STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

CENGKEH DAN KELAPA TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

1. PENDAHULUAN 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KARET, DAN LADA TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, DAN JERUK TAHUN 2014

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Peternakan PERHATIAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

III. JENIS TERNAK/UNGGAS YANG DIUSAHAKAN SERTA HASILNYA SELAMA SETAHUN YANG LALU

Katalog BPS:

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA (ANGKA TETAP)

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN JATI, MAHONI, DAN SENGON TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN TERNAK BESAR/KECIL TAHUN 2009

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (ANGKA SEMENTARA)

Indonesia - Survei Rumah Tangga Usaha Peternakan 2014

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU JUNI 2017 SEBESAR 102,59, NAIK 0,60 PERSEN DIBANDING MEI 2017

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU APRIL 2015 SEBESAR 96,44 ATAU TURUN 1,14 PERSEN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN SENGON TAHUN 2014

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA)

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU NOVEMBER 2016 SEBESAR 100,62 ATAU NAIK 0,97 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 2012

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

BADAN PUSAT STATISTIK

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI PER EKOR PER TAHUN DARI USAHA SAPI POTONG SEBESAR Rp.3,6 JUTA, USAHA KAMBING Rp.578,8 RIBU, USAHA BABI Rp.1,0 JUTA, DAN USAHA AYAM KAMPUNG Rp.107,5 RIBU A. SAPI POTONG Total biaya produksi usaha sapi potong mencapai Rp.3,6 juta per ekor per tahun. Biaya terbesar digunakan untuk pakan dan upah pekerja dengan komposisi masing-masing sebesar 51,78 persen dan 36,53 persen. Biaya pakan didominasi oleh hijauan pakan dengan komposisi sebesar 96,08 persen. Dari total rumah tangga usaha sapi potong 47,09 persen mengusahakan 3-9 ekor, 89,14 persen bertujuan pengembangbiakan, sementara itu 60,91 persen mengusahakan dengan cara dilepas. B. KAMBING Total biaya produksi usaha kambing sebesar Rp.578,8 ribu per ekor per tahun. Biaya terbesar digunakan untuk pakan dan upah pekerja dengan komposisi masing-masing sebesar 56,04 persen dan 23,63 persen. Dari total rumah tangga usaha sapi potong 48,35 persen mengusahakan 5-19 ekor, 93,20 persen bertujuan pengembangbiakan, semantara itu 57,23 persen mengusahakan dengan cara dikandangkan dan dilepas. C. BABI Total biaya produksi usaha babi sebesar Rp.1,0 juta per ekor per tahun. Biaya terbesar digunakan untuk pakan dan upah pekerja dengan komposisi masing-masing sebesar 41,74 persen dan 41,35 persen. Dari total rumah tangga usaha babi 46,31 persen mengusahakan 5-19 ekor, 61,00 persen bertujuan pengembangbiakan, sementara itu 89,54 persen mengusahakan dengan cara dikandangkan. D. AYAM KAMPUNG Total biaya produksi usaha ayam kampung sebesar Rp.107,5 ribu per ekor per tahun. Biaya terbesar digunakan untuk upah pekerja dan pakan dengan komposisi masing-masing sebesar 51,15 persen dan 26,64 persen. Dari total rumah tangga usaha ayam kampung 45,11 persen mengusahakan 10-29 ekor, yang mana hanya 4,61 persen mengusahakan dengan cara dikandangkan. 96,68 persen bertujuan pengembangbiakan dan hanya 0,39 persen bertujuan memperoleh telur, dengan produktivitas telur usaha ayam kampung sebesar 11,28 butir per ekor per siklus, dengan rata-rata 3,49 siklus setahun. Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 1

1. PENDAHULUAN Salah satu target dalam Nawa Cita ke-7 adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan membangun kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan merupakan agenda besar di sektor pertanian yang harus diwujudkan pemerintah. Di antara komoditas pangan yang dicakup dalam agenda besar tersebut adalah komoditas peternakan (daging, susu, dan telur). Oleh karena itu, dalam upaya mencapai target Nawa Cita tentu saja membutuhkan dukungan data yang akurat dan terkini sebagai pijakan perencanaan dan formulasi kebijakan. Lebih lanjut, dalam mendukung pengambilan kebijakan pembangunan peternakan, khususnya kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak, salah satu data yang dibutuhkan adalah informasi mengenai struktur ongkos usaha peternakan di tingkat rumah tangga. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga Usaha Peternakan (ST2013- STU). ST2013-STU merupakan rangkaian dari kegiatan Sensus Pertanian 2013 (ST2013) yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai struktur ongkos usaha peternakan, antara lain mencakup informasi upah pekerja, pakan, pemeliharaan kesehatan, dan biaya lain yang dibutuhkan dalam usaha peternakan. Selain itu, juga dikumpulkan data pendukung, seperti: cara pemeliharaan, tujuan pemeliharaan, dan produktivitas. Berita Resmi Statistik (BRS) ini menyajikan hasil ST2013-STU, khususnya informasi mengenai struktur ongkos usaha sapi potong, kambing, babi, dan ayam kampung. 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA SAPI POTONG Total biaya produksi usaha sapi potong di rumah tangga untuk setiap ekor dalam setahun sebesar Rp.3,6 juta. Sebagian besar biaya tersebut digunakan untuk pakan Rp.1,9 juta per ekor per tahun (51,78 persen) dan biaya pekerja Rp.1,3 juta per ekor per tahun (36,53 persen). Selain itu, biaya untuk bahan bakar minyak (BBM) dan biaya lain-lain masing-masing sebesar Rp.147 ribu per ekor per tahun (4,09 persen) dan Rp.247 ribu per ekor per tahun (6,88 persen), sedangkan sisa biaya yang lainnya adalah untuk listrik, air, dan pemeliharaan kesehatan. Tabel 1. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Ekor per Tahun (000 Rp.) Usaha Sapi Potong, 2014 Nilai Produksi dan Biaya Produksi Struktur per Ekor per Tahun (000 Rp.) Biaya Produksi (%) (1) (2) (3) Nilai Produksi 1.858 Biaya Produksi 3.592 100,00 1. Upah Pekerja 1.312 36,53 2. Pakan 1.860 51,78 - Hijauan Pakan Ternak (Rumput, dll) 1.787 49,75 - Pakan Buatan Pabrik (Konsentrat, dll) 0 0,00 - Pakan Lainnya (Jerami, Ampas Tahu, dll) 73 2,03 3. BBM 147 4,09 4. Listrik 7 0,19 5. Air 10 0,28 6. Pemeliharaan Kesehatan 10 0,28 7. Pengeluaran Lain-lain 247 6,88 2 Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014

Dengan nilai produksi sebesar Rp.1,9 juta per ekor per tahun maka usaha peternakan sapi potong sepertinya cenderung merugi. Tetapi, karena pada umumnya sebagian kegiatan pengusahaan ternak dilakukan sendiri oleh peternak (seperti: mencari rumput dan membersihkan kandang) dan pakan ternak tidak membeli, maka keuntungan yang diterima peternak sebesar biaya pemeliharaan dan pakan yang tidak dikeluarkan oleh peternak tersebut. Komposisi hijauan pakan ternak 96,08 persen dari biaya pakan. Rumah tangga usaha peternakan sapi potong umumnya memelihara sapi sebanyak 3-9 ekor dengan persentase mencapai 47,09 persen. Sebagian besar (89,14 persen) diusahakan dengan tujuan pengembangbiakan. Rumah tangga yang mengusahakan sapi potong dengan cara dikandangkan sebanyak 11,57 persen. Kelompok Jumlah Ternak yang Tujuan Utama Pengusahaan Cara Pemeliharaan Gambar 1. Persentase Jumlah Rumah Tangga Usaha Sapi Potong Menurut Kelompok Jumlah Ternak yang, Manurut Tujuan Utama Pengusahaan, dan Menurut Cara Pemeliharaan, 2014 3. STRUKTUR ONGKOS USAHA KAMBING Total biaya produksi usaha kambing di rumah tangga untuk setiap ekor dalam setahun sebesar Rp.578,8 ribu. Sebagian besar biaya tersebut digunakan untuk pakan Rp.324,4 ribu per ekor per tahun (56,04 persen) dan biaya pekerja Rp.136,8 ribu per ekor per tahun (23,63 persen). Selain itu, biaya untuk bahan bakar minyak (BBM) dan biaya lain-lain masing-masing sebesar Rp.32,7 ribu per ekor per tahun (5,64 persen) dan Rp.71,6 ribu per ekor per tahun (12,37 persen), sedangkan sisa biaya yang lainnya adalah untuk listrik, air, dan pemeliharaan kesehatan. Tabel 2. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Ekor per Tahun (000 Rp.) Usaha Kambing, 2014 Nilai Produksi dan Biaya Produksi Struktur per Ekor per Tahun (000 Rp.) Biaya Produksi (%) (1) (2) (3) Nilai Produksi 408,42 Biaya Produksi 578,78 100,00 1. Upah Pekerja 136,79 23,63 2. Pakan 324,36 56,04 - Hijauan Pakan Ternak (Rumput, dll) 317,93 54,93 - Pakan Buatan Pabrik (Konsentrat, dll) 0,00 0,00 - Pakan Lainnya (Jerami, Ampas Tahu, dll) 6,43 1,11 3. BBM 32,67 5,64 4. Listrik 0,95 0,16 5. Air 7,45 1,29 6. Pemeliharaan Kesehatan 4,96 0,86 7. Pengeluaran Lain-lain 71,60 12,37 Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 3

Nilai produksi usaha kambing yang hanya sebesar Rp.408,4 ribu per ekor per tahun memberi kesan usaha peternakan kambing yang cenderung merugi. Namun sama halnya dengan usaha sapi potong, karena pada umumnya pengeluaran usaha terbesar pada usaha ternak kambing, yaitu upah pekerja dan pakan ternak lebih banyak dikelola sendiri (tanpa biaya), maka keuntungan yang diterima peternak sebesar biaya pemeliharaan dan pakan yang tidak dikeluarkan oleh peternak tersebut. Komposisi hijauan pakan ternak untuk ternak kambing mencapai 98,02 persen dari biaya pakan. Rumah tangga usaha peternakan kambing umumnya memelihara kambing sebanyak 5-19 ekor dengan persentase mencapai 48,35 persen. Sebagian besar (93,20 persen) diusahakan dengan tujuan pengembangbiakan. Rumah tangga yang mengusahakan kambing dengan cara dikandangkan sebanyak 31,21 persen. Kelompok Jumlah Ternak yang Tujuan Utama Pengusahaan Cara Pemeliharaan Gambar 2. Persentase Jumlah Rumah Tangga Usaha Kambing Menurut Kelompok Jumlah Ternak yang, Manurut Tujuan Utama Pengusahaan, dan Menurut Cara Pemeliharaan, 2014 3. STRUKTUR ONGKOS USAHA BABI Total biaya produksi usaha babi di rumah tangga untuk setiap ekor dalam setahun sebesar Rp.1,0 juta. Sebagian besar biaya tersebut digunakan untuk pakan Rp.434,2 ribu per ekor per tahun (41,74 persen) dan biaya pekerja Rp.430,2 ribu per ekor per tahun (41,35 persen). Selain itu, biaya untuk bahan bakar minyak (BBM) dan biaya lain-lain masing-masing sebesar Rp.51,2 ribu per ekor per tahun (4,92 persen) dan Rp.106,6 ribu per ekor per tahun (10,24 persen), sedangkan sisa biaya yang lainnya adalah untuk listrik, air, dan pemeliharaan kesehatan. 4 Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014

Tabel 3. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Ekor per Tahun (000 Rp.) Usaha Babi, 2014 Nilai Produksi dan Biaya Produksi Struktur per Ekor per Tahun (000 Rp.) Biaya Produksi (%) (1) (2) (3) Nilai Produksi 545,60 Biaya Produksi 1.040,33 100,00 1. Upah Pekerja 430,15 41,35 2. Pakan 434,19 41,74 - Hijauan Pakan Ternak (Rumput, dll) 131,67 12,66 - Pakan Buatan Pabrik (Konsentrat, dll) 25,30 2,43 - Pakan Lainnya (Jerami, Ampas Tahu, dll) 277,22 26,65 3. BBM 51,19 4,92 4. Listrik 3,02 0,29 5. Air 9,89 0,95 6. Pemeliharaan Kesehatan 5,34 0,51 7. Pengeluaran Lain-lain 106,55 10,24 Seperti halnya pada usaha ternak sapi potong dan kambing, pengeluaran terbesar pada usaha ternak babi meliputi upah pekerja dan pakan ternak umumnya juga ditangani langsung oleh peternak, sehingga ketimpangan porsi pengeluaran yang jauh lebih besar dari nilai produksi tertutupi dengan keuntungan yang diterima peternak sebesar biaya pemeliharaan dan pakan yang tidak dikeluarkan oleh peternak tersebut. Komposisi hijauan pakan ternak untuk ternak babi mencapai 30,32 persen dari biaya pakan, sedangkan upah pekerja tidak dibayar mencapai 99,56 persen dari biaya upah pekerja. Rumah tangga usaha peternakan babi umumnya memelihara babi sebanyak 5-19 ekor dengan persentase mencapai 46,31 persen. Sebagian besar (61,00 persen) diusahakan dengan tujuan pengembangbiakan. Rumah tangga yang mengusahakan babi dengan cara dikandangkan sebanyak 89,54 persen. Kelompok Jumlah Ternak yang Tujuan Utama Pengusahaan Cara Pemeliharaan Gambar 3. Persentase Jumlah Rumah Tangga Usaha Babi Menurut Kelompok Jumlah Ternak yang, Manurut Tujuan Utama Pengusahaan, dan Menurut Cara Pemeliharaan, 2014 Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 5

4. STRUKTUR ONGKOS USAHA AYAM KAMPUNG Total biaya produksi usaha ayam kampung di rumah tangga untuk setiap ekor dalam setahun sebesar Rp.108 ribu. Biaya tersebut sebagian besar untuk untuk biaya pekerja yaitu sebesar Rp.55 ribu per ekor per tahun (51,15 persen) dan pakan yaitu sebesar Rp.29 ribu per ekor per t ahun (26,64 persen). Selain itu, biaya untuk pemeliharaan kesehatan dan biaya lain-lain masing-masing mencapai Rp.8 ribu per ekor per tahun (6,99 persen) dan Rp.11 ribu per ekor per tahun (10,30 persen), sedangkan sisa biaya yang lainnya adalah untuk bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan air. Dengan nilai produksi sebesar Rp.66 ribu per ekor per tahun, maka peternak ayam kampung terlihat merugi sebesar Rp.42 ribu per ekor per tahun. Kerugian tersebut relatif dapat tertutupi mengingat pekerja pada usaha ayam kampung seluruhnya (100 persen) adalah pekerja tidak dibayar, sehingga peternak masih memperoleh sedikit keuntungan. Rendahnya keuntungan tersebut disebabkan sebagian besar rumah tangga belum mengusahakan ayam kampung secara intensif, dimana hanya 4,61 persen rumah tangga yang memelihara dengan cara dikandangkan, sedangkan 73,44 persen dipelihara dengan cara dilepas. Pakan yang digunakan sebagian besar (62,74 persen) adalah biji-bijian, seperti gabah dan jagung. Meskipun belum dilakukan secara intensif (dikandangkan), produktivitas ayam kampung dalam menghasilkan telur cukup tinggi yaitu mencapai 11,28 butir per ekor per siklus dengan rata-rata 3,49 siklus setahun. Tabel 4. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Ekor per Tahun (000 Rp.) Usaha Ayam Kampung, 2014 Nilai Produksi dan Biaya Produksi Struktur per Ekor per Tahun (000 Rp.) Biaya Produksi (%) (1) (2) (3) Nilai Produksi 65,67 Biaya Produksi 107,51 100,00 1. Upah Pekerja 54,99 51,15 2. Pakan 28,64 26,64 - Biji-bijian (Gabah, dll) 17,97 16,71 - Pakan Buatan Pabrik (Konsentrat, dll) 5,80 5,39 - Pakan Lainnya (Dedak/Bekatul, dll) 4,87 4,53 3. BBM 3,67 3,41 4. Listrik 1,46 1,36 5. Air 0,16 0,15 6. Pemeliharaan Kesehatan 7,52 6,99 7. Pengeluaran Lain-lain 11,07 10,30 Sebagian besar (96,68 persen) rumah tangga usaha ayam kampung memilih pengembangbiakan sebagai tujuan utamanya. Rumah tangga usaha ayam kampung yang tujuan utamanya untuk penggemukan hanya 2,59 persen, sedangkan sisanya dengan tujuan lainnya, seperti untuk pembibitan ataupun memproduksi telur. Hampir separuh rumah tangga usaha ayam kampung mengusahakan 10-29 ekor yaitu sebesar 45,11 persen, sedangkan yang megusahakan lebih dari 30 ekor hanya sebanyak 19,95 persen. 6 Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014

Kelompok Jumlah Ternak yang Tujuan Utama Pengusahaan Cara Pemeliharaan Gambar 3. Persentase Jumlah Rumah Tangga Usaha Ayam Kampung Menurut Kelompok Jumlah Ternak yang, Manurut Tujuan Utama Pengusahaan, dan Menurut Cara Pemeliharaan, 2014 KONSEP DAN DEFINISI Rumah Tangga Usaha Peternakan adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha peternakan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Ongkos/Biaya Produksi yang dicatat adalah biaya yang benar-benar telah digunakan (bukan jumlah yang dibeli/disimpan) selama setahun yang lalu oleh rumah tangga yang cara pemeliharaan ternak dikandangkan. Biaya tersebut adalah biaya yang benar-benar dibayarkan oleh peternak ditambah dengan imputasi dari biaya yang tidak dibayarkan oleh peternak seperti biaya pakan yang tidak beli, biaya pengurusan ternak oleh pekerja tidak dibayar (peternak atau pekerja keluarga). Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 7

Lampiran 1. Persentase Rumah Tangga Usaha Sapi Potong, Babi, Kambing, dan Ayam Kampung Menurut Kelompok Jumlah Ternak yang, Menurut Tujuan Utama Pengusahaan Ternak, dan Menurut Cara Pemeliharaan, 2014 Jenis Ternak Sapi Potong Babi Kambing Ayam Kampung (1) (2) (3) (4) (5) A. Kelompok Jumlah Ternak yang 100,00 100,00 100,00 100,00 Sapi Potong - 1-2 Ekor 43,12-3-9 Ekor 47,09-10 Ekor atau Lebih 9,79 Babi dan Kambing - 1-4 Ekor 41,37 45,84-5-19 Ekor 46,31 48,35-20 Ekor atau Lebih 12,32 5,82 Ayam Kampung - 1-9 Ekor 34,94-10-29 Ekor 45,11-30 Ekor atau Lebih 19,95 B. Tujuan Utama Pengusahaan Ternak 100,00 100,00 100,00 100,00 - Pengembangbiakan 89,14 61,00 93,20 96,68 - Penggemukan 10,51 38,55 5,28 2,59 - Pembibitan 0,35 0,00 1,30 0,34 - Pembesaran Ternak Betina (Rearing) 0,00 0,45 0,22 0,00 - Memproduksi Susu atau Telur 0,00 0,00 0,00 0,39 C. Cara Pemeliharaan Ternak 100,00 100,00 100,00 100,00 - Dikandangkan 11,57 89,54 31,21 4,61 - Dilepas 60,91 6,46 11,56 73,44 - Dikandangkan dan Dilepas 27,52 4,00 57,23 21,95 8 Berita Resmi Statistik No. 73/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014