), Secara etimologi, kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium

Lebih terperinci

BAB VI ALAT-ALAT OPTIK

BAB VI ALAT-ALAT OPTIK FISIKA KELAS X Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. BAB VI ALAT-ALAT OPTIK ADVANCE ORGANIZER Mener apkan pemant ulan cahaya pada cermin datar dan cermin lengku ng Mener apkan pembia san cahaya pada lensa, balok

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Optika Geometri - Soal Doc Name : RK13AR11FIS1101 Version : 2016-12 halaman 1 01. Seberkas sinar datang menumbuk bidang pantul I kemudian dipantulkan menuju bidang

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 10 FISIKA Optika Geometri - Latihan Soal Doc Name : AR10FIS0501 Version : 2012-08 halaman 1 01. Seberkas sinar datang menumbuk bidang pantul I kemudian dipantulkan menuju bidang pantul

Lebih terperinci

BAB 23. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

BAB 23. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK DAFTA ISI DAFTA ISI... BAB 3. CAHAYA : OPTIK GEOMETIK... 3. Model Berkas Cahaya... 3. Pantulan...3 3.3 Indeks Bias...4 3.4 Pembiasan : Hukum Snell...4 3.5 Lensa Tipis...7 3.6 Persamaan Lensa...9 3.7 Quis...0

Lebih terperinci

Latihan Soal Optik Geometrik SMK Negeri 1 Balikpapan Kelas XI Semua Jurusan

Latihan Soal Optik Geometrik SMK Negeri 1 Balikpapan Kelas XI Semua Jurusan 1 Latihan Soal Optik Geometrik Kelas XI Semua Jurusan Oleh Tenes Widoyo 1. Mata dapatmelihat sebuah benda apabila terbentuk bayangan a. Sejati, tegak di retina b. Sejati, terbalik di retina c. Maya, tegak

Lebih terperinci

Apakah Gelombang Elektromagnetik?? Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium

Apakah Gelombang Elektromagnetik?? Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Releksi, Reraksi, Intererensi gelombang optik Eksperimen Young Prinsip Huygen Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik Apa

Lebih terperinci

4/FISIKA DASAR/LFD PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN

4/FISIKA DASAR/LFD PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN 4/FISIKA DASAR/LFD PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuktikan hukum pemantulan. 2. Menentukan jarak fokus cermin cekung. 3. Menentukan jarak fokus cermin cembung. II. PENGANTAR

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k 1. Perhatikan gambar di bawah ini! Jumlah getaran yang terbentuk dari k-l-m-no-n-m-l-k adalah... k A. 1 getaran l n B. ¾ getaran C. ½ getaran D. ¼ getaran 2. Perhatikan gambar soal nomor 1.Jika bandul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa benda-benda di sekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini

Lebih terperinci

LKS-1 PEMBIASAN CAHAYA PADA KACA PLAN-PARALEL

LKS-1 PEMBIASAN CAHAYA PADA KACA PLAN-PARALEL LKS-1 PEMBIASAN CAHAYA PADA KACA PLAN-PARALEL Mungkin kamu pernah mengamati batu yang tenggelam ke dasar kolam, sabun yang jatuh ke dalam bak mandi, ikan yang berada dalam kolam atau tongkat yang dimasukkan

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah:

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah: ALAT-ALAT OPTIK Kemajuan teknologi telah membawa dampak yang positif bagi kehidupan manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapat menggantikan berbagai fungsi organ atau menyelidiki fungsi

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis JARAK FOKUS LENSA TIPIS Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Pendidikan Fisika 204 Abstrak Telah dilakukan percobaan tentang

Lebih terperinci

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK...2 24.1 Prinsip Huygen dan Difraksi...2 24.2 Hukum-Hukum Pembiasan...2 24.3 Interferensi Cahaya...3 24.4 Dispersi...5 24.5 Spektrometer...5 24.6

Lebih terperinci

BAB I : KONSEP PEMANTULAN

BAB I : KONSEP PEMANTULAN BAB I : KONSEP PEMANTULAN I.3. Cermin Cekung Sinar-sinar yg mengenai cermin pada titik dekat dgn sumbu utama AV dipantulkan melalui titik bayangan. Sinar tsb disebut sebagai sinar paraksial. Shg bayangan

Lebih terperinci

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Laporan Hasil Praktikum PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Disusun Oleh : Daning Herawati 36 / XII IPA 5 SMA NEGERI 2 JEMBER Tahun ajaran 2014/2015 A. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki sifat pembiasan pada

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Pembiasan Cahaya Pada Lensa Gabungan Dosen Pengasuh: Jumingin, S.Si. Disusun Oleh: Lilis Sonia

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Pembiasan Cahaya Pada Lensa Gabungan Dosen Pengasuh: Jumingin, S.Si. Disusun Oleh: Lilis Sonia Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Pembiasan Cahaya Pada Lensa Gabungan Dosen Pengasuh: Jumingin, S.Si Disusun Oleh: Lilis Sonia 12222058 Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Raden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika bersifat universal dan banyak kaitannya dengan kehidupan nyata. Matematika berperan sebagai ratu ilmu sekaligus sebagai pelayan ilmu-ilmu yang lain. Kajian

Lebih terperinci

JARAK FOKUS LENSA TIPIS

JARAK FOKUS LENSA TIPIS JARAK FOKUS LENSA TIPIS Dian Saputri Yunus, Ni Nyoman Putri Ari, Fitri Safitri, Sadri. LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Abstrak Telah dilakukan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

L E N S A. I. TUJUAN INSTRUKIONAL UMUM Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mengetahui sifat lensa dan penggunaannya.

L E N S A. I. TUJUAN INSTRUKIONAL UMUM Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mengetahui sifat lensa dan penggunaannya. L E N S A I. TUJUAN INSTRUKIONAL UMUM Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mengetahui sifat lensa dan penggunaannya. II. TUJUAN INSTRUKIONAL KHUSUS. Menentukan panjang focus lensa positif

Lebih terperinci

Alat-Alat Optik dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

Alat-Alat Optik dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari E. Alat-Alat Optik dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari Mata merupakan alat untuk melihat. Dengan mata, manusia dapat menikmati keindahan alam dan dapat mempercepat kerja. Akan tetapi, kerja mata

Lebih terperinci

OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN

OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN Pembentukan Bayangan pada Cermin Pembentukan bayangan maya pada cermin datar CERMIN

Lebih terperinci

OPTIK GEOMETRI. 1. Pemantulan pada cermin datar

OPTIK GEOMETRI. 1. Pemantulan pada cermin datar OPTIK GEOMETRI Ketika di MP, kalian sudah mempelajari tentang cahaya dan perambatannya, bagaimana cahaya itu dipantulkan, dibiaskan, dan mengalami dispersi. Alat yang bekerja berdasarkan prinsip pembiasan

Lebih terperinci

PADANAN LITERASI SAINS

PADANAN LITERASI SAINS 1. Menentukan Knowing Perhatikan gambar di bawah ini. mudah sifat cahaya yang tepat (illustrate examples) with A terhadap peristiwa yang C D B mata terjadi dalam kehidupan sehari-hari Salah satu sifat

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Pengerian Lensa, Jenis Lensa dan Pembiasan pada Lensa

Pengerian Lensa, Jenis Lensa dan Pembiasan pada Lensa Pengerian Lensa, Jenis Lensa dan Pembiasan pada Lensa 1. Pengerian Lensa Lensa merupakan benda bening yang dibatasi oleh dua buah bidang lengkung.dua bidang lengkung yang membatasi lensa berbentuk silindris

Lebih terperinci

1. Sudut kritis dan pemantulan sempurna

1. Sudut kritis dan pemantulan sempurna 1. Sudut kritis dan pemantulan sempurna Seberkas cahaya yang melalui dua medium akan memiliki efek berbeda, dilihat darimana cahaya itu berasal. Kejadian ini antara lain ; a). refleksi dan refraksi dari

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA Siti Noor Fauziah 1, Ferdy S. Rondonuwu 1,2, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam. Pengembang : Mimi Irawan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam. Pengembang : Mimi Irawan Lampiran I RPP Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : V (Lima) Semester : 2 (Dua) Waktu : 2x35 Menit Pengembang

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 08 Fisika

Antiremed Kelas 08 Fisika Antiremed Kelas 08 Fisika Cahaya - Latihan Soal Pilihan Ganda Doc. Name: AR08FIS0699 Version: 2012-08 halaman 1 01. Berikut yang merupakan sifat cahaya adalah. (A) Untuk merambat, cahaya memerlukan medium

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 65 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Negeri Mangunsari 02 Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) : V / II : Cahaya dan Sifat-Sifatnya

Lebih terperinci