A. PENDAHULUAN A.1 Permohonan Perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)



dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN

Tidak Rahasia A. UMUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

A.1 Permohonan Pengenaan Tindakan Pengamanan Perdagangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUSLIK INDONESIA 108/PMK.Oll/2013_ TENTANG

MENTER I KEUANGAN. REPUBLII< INDONESIA SAUNAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu)

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta Indonesia

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul WIB

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil. C. Informasi minggu ini

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG

LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB

TIDAK RAHASIA ESSENTIAL FACT

Bagian II. Bab III Proses Eksekusi Anggaran

LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB

Country Names - Bahasa Malay

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN


KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

LAPORAN AKHIR HASIL PENYELIDIKAN ATAS IMPORTASI PRODUK CANAI LANTAIAN DARI BESI ATAU BAJA BUKAN PADUAN DENGAN NOMOR HS

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008)

KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK)

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

Pondasi Operasi yang Lancar


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN SELATAN-SELATAN

JASO Presentasi. PROMOSPAIN SERVICES LTD., Pondok Indah Office Tower I, 3rd floor, room 304. Jakarta, Indonesia

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DI BIDANG PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR


Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited.

Transkripsi:

A. PENDAHULUAN A.1 Permohonan Perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) 1. Pada tanggal 6 Desember 2013, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menerima surat permohonan nomor: 120/API/XII/2013 dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) perihal Permohonan Perpanjangan Pengenaan BMTP terhadap Impor barang Benang Kapas Selain Benang Jahit (Cotton Yarn Other Than Sewing Thread). Dalam hal ini API yang selanjutnya disebut sebagai Pemohon mewakili 16 industri dalam negeri Benang Kapas yaitu PT Apac Inti Corpora, PT Dan Liris, PT Kukuh Tangguh Sandang Mills, PT Tiga Bintang Manunggal, PT Asia Cotton Industry, PT Pisma Putra Textile, PT Sunrise Bumi Textile, PT Lawe Adyaprima Spinning Mills, PT Argo Pantes Tbk., PT Primayudha Mandirijaya, PT Indorama Synthetics Tbk., PT Sinar Pantja Djaja, PT Sinar Central Sandang, PT Bitratex, PT Lucky Abadi Textile Factory dan PT Indah Jaya Textile Industry. Permohonan perpanjangan tersebut diajukan berdasarkan klaim bahwa Pemohon telah melakukan penyesuaian struktural dalam rangka memperbaiki daya saing dilingkungan pasar domestik namun masih mengalami kerugian dikarenakan banyaknya produk impor benang kapas selain benang jahit yang masuk ke pasar dalam negeri. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pemohon sebagaimana yang telah diverifikasi, selama pengenaan BMTP Pemohon telah melakukan penyesuaian sebagai berikut: KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 5 Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758, E-mail: kppi@kemendag.go.id 1

a. Bidang Permesinan Industri dalam negeri telah dan sedang melakukan modernisasi peralatan/permesinan dengan mengganti peralatan/permesinan lama dengan yang baru, tujuannya adalah untuk: efisiensi pada penggunaan energi dengan memakai energi alternatif selain listrik; efisiensi/minimalisasi pada sisa bahan baku dari proses produksi. Sejak diberlakukannya tindakan pengamanan melalui pengenaan bea masuk impor industri dalam negeri mampu menyelesaikan sekitar 64% dari total rencana keseluruhan. b. Bidang Sumber Daya Manusia Selain bidang permesinan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kompetensi tenaga kerja. Peningkatan kompetensi tenaga kerja ini antara lain melalui pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan produktivitas industri dalam negeri secara umum. Dari upaya ini sekitar industri dalam negeri dapat meningkatkan produktivitas hingga 91% di tahun 2012. c. Bidang Pengendalian Kualitas Produk dan Fasilitas Pengemasan Dalam upaya meningkatkan kualitas produk, industri dalam negeri telah meningkatkan sistem manajemen pengendalian kualitas yang berkelanjutan dengan cara mengurangi jumlah produk yang cacat atau rusak. Selain itu terkait peningkatan kualitas barang, industri dalam negeri juga meningkatkan fasilitas pengemasan sesuai standar internasional dari semula memakai kemasan karung (standar lokal) diganti dengan kemasan carton box (standar internasional) untuk mengurangi jumlah barang yang rusak atau cacat dalam pengiriman. 2

2. Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan Pemohon, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk dimulainya penyelidikan perpanjangan. Berdasarkan hal tersebut, KPPI memutuskan untuk melakukan penyelidikan perpanjangan terhadap: a. peningkatan jumlah impor barang benang kapas selain benang jahit; b. kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami Pemohon; dan c. hubungan sebab-akibat antara huruf a. dan huruf b. 3. Pada tanggal 15 Januari 2014, KPPI memberitahukan dimulainya penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP terhadap peningkatan impor barang benang kapas selain benang jahit melalui siaran pers yang dimuat di website Kementerian Perdagangan sejak tanggal 16 Januari 2014 sampai pada saat laporan ini dibuat. 4. Pada tanggal 15 Januari 2014, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang dimulainya penyelidikan perpanjangan pengenaan BMTP terhadap peningkatan impor barang benang kapas selain benang jahit kepada Pemohon, Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian RI, dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan RI. 5. Pada tanggal yang sama, KPPI mengirimkan kuesioner kepada Pemohon untuk diisi dan diserahkan kembali ke KPPI sesuai jadwal yang telah ditentukan. A.2 Identitas Pemohon A.2.1 Asosiasi Pertekstilan Indonesia Alamat : Jl Jend Gatot Subroto Kav 56 Ged Adhi Graha Lt 16, Kuningan Timur, Setia Budi Telp./Faks. : 021-5272165/ 021-5272166 021-5272165 E-mail : callcentre@bpnapi.org 3

A.3 Barang yang Diproduksi oleh Pemohon 6. Pemohon memproduksi Barang Sejenis dengan Barang Yang Diselidiki sebagaimana diuraikan dalam Bab C.1. Selain itu, industri dalam negeri Benang Kapas juga memproduksi barang lain, yaitu benang poliester, benang rayon, acrylic, tetoron rayon, jetspun, tencel, viscose, kain greige, kain warna, kain rajut, handuk cotton, garment, printing, bordir, polyethylene, fortex, kain poliester, kain rayon, dan kain melange. A.4 Pengumuman dan Notifikasi 7. Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan Pemohon, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk dimulainya penyelidikan perpanjangan. Tahapan penyelidikan selanjutnya yang terkait dengan publikasi dan Notifikasi adalah sebagai berikut: a. Pada tanggal 15 Januari 2014, KPPI mengumumkan mengenai dimulainya penyelidikan perpanjangan melalui surat kabar Koran Bisnis Indonesia, dan website Kementerian Perdagangan; b. Pada tanggal 15 Januari 2014, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang dimulainya penyelidikan perpanjangan BMTP kepada Pemohon dan pihak-pihak terkait lainnya; c. Pada tanggal 16 Januari 2014, Pemerintah Republik Indonesia mengirim Notifikasi terkait Article 7.2 dan Article 12.1(a) kepada Committee on Safeguards di WTO dan pada tanggal 17 Januari 2014, Notifikasi tersebut telah disirkulasi oleh WTO dengan nomor dokumen G/SG/N/6/industri dalam negeri/11/suppl.1 (Lampiran 1); d. Pada tanggal 4 Februari 2014, Pemerintah Republik Indonesia mengirim Suplemen Notifikasi terkait Article 7.2 dan Article 12.1(a), yang menginformasikan akan diadakannya dengar pendapat pada tanggal 14 Februari 2014, kepada Committee on Safeguards-WTO dan Suplemen 4

Notifikasi tersebut telah disirkulasi oleh WTO pada tanggal 5 Februari 2014 dengan nomor dokumen G/SG/N/6/industri dalam negeri/11/suppl.2 (Lampiran 2). A.5 Proporsi Produksi Pemohon 8. Berdasarkan hasil penyelidikan, total produksi Pemohon adalah sebesar 55% dari total produksi nasional industri Barang Yang Sejenis, sehingga Pemohon memenuhi syarat untuk mewakili industri dalam negeri. A.6 Periode Penyelidikan 9. Periode Penyelidikan adalah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 periode Januari-Juni. B. RINGKASAN TANGGAPAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN 10. Sebagaimana diatur berdasarkan Article 3.1 WTO Agreement on Safeguards (AoS) dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 (PP 34/2011), KPPI telah menyelenggarakan dengar pendapat pada tanggal 14 Februari 2014 dimana pihak yang berkepentingan yaitu, Pemohon, Negara eksportir, eksportir, dan importir, dapat menyampaikan bukti dan tanggapan secara tertulis yang terkait dengan penyelidikan. Ringkasan dari beberapa tanggapan dan pandangan yang disampaikan adalah sebagai berikut: B.1 Pemohon 11. API yang mewakili industri dalam negeri Benang Kapas selaku Pemohon menyampaikan klaim dalam rangka mengajukan Permohonan Perpanjangan Pengenaan BMTP, sebagai berikut: a. Alasan Pemohon mengajukan Permohonan Perpanjangan Pengenaan BMTP adalah karena masih terjadi peningkatan impor Benang Kapas Selain Benang Jahit selama tahun 2010 hingga periode Januari-Juni tahun 2013 berdasarkan data impor sebagai berikut; 5

Tabel 1: Impor Barang Benang Kapas Selain Benang Jahit Tahun 2010-2013 (Januari-Juni) Volume: Ton Tahun 2012 2013 2010 2011 2012 (Jan-Jun) (Jan-Jun) 18.960 15.302 24.038 12.264 16.017 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dan diolah b. Pengenaan BMTP terhadap Impor Benang Kapas Selain Benang Jahit (Cotton Yarn Other Than Sewing Thread) berdasarkan PMK Nomor 87/PMK.011/2011 yang berlaku sejak tanggal 6 Juni 2011 hingga saat ini belum bisa memulihkan kerugian industri dalam negeri oleh karena masih terjadinya peningkatan impor benang kapas yang menyebabkan berkurangnya pangsa pasar industri dalam negeri, sehingga apabila pengenaan perpanjangan BMTP tak dilanjutkan, maka industri dalam negeri tak bisa memperbaiki kinerjanya lebih lanjut; c. Terjadinya peningkatan impor barang benang kapas selain benang jahit tersebut terus mengakibatkan kerugian industri dalam negeri yang ditandai dengan turunnya tingkat kapasitas terpakai/utilisasi; d. Penyesuaian struktural dalam upaya meningkatkan daya saing barang benang kapas selain benang jahit sedang berjalan dan belum mencapai target, oleh karena situasi pasar tidak mendukung akibat impor barang benang kapas selain benang jahit terus meningkat, sehingga proses perbaikan kinerja industri dalam negeri melalui penyesuaian struktural yang masih perlu terus dilakukan oleh karena belum mencapai target yang diharapkan. 6

B.2 Instansi Lain 12. Kementerian Perindustrian menyampaikan tanggapan sebagai berikut: a. Mendukung perpanjangan BMTP atas impor benang kapas selain benang jahit dengan nomor HS. 5205 dan 5206 mengingat pengenaan BMTP berdasarkan PMK Nomor 87/PMK.011/2011 yang berlaku sejak 6 Juni 2011 hingga saat ini belum memperlihatkan pemulihan industri dalam negeri secara signifikan; b. Industri spinning telah melakukan pembenahan pada sektor permesinan antara lain melalui investasi mesin-mesin baru yang mendukung peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas, namun hal ini masih belum dapat memperbaiki kinerja industri dalam negeri oleh karena masih terjadi peningkatan impor Barang Yang Diselidiki yang menghambat pemulihan industri dalam negeri. B.3 Negara Eksportir 13. India menyampaikan tanggapan sebagai berikut: a. KPPI wajib mengidentifikasi perkembangan tak terduga yang menyebabkan peningkatan impor, mengidentifikasi konsesi tarif yang timbul berdasarkan perjanjian GATT, dan membuktikan hubungan sebab-akibat antara perkembangan tak terduga dengan peningkatan impor yang tajam dan secara tiba-tiba. b. India berpendapat bahwa tidak terealisasinya rencana penyesuaian struktural tidak dapat dijadikan dasar untuk dilakukannya perpanjangan BMTP, namun sebaliknya India mengharapkan industri dalam negeri dapat menyelesaikan penyesuaian strukturalnya pada saat BMTP berakhir pada tanggal 5 juni 2014. Perpanjangan pengenaan BMTP akan mengganggu ekspektasi dari negara pihak berkepentingan serta menyalahgunakan proses hukum. c. Dalam petisi tidak memberikan gambaran lengkap mengenai volume impor dari semua negara karena hanya menampilkan data impor dari 5 negara. 7

Sedangkan untuk mendapatkan analisa secara keseluruhan, data impor seluruh negara harus dicantumkan. d. Data kinerja tidak menunjukkan terjadinya kerugian yang dialami oleh industri dalam negeri. Karena volume produksi dan volume penjualan mengalami peningkatan sehingga tidak ada hubungan sebab akibat antara peningkatan impor dan kerugian serius yang dialami oleh industri dalam negeri. e. Data kinerja juga tidak menunjukkan adanya pangsa pasar domestik yang direbut oleh impor, seperti yang dipersyaratkan dalam Article 7.2 AoS dan Article 4.2 AoS. f. Dalam diagram produksi, industri dalam negeri telah mengecualikan volume produksi untuk penjualan ekspor, seharusnya volume produksi untuk penjualan domestik dan penjualan ekspor dapat digambarkan. g. Data dalam petisi harus diverifikasi, karena data petisi tersebut tidak relevan dengan dasar bahwa volume produksi yang konstan diikuti penurunan jumlah tenaga kerja seharusnya berdampak pada peningkatan produktivitas. h. Pada tahun 2011 saat permintaan menurun dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan, volume penjualan industri dalam negeri dan impor juga bersamasama mengalami peningkatan sehingga peningkatan impor tidak menyebabkan menurunnya penjualan industri dalam negeri dimana volume impor yang meningkat adalah untuk memenuhi permintaan domestik yang tidak dapat dipenuhi oleh suplai industri dalam negeri. i. India meminta adanya kompensasi perdagangan dari Indonesia sesuai dengan Article 8.1 AoS. j. India meminta adanya konsultasi formal sesuai dengan Article 12.3 AoS. 8

14. Tanggapan KPPI: a. Sesuai ketentuan Article 7.2 AoS, perpanjangan pengenaan BMTP diperlukan untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius yang dialami oleh industri dalam negeri dengan memenuhi persyaratan yang diatur dalam AoS Article 2, 3, 4, dan 5 serta dibuktikan dengan penyesuaian struktural yang sedang dilakukan Pemohon. Selama periode penyelidikan, konsesi tarif untuk Barang Yang Diselidiki tidak mengalami perubahan kecuali untuk negara India yang mengalami penurunan dari 4% ke 2% (Tabel 3). Dengan tidak adanya perubahan pada konsesi tarif, maka terjadinya peningkatan impor tersebut tidak dapat diduga. b. Sesuai dengan ketentuan Article 7.2 AoS bahwa perpanjangan BMTP dapat dilakukan apabila masih diperlukan untuk mencegah atau memulihkan kerugian serius dan terdapat bukti bahwa penyesuaian struktural masih berjalan. Berdasarkan hasil Penyelidikan, Pemohon mengalami kerugian serius dan sedang melaksanakan penyesuaian struktural, yang apabila pengenaan BMTP tidak dilanjutkan maka industri dalam negeri akan mengalami kerugian yang lebih parah akibat barang impor. c. Data impor Barang Yang Diselidiki telah disampaikan pada Laporan Akhir Hasil Penyelidikan yang tertera pada Tabel 4. d. Volume produksi Barang Yang Diselidiki cenderung menurun sebesar 0,1% selama periode 2010-2012 dan volume penjualan mengalami peningkatan sebesar 12,1%. Namun, berdasarkan data pada Tabel 10 industri dalam negeri mengalami kerugian yang terus menurun selama periode penyelidikan seperti yang terlihat pada Tabel 10. e. Sebagaimana terlihat pada Tabel 8 pangsa pasar Pemohon mengalami penurunan dari 113 poin indeks ke 111 poin indeks pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011, sedangkan pangsa pasar impor mengalami 9

peningkatan dari 92 poin indeks menjadi 112 poin indeks pada periode yang sama. Demikian juga pada periode Januari-Juni tahun 2013 dibandingkan 2012 dimana pangsa pasar impor mengalami peningkatan dari 100 poin indeks menjadi 110 poin indeks, sedangkan pangsa pasar Pemohon mengalami penurunan dari 100 poin indeks menjadi 94 poin indeks. f. Sesuai dengan ketentuan Article 4.2(a) AoS, industri dalam negeri tidak memisahkan volume produksi untuk tujuan penjualan domestik maupun penjualan ekspor. g. Berdasarkan data dan informasi yang telah diverifikasi, produktivitas industri dalam negeri mengalami penurunan pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010 menjadi 73%, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 91%. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 10. h. Berdasarkan hasil Penyelidikan KPPI sebagaimana disampaikan pada recital 43, diketahui bahwa konsumsi nasional Barang Yang Diselidiki adalah sebesar 84% dari kapasitas terpasang pada tahun 2012, dengan kapasitas terpasang industri dalam negeri sebesar 100 poin indeks. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kapasitas terpasang Pemohon dapat memenuhi konsumsi nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, terjadinya peningkatan impor bukan disebabkan oleh kurangnya kapasitas terpasang industri dalam negeri untuk memenuhi konsumsi nasional. i. Sesuai dengan ketentuan Article 8.1 dan 12.3 AoS, Pemerintah Indonesia akan memberikan kesempatan kepada pihak yang berkepentingan untuk melakukan konsultasi terkait kompensasi perdagangan yang akan dilaksanakan setelah diterbitkannya Laporan Akhir Hasil Penyelidikan. 10

B.4 Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) 15. GINSI menyampaikan tanggapan sebagai berikut: a. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam oleh KPPI mengenai kemungkinan importasi barang tersebut oleh anggota API atau afiliasinya; b. Agar klaim bahwa anggota API telah mengalami kerugian akibat lonjakan impor barang jenis tersebut dan dilengkapi dengan bukti laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik. 16. Tanggapan KPPI: a. Berdasarkan hasil penyelidikan dan verifikasi yang dilakukan dengan industri dalam negeri, Pemohon tidak melakukan importasi terhadap Barang Yang Diselidiki. b. KPPI melakukan analisa dan verifikasi Laporan Keuangan industri dalam negeri berdasarkan Laporan Keuangan yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik. C. HASIL PENYELIDIKAN C.1 Barang Yang Diselidiki C.1.1 Uraian Barang Yang Diselidiki Nomor HS. Tabel 2: Nomor HS. dan Uraian Barang Yang Diselidiki Uraian 5205 Benang kapas (selain benang jahit), mengandung kapas 85% atau lebih menurut beratnya, tidak disiapkan untuk penjualan eceran. 5206 Benang kapas (selain benang jahit), mengandung kapas kurang dari 85% menurut beratnya, tidak disiapkan untuk penjualan eceran. 11

tidak termasuk: HS 5205.27.00.00, HS 5205.28.00.00, HS 5205.33.00.00, HS 5205.34.00.00, HS 5205.46.00.00, HS 5206.33.00.00, HS 5206.34.00.00, HS 5206.44.00.00. Sumber: Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) Tahun 2012 17. Barang Yang Diselidiki adalah produk benang kapas selain benang jahit mengandung kapas 85% atau lebih menurut beratnya dan mengandung kapas kurang dari 85% menurut beratnya. C.1.2 Klasifikasi Tarif Tabel 3: Klasifikasi Tarif Bea Masuk untuk Barang Benang Kapas selain Benang Jahit Nomor HS TARIF 2010 2011 2012 MFN 5 5 5 AC-FTA 0 0 0 5205 dan 5206 AK-FTA 0 0 0 AI-FTA 4 3 2 ATIGA 0 0 0 IJEPA 0 0 0 Sumber: Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Kementerian Keuangan RI 18. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa tarif bea masuk MFN untuk barang benang kapas selain benang jahit adalah sebesar 5%, sedangkan untuk AC- FTA sebesar 0%, AK-FTA sebesar 0%, ATIGA sebesar 0%, IJEPA sebesar 0%, dan AI-FTA sebesar 4% di tahun 2010 menjadi sebesar 3% di tahun 2011 serta sebesar 2% di tahun 2012. C.1.3 Spesifikasi Barang Yang Diselidiki 19. Berdasarkan hasil penyelidikan, bentuk barang benang kapas selain benang jahit adalah dalam bentuk gulungan (Bale) dengan berat 1 gulungan sebesar 181,44 Kg. 20. Sebagai ilustrasi barang benang kapas selain benang jahit adalah sebagaimana pada gambar. 12

C.1.4 Bahan Baku 21. Benang kapas dengan nomor HS. 5205 mengandung kapas paling sedikit sebesar 85% sampai dengan sebesar 100%. Sedangkan benang kapas dengan nomor HS. 5206 mengandung kapas paling banyak sebesar 85%, bahan baku kapas tersebut diperoleh dengan cara mengimpor dari negara lain. Untuk benang kapas yang mengandung kapas kurang dari 100% membutuhkan bahan baku tambahan yaitu serat buatan yang sebagian besar diperoleh dari industri dalam negeri. C.1.5 Proses Produksi Barang Yang DIselidiki 22. Proses Produksi Barang Benang Kapas Selain Benang Jahit terdiri dari 12 tahap yaitu: a. Bale Raw Material (Cotton dan/atau Rayon, atau Polyester) Menggunakan kapas yang berkualitas tinggi dan bebas kontaminasi; b. Blowing Dalam proses ini ini terdapat pemisahan kapas, pembersihan, pencampuran, dan pembuangan kotoran dengan waste 2%; c. Carding Penyatuan kapas dan penyempurnaan serat menjadi panjang serta pembuangan kotoran dengan waste 4-7%; d. Lap Farmer 13

Khusus kapas 100% dan mensejajarkan serat dengan waste 0,5%; e. Combing Khusus kapas 100% dan mengambil serat panjangnya dengan waste 12-20%; f. Drawing Proses penyatuan poliester dan/atau kapas dari hasil Combing; g. Roving Pembentukan benang setengah jadi dari hasil drawing dengan cara penarikan agar lebih kecil dengan masing-masing bobbin mempunyai berat 1.4 s.d 2 kg; h. Ring Spinning Benang yang sudah jadi ditarik dan dipelintir dengan masing-masing bobbin mempunyai berat 50 s.d 80 gram; i. Winding Proses pendeteksian kelayakan dari hasil ring spinning untuk menjadi benang yang siap dijual dengan satuan berat 1.89 kg untuk 1 cone. j. Pencelupan (dyeing) zat warna Pencelupan zat warna dengan warna tertentu secara merata. k. Inspeksi Dalam tahap ini dilakukan proses pemeriksaan cacat pada setiap jenis benang. l. Packing Setelah melalui proses inspeksi tahap selanjutnya adalah pengepakan dari hasil proses Cons Up tadi ke dalam plastik atau kardus yang disesuaikan dengan pesanan dari konsumen. Secara umum metode packing menggunakan carton box dengan alas atas dan alas bawah agar posisi benang dalam karton tidak jatuh pada saat pengiriman. 14

C.1.6 Alur Distribusi Pemasaran 23. Sebagian besar strategi pemasaran yang dilakukan Pemohon melalui perantara atau agen dan langsung dipasarkan ke produsen pengguna (industri hilir kain tenunan) baik penjualan ekspor maupun penjualan domestik. C.1.7 Kegunaan Barang 24. Barang benang kapas selain benang jahit digunakan sebagai bahan baku industri hilir kain tenunan. C.2 Impor C.2.1 Impor Absolut Tabel 4: Impor Barang Benang Kapas selain Benang Jahit Tahun 2010-2013 (Jan-Jun) Uraian Tahun 2010 2011 2012 2012 (Jan-Jun) 2013 (Jan-Jun) Jumlah (Ton) 18.960 15.302 24.038 12.264 16.017 Peningkatan (%) - (19) 57-31 Tren (%) 13 - Sumber: BPS dan diolah 25. Dari Tabel 4 di atas, terlihat bahwa tren impor dari tahun 2010 ke tahun 2012 adalah sebesar 13%. Walaupun impor tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 19%, namun impor pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 57% dari tahun 2011. 26. BMTP atas importasi Barang Yang Diselidiki sudah dikenakan sejak 6 Juni tahun 2011 dan berlaku sampai dengan 5 Juni 2014, namun dalam kenyataannya, masih terjadi peningkatan impor Barang Yang Diselidiki dari 15

tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 8.736 Ton atau sebesar 57%, dan pada periode Januari-Juni dari tahun 2012 ke tahun 2013 adalah sebesar 3.808 Ton atau sebesar 31%. Akibat peningkatan impor tersebut, industri dalam negeri masih belum sepenuhnya pulih dari kondisi kerugian sehingga mengancam keberlangsungan kinerja industri dalam negeri. C.2.2 Perkembangan Impor Benang Kapas Selain Benang Jahit 2010-2012 Tabel 5: Perkembangan Impor Benang Kapas Selain Benang Jahit 2010- Uraian Negara 2012 Tahun 2010 2011 2012 Satuan: Ton Tren (10-12) Vietnam 2.330 2.362 7.243 76,3 India 2.185 1.307 4.782 47,9 Korea Selatan 515 1.010 4.484 195,2 RRT 4.218 3.780 3.746 (5,8) Hongkong 379 503 1.162 75,2 Thailand 1.920 1.360 866 (32,8) Negara Lainnya 7.735 4.988 1.754 (52,4) Total 18.960 15.302 24.038 13 Sumber: BPS dan diolah 27. Selama kurun waktu 2010-2012, volume impor dari Vietnam, India, Korea Selatan, dan Hong Kong mengalami peningkatan volume impor yang signifikan, dengan tren berturut-turut sebesar 76,3%, 47,9%, 195,2%, dan 75,2%. Sementara impor dari Negara Lainnya mengalami penurunan yang signifikan dengan trend sebesar 52,4%. Diantara negara-negara pengekspor terbesar yang mengalami peningkatan paling besar adalah Vietnam, India, dan Korea Selatan. 16

Tabel 6: Perkembangan Pangsa Pasar Negara Eksportir Besar Benang Uraian Negara Kapas Selain Benang Jahit 2010-2012 Tahun 2010 2011 2012 Satuan: % Tren (10-12) Vietnam 12,3 15,4 30,1 56,6 India 11,5 8,5 19,9 31,4 Korea Selatan 2,7 6,6 18,7 162,2 RRT 22,2 24,7 15,6 (16,3) Hongkong 2 3,3 4,8 55,6 Thailand 10,1 8,9 3,6 (40,3) Negara Lainnya 40,8 32,6 7,3 (57,7) Total 100 100 100 - Sumber: BPS dan diolah 28. Selama kurun waktu 2010-2012, pangsa pasar Vietnam, India, Korea Selatan, dan Hongkong mengalami peningkatan yang cukup pesat, sedangkan pangsa pasar negara lainnya dalam kurun waktu yang sama menurun drastis dari 40,8% menjadi 7,3%. Negara yang pangsa pasarnya juga mengalami penurunan adalah RRT dan Thailand, namun pangsa pasarnya masih diatas 3%. 17

C.2.3 Pangsa Pasar Ekspor Negara Lainnya ke Indonesia Tabel 7: Pangsa Pasar Ekspor Negara Lainnya ke Indonesia (yang pangsa pasarnya 0,1% pada tahun 2012) Negara Tahun 2010 2011 2012 Satuan: % Tren (10-12) Taiwan 15,2 6,6 2,5 (59,4) Pakistan 6,3 10,0 1,8 (46,3) Malaysia 15,6 13,2 0,9 (75,8) Bangladesh - 0,2 0,9 - Uni emirat arab - - 0,1 - Singapura 0,009 0,002 0,1 301,0 Negara Lainnya 3,7 2,6 1 Sumber: BPS dan diolah 29. Selama kurun waktu penyelidikan, pangsa pasar negara lainnya yang mengalami peningkatan cukup pesat adalah Singapura, namun secara absolut volume impornya relatif kecil. C.3 Kinerja 30. Dalam rangka penyelidikan untuk membuktikan terjadinya kerugian industri dalam negeri, KPPI memeriksa dan melakukan analisa terhadap data dan informasi yang tersedia dan terkait dengan faktor yang relevan dengan kinerja Pemohon dan kondisi aktual industri dalam negeri. Selain itu juga dilakukan verifikasi lapangan pada akhir Januari 2014 sampai dengan awal Februari 2014. 18

Tabel 8: Volume Impor, Penjualan Domestik, Pangsa Impor, Pangsa Pemohon, dan No. Uraian Satuan 1. Konsumsi Nasional Tahun 2010 2011 2012 2. Penjualan domestik Indeks 100 99 126 100 112 27 12 12 3. Pangsa Impor Indeks 100 92 112 100 110 2 6 1 4. Pangsa Pemohon Indeks 100 113 111 100 94 (1) 6 (3) 5. Konsumsi Nasional Indeks 100 87 113 100 119 29 6 19 Sumber: API dan diolah 31. Tabel 8 menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2012 terjadi peningkatan tren volume penjualan domestik Pemohon sebesar 12%, dengan perubahan volume penjualan pada periode Januari-Juni tahun 2013 sebesar 12% dibandingkan dengan volume penjualan tahun 2012 pada periode yang sama. Namun, pada tahun 2010-2012 tren volume impor lebih besar dibandingkan dengan tren volume penjualan domestik Pemohon yaitu sebesar 13%, dengan perubahan impor pada periode Januari-Juni tahun 2013 sebesar 31% dibandingkan dengan volume penjualan tahun 2012 pada periode yang sama. 2012 (Jan-Jun) 2013 (Jan-Jun) 32. Apabila dibandingkan antara tahun 2012 dengan 2011, maka terjadi peningkatan volume impor 57%, namun volume penjualan Domestik Pemohon hanya mengalami peningkatan sebesar 27%. Pada periode Januari-Juni tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi perubahan volume impor sebesar 31%, sedangkan perubahan penjualan domestik Pemohon hanya sebesar 12%. Perub (%) 11-12 33. Walaupun penjualan domestik Pemohon mengalami tren peningkatan selama periode penyelidikan, namun pada tahun 2012 pangsa pasar Pemohon mengalami penurunan sebesar 1% bila dibandingkan dengan tahun 2011. Tren 10-12 19 Perub (%) 12-13 (Jan- Jun) Impor Ton 18.960 15.302 24.038 12.264 16.017 57 13 31

Selanjutnya pada tahun 2012 (Jan-Jun) dibandingkan dengan tahun 2013 periode yang sama, penjualan domestik Pemohon tetap mengalami peningkatan namun pangsa pasar Pemohon menurun sebesar 3%. 34. Dari tahun 2011 ke 2012, konsumsi nasional benang kapas selain benang jahit mengalami peningkatan sebesar 29%, dimana volume impornya meningkat sebesar 57% sedangkan penjualan domestik hanya meningkat sebesar 27%. Peningkatan konsumsi nasional pada periode Januari-Juni tahun 2012-2013 sebesar 19%, dimana volume impornya pada periode tersebut meningkat sebesar 31% sedangkan penjualan domestik hanya meningkat sebesar 12%. Dapat disimpulkan bahwa ketika terjadi peningkatan konsumsi nasional, impor meningkat jauh lebih tinggi daripada peningkatan penjualan domestik. No Uraian Satuan Tabel 9. Produksi, Kapasitas Terpasang, Kapasitas Terpakai, dan Volume Impor Tahun 2010 2011 2012 2012 (Jan-Jun) 2013 (Jan-Jun) Tren 10-12 Perub 12-13 (Jan- Jun) 1. Produksi Indeks 100 86 100 100 120 (0,1) 20,5 2. Kapasitas Terpasang Indeks 100 100 102 100 100 1,2 0,3 3. Kapasitas Terpakai Indeks 100 86 97 N/A N/A (1,3) N/A 4. Volume Impor Ton 18.960 15.302 24.038 12.264 16.017 12,6 30,6 Sumber: API dan diolah 35. Selama tahun 2010 sampai dengan 2012 volume produksi mengalami penurunan dengan tren sebesar 0,1%. Dengan adanya kenaikan konsumsi selama kurun waktu yang sama, maka penurunan volume produksi Pemohon berbanding terbalik dengan volume impor yang mengalami peningkatan dengan tren sebesar 12,6%. 20

36. Pada periode Januari-Juni tahun 2012-2013 produksi mengalami peningkatan sebesar 20,5%. Selanjutnya, pada periode yang sama impor mengalami peningkatan lebih tinggi sebesar 30,6%. Selama periode 2010 sampai dengan 2012 kapasitas terpakai Pemohon hanya berada di kisaran 86-100 poin indeks, sehingga dapat dikatakan kapasitas terpakai masih belum optimal. Tabel 10. Laba/Rugi, Tenaga Kerja, Produktivitas, Target Produktivitas, Produksi, dan Target Produksi No. Uraian Satuan Tahun 2010 2011 2012 Tren 10-12 1. Laba/Rugi Indeks (100) (177) (241) (81,8) 2. Tenaga Kerja Indeks 100 96 89 (5,7) 3. Produktivitas % 81 73 91 5,9 4. Produktivitas yang diharapkan Indeks 100 100 100-5. Produksi % 71 61 71 (0,1) 6. Target Produksi Indeks 100 100 100 - Sumber: API dan diolah 37. Selama periode 2010-2012, Pemohon mengalami kerugian setiap tahunnya dengan tren yang negatif. Akibat kerugian yang signifikan tersebut, Pemohon melakukan efisiensi dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja dengan tren penurunan sebesar 5,7% pada periode yang sama sehingga mengakibatkan target produksi yang telah ditetapkan tidak tercapai, dan juga berdampak terhadap produktivitas Pemohon yang berada dibawah produktivitas yang diharapkan. 21

Tabel 11: Penjualan Domestik, Persediaan, dan Harga jual No. Uraian Satuan 1. Penjualan domestik Tahun 2010 2011 2012 Perub (%) 10-11 Perub (%) 11-12 Indeks 100 99 126 (1) 27 2. Persediaan Indeks 100 135 51 35 (62) 3. Harga Jual Indeks 100 112 106 12 (6) Sumber: API dan diolah 38. Pada tahun 2010 ke 2011 pada level harga yang tinggi, volume penjualan mengalami penurunan yang mengakibatkan persediaan mengalami peningkatan. Selanjutnya dari tahun 2011 ke 2012 harga jual mengalami penurunan dengan volume penjualan yang meningkat, sehingga persediaan mengalami penurunan. Tabel 12. Biaya Produksi, Harga Jual, Penjualan Domestik, dan Laba/Rugi No. Uraian Satuan 1. 2. 3. Biaya Produksi Harga Jual Penjualan Domestik Tahun 2010 2011 2012 2012 (Jan-Jun) 2013 (Jan-Jun) Tren 10-12 22 Perub (%) 12-13 (Jan- Jun) Indeks 100 152 101 173 101 9,3 (4,3) Indeks 100 112 106 102 108 2,9 6,2 Indeks 100 99 126 100 112 12,1 11,5 4. Laba/Rugi Indeks (100) (177) (241) (100) (79) (81,8) (21,5) Sumber: API dan diolah 39. Selama tahun 2010-2012, walaupun harga jual Pemohon cenderung meningkat, namun Pemohon mengalami kerugian selama periode penyelidikan dengan tren yang menurun. Hal ini disebabkan karena peningkatan biaya produksi selama periode penyelidikan tidak sebanding dengan peningkatan harga jual. 40. Selanjutnya, pada periode Januari-Juni 2012-2013 walaupun biaya produksi mengalami penurunan dan harga jual mengalami peningkatan, namun Pemohon masih mengalami kerugian karena masih menjual dibawah biaya produksinya.