Semarang, 14 Mei 2008 ISBN :

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Abstract. Undip, Vol VII, No 1, Januari

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya

Michael Porter (1990, dalam PPSK-BI dan LP3E FE UNPAD 2008) input yang dicapai oleh perusahaan. Akan tetapi, baik Bank Dunia, Porter, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep daya saing global menurut Michael Porter (1990) menyatakan

Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterapkan pada level nasional adalah produktivitas yang didefinisikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpisah, tetapi kedua lembaga tersebut menggunakan variabel yang hampir sama

ANALSIS DAYA SAING EKONOMI KOTA MEDAN. Paidi Hidayat Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI. Evita Khairani Nasution Paidi Hidayat, S.E., M.Si, ABSTRAK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk

TIPOLOGI DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA. Ricky Jaya Dinata Paidi Hidayat, S.E., M.Si. ABSTRACT

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN BATU BARA. Suci Ana Winta Ritonga Paidi Hidayat, SE, M.Si ABSTRACT

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI FAKTOR INPUT SEBAGAI VARIABEL PEMBENTUK INDEKS DAYA SAING DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Populasi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia Tahun

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN UNGGULAN JAWA TIMUR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai. Derajad Sarjana Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2014

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Economics Development Analysis Journal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Daya Saing Dalam Teori Perdagangan Internasional. perusahaan, sektor, maupun ekonomi (negara), sudah seumur perdagangan

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS... A. Analisis Lingkungan Internal... B. Analisis Lingkungan Eksternal... C. Isu Strategis...

Jurnal Ilmiah Econosains E-ISSN: TINGKAT DAYA SAING EKONOMI DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

BAB IV GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

III. METODOLOGI KAJIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku)

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Transkripsi:

Prosiding INSAHP5 Teknik Industri UNDIP Semarang, 14 Mei 2008 ISBN : 978-979-97571-4-2 Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur Dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Ira Irawati 1, Zulfadly Urufi 1, dan Renato Everardo Isaias Rezza Resobeoen, Agus Setiawan, Aryanto 2 Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi Nasional, Bandung Kontak Person: Ira Irawati Zulfadly Urufi Jl. PKH. Mustafa Alamat No. 23 Bandung, 40124 Telp: 022-7272215 ext 242, Fax: 022-7202892, E-mail: ira_irawati@yahoo.com Abstrak Daya saing wilayah menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Pengembangan wilayah di kota-kota dan kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing tersebut, walaupun dalam pengembangannya menghadapi permasalahan-permasalahan yang antara lain disebabkan oleh kurang berkembangnya sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya kualitas hidup masyarakat serta kurangnya prasarana dan sarana untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Perbandingan relatif tingkat daya saing antar kota kabupaten tersebut; berdasarkan 3 (tiga) variabel yaitu tingkat perekonomian daerah, ketersediaan infrastruktur dan sumber daya alam, serta ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia; dilakukan untuk melihat sejauh mana daerah-daerah tersebut memiliki keunggulan untuk mengatasi persamalahan-permasalahan dalam pengembangan wilayahnya. Kata kunci: Pengembangan Wilayah, Daya Saing. 1 PENDAHULUAN Pengembangan wilayah dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan suatu pembangunan yang berkelanjutan, di mana menurut Bruntland (1987) dalam Eko & Djoko (1993:3), pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan manusia pada masa kini tanpa melupakan kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan mereka di masa yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan ini, kini sudah menjadi tujuan dalam pembangunan dan pengembangan kota dan kabupaten di Indonesia. Dalam menciptakan kota dan kabupaten yang berkelanjutan, diperlukan lima prinsip dasar, yaitu environment (ecology), economy (employment), equity, engagement and energy (Research Triangle Institute, 1996 dalam Eko & Djoko, 1999: 3). Berdasarkan World Bank Institute (2001), pencapaian C 15 1

Ira Irawati, Zulfadly Urufi, dan Renato Everardo Isaias Rezza Resobeoen, Agus Setiawan, Aryanto kota berkelanjutan dapat dirangkum ke dalam lingkup yang lebih mikro dengan keempat parameter yang terdiri atas livability, competitiveness, bank ability, good governance and management. Tingkat daya saing (competitiveness) merupakan salah satu parameter dalam konsep kota berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat daya saing suatu kota, maka tingkat kesejahteraan masyarakatnya pun semakin tinggi. Variabel-variabel yang diukur dalam pengukuran tingkat daya saing pada penelitian ini adalah variabel perekonomian daerah, variabel infrastruktur dan sumber daya alam, serta variabel sumber daya manusia. dan membandingkannya dengan kebijakan (fungsi kawasan strategis, struktur wilayah dan sektor unggulan) masing-masing kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Provinsi Sulawesi Tenggara, berdasarkan hasil pemeringkatan daya saing daerah yang dilakukan oleh Armida S. Alisjahbana, dkk (2002) terhadap sembilan indikator utama yaitu, perekonomian daerah, keterbukaan, SDM, sistem keuangan, kelembagaan, infrastruktur dan SDA, governance dan kebijakan, IPTEK, dan Manajemen dan Mikro Ekonomi; secara keseluruhan menempati peringkat ke 18 dari 26 provinsi di Indonesia. Indikator dengan nilai tertinggi yaitu governance dan kebijakan (pada peringkat 9) dan terendah yaitu infrastruktur dan SDA (pada peringkat 23). Hasil pemeringkatan tersebut menunjukkan Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki tingkat daya saing yang cukup rendah dibanding provinsi-provinsi di Indonesia. Tingkat daya saing Provinsi Sulawesi Tenggara ini, tentunya dibentuk oleh kemampuan daya saing kota-kota dan kabupaten-kabupatennya, di mana masing-masing kota dan kabupaten memiliki karakteristik perekonomian,infrastruktur dan sumber daya alam, serta sumber daya manusia yang berbeda-beda. Pengukuran tingkat daya saing terhadap 3 (tiga) variabel ini selanjutnya dilihat keterkaitannya dengan kebijakan pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan kota kabupatennya dalam pengembangan kawasan strategis, struktur wilayah, sektor unggulan, dan visi, serta misi; untuk melihat sejauh mana keunggulan dari masing-masing kota kabupaten tersebut dapat mendukung arah kebijakan pengembangan wilayah yang ditetapkan. 2 METODOLOGI 2.1 Variabel dan Indikator Tingkat Daya Saing Wilayah Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat daya saing setiap variabel adalah sebagai berikut : 1. Variabel perekonomian daerah, dengan sub variabel : Nilai Tambah X1 = PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) X2 = Laju Pertumbuhan PDRB X3 = PDRB Per Kapita Tabungan X4 = Tabungan X5 = Laju Pertumbuhan Tabungan Kinerja Sektoral X6 = Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Industri X7 = Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Jasa X8 = Laju Pertumbuhan Produktivitas Sektor Pertanian 2. Variabel infrastruktur dan sumber daya alam (SDA), dengan sub variabel : Modal Alamiah Y1 = Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya Lahan Y2 = Sumber Daya Air Y3 = Sumber Daya Hutan Modal Fisik Y4 = Luas Wilayah Perkotaan Y5 = Panjang Jalan per Luas Wilayah Wilayah Perkotaan Y6 = Kualitas Jalan Raya Y7 = Produksi Listrik Y8 = Fasilitas Telepon per Kapita C 15 2

Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur Dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara 3. Variabel sumber daya manusia (SDM), dengan sub variabel : Ketenagakerjaan : angka ketergantungan, angkatan kerja, prosentase angkatan kerja, jumlah penduduk usia produktif terhadap total penduduk, jumlah penduduk yang bekerja, pengangguran; Pendidikan : tingkat partisipasi siswa, dan rasio jumlah pengajar terhadap siswa. Ketenagakerjaan X1 = Angka Ketergantungan X2 = Angkatan Kerja X3 = Persentase Angkatan Kerja X4 = Persentase Penduduk Usia Produktif terhadap Total Penduduk X5 = Jumlah Penduduk Yang Bekerja X6 = Pengangguran Pendidikan X7 = Tingkat Partisipasi Siswa X8 = Rasio Jumlah Pengajar Terhadap Siswa Ketiga variabel tingkat daya saing dalam penelitian ini merupakan perbadingan dari beberapa variabel yang dikemukakan oleh para pakar, yaitu : Armida S., dkk (2002), Michael Porter, World Economic Forum (WEF), Institute of Management Development (IMD), Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (UK-DTI), Centre for Urban and Regional Studies (CURDS), The Bulgarian Competitiveness Initiative, Kenyon (Western Australia Planning Commision), Fanstein, Thomas (www.beaconhill.org), Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia dan FE UNPAD, World Bank Institute. 2.2 Metodologi Pengukuran tingkat daya saing di Propinsi Sulawesi Utara ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, di mana tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan : Survey Sekunder, untuk memperoleh data terkait nilai dari sub variable-sub variable yang telah ditetapkan Survey Primer, dengan maksud untuk mengetahui pendapat para ahli atau orang yang berkompeten di bidangnya, yang nantinya akan memberikan bobot atas perbandingan relatif antar sub variabel untuk digunakan dalam AHP. Adapun para ahli yang menjadi responden adalah ahli yang menguasai di bidangnya, tokoh masyarakat yang memahami wilayahnya, pengusaha daerah, LSM, dan militer. Para ahli tersebut adalah ahli ekonomi, perencanaan wilayah dan kota, pendidikan, ketenagakerjaan, pertanahan, infrastruktur, ahli perindustrian dan perdagangan, tokoh masyarakat yang dianggap memahami wilayah. Jumlah respondean atau ahli untuk masing-masing variabel adalah 10 orang. 2. Tahap Analisis Analisis untuk : a. Mengidentifikasi bobot prioritas atau tingkat kepentingan relatif antar indikator dalam satu variabel, untuk masing-masing variabel. Metode yang digunakan dalam identifikasi ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP), di mana metode tersebut digunakan sampai dengan penentuan hirarki kriteria atau membandingkan tingkat kepentingan relatif antara kriteria. Adapun kriteria-kriteria tersebut, dalam penelitian ini disebut dengan indikator. Sebelum data-data setiap indikator diolah dengan AHP, karena keberagaman satuan dari setiap indikator, maka terlebih dahulu data tersebut di- standarisasi untuk memperoleh distribusi data yang normal dan dapat dibandingkan antara satu sama lain. Beberapa indikator yang memiliki makna sebaliknya, artinya makin besar nilai indikator tersebut maka makin buruk C 15 3

Ira Irawati, Zulfadly Urufi, dan Renato Everardo Isaias Rezza Resobeoen, Agus Setiawan, Aryanto kondisi dari indikator tersebut (yaitu : indikator inflasi, angka ketergantungan, dan jumlah pengangguran), dilakukan perhitungan kebalikan sebelum data tersebut distandarisasi, sehingga tidak menghasilkan bobot prioritas yang salah. b. Mengukur tingkat daya saing antar kabupaten/kota berdasarkan nilai variabel perekonomian, variabel infrastruktur dan sumber daya alam, serta variabel sumber daya manusia; dengan melakukan perkalian antara nilai dari indikator ter-standarisasi dengan bobot prioritas masingmasing indikator dalam setiap variabel. Selanjutnya dari nilai indikator terbobot 1 inilah diperoleh : peringkat daya saing antar seluruh kabupaten/kota perbedaan peringkat daya saing antara kabupaten/kota di daratan dengan kabupaten/kota di wilayah kepulauan 2, di mana perbandingan ini dilihat untuk melihat apakah terdapat kabupaten/kota di wilayah daratan memiliki tingkat daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan kabupaten/kota di wilayah kepulauan. c. Mengidentifikasi kesesuaian antara indikator unggulan setiap variabel di setiap kabupaten/kota dengan arah kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Identifikasi yang dimaksud adalah kesesuaian antara : Sektor unggulan yang ditetapkan di setiap kabupaten/kota masing-masing, dengan indikator unggulan dalam setiap variabel daya saing di setiap kabupaten/kota masingmasing. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dilihat, apakah indikator yang unggul dapat memperkuat sektor unggulan yang telah ditetapkan. Indikator unggulan di setiap kabupaten/kota adalah nilai indikator terbobot tertinggi (nilai indikator yang telah dikalikan bobot prioritas dengan nilai tertinggi) yang dimiliki oleh setiap kabupaten/kota, dan merupakan indikator daya saing terunggul untuk setiap kabupaten/kota tersebut. Peringkat daya saing kabupaten/kota dengan Sistem Perkotaan Nasional : PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal); serta berdasarkan pusat pengembangan perwilayahan. 1 Nilai indikator terbobot = nilai indikator (indikator daya saing daerah setelah distandarisasi) x bobot prioritas 2 Kabupaten/kota yang terletak di daratan adalah kabupaten/kota yang terletak di Pulau Selawesi bagian tenggara, adapun kabupaten/kota yang terletak di kepulauan adalah kabupaten/kota yang letaknya terpisah dari Pulau Sulawesi bagian tenggara. C 15 4

Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur Dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara 3 PERINGKAT DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA 3.1 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah Berdasarkan hasil AHP atas kuesioner yang dibagikan kepada pada ahli dan nara sumber, maka berikut ini bobot prioritas dari masing-masing indickor yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Bobot Prioritas Indikator-Indikator Perekonomian Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara Indikator-Indikator Perekonomian Bobot Prioritas Peringkat Relatif Daerah 1 2 3 Laju Pertumbuhan Produktivitas 0,211 1 Sektor Pertanian (X8) Laju Pertumbuhan Produktivitas 0,174 2 Sektor Jasa (X7) Laju Pertumbuhan PDRB (X2) 0,163 3 Laju Pertumbuhan Produktivitas 0,140 4 Sektor Industri (X6) Laju Pertumbuhan Tabungan (X5) 0,114 5 PDRB per kapita (X3) 0,070 6 Tabungan (X4) 0,053 7 Produk Domestik Regional Bruto 0,051 8 (PDRB) (X1) Sumber: Hasil Analisis, 2007. Adapun urutan tingkat daya saing setiap kabupaten / kota untuk variabel perekonomian daerah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Daya Saing Kabupaten / Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah Peringkat Kabupaten/Kota Nilai Indikator Terbobot X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Jumlah Indikator Terbobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I Kabupaten Buton 0,024 0.099 0,046 0,162¹ 0,096 0,119 0,023 0,147 2 0,716 II Kabupaten 0,009 0,157 1 0,073 0,041 0,049 0,048 0,155 2 0,157 1 0,689 Bombana III Kabupaten 0,038 0,088 0,040 0,094 0,081 0,109 2 0,080 0,130 1 0,659 Konawe IV Kabupaten 0,021 0,118 0,043 0,094 0,081 0,127 1 0,063 0,104 0,651 Konawe Selatan V Kota Kendari 0,044 0,118 2 0,120 2 0,059 0,059 0,068 0,088 0,036 0,592 VI Kota Bau-Bau 0,015 0,109 2 0,053 0,052 0,162 1 0,099 0,029 0,045 0,264 VII Kabupaten 0,013 0,013 2 0,159 1 0,043 0,051 0,068 0,157 2 0,029 0,533 Kolaka Utara VIII Kabupaten Muna 0,036 0,066 0,064 0,090¹ 0,048 0,019 0,088 2 0,045 0,456 IX Kabupaten 0,003 0,046 0,019 0,056 0,048 0,157 1 0,048 0,063 2 0,441 Wakatobi X Kabupaten Kolaka 0,049 2 0,009 0,149 1 0,041 0,049 2 0,007 0,034 0,023 0,363 Sumber: Hasil Analisis, 2007. Jumlah 5,664 C 15 5

Ira Irawati, Zulfadly Urufi, dan Renato Everardo Isaias Rezza Resobeoen, Agus Setiawan, Aryanto Keterangan: ¹ = Indikator Tertinggi Pertama untuk kota/kabupaten tertentu ² = Indikator Tertinggi Kedua untuk kota/kabupaten tertentu 3.2 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota Berdasarkan Variabel Infrasturktur dan Sumber Daya Alam Bobot prioritas untuk masing-masing indikator yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Bobot Prioritas Indikator-Indikator Infrastruktur dan Sumber Daya Alam di Provinsi Sulawesi Tenggara Indikator-Indikator Perekonomian Bobot Prioritas Peringkat Relatif Daerah 1 2 3 Panjang Jalan per luas wilayah (Y5) 0,165 1 Ketersediaan dan kualitas sumber 0,164 2 daya lahan (Y1) Sumber daya air (Y 2) 0,150 3 Sumber daya hutan (Y 3) 0,149 4 Kualitas jalan raya (Y 6) 0,115 5 Luas wilayah perkotaan (Y 4) 0,104 6 Produksi Listrik (Y 7) 0,089 7 Fasilitas telepon per kapita (Y 8) 0,049 8 Adapun urutan tingkat daya saing setiap kabupaten / kota untuk variabel infrastruktur dan sumber daya alam dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat Daya Saing Kabupaten / Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Peringkat Kabupaten/Kota Nilai Indikator Terbobot Y1 Y 2 Y Y 4 Y 5 Y 6 Y 7 Y 8 C 15 6 Jumlah Indikator Terbobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I Kabupaten Konawe 0,139 2 0,063 0,148 1 0,064 0,055 0,105 0,035 0,017 0,626 II Kabupaten Kolaka 0,129 1 0,039 0,107 2 0,102 0,055 0,093 0,048 0,022 0,596 III Kota Kendari 0,083 0,149 1 0,030 0,028 0,055 0,097 2 0,086 0,049 0,576 IV Kota Bau-Bau 0,134 2 0,133 2 0,032 0,025 0,055 0,012 0,045 0,030 0,466 V Kabupaten Muna 0,056 0,064 0,067 2 0,037 0,055 0,101 1 0,037 0,017 0,434 VI Kabupaten 0,082 2 0,034 0,076 0,033 0,127 1 0,019 0,025 0,016 0,412 Bombana VII Kabupaten Kolaka 0,088 2 0,035 0,059 0,094 1 0,055 0,036 0,028 0,016 0,411 Utara VIII Kabupaten Buton 0,082 2 0,065 2 0,057 0,063 0,055 0,020 0,028 0,021 0,392 IX Kabupaten Konawe 0,087 1 0,065 0,076 2 0,022 0,055 0,040 0,023 0,015 0,384 Selatan X Kabupaten Wakatobi 0,001 0,065 0,030 0,017 0,164 2 0,040 2 0,028 0,015 0,332 Sumber: Hasil Analisis, 2007. Keterangan: ¹ = Indikator Tertinggi Pertama untuk kota/kabupaten tertentu ² = Indikator Tertinggi Kedua untuk kota/kabupaten tertentu Jumlah 4,630

Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur Dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara 3.3 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota Berdasarkan Variabel Sumber Daya Manusia Bobot prioritas untuk masing-masing indikator yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Bobot Prioritas Indikator-Indikator Sumber Daya Manusia di Provinsi Sulawesi Tenggara Indikator-Indikator Perekonomian Bobot Prioritas Peringkat Relatif Daerah 1 2 3 Jumlah penduduk yang bekerja 0,276 1 Tingkat partisipasi siswa 0,193 2 Rasio jumlah pengajar terhadap siswa 0,164 3 Presentase penduduk usia produktif 0,114 4 terhadap total penduduk Angkatan kerja 0,111 5 Persentase angkatan kerja 0,083 6 Angka ketergantungan 0,051 7 Pengangguran 0,034 8 Sumber : Hasil Analisis, 2007 Adapun urutan tingkat daya saing setiap kabupaten / kota untuk variabel sumber daya manuia dapat dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut dapat terlihat Tabel 6 Tingkat Daya Saing Kabupaten / Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Variabel Sumber Daya Manusia Peringkat Kabupaten/Kota Nilai Indikator Terbobot Z1 Z2 Z3 Z4 Z 5 Z Z Z 8 Jumlah Indikator Terbobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 I Kabupaten Konawe 0,014 0,091 0,056 0,041 0,223 1 0,034 0,162 2 0,104 0,725 II Kabupaten Muna 0,050 0,089 0,005 0,021 0,250 1 0,012 0,148 2 0,057 0,632 III Kota Kendari 0,004 0,081 0,063 0,041 0,141 2 0,019 0,120 0,160 1 0,629 IV Kabupaten Kolaka 0,013 0,094 0,055 0,021 0,220 1 0,010 0,129 2 0,058 0,600 V Kabupaten Buton 0,043 0,084 0,012 0,021 0,216 1 0,011 0,121 2 0,077 0,585 VI Kota Bau-Bau 0,016 0,019 0,041 0,041 0,041 0,017 0,151 1 0,151 1 0,476 VII VIII IX X Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi 0,022 0,074 0,043 0,041 0,199 1 0,010 0,003 0,075 2 0,467 0,022 0,016 0,081 0,109 1 0,039 0,012 0,105 2 0,040 0,423 0,029 0,014 0,040 0,101 1 0,035 0,012 0,080 2 0,025 0,337 0,027 0,009 0,014 0,101 1 0,035 2 0,013 0,019 0,024 0,244 Sumber: Hasil Analisis, 2007. Keterangan: ¹ = Indikator Tertinggi Pertama untuk kota/kabupaten tertentu ² = Indikator Tertinggi Kedua untuk kota/kabupaten tertentu Jumlah 5,118 C 15 7

Ira Irawati, Zulfadly Urufi, dan Renato Everardo Isaias Rezza Resobeoen, Agus Setiawan, Aryanto 3.4 Perbandingan Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota Keseluruhan Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, serta Sumber Daya Peringkat daya saing kabupaten / kota secara keseluruhan dengan perbandingan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Tingkat Daya Saing Kabupaten / Kota Secara Keseluruhan di Provinsi Sulawesi Tenggara Fungsi Peringkat Berdasarkan Variabel Peringkat Daya Kabupaten / Kota Kabupaten / Perekonomian Infrastruktur Saing SDM Kota Daerah & SDA Keseluruhan 1 2 3 4 5 6 A. Kepulauan 1. Kabupaten Buton PKL, Pusat I VIII V III WP IV 2. Kabupaten Muna PKL VIII V II V 3. Kabupaten Bau Bau PKL, Pusat VI IV VI VI WP III 4. Kabupaten Wakatobi PKL IX X X X B. Daratan 1. Kabupaten Konawe PKL III I I I 2. Kota Kendari PKN, Pusat V III III II WP I 3. Kabupaten Kolaka PKL, Pusat X II IV IV WP II 4. Kabupaten Konawe PKL IV IX VII VII Selatan 5. Kabupaten Bombana PKL II VI IX VIII 6. Kabupaten Kolaka PKL VII VII VIII IX Utara Sumber : Hasil Analisis 2007. Keterangan : WP = Wilayah Pengembangan Dari Tabel 7 di atas, secara umum tidak terdapat perbedaan yang jelas bahwa dengan permasalahan akses transportasi darat, kabupaten / kota di daratan akan memiliki tingkat daya saing rendah, walaupun tidak menempati tingkat daya saing terbaik. Hal ini dilihat dari Kabupaten Buton yang menempati daya saing ke III, dengan tingakt perekonomian daerah sebagai tingkat daya saing tertinggi di antara kabupaten dan kota lainnya. Namun secara keseluruhan memang terlihat, bahwa kabupaten dan kota yang terletak di daratan, memiliki tingkat daya saing yang lebih tinggi dengan peringat I (Kab. Konawe), II (Kota Kendari), dan IV (Kab. Kolaka). Hal ini menunjukkan kemampuan akses daratan karena ketersediaan infrastruktur, selain penjalaran pertumbuhan ekonomi dengan daerah yang berdekatan, serta daya tarik penduduk untuk tinggal di wilayah daratan; memungkinkan daerah-daerah di daratan mampu dan memiliki daya saing untuk mengembangkan wilayahnya dengan lebih baik. Selain itu, kabupaten / kota yang menjadi pusat Pengembangan Wilayah (WP) memiliki tingkat daya saing yang lebih baik; seperti Kab. Buton, Kab. Bau Bau, Kota Kendari (sekaligus sebagai PKN), dan Kabupaten Kolaka. Namun ini hal ini tidak berlaku bagi Kabupaten Konawe, walaupun bukan Pusat WP tetapi memiliki tingkat daya saing tertinggi. C 15 8

Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur Dan Sumber Daya Alam, Serta Variabel Sumber Daya Manusia Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara 4 KESIMPULAN Tingkat daya saing merupakan sumber bagi perkembangan wilayah dan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan fungsi yang ditetapkan dalam bentuk kebijakan pemerintah daerah, di antaranya sebagai pusat pengembangan wilayah, dan pusat kegiatan nasional dan lokal; daya saing setiap kabupaten / kota akan memberikan kemudahan pelayanan dan penjalaran perkembangan kepada wilayah sekitarnya. Kab. Buton, Kab. Bau Bau, Kota Kendari (sekaligus sebagai PKN), dan Kabupaten Kolaka; yang memiliki fungsi khusus tersebut telah didukung pula oleh daya saing yang cukup baik untuk variabel-variabel yang unggul di masing-masing kabupaten/kota. Peringkat daya saing terbaik berdasarkan variabel perekonomian daerah, infrastruktur dan sumber daya alam, serta sumber daya manusia pada kabupaten / kota di Provinsi Sulawesi Tenggara, turut mendukung kabupaten / kota tersebut untuk menjadi peringkat terbaik secara umum. Dengan pengukuran tingkat daya saing di Provinsi Sulawesi Tenggara ini, diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan wilayah di daerah tersebut. DAFTAR PUSTAKA [1] Alisjahbana, Armida S., dkk. (2002). Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, Yogyakarta, BPFE. [2] Anonim. The Bulgarian Exercise (BCE). The Bulgarian Competitiveness Initiative. Diakses dari http://www.competitiveness.bg/. Diakses pada tanggal 8 Januari 2007. [3] Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto., (1999). Kota Berkelanjutan. Bandung. [4] Institut of Management Development (IMD). World Competitive Yerdbook. New Delhi: Vicas Publishing House Ltd. [5] Kenyon, Peter & Johnson-Wills, Nick. Perth as an Internationally Competitive City. Future Perth Economy Conference. The Institute for Research into International Competitiveness. Western Australia Planning Commision, Committee for The Economic Development of Australia, Ministry for Planning. Sumber diakses dari http://www.curtin.edu.au.iric. Diakses pada tanggal 8 Januari 2007. [6] Thomas, Alan. Transport Planning and It s Impact on city competitiveness. 2003. SECTRA, Interministerial Secretariat of Transport Planning. Santiago, Chile. Sumber diakses dari http://www.beaconhill.org. Diakses pada tanggal 8 Januari 2007. [7] UK-DTI dan Regional Competitiveness Indicators & Centre For Urban and Regional Studies. 1998. Competitiveness Project 1998 and Regional Banchmarking Report. [8] World Bank Institute. 2001. City Strategy to Reduce Urban Proverty Trough Local Economic Development: City Strategy and Governance, International Bank of Reconstruction and Development. C 15 9