IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN PADA PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

IbM PENGUSAHA ABON PINDANG TONGKOL DESA KADEMANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IbM Kelompok Tani Buah Naga

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH

MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PETANI JAMBU METE

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

DIVERSIFIKASI OLAHAN BUAH SIRSAK BAGI KELOMPOK PEREMPUAN DI DESA BALE ABSTRAK

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 KABUPATEN BLITAR. RKPD: DINAS PERTANIAN DAN PANGAN hal 1 dari 10

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

AGRIBISNIS Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

IBM KELOMPOK PENGUSAHA TERASI DI DESA KRAMAT BUNGAH KABUPATEN GRESIK JAWA TIMUR

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BELANJA LANGSUNG DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA DENPASAR URUSAN PEMERINTAHAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

LAPORAN KINERJA (LKJ)

Setia Wardani 1), Ratna Purnama Sari 2), Wibawa 3) 1), 2), 3)

PEMBERDAYAAN KOPERASI INSAN FATHONAH MELALUI PRODUKSI ANEKA OLAHAN KETELA. Oleh : Edy Legowo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL PERCEPATAN PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PROGRAM PRIMATANI.

PEMANFAATAN KULIT KAKAO MELALUI MESIN PENCACAH DAN PENGHANCUR, PADA SUBAK ABIAN DAN KELOMPOK TERNAK GUBUG

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Transkripsi:

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA Sofyan Samad 1, Sundari 2 1 Study Program of Agro-technology Faculty of Agriculture Universitas Khairun Email: sofyan.samad1970@gmail.com 2 Study Program of Biology Faculty of Teaching and Science Universitas Khairun Email : sundari_sagi@yahoo.co.id /mamakia_unk@yahoo.com Ringkasan eksekutif Program IbM kelompok masyarakat petani bawang mera telah dilakukan di Desa Nusajaya dalam kemitraan dengan dua kelompok produktif petani bawang merah dan unit koperasi dari desa Nusajaya. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar. Mitra kelompok masyarakat I adalah kelompok mitra di desa Nusajaya dipimpin oleh Bapak Rustam Samad dan kelompok masyarakat mitra II di KUD Mandiri Nusajaya dipimpin oleh Ibu Suwarni Suut. Target dan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: 1) keterampilan membuat kemasan yang mampu mempertahankan kualitas bawang merah selama pengiriman ke pulau-pulau lain; 2) teknik pasca panen bawang merah dalam bentuk bawang goreng dengan nilai ekonomi tinggi; 3) paket desain kemasan dengan biaya yang ringan dan mudah dibuat oleh petani. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani di desa Nusajaya telah menerapkan teknik pengolahan pasca panen dengan teknik kemasan sederhana dan teknik pemasaran yang produktif. Keywords: IbM kelompok masyarakat petani bawang merah, bawang goring, kemasan A. PENDAHULUAN Provinsi Maluku Utara sebagai salah satu provinsi baru di Kawasan Timur Indonesia, dituntut untuk dapat menggali dan mengoptimalkan potensi sumberdaya lahannya dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui peningkatan produktivitas pertanian.wilayah provinsi ini berdasarkan keadaan biofisik lingkungan mempunyai potensi untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Pengembangan komoditas tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan PAD apabila diusahakan secara intensif pada skala agribisnis sesuai dengan dengan potensi dan daya dukung lahannya. Wilayah Kabupaten Halmahera timur termasuk ke dalam wilayah yang sulit akses, mulai dari transportasi, jalan bahkan komunikasi yang terbatas.lokasi desa pertanian di Halmaheratimur dapat dikategorikan termasuk ke dalam daerah yang bersifat remote (akses terbatas). Hal ini disebabkan karena wilayah Provinsi Maluku Utara adalah kepulauan, berbeda dengan wilayah Jawa yang mayoritas daratan. Adanya keterbatasan akses ini menyebabkan biaya tinggi 19

(high cost) untuk menjangkau lokasi tujuan. Akses transportasi yang digunakan hampir sebagian besar menggunakan transportasi laut seperti kapal laut, speed boat, long boat, bahkan katinting (perahu kecil bermesin 5 PK). Namun ada juga wilayah daratan yang mampu ditempuh dengan kendaraan bermotor, sebagian besar berada di lingkup pulau halmahera. Kondisi ini menyebabkan produk pasca panen di kabupaten Halmahera timur khususnya bawang merah di desa Nusajaya yang cukup melimpah sulit untuk menjangkau lokasi pasar sehingga banyak produk pasca panen mengalami kerusakan atau busuk selama pengiriman, akses terhadap informasi teknologi pertanian sangat terbatas. Hal ini disebabkan masih terbatasnya sarana jalan dan prasarana transportasi dalam pemasaran hasil.pembangunan pertanian di pedesaan tentu harus mengacu kepada pengembangan komoditas existing yang telah diusahakan maupun sesuai dengan komoditas unggulan di daerah tersebut, sehingga mampu menciptakan keunggulan wilayah bersangkutan. Desa Nusajaya di kabupaten Halmahera timur memiliki potensi produktivitas pertanian bawang merah yang cukup potensial karena hampir semua lahan pertanian di wilayah ini sangat cocok untuk pertanian bawang merah. Produktivitas panen bawang merah cukup melimpah, namun pada umumnya penangananproduktivitas pasca panen bawang merah belum optimal, masih banyak bawang merah yang rusak dan busuk sebelum mencapai tempat pemasaran, padahal pada saat ini harga jual bawang cukup tinggi dan memiliki prospek sangat baik untuk dikembangkan menjadi produk pertanian unggulan kabupaten Haltim, terutama bagi masyarakat petani di desa Nusajaya. Program pendampingan melalui transfer teknilogi penanganan pasca panen bawang merah sangat tepat dilaksanakan, hal ini dikarenakan masih rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan pasca panen dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi produk olahan bawang merah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan penguasaan teknologi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup dan tingkat pendapat masyarakat petani bawang merah. Mengingat ketersediaan bahan baku hasil panen yang melimpah di DesaNusajaya, maka perlu diupayakan untuk meningkatkan keterampilan pengolahan produk pasca panen dan kualitas produk melalui program IbM Kelompok Masyarakat petani bawang merah di desa Nusajaya kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Program IbM Kelompok Masyarakat petani bawang di desa Nusajaya ini dilakukan bekerjasama (mitra) dengan 2 kelompok petani bawang produktif dan koperasi unit desa di Desa Nusajaya. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang anggota dengan latar belakang pendidikan mitra sekolah dasar. Kelompok masyarakat mitra 1 merupakan kelompok mitra di Desa Nusajaya yang diketuai oleh bapak Rustam Samad.dan Kelompok masyarakat mitra 2 di KUD Mandiri 20

Nusajaya diketuai oleh ibu Suwarni Suut. Program Iptek bagi masyarakat melalui pembinaan dan pendampingan transfer teknologi pengemasan sederhana dan alami bawang merah dan pelatihan pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng, program ini bertujuan untuk membantu mitra menciptakan inovasi pengemasan hasil panen yang secara alami dapat bertahan lama selama distribusi pemasaran di pulau-pulau pangsa pasar maluku utara. Selain program transfer teknologi pengemasan bawang merah program ini mitra juga dibina dalam teknik pengolahan aneka produk makanan olahan berbahan dasar bawang merah misalnya bawang goreng dan bawang blender yang dapat dipasarkan dengan harga jual lebih tinggi. Diharapkan program iptek bagi masyarakat ini dapat membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat mitra melalui teknik pengemasan dan pengolahan bawang merah di desa Nusajaya. B. SUMBER INSPIRASI Produktivitas panen bawang merah cukup melimpah, namun pada umumnya penanganan produktivitas pasca panen bawang merah belum optimal, masih banyak bawang merah yang rusak dan busuk sebelum mencapai tempat pemasaran, padahal pada saat ini harga jual bawang cukup tinggi dan memiliki prospek sangat baik untuk dikembangkan menjadi produk pertanian unggulan kabupaten Haltim, terutama bagi masyarakat petani di desa Nusajaya. Program pendampingan melalui transfer teknilogi penanganan pasca panen bawang merah sangat tepat dilaksanakan, hal ini dikarenakan masih rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan pasca panen dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi produk olahan bawang merah menjadi bawang goreng. Ada beberapa permasalahan dalam melakukan pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng. 1. Apakah masyarakat menyadari pentingnya tanaman bawang merah terhadap peningkatkan perekonomian masyarakat 2. Apakah masyarakat mengetahui manfaat bawang merah terhadap kesehatan Berdasarkan identifikasi masaalah tersebut, terinpirasi beberapa kegiatan antara lain. 1. Penyuluhan dan Sosialisasi program kepada masyarakat desa Nusajaya 2. Pelatihan kelompok tani tentang pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng C. METODE Kegiatan IBM Kelompok masyarakat petani bawang merah dan pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng organik SS dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Berdasarkan hasil survey dan Focus Group diskusi awal dengan masyarakat di desa Nusa Jaya dan kelompok mitra, secara umum permasalahan yang masih dihadapi yaitu sebagai berikut: 1. Kurangnya pengetahuan petani bawang tentang metode 21

pengemasan bawang merah mudah, murah dan alami sehingga banyak bawang yang rusak/busuk selama perjalanan distribusi menuju pangsa pasar di pulau-pulau wilayah maluku utara. 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat petani bawang tentang pengolahan pascapanen bawang merah menjadi produk olahan misal bawang goreng, sehingga produk yang melimpah kadang terbuang karena rusak/busuk. 3. Penyuluhan dan sosialisasi dan pelatihan ke masyarakat Nusajaya tentang proses pembuatan bawang goreng sehingga masyarakat Desa Nusajaya biasa dapat membuat secara mandiri setelah kegiatan program IBM berakhir. Pelatihan kelompok tani Tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan tentang teknologi pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng dimana kelompok tani suka maju dan mitra koperasi mandiri mengikuti kegiatan pelatiahan selama 1 hari bertempat di rumah ketua kelompok tani suka maju dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2014. Peserta yang mengikuti sebanyak 10 orang dengan Nara sumber Dr. Sofyan Samad SP., M.Si. Prosedur kerja pembuatan bawang goreng 1. Pengupasan kulit luar bawang merah, pembersihan kulit bawang, pengirisan bawang, penggorengan bawang merah, setelah bawang goreng sudah masak kemudian dikeringkan dengan SPINNER yaitu alat pengering bawang goreng 2. Pengisian bawang goreng pada kertas berlabel kemudian selanjutnya dilakukan penimbangan bawang goreng 3. Pengemasan bawang goreng pada mesin pengemas 4. Distribusi kekios, minimarket untuk dilakukan penjualan dengan harga terjangkau oleh masyarakat sesuai pasar. D. KARYA UTAMA Program IBM kelompok petani bawang merah Desa Nusajaya memeliki karya utamanya adalah 1. Terampil dalam melakukan pengemasan bawang merah yaitu yang alami, mudah dan murah dan dapat menjaga kualitas bawang selama pengiriman kepulau-pulau selama pemasaran. 2. Terampil dalam pengolahan pasca produksi bawng merah menjadi bawang goreng yang bernilai jual ekonomi lebih tinggi. 3. Menghasilkan Produk kemasan bawang merah yang didesain alami, mudah dan murah dapat di kerjakan oleh petani bawang merah desa Nusajaya. E. ULASAN KARYA Hasil analisis menunjukkan bahwa pengolahan bawang merah 22

merupakan suatu perubahan atau model untuk memanfaatkan bawang merah menjadi bawang goreng melalui pembinaan dan pendampingan, transfer teknologi pengemasan yang sederhana dan alami bawang merah dan pelatihan pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng, program ini bertujuan untuk membantu mitra menciptakan inovasi pengemasan hasil panen yang secara alami dapat bertahan lama selama distribusi pemasaran di pulaupulau pangsa pasar Maluku Utara. Diharapkan program iptek bagi masyarakat ini dapat membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat mitra melalui teknik pengemasan dan pengolahan bawang merah di desa Nusajaya. Pelaksanaan program IBM bagi bawang merah dilaksanakan di desa Nusajaya sampai dengan bulan Agustus 2014 ini, telah terlaksana tahap sosialisasi program dan pelatihan pembuatan bawang goreng pada 2 mitra serta pendampingan produksi skala kecil (sampel) dan pengemasan produk bawang goreng dihasilkan. Adapun uraian tahap-tahap setiap kegiatan sebagai berikut: 1. Tahap Pelatihan teknik pengolahan bawang goreng Pada pelaksanaan tahap ini kelompok mitra diberikan pelatihan tentang pengolahan bawang goreng (dokumen). Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 1-3 Agustus 2014. 2. Tahap pendampingan Tahap ini dilaksanakan setelah kegiatan pelatihan teknik pengolahan bawang goreng yang renyah dan higienis. Tahap pendampingan dilaksanakan dengan memfasilitasi mitra untuk mencoba membuat kemasan produk,sampai menghasilkan produk yang bagus dan dilatih cara pengemasan produk skala kecil, tahap pendampingan dilakukan 2 kali yaitu pada saat pelatihan dan pada saat monev. Pada tanggal 1 dan 3 Agustus 2014. 3. Tahap monitoring dan Evaluasi efisiensi program Tahap ini dilakukan selama 2 kali yaitu pada saat pelatihan dengan memberikan pertanyaan wawancara kepada kelompok mitra, dan dilakukan pada saat pendampingan dengan mengamati perkembangan mitra dalam melakukan teknik pengorengan bawang. Respon Balik kelompok mitra sebagai berikut: a. Mitra 1: menyatakan bahwa selama ini hasil panen bawang yanag melimpah kurang ditangani cepat sehingga produksi rusak karena busuk, penjualan bawang dalam bentuk bawang merah segar dan kering di pasar yang akses transportasi ke kota (pasar) sangat jauh, Pembinaan produksi bawang goreng ini sangat bermanfaat untuk petani bawang sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan petani. b. Mitra 2: menyatakan bahwa dengan informasi pengolahan bawang menjadi 23

bawang goreng akan dapat meningkatkan produktivitas bawang dan pendapatan petani, karena hasil panen akan bertahan dan awet. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa secara umum teknologi yang ditransfer ke kelompok mitra dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik. Namun untuk hasil bawang goreng yang diproduksi oleh kelompok mitra kurang puas dan merasa perlu diperbaiki teknik pengolahannya, terutama kerenyahan bawang dan warna alat penggoreng yang dipakai masih konvensional. Kendala dalam pelatihan tidak ada karena 2 kelompok mitra adalah petani bawang produktif. Berdasarkan proses pendampingan dan uji coba produksi bawang selama 3 hari diperoleh kendala pengemasan produk karena masih tergantung teknologi di kota yaitu pelabelan dan pengemasan produksi bawang goreng desa Nusajaya. F. KESIMPULAN Berdasarkan pelaksanaan program iptek bagi masyarakat yaitu kelompok masyarakat petani bawang di desa Nusa jaya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Telah dilaksanakan program iptek bagi masyarakat dalam bentuk pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng pada 2 kelompok mitra di desa Nusajaya 2. Secara umum teknik pengolahan penggorengan bawang dapat diterima oleh kelompok mitra karena prosedur mudah dan meskipun hasilnya belum memuaskan. 3. Telah dicapai target dan sasaran program melalui luaran program yaitu life skill masyarakat petani bawang dalam mengolah produk pasca panen,sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani bawang. G. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Maluku Utara dalam angka. Hendayana, Rachmat. 2010. Petunjuk Pelaksanaan Apresiasi Pengelolaan dan Operasionalisasi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. Mappaona. 2003. Menumbuhkan Enterpreunership Dan Inovasi Teknologi. Tabloid Sinar Tani Edisi 2 Juli 2003. Jakarta. Saleh, Yopi, dkk. 2009. Laporan Akhir PUAP Provinsi Maluku Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara. Maluku Utara. Saptana, dkk.2009. Strategi Kemitraan Usaha Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Agribisnis Cabai Merah di Jawa Tengah. Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani.Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Bogor. 24