BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUANG EKONOMI KREATIF PADA SENTRA KESENIAN TRADISIONAL BETAWI DI SRENGSENG SAWAH, JAKARTA

PUSAT PENGEMBANGAN KESENIAN BETAWI DI SITU BABAKAN SRENGSENG SAWAH JAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

PUSAT BUDAYA BETAWI DI KAWASAN SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN SITU BABAKAN DAN SITU MANGGABOLONG SEBAGAI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI TUGAS AKHIR

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Angka pertambahan penduduk yang tinggi dan perkembangan pesat di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di dunia berkembang dari ekonomi agrikultur menjadi ekonomi industri.banyak sumber daya di indonesia yang dikuasai pihak asing, namun seara de facto yang diuntungkan justru pihak asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa,presiden RI telah mengeluarkan interuksi presiden no.6 tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif tahun 2009-2015.Untuk itu dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah, pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di tanah air. Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Akan tetapi Departemen Perdagangan RI (2008) mengidentifikasi setidaknya ada 14 (empat belas) sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu (periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fasion, film video dan fotografi, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan peranti lunak, radio dan televisi). Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Industri kreatif justru lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah.walaupun tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian. Apabila seluruh unsur masyarakat di Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan potensi ekonomi kesenian tradisional sekaligus menghormati hakhak sosial dan budaya bangsa, Beberapa langkah perlu dilakukan dengan menitikberatkan upaya pada pemberian kebebasan bagi masyarakat adat atau

seniman tradisional itu sendiri dalam memilih pemanfaatan yang layak bagi ciptaannya. Dalam hal ini terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh seluruh unsur masyarakat sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing sehingga tidak dibebankan sepenuhnya kepada pemerintah. Salah satu cara adalah denganmemberikan pemahaman kepada masayarakat adat dan para seniman tradisional mengenai arti penting kesenian tradisional yang didukung oleh penyedia fasilitas Sentra Kesenian Tradisional sebagai penunjang kegiatan ekonomi kreatif dan hasil dari industri kreatif dan juga memberikan ruang untuk kegiatan Kesenian Betawi di Perkampungan Budaya Betawi. Lokasi yang diambil dalam studi ruang Ekonomi Kreatif adalah daerah Perkampungan Betawi di Serengseng Sawah Jakarta Selatan, kampung betawi di srengseng sawah merupakan kampung percontohan adat betawi yang memiliki beberapa kegiatan adat, dan memiliki fasilitas seperti: 1. Wisata alam dan wisata air : kawasan hijau dan danau 2. Wisata budaya : pentas atraksi budaya dan tradisi, arsitektur kampung betawi 3. Wisata kuliner tradisional : aneka jajanan khas betawi 4. Wisata fisotek unggul : bibit tanaman, buah, serta ikan dan unggas peliharaan atau konsumsi. Obyek wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan salah satu kawasan wisata yang menerapkan kemitraan dalam pengembangannya. Perkampungan ini menampilkan suatu kawasan yang dihuni oleh komunitas Betawi untuk mempertahankan keaslian nilai-nilai, norma dan budaya serta membina dan melindungi kelestarian budaya Betawi secara terencana. Hingga saat ini lahan yang telah dibangun kurang lebih 4000m 2 dari total luasan 289 hektar. Pembangunan yang dilakukan diantaranya adalah: 1. Perbaikan jejaringan jalan melalui perkerasan, baik dengan aspal maupun conblock dengan tetap memperhatikan peraturan bangunan pada kawasan kampung budaya betawi 2. Pembangunan fasilitas wisata dan pembangunan landscape furniture 3. Pemugaran rumah penduduk

Tabel 1.1Tabel Fasilitas Bangunan di PBB no Jenis bangunan Luas m² 1 Panggung teater terbuka ± 355 m² 2 Plaza - 3 Kantor Pengelola ± 164 m² 4 Prototype Rumah Tradisional Betawi ± 165 m² 5 Wisma Betawi ± 160 m² 6 Gallery ± 165 m² 7 Tempat Parkir ± 100 m² 8 Toilet - 9 Musholla - 10 Loket Sepeda Air - Berikut ini adalah bangunan yang sudah dikerjakan pemerintah. Gambar Pada mei 2014. Gambar1.1Rumah Percontohan Adat Betawi

Gambar1.2Bangunan EksistingMuseum Kebudayaan dan Kesenian Betawi Tabel 1.2Jumlah Pengunjung Perkampungan Budaya Betawi. Sumber: Badan Statistik Negara diakses 14 september 2014 Saat ini kegiatan ekonomi kreatif di Perkampungan Budaya Betawi di dominasi oleh ekonomi kreatif yang berupa kuliner tradisional dan penyewaan fasilitas wisata seperti sepeda air dan sepeda onthel dan Perkampungan Budaya Betawi juga rutin mengadakan pertunjukan kesenian seperti tari tradisional betawi, ondel-ondel dan kegiatan kesenian lainya. Dari data tabel diatas grafik pengunjung mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun 2005-2009 pengunjung Perkampungan Budaya Betawi

mengalami peningkatan dari 98,834 orang menjadi 133,811, akan tetapi pada tahun 2010 jumlah pengunjung yang datang menjadi menurun ke angka 125,068, dan pengunjung terus mengalami peningkatan, pada tahun 2013 jumlah pengunjung mencapai angka 199,789. Sangat disayangkan dengan pengunjung yang terus meningkat akan tetapi dengan fasilitas yang kurang menunjang dengan tidak adanya ruang-ruang yang dapat menampung kegiatan kesenian betawi, sehingga perekonomian di daerah ini tidak dapat dikembangkan. Srengseng Sawah sebagai kawasan pedesaan memiliki karakter Betawi yang asli karena berkomunitas dan berbudaya Betawi.Sumber daya yang dimiliki daerah srengseng sawah dapat menghasilkan sesuatu yang baru dalam industri kreatif, oleh karena itu perlu dibuat kajian mengenai kebijakan yang berhubungan dengan industri kreatif. Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah DKI Jakarta tentang ruang terbuka hijau dalam rangka penataan Perkampungan Budaya Betawi, telah terbit keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khuus Ibukota Jakarta Nomor : 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Diharapkan nantinya kawasan Srengseng Sawah dapat menjadi tempat untuk memperlihatkan/mempertontonkan kesenian Betawi. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada sudah diuraikan diatas yaitu untuk melestarikan kesenian Betawi maka dibutuhkan suatu ruang untuk menunjang kegiatan kesenian dan juga ruang untuk kegiatan industri kreatif untuk meningkatkan perekonomian di Perkampungan Budaya Betawi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat disimpulkan rumusan masalahnya. Yaitu: 1. Fungsi-fungsi apa saja yang perlu disediakan pada Sentra Kesenian Tradisional Betawi yang dapat menunjang perekonomian daerah. 2. Bagaimana mengintegrasikan bangunan Sentra Kesenian Tradisional Betawi dengan bangunan existing yang telah dibangun oleh pemerintah

1.3. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup pembahasan yang terkait dalam Sentra Budaya Betawi adalah sebagai berikut: 1. Unsur-unsur kesenian tradisional betawi yang akan diwadahi pada Sentra Kesenian Tradisional Betawi. 2. Kebutuhan sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan seni maupun kegiatan Ekonomi Kreatif di Sentra Kesenian Tradisional Betawi yang sesuai dengan kebudayaan Betawi. 3. Bentuk ruang kegiatan untuk pentas seni dan Ekonomi Kreatif 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari sinopsis tugas akhir ini adalah untuk : 1. Mengetahui fungsi-fungsi apa saja yang dibutuhkan dalam merancang Sentra Kesenian Tradisional Betawi. 2. Mengembangkan fungsi ruang berdasarkan kesenian tradisional betawi yang dapat menunjang kegiatan ekonomi kreatif. 3. Menemukan konsep integrasi yang dapat menghubungkan Sentra Kesenian Tradisional Betawi dengan bangunan existing yang dibangun oleh Pemerintah. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan yaitu karya tulis yang mengawali proses perencanaan dan perancangan Sentra Kesenian Tradisional Betawi sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Latar belakang perlunya didirikan Ruang Ekonomi Kreatif Pada Sentra Kesenian Tradisional di Jakarta, latar belakang pemilihan topik pengembangan teknologi arsitektur, maksud dan tujuan, lingkup dan metode pembahasan perencanaan dan perancangan Sentra Kesenian Tradisional Betawi, sistematika pembahasannya, serta kerangka pemikiran proses perencanaan dan perancangan Sentra Kesenian Tradisional Betawi

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan teoritis umum terhadap proyek Sentra Kesenian Tradisional Betawi dan tinjauan khusus mengenai topik/tema peningkatan ekonomi suatu daerah sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi literatur dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis sebagai pembanding yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan cara mendapatkan dan menganalisis data untuk mendapatkan hasil penelitian. BAB IV ANALISA DAN BAHASAN Analisa permasalahan dalam beberapa aspek yang dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik pengembangan teknologi. Dari analisa nantinya akan dihasilkan solusi atau konsep perancangan yang diterapkan sebagai landasan dalam merencanakan dan merancang bangunan, lansekap, dan lingkungannya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan merupakan sebuah Konsep perancangan sebagai hasil analisa dan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada bagian permasalahan. Konsep perancangan merupakan dasar/landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga karya arsitektur menjadi bernilai baik danbenar. 1.6. Kerangka Berpikir Sebagai bagian dari perencanaan dan perancangan, diperlukan sebuah kerangka berpikir yang menjadi acuan dari awal perancangan hingga akhir. Kerangka berpikir yang digunakan dalam perancangan Sentra Kesenian Tradisional Betawi.

Latar Belakang Kurangnya Fasilitas Penunjang Kegiatan Kesenian di Perkampungan Budaya Betawi Maksud dan Tujuan Memberikan wadah yang dapat memfasilitasi kebutuhan Kegiatan Kesenian. Tinjauan Umum Judul & Topik Definisi Ekonomi Kreatif Tinjauan Khusus Tema : Peningkatan Ekonomi Daerah Studi Banding Bentara Budaya Jakarta Selasar Sunaryo F e e d B a c k Permasalahan Manusia Ruang Lingkungan existing Analisa Manusia Bangunan Lingkungan Konsep Perancangan Hasil dari analisa permasalahan yang ada Perancangan Skematik Sesain Gambar 1.3 Kerangka Berpikir 1.7. State of Art Meutia Farida Hatta Swasono(2009) pada Membangun Ketahanan Bangasa Melalui Kesenianmenyatakan bahwa Kebudayaan secara utuh sebenarnya meliputi pola pikir atau mindset suatu masyarakat (tentang segala perikehidupannya di masa lampau, masa kini dan masa depan), yang banyak terekspresikan melalui aneka ragam dan aneka dimensi kesenian. Demikian pulakesenian merupakan salah satu wadah dominan untuk mengartikulasikan kebudayaan tak berwujud intangible culture. Kemajuan kebudayaan bangsa dan peradabannya membawa serta, dan sekaligus secara timbal-balik dibawa serta, oleh kemajuan keseniannya. Didalam penelitian ini dijelaskan bahwa apabila

sebuah kebudayaan dapat meningkatkan ekonomi maka secara tidak langsung kebudayaan tersebut juga akan terbawa. I Wayan Ardika dan kawan-kawan(2014)pada jurnal Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali menerangkan bahwa Pariwisata yang berbasis warisan budaya di desa Tenganan Pegringsingan dapat memberi manfaat baik secara budaya dan ekonomi kepada penduduk desa. Penduduk lokal dapat melestarikan tradisi dan adat istiadat yang mewakili identitasnya. Oleh sebab itu, dengan melestarikan tradisi dan adat istiadatnya, ekonomi kreatif warga akan mampu ditingkatkan. Pelaksanaan ritual, pembuatan kain gegringsing, pembuatan anyaman, keranjang, dan penulisan naskah diatas daun lontar akan mampu meningkatkan penghasilan komunitas lokal dari desa Tenganan Pegringsingan. Dengan demikian dijelaskan bahwa warisan budaya dapat memberikan dampak positif jika dikembangkan dengan baik yang juga dapat meningkatkan ekonomi suatu daerah. Gerberich, Victoria L. 2005. An Evaluation of Sustainable American Indian Tourism. Didalam jurnal ini diceritakan Suku indian di Amerika harus bertahan puluhan tahun karena kemerosotan ekonomi dan tidak pantas dalam strategi pembangunan ekonomi federal. Sementara itu pariwisata telah dikutip sebagai kegiatan yang berpotensi merusak sumber daya suatu daerah budaya dan alam.memahami faktor-faktor dan mempraktekkan konsep-konsep yang berkontribusi terhadap pariwisata berkelanjutan telah menjadi komponen integral dalam pengelolaan beberapa perkembangan pariwisata berbasis preservasi. Banyak reservasi menggabungkan faktor pariwisata berkelanjutan mengenai perkembangan mereka, memberi mereka kemampuan untuk mengelola sumber daya mereka sesuai dengan keyakinan suku mereka dan menghindari praktek-praktek manajemen yang buruk yang diterapkan atas tanah mereka oleh pemerintah federal. Hal ini menunjukan bahwa kebudayaan dapat menindas kebudayaan lainya dan kebudayaan penindasan tersebut juga merupakan sebuah kebudayaan namun seiringnya kemajuan jaman mulai dikembangkan pariwisata berbasis preserfasi sehingga kebudayaan yang hilang dapat muncul atau ditampilkan sebagai pariwisata berkelanjutan. Alberto, Vanolo. (2010). Alternative capitalism and creative economy: the case of Christiania. Jurnal ini melakukan penelitian tentang peningkatan

ekonomi suatu kota, kota Copenhagen seperti di banyak kota-kota lain di seluruh Eropa, kreativitas telah menjadi kunci utama, yang tujuan utamanya adalah untuk menarik investasi dan juga mewakili kota sebagai pusat yang relevan untuk ekonomi kreatif. kota Copenhagen akhirnya dipromosikan dan didukungdengan sejumlah proyek ( budaya, infrastruktur, kewirausahaan, arsitektur, dll ) disisi lain kota Christiania yang merupakan daerah marjinal yang memiliki penghasilan rata-rata setengah dari penghasilan di Copenhagen, dalam upaya untuk mengembangkan dan menggambarkan daerah pasca-industri kota Christiana cocok dengan rencana tersebut. Hal ini secara luas dianggap kreatif, 'alternatif ' ruang, dan jumlah pengunjung pun pergi ke sana setiap hari, dan situs wisata resmi kotamendedikasikan halaman tertentu ke Christiania. Hal ini dipandang sebagai 10 objek wisata alternatif kota.dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa setiap kota memiliki potensi untuk meningkatkan Ekonomi secara Kreatif dan suatu kota yang ekonominya tertinggal ternyata dapat mengejar ketertinggalanya. Dari 5 jurnal yang di jadikan landasan karya tulis studi Ruang Ekonomi Kreatif maka dapat disimpulkan bahwa sebuah warisan budaya yang hilang dapat berpotensi untuk diperkenalkan kembali sebagai wisata berkelanjutan sebagai wadah edukasi dan informasi hal ini pun membawa serta kebudayaan tersebut menjadi diketahui banyak orang dan juga dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut, dan sebuah kota yang ekonominya tertinggal dapat diterapkan konsep ekonomi kreatif yang sudah diterapkan sebelumnya oleh kota yang berhasil.