TEKNOLOGI USAHATANI KONSERVASI TERPADU KONSEP PEMBANGUNAN BERBASIS KESERASIAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PADI GOGO VARIETAS SITU PATENGGANG DI LAHAN KERING KECAMATAN BRINGIN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Secara umum, kerusakan tanah atau perubahan sifat fisik dan kimia tanah dapat disajikan dalam hubungan deskriptif berbagai faktor, yaitu: iklim,

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

HAMBATAN EKONOMIS DALAM KONSERVASI TANAH PADA LAHAN KERING MIRING

PENGARUH TEKNOLOGI KONSERVASI SISTEM TANAMAN-TERNAK TERHADAP KELAYAKAN USAHATANI DI DAS SERANG HULU KABUPATEN BOYOLALI

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam. Tabel 13 Penggunaan lahan di DAS Sape Lombok Tengah

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDWVA DAM PEMDAPATAM

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Rehabilitasi Lahan Marginal dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Konservasi Air

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

Transkripsi:

TEKNOLOGI USAHATANI KONSERVASI TERPADU KONSEP PEMBANGUNAN BERBASIS KESERASIAN LINGKUNGAN Sudaryono *) Abstrak Sebagian besar sumber daya lahan di Indonesia merupakan lahan kering yang memiliki potensi untuk usaha pertanian. Pada umumnya kawasan lahan kering tersebut memiliki topografi dari landai sampai terjal, sehingga apabila dimanfaatkan untuk usahatani sangat rentan terhadap erosi. Tingkat erosi yang tinggi merupakan masalah serius terhadap kelestarian sumberdaya lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) dibagian hulu, dan menimbulkan pengaruh negatif di DAS bagian hilir. Usahatani pada lahan kering menghadapi problema yang sangat kompleks, beragam dan beresiko tinggi, oleh karena itu diperlukan penelitian dengan strategi pendekatan pengelolaan secara terpadu. Penelitian dan pengembangannya melibatkan berbagai disimplin ilmu (interdisipliner). institusi (interinstitusi) dan petani sebagai pengelola utamanya. Pengembangan sistem usaha tani konservasi terpadu pada sub DAS Prambanan hulu dengan tujuan mencari solusi pengembangan teknologi alternatif serta upaya mengendalikan erosi, ternyata telah mendapat respon positif baik oleh petani binaan maupun non-binaan. Kata kunci : Usahatani konservasi, Daerah Aliran Sungai 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 210 juta jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,97% pertahun, maka pada tahun 2020 diperkirakan akan bertambah menjadi 2 juta jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini akan mempunyai implikasi terhadap kebutuhan sumberdaya lahan, baik untuk pemukiman, pendidikan, tempat berusaha, atau untuk kepentingan lainnya. Padahal sumberdaya lahan sangat terbatas, membuka hutan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan berarti bencana, apalagi sejak adanya moratorium oleh IFM, maka membuka lahan baru untuk kepentingan non-kehutanan tertutup kemungkinannya. Karena hal itu, maka tidak sedikit petani yang terpaksa harus mengusahakan lahan marginal di perbukitan untuk bercocok tanam. Padahal mengusahakan lahan pada kawasan perbukitan akan dapat mendatangkan resiko yang tidak kecil, karena apabila tidak disertai usaha konservasi tanah maka dapat berakibat kerusakan lahan dan erosi. Proses lanjutan dari kondisi tersebut adalah lahan menjadi kritis dan tandus. Diperkirakan sekitar 6 juta hektar lahan di luar kawasan hutan pada saat ini berada dalam kondisi kritis dan semi kritis, khususnya pada lahan kering di daerah beriklim kering dan berlereng 4). Tingkat erosi yang tinggi merupakan masalah serius terhadap kerusakan atau kelestarian sumberdaya lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) dibagian hulu, dan menimbulkan pengaruh negatif di DAS bagian hilir. Petani di DAS hulu tersebut mempunyai posisi tawar yang lemah, terutama disebabkan sempitnya penguasaan lahan dan kondisi ekonomi yang rendah 2). Sebagian besar sumber daya lahan di Indonesia merupakan lahan kering yang memiliki potensi untuk usaha pertanian. Potensi lahan kering tersebut pada umumnya berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, tergantung pada topografi, geologi, kondisi tanah dan iklim serta keadaan sumberdaya air. Perbedaan kondisi biofisik lahan menyebabkan perlunya berbagai teknik pengelolaan yang sesuai. Di Indonesia sekarang ini masih banyak di jumpai lahan kering yang kurang subur atau dalam keadaan kritis, terutama di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Beragamnya kondisi agroekosistem di lahan kering, menuntut adanya keragaman teknologi sistem usahatani, untuk dapat diterapkan pada kondisi lahan yang sesuai. *) Peneliti Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan - BPPT Teknologi Usahatani Konservasi Terpadu (Sudaryono) 205

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian pengembangan pola usahatani yang berwawasan konservasi, yang dapat mewakili berbagai kondisi agroekosistem lahan kering terutama di DAS bagian hulu. Dengan penerapan sistem usahatani yang berwawasan konservasi diharapkan akan dapat menekan laju erosi dan meluasnya lahan kritis dan sekaligus merehabilitasi lahan kritis yang ada. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut terus dilakukan oleh pemerintah. Pendekatan yang paling tepat untuk memperbaiki kondisi lahan kering DAS hulu yang umumnya padat penduduk adalah dengan pengembangan sistem teknologi usaha tani konservasi terpadu dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada, utamanya yang mempunyai kriteria mampu menurunkan laju erosi dan mampu meningkatkan produktivitas lahan serta peningkatan pendapatan petani. Mengingat bahwa sifat usahatani lahan kering itu sangat kompleks, beragam dan berresiko tinggi, maka diperlukan penelitian dengan strategi pendekatan pengelolaan secara terpadu. Penelitian dan pengembangannya melibatkan berbagai disimplin ilmu (interdisipliner). Institusi (interinstitusi) dan petani sebagai pengelola utamanya. Kerjasama kemitraan seperti ini diharapkan akan dapat melahirkan rekayasa teknologi sistem usahatani yang sesuai dengan potensi daerah. Sub DAS Prambanan hulu (sub-das Oro-oro) dibatasi oleh beberapa pebukitan, yang secara geografis merupakan satu kesatuan dengan perbukitan seribu yang membujur dari timur ke barat disepanjang pantai selatan Pulau Jawa, dengan topografi miring sampai terjal, sebagian besar lahannya ditanami dengan berbagai tanaman semusim, seperti jagung, cabai,, ketela pohon dan tanaman semusim lainnya. Luas lahan kering di sub DAS Prambanan hulu yang berada pada kondisi kritis maupun berpotensi untuk kritis cukup besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan konservasi tanah dan air pada masamasa lalu. Kondisi demikian apabila tidak diantisipasi sejak kini akan menyebabkan bertambahnya lahan kritis yang akhirnya akan berakibat buruk, tidak hanya di daerah hulu tetapi juga di daerah hilir. Oleh karena itu penanganan yang terus menerus dan berkesinambungan merupakan upaya yang mutlak untuk dilaksanakan. Penelitian pemanfaatan lahan kering di sub DAS Prambanan hulu, adalah merupakan komponen penelitian terapan dengan solusi mencari peluang pengembangan teknologi dalam rangka mendapatkan teknologi alternatif, serta dapat mengendalikan erosi. Untuk mencapai usaha tersebut tidak mudah, karena dalam pelaksanaan tindakan konservasi tanah sering tidak sejalan dengan peningkatan pendapatan petani 1). Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka diperlukan strategi penanganan yang rasional, berencana dan terpadu sesuai dengan agroekologi, sosio-ekonomi setempat. 2. METODA PENELITIAN Kegiatan penelitian pola usahatani konservasi secara langsung melibatkan petani melalui kegiatan bimbingan, penyuluhan, dan sosialisasi dengan berbagai kelembagaan penunjang usahatani, disamping penyempurnaan teknologi. Secara garis besar kegiatan penelitian pengembangan yang di pusatkan di Desa Wkirharjo, Kecamatan Prambanan, Yogyakarta tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) kegiatan pokok, yaitu: (1) organisasi melalui pembentukan kelompok tani, (2) pemilihan lokasi demplot, (3) perakitan/disain teknologi, (4) proses alih teknologi, (5) usaha pasca panen. Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian usahatani konservasi tersebut ditempuh melalui berbagai pendekatan : 2.1 Keterkaitan antar komponen usahatani Usahatani di tingkat petani pada umumnya terdiri dari berbagai kegiatan, yang secara umum dapat dibedakan atas usaha tani tanaman semusim, tanaman tahunan dan usaha ternak. Komponen usahatani tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, khususnya dalam pengelolaan tenaga kerja dan modal petani serta dalam penggunaan sarana produksi dan bahan organik tanah. 2.2. Strategi Pengembangan Usahatani Eratnya kaitan antara komponen usahatani menyebabkan perlunya pertimbangan secara lengkap terhadap semua komponen dalam merancang pola usahatani konservasi. Disamping itu, kondisi lahan kering yang kritis menyebabkan upaya 206 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 205-210

konservasi juga perlu dikaitkan dengan program rehabilitasi lahan. Upaya konservasi dilakukan baik secara teknis melalui penataan fisik lapangan, maupun secara vegetatif melalui penataan tanaman. Selain itu pengembangan ternak juga dilakukan, karena pupuk kandang yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah, sekaligus dapat sebagai penguat teras yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. 2.3. Model Test Farm Lahan Kering Pendekatan yang paling tepat untuk mengembangkan pola usahatani konservasi adalah melalui kegiatan penelitian pengembangan Model Test Farm. Model ini lebih mengutamakan pendekatan kebersama-an antara petani, peneliti, tokoh masyarakat dan aparat pemerindah, guna menentukan program kerja yang akan diterapkan dengan mengutamakan pemberdayaan potensi sumberdaya lokal. Model test farm pertanian lahan kering ini harus dapat memenuhi tuntutan masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dan sekaligus terjaga kelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan. Pilihan usahatani haruslah yang rasional, sederhana, dapat diterima oleh semua pihak dan lebih terjamin keberhasilan sistem produksi yang berkelanjutan. Model test farm usahatani lahan kering yang diaplikasikan pada dasarnya adalah merupakan bentuk usahatani secara intensif yang dikombinasikan dengan berbagai pemanfaatan potensi sumberdaya lokal dengan nuansa pedesaan secara komprehensif. 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengendalian Erosi Usaha konservasi lahan terkait erat dengan usahatani pada lahan kering, karena pada umumnya usahatani lahan kering diusahakan pada lahan bertopografi miring, sedang irigasinya tergantung jatuhnya air hujan. Teras bangku dipandang sebagai teknik konservasi lahan yang paling efektif dalam pengendalian erosi, terutama untuk tanah-tanah yang mempunyai solum cukup tebal dan bertektur baik. 5 Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas bangunan teras, dan menanami lereng teras dengan tanaman penguat teras. Adapun hijauan makanan ternak atau tanaman penguat teras yang dicobakan antara lain : rumput (gajahan, setaria, star grass dan mexico) sedang jenis legume : lamtoro dan gamal (clirecidae). Dari tanaman tersebut yang dapat berkembang dan bertahan hanya rumput gajah, setaria, clirecidae. Perkembangan penanaman tanaman penguat teras, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Produktivitas Tanaman Penguat Teras No. Jenis Pakan Ternak Hasil Pangkasan 4 BST (kg/meter) 3 BSP (kg/meter) 3 BSP (kg/meter) 1. 2. 3. 4. Rumput Gajahan Rumput Setaria Lamtoro Cliresidae (gamal) 2,40 0,75 1,95 4,17 2,30 0, 1,80 3,80 2,35 0,35 1,70 3,60 Keterangan : BST : Bulan Setelah Tanam BSP : Bulan Setelah Pangkas Dari Tabel 1 diatas tanaman diusahakan pada talud teras. Hasil tersebut adalah produksi rata-rata setiap meter teras pada pemangkasan selama musim penghujan, yaitu pada 4 bulan dari tanam dan 3 bulan kemudian (pemangkasan pertama dan kedua), pada musim kemarau tanaman sengaja dibiarkan stagnasi, sebab dikawatirkan pada bila dipangkas maka tanaman dapat mati. Dari berbagai jenis tanaman penguat teras tersebut yang mempunyai produksi daun yang tinggi adalah Cliresidae (legume) dan rumput gajah. Kedua jenis tanaman tersebut telah mendapatkan respon positif dari masyarakat, terbukti bahwa kedua tanam tersebut dapat berkembang dengan baik, dan telah diadopsi oleh petani termasuk petani di luar demplot. 4.2. Produktivitas Tanaman Sebagai percontohan upaya peningkatan produktivitas usahatani diujudkan dalam Teknologi Usahatani Konservasi Terpadu (Sudaryono) 207

bentuk kelompok-kelompok tani, 14 kelompok tani tersebar di 4 (empat) desa, yaitu 4 kelompok di desa Wukirharjo, 2 kelompok tani di desa Gayamharjo, 7 kelompok tani di desa Sambirejo dan 1 kelompok di desa Sumberharjo. Adapun model budidaya usahatani lahan kering yang dicobakan adalah sebagai berikut: Model A : Tumpangsari (padi, jagung, ubi kayu) dan tumpanggilir : padi + jagung + ubikayu kacang tanah Model B : Tumpangsari ( padi, jagung, ubikayu) dan tumpang gilir : padi + jagung + Ubi kayu cabe besar Model C : padi + ubi kayu cabe besar (pola lama) Model D : jagung + ubi kayu cabe besar (pola lama) Tabel 2 : Jenis Tanaman Pangan yang Diuji Cobakan pada Demplot Jenis Tanaman Alternatif Kebutuhan Pupuk Varietas Jarak Tanam (cm x cm) Jumlah tanaman perlubang Populasi per ha Urea (kg/ha) TSP (kg/ha) KCl (kg/ha) Jagung Padi Ubi kayu K. tanah K. panjang Cabe Arjuna C22 Aldira I Wilis lokal lokal x 40 22,5 x 22,5 x 40 x 12,5 60 x 40 20 x 40 2 3 1 2 2 1.000 529.592 10.000 200.000 83.333 249.000 200 200 80 75 230 120 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari model A dan B telah terjadi peningkatan produksi. Model A dan B pada hakekatnya sama, yaitu melalui pengenalan teknik budidaya secara tumpangsari dengan tanam padi dan jagung. Yang membedakan dengan pola petani adalah dipilih bibit unggul (berlabel), pemakaian pupuk dengan dosis yang tepat, untuk tanaman padi sebelum ditanam disemai terlebih dulu. Pertanian intensif tersebut pada umumnya belum dikenal oleh masyarakat setempat, biasanya petani menanami sawahnya dengan bibit yang dibuatnya sendiri secara turun temurun. Untuk pergiliran tanam dibudidayakan tanaman kacang tanah atau cabe besar, dan ubi kayu. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa telah terjadi kenaikan pendapatan yang siqnifikan. Untuk pola A telah terjadi kenaikan pendapatan sebesar dua kali lipat (Rp. 7.129.300 /ha/tahun, sementara pola lama hanya diperoleh hasil Rp. 3.568.0 /ha/tahun). Kenaikan pendapatan ini mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap perubahan pola usaha tani dilingkungan petani. 208 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 205-210

Tabel 3 : Rata-rata Hasil Panen pada Berbagai Jenis Perlakuan No. Model Pola Tanam Produksi (ton/ha/tahun) Pendapatan Kotor (Rp. 1.000/ha/tahun) 1. Model A padi + jagung + ubikayu kacang tanah - 3,667 3,138 11,295 2,880 4,669 1.466,800 941,400 564,7 3.456,000 700,3 Jumlah 7.129,300 2. Model B padi + jagung + ubi kayu cabe besar 3,540 3,205 12,342 2,440 4,3 1.416,000 961,0 617. 2.196,000 652,0 Jumlah 5.843, 3. Model C Padi + ubi kayu cabe besar 1,9 9,4 1,980 3,560 780,000 472,0 1.782,000 534,000 Jumlah 3.568,0 4. Model D Jagung + ubikayu cabe besar 2,200 9,560 1,840 2,980 660,000 478,000 1.656,000 447,000 Jumlah 3.241,000 4.2. Teknologi Pengembangan Ternak Usaha ternak merupakan salah satu cabang usahatani yang terkait erat dalam sistem usahatani di lahan kering. Ternak mempunyai konstribusi yang tidak kecil artinya dalam rangka ikut mendorong perkembangan usaha konservasi tanah. Pada umumnya ternak diusahakan petani bukan merupakan usaha utama, akan tetapi merupakan usaha sampingan, yaitu sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ternak berfungsi sebagai penghasil pupuk kandang yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kandang yang mengandung bahan organik tersebut di dalam tanah akan mengalami penguraian (dekomposisi) oleh organisme tanah. Dekomposisi bahan organik di dalam tanah melepaskan unsure hara yang diikatnya menjadi senyawa sederhana yang mendekati kebutuhan bagi tanaman 6, dan selanjutnya dinyatakan bahwa fungsi dari bahan organik adalah sebagai sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme. Tingkat keberhasilan dalam usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hijaun makanan ternak (HMT) yang berkualitas dan faktor genetika (keturunan). Hal itu mengingatkan bahwa berternak di lahan kering umumnya adalah sebagai tabungan maka ternak dengan tinggi badan dan bobot badan yang besar menjadi idaman setiap petani. Oleh karena untuk mendapatkan keturunan yang baik, maka diprogramkan metode kawin suntik (Insiminasi Buatan) untuk ternak sapi. Tingkat keberhasilan program kawin suntik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 : Tingkat Keberhasilan Program Inseminasi Buatan (IB) No. Tahun Aseptor (ekor) Keberhasilan (ekor) Tingkat Keberhasilan 1. 2. 3. 4. 1995 1996 1997 1999 166 192 190 205 103 144 152 177 (%) 62 75 80 88 Teknologi Usahatani Konservasi Terpadu (Sudaryono) 209

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa program kawin suntik (IB) yang baru pertama kali diperkenalkan, ternyata mengalami peningkatan dilihat dari peserta IB (ternak sapi yang dikawinkan secara inseminasi buatan), demikian pula tingkat keberhasilan dilihat dari kebuntingan. 5. TANGGAPAN MASYARAKAT Tanggapan masyarakat terhadap pengenalan teknologi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemudahan teknologi tersebut untuk diterapkan, secara ekonomi menguntungkan dan tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Respon masyarakat menunjukkan bahwa adopsi teknologi konservasi baik secara sipil teknis (80% dari seluruh lahan binaan telah mengalami penterasan dengan model teras bangku) maupun secara vegetatip dengan penanaman rumput, clirecidae (gamal). Pembudayaan kawin suntik (Inseminasi Buatan) telah mendapat tanggapan yang sangat positip. Sistem kawin suntik yang semula dianggap tabu oleh petani setempat, dewasa ini dipandang sebagai kebutuhan yang mempunyai arti penting, karena dengan kawin suntik akan diperoleh keberhasilan yang cukup tinggi dengan keturunan yang berkualitas. Jadi tidak mustahil apabila pada awal mula diperkenalkannya kawin suntik, petugas IB harus mendatangi peternak tanpa dipungut biaya, sekarang peternak yang datang ke petugas walaupun harus dipungut biaya. Demikian pula dalam teknik budidaya tanaman pangan, petani dapat menerapkan sistem bertani secara intensip, dengan memilih benih/bibit unggul, tanaman ditanam dalam baris yang lurus untuk memudahkan pemeliharaan. 6. KESIMPULAN b. Pengembangan teknik kawin suntik (IB) telah mendapat respon yang positip c. Pengembangan teknik konservasi, baik secara sipil teknis maupun vegetatif dengan penanaman rumput dan legume sebagai penguat teras telah mendapat respon yang positif dari petani. d. Penanaman tanaman penguat teras selain dapat menurunkan tingkat bahaya erosi juga dapat meningkatkan daya dukung ternak DAFTAR PUSTAKA 1. Abdulrachman, A. dan Prawirodiputra, (1983). Pendekatan Penelitian Sistem Usahatani Lahan Kering di DAS Bantas dan Jratunseluna. Dalam Abdulrachman et.al. 1993. Risalah Lokakarya Pelembagaan Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering Hulu Das Jratunseluna dan Brantas, Tawangmangu 7-8 Desember 1992, Badan Litbang Pertanian P3HTA, Salatiga, 1993. 2. Achlil, R. (1978). Ekologi. Diklat Kursus Petugas Khursus Penghijauan. Dirjen Kehutanan, Bogor. 3. Arsyad, S. (1991). Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor. 4. Baharsyah, S. (1991). Peranan dan Prospek Agribisnis dalam Pembangunan di Sektor Pertanian. Departemen Pertanian. 5. Haryati U., M. Thamrin dan Suwardjo, (1989). Evaluasi Beberapa Model Teras pada Tanah Latosol Gunasari. Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah Bidang Konservasi Tanah dan Air Bogor, 22-24 Agustus 1989, Pusat Penelitian Tanah, Bogor. 6. Kohnke, H. (1968). Soil Physic. Mc. Graw- Hill Book Company, New York. Dari hasil penelitian sistem usaha tani konservasi di sub DAS Prambanan hulu dapat diambil beberapa kesimpulan: a. Dalam rangka pengembangan usahatani konservasi, diperlukan adanya upaya pendekatan sistem usahatani dengan sasaran: - meningkatkan pendapatan petani melalui usahatani tanaman pangan - meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan melalui pemupukan organik (kotoran ternak) 210 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 205-210