Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI SADENG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TIARA ANGGIA RAHMI

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Financial Analysis of Klitik Nets (Bottom Gill net) and Nylon Nets (Surface Gill net) in Fish Landing Base (PPI) Tanjungsari Pemalang, Central Java

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Diterima: 26 Juni 2009; Disetujui: 10 November 2009

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN NELAYAN PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DAN PANCING TONDA (TROLL LINE) DI PPP TAMPERAN PACITAN, JAWA TIMUR

Keragaan Unit Penangkapan Ikan di Desa Tanjung Pura, Bangka Tengah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

Financial Feasibility Analysis of Gillnet Fishing Business in PPI Banyutowo Pati. Habieb Noor Zain, Imam Triarso *),Trisnani Dwi Hapsari

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS ALAT TANGKAP JARING RAMPUS DI PPN KARANGANTU PROVINSI BANTEN YOHAN JIMMY RONALDO

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

Business Analysis of Hand Line Fishing Technique in Pariaman City West Sumatera Province of Indonesia

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MONITORING HASIL PERIKANAN DENGAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK, PROPINSI JAWA TIMUR

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALYSIS THE FISHING BUSINESS WITH TROLL LINE THAT MOORING AT MUARA PORT AREA SOUTH PADANG REGENCY PADANG CITY WEST SUMATERA PROVINCE

TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

Technical and Financial Analysis of Hairtails (Trichiurus sp) Catching by Handline in Fishing Ports Nusantara Palabuhanratu Sukabumi

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Maspari Journal, 2013, 5 (2),

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

BAB III BAHAN DAN METODE

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN. Kecamatan Labuhan Haji merupakan Kecamatan induk dari pemekaran

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

3 METODOLOGI PENELITIAN

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

ANALISIS PERBANDINGAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH NELIYANA

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

Feasibility Study of Pole and Line Fishing Gear in Labuhan Lombok Coastal Fishing Port

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI LAUT BANDA OLEH NELAYAN AMBON (PROVINSI MALUKU)

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

Transkripsi:

10 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Maspari Journal, 2012, 4(1), 10-22 http://masparijournal.blogspot.com Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Prihatin Ika Wahyuningrum*, Tri Wiji Nurani, Tiara Anggia Rahmi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kampus IPB Dramaga Bogor, 16180 *Email: prieha@yahoo.com, HP. 08129740323 Received 20 Novemver 2011; received in revised form 02 December 2011; accepted 02 January 2012 ABSTRACT Sadeng that located in Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Province, has enough potential fisheries resources. There are relatively new fishing industry activities in Sadeng that began in 2000 by fisherman from Cilacap (Central Java) and fisherman from East Java. The current research attempts todetermine the aspects of multi-purpose fishing industry that covering technical aspects, marketing aspects, social aspects and financial aspects. Base on technical aspects, motor ship is one of fishing units that operated in Sadeng. The productivity of motor ship fishing unit has 1,514.6 kg/trip. Moreover, marketing aspects, especially for fishing catch marketing, has not been effective due to lack of promotion on fisheries and fishery products. In addition, financial aspects show the profit of this fishing industry is Rp 55,883,626.67 per year, R/C ratio is 1.18 and Payback Periode is 3.46. Key words: multi-purpose, technical aspects, marketing aspects, social aspects, financial aspects ABSTRAK Sadeng merupakan salah satu daerah di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Usaha perikanan tangkap di Sadeng relatif baru, mulai berkembang pada tahun 2000 dengan didatangkannya nelayan dari Cilacap dan Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek yang mempengaruhi usaha perikanan tangkap multi purpose di Sadeng yang meliputi aspek teknik, produktivitas, aspek pemasaran, aspek social dan finansial. Berdasarkan analisis aspek teknis, salah satu unit penangkapan ikan yang digunakan di Sadeng adalah kapal motor. Produktivitas kapal motor sebesar 1.514,6 kg per trip. Proses pemasaran hasil tangkapan belum berjalan maksimal karena kurangnya promosi kegiatan perikanan dan produk perikanan di Sadeng. Hasil analisis finansial, memperoleh keuntungan sebesar Rp 55.883.626,67 per tahun, R/C 1,18 dan PP 3,46. Kata kunci: multi purpose, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek sosial, aspek finansial Corresponden number: Tel. +62711581118; Fax. +62711581118 E-mail address: masparijournal@gmail.com Copy right 2012 by PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI, ISSN: 2087-0558

11 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi perikanan yang cukup besar dengan garis pantai sepanjang 113 km dan potensi tersebut dapat dikembangkan. Salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan tangkap yang perlu dikembangkan adalah Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Gunungkidul dimulai sejak tahun 1980-an. Salah satu sentra perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Gunungkidul adalah Sadeng. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng merupakan pelabuhan perikanan bertipe C dan penunjang pengembangan perikanan laut di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa keberhasilan usaha penangkapan ikan di laut dipengaruhi oleh ketepatan dalam menentukan daerah penangkapan (fishing ground), gerombolan ikan dan keadaaan potensinya. Kegiatan perikanan tangkap di Sadeng termasuk usaha yang baru. Kegiatan ini dimulai sejak pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta membuka pintu bagi nelayan dari daerah lain untuk mendaratkan ikan dan menetap di wilayahnya, sehingga nelayan di Sadeng banyak yang berasal dari daerah lain. Perkembangan usaha perikanan tangkap di Sadeng dirasa cukup baik karena nilai produksi hasil tangkapan yang diperoleh setiap tahunnya meningkat. Menurut data laporan tahunan PPP Sadeng, produksi hasil tangkapan tahun 2005-2009 meningkat dari 11,82%-40,67% tiap tahunnya. Kapal motor merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang banyak digunakan oleh nelayan di Sadeng karena bisa mengoperasikan beberapa alat tangkap dan menghasilkan banyak jenis hasil tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek yang mempengaruhi usaha perikanan tangkap multi purpose di Sadeng yang meliputi aspek teknik, produktivitas, aspek pemasaran, aspek social dan finansial. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari dan April 2010. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan di PPP Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan pemilihan responden diperoleh secara purposive sampling. Analisis data terdiri atas: Analisis aspek teknik Analisis teknis digunakan untuk mengkaji faktor yang berhubungan dengan keragaan teknis unit penangkapan dan kegiatan operasi penangkapan ikan pada kapal motor. Analisis ini meliputi gambaran tentang kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian. Analisis produktivitas Pengukuran produktivitas dapat dianalisis menggunakan rumus berikut (Gaspersz, 1992): 1. Produktivitas parsial = 2. Produktivitas faktor total = 3. Produktivitas total = Keterangan: i = faktor tunggal

12 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Berdasarkan rumus diatas, produktivitas input produksi dapat dihitung dengan cara: 1. Produktivitas perahu/kapal = 2. Produktivitas nelayan = rumus: = Keterangan: R = Penerimaan (revenue) C = Pengeluaran (cost) 3) Payback period (PP) Rumus yang digunakan untuk menghitung PP adalah: x 1 tahun 3. Produtivitas daya mesin = III. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis aspek pemasaran Analisis aspek pemasaran digunakan untuk melihat pasar dan peluang pasar dari hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Sadeng. Penilaian pada aspek pemasaran juga digunakan untuk mengetahui hasil tangkapan layak dipasarkan atau tidak, harga pasar, rantai pemasarannya dan proses distribusinya. Analisis aspek sosial Analisis aspek sosial digunakan untuk mengkaji keadaan sosial nelayan di PPP Sadeng. Analisis ini meliputi gambaran kondisi nelayan, pendapatan nelayan dan ada tidaknya konflik antar nelayan. Analisis aspek finansial Pengukuran aspek finansial meliputi: 1) Keuntungan (π) Pertitungan keuntungan dilakukan dengan rumus: π = TR TC Keterangan: π = Keuntungan TR = Total penerimaan (Total Revenue) TC = Total pengeluaran (Total Cost) 2) Revenue cost ratio (R/C ratio) Perhitungan R/C dilakukan dengan HASIL Analisis Teknik 1) Kapal Kapal motor yang digunakan oleh nelayan di PPP Sadeng berbahan kayu dengan dimensi P L D (18 m 3 m 2,5 m). Kapal ini digerakkan oleh dua mesin bermerek Yanmar dan Jandong berkekuatan 30 PK. 2) Alat tangkap Ada 3 jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pada kapal motor di Sadeng, yaitu: pancing ulur, pancing tonda dan gillnet multifilament. a. Pancing ulur Pancing ulur yang digunakan oleh nelayan kapal motor terdiri dari empat jenis pancing yaitu pancing rentakan (Gambar 1), pancing layang-layang (Gambar 2) pancing ancet (Gambar 3), dan pancing copingan (Gambar 4). Pancing ulur memiliki tujuh komponen yaitu penggulung, tali utama, tali cabang, pemberat, swivel, mata pancing dan umpan. Penggulung terbuat dari bahan kayu atau plastik berbentuk bulat atau persegi panjang. Tali utama terbuat dari bahan senar bernomor 100-150, sedangkan tali cabang terbuat dari senar bernomor 50-90.

13 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Pemberat terbuat dari bahan timah yang memiliki berat antara 0,5-2 kilogram. Swivel terbuat dari bahan stainless steel dan berfungsi agar tali pancing tidak terbelit saat dioperasikan. Mata pancing terbuat dari bahan alumunium, untuk ukuran nomor mata pancing disesuiakan dengan ikan sasaran. Umpan yang digunakan terbuat dari serat kain sutra dan pecahan compact disk. penggulung tali utama pemberat kili-kili tali cabang mata umpan Gambar 1. Desain alat tangkap pancing rentakan Gambar 2. Desain alat tangkap pancing layang-layang

14 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 penggulung tali utama kili-kili tali cabang mata umpan pemberat Gambar 3. Desain alat tangkap pancing ancet penggulung tali utama kili-kili pemberat tali cabang umpan mata pancing Gambar 4. Desain alat tangkap pancing copingan

15 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 b. Pancing tonda Pancing tonda (Gambar 5) memiliki enam komponen yaitu penggulung, tali utama, tali cabang, swivel, mata pancing dan umpan. Penggulung terbuat dari bahan kayu atau plastik berbentuk bulat. Tali utama terbuat dari bahan senar bernomor 100, sedangkan tali cabang terbuat dari senar bernomor 70. Swivel terbuat dari bahan stainless steel dan berfungsi agar tali pancing tidak terbelit saat dioperasikan. Mata pancing terbuat dari bahan alumunium bernomor 7. Umpan yang digunakan terbuat dari serat kain sutra. penggulun tali utama kili-kili tali cabang umpan mata pancing Gambar 5. Desain alat tangkap pancing tonda c. Gillnet Gillnet yang digunakan oleh nelayan kapal motor di Sadeng adalah surface drift gillnet (Gambar 6). Badan jaring terbuat dari bahan nylon dengan ukuran mata jaring 4,5 inchi dengan panjang 202,5 meter dan lebar 67,5 meter. Tali pelampung terbuat dari tali tambang berbahan PE multifilament dengan panjang 7,5 meter. Pelampung berasal dari jerigen dengan panjang 0,5 meter berjumlah 5 buah dengan jarang antar pelampung adalah 33,75 meter. Pemberat terbuat dari batu dengan berat antara 1 sampai 1,5 kilogram berjumlah 10 buah dengan jarak antar pemberat adalah 22,5 meter. Tali ris atas dan tali ris bawah terbuat dari tali tambang berbahan PE multifilament. Tali selambar terbuat dari tali tambang berbahan PE multifilament dengan panjang 7,5 meter.

16 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Gambar 6. Desain alat tangkap gillnet multifilamen 3. Nelayan Nelayan kapal motor di Sadeng terdiri dari lima sampai enam orang, terdiri dari juru mudi dan ABK. Nelayan kapal motor memiliki tugas yang berbeda pada setiap operasi penangkapan ikan, tergantung dari pengalaman dan keahlian setiap nelayan. Juru mudi kapal bertugas sebagai pengendali kapal, sedangkan ABK bertugas sebagai pelaksana teknis. Juru mudi juga berperan sebagai pemancing saat pengoperasian alat tangkap. 4. Kegiatan operasi penangkapan ikan Lama trip operasi penangkapan pada kapal motor di Sadeng adalah satu minggu. Metode pengoperasian pancing dilakukan dengan metode handline dan trolling. Pada metode handline, nelayan cukup menunggu ikan memangsa umpan, mereka dapat merasakan ketika umpan sudah termakan oleh ikan, karena tali pancing akan mengalami getaran. Pancing yang menggunakan metode handline adalah pancing ancet, pancing copingan dan pancing layang-layang. Pancing diangkat dan ikan dilepaskan dari mata kail. Metode trolling, pancing diturunkan ke perairan dan ditarik di sekitar rumpon. Tali pancing dipegang oleh nelayan atau terkadang tersambung pada buritan dan sisi kanan dan kiri kapal. Pancing yang menggunakan metode trolling adalah pancing rentakan dan pancing tonda. Pengoperasian gillnet diawali penurunan jaring yang dilakukan pada sisi kiri kapal yang diawali dengan penuruan pelampung tanda, kemudian pemberat, pelampung dan badan jaring. Selama proses setting, kapal dalam keadaan mati. Setting biasanya dilakukan sebanyak 3-4 kali per malam. Lama drifting adalah 1-3 jam. Tiga orang nelayan menarik jaring pada proses hauling, dimulai dari pelampung tanda, pelampung, badan jaring, kemudian pemberat. Nelayan yang lain melepaskan hasil tangkapan dari badan jarring. Ikan yang telah tertangkap langsung dilepaskan dari mata kail maupun badan jaring. Kegiatan ini harus dilakukan dengan sangat teliti dan hatihati. Ikan yang telah terlepas dari mata kail, akan dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian diletakkan pada coolbox berisi es balok yang telah dihancurkan sebelumnya. Penanganan khusus dilakukan untuk ikan tuna yang memiliki berat diatas 20 kg. 5. Rumpon Operasi penangkapan ikan pada kapal motor di Sadeng menggunakan alat bantu rumpon. Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang terdiri dari empat bagian utama yaitu pelampung tanda, tali, atraktor dan pemberat. Tujuan pemasangan rumpon adalah mengumpulkan ikan yang berekonomis tinggi agar lebih mudah ditangkap dengan menggunakan pancing. Pemasangan rumpon di Sadeng dimulai sejak tahun 2005. Jumlah rumpon di Sadeng berjumlah enam buah, berasal

17 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 dari bantuan pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul dan Bappeda. Rumpon terletak ± 26,60 mil sampai dengan ± 55 mil dari garis pantai. Rumpon dipasang pada titik-titik yang telah ditentukan pada daerah yang memiliki potensi hasil tangkapan cukup besar sehingga akan ada banyak ikan yang singgah di rumpon yang telah dipasang. Pemerintah menyediakan rumpon agar hasil tangkapan yang didapatkan terus meningkat sehingga nilai produksi yang diperoleh juga lebih banyak. Nelayan di Sadeng bebas memanfaatkan rumpon bantuan dari pemerintah. Rumpon yang digunakan di Sadeng termasuk kedalam rumpon laut dalam karena pemasangan rumpon dilakukan pada kedalaman antara 1000-5000 meter. Aspek Produktivitas Fluktuasi perkembangan produksi dan nilai produksi di PPP Sadeng dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah produksi ikan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 232.567,30 kg dengan nilai produksi Rp 1.627.969.000,00. Jumlah produksi ikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 1.227.465,80 dengan nilai produksi Rp 8.821.400.000,00. Hal ini terjadi karena tahun 2007 jumlah armada penangkapan meningkat baik kapal motor maupun perahu motor tempel dan peningkatan jumlah nelayan, sehingga banyak armada yang melakukan operasi penangkapan ikan dan mendaratkan hasil tangkapan. Tabel 1. Produksi dan nilai produksi ikan di PPP Sadeng tahun 2005-2009 No. Tahun Produksi (kg) Nilai produksi (Rp) 1. 2005 232.567,30 1.627.969.000,00 2. 2006 260.196,00 1.821.400.000,00 3. 2007 1.227.465,80 8.821.400.000,00 4. 2008 731.936,39 7.364.422.760,00 5. 2009 1.029.674,80 9.659.662.250,00 Sumber: Laporan Tahunan PPP Sadeng, 2005-2009 Aspek produktivitas menunjukkan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan dalam kurun waktu tertentu dengan unit penangkapan yang digunakan. Tabel 2 menyajikan produktivitas unit penangkapan ikan di Sadeng selama satu tahun berdasarkan data primer yang diperoleh ketika turun lapang. Produksi kapal/perahu per tahun (hasil tangkapan per tahun) adalah jumlah hasil tangkapan yang diperoleh selama satu tahun operasi penangkapan. Produktivitas kapal/perahu pada kapal adalah 45.438 kg per tahun. Tabel 2. Produktivitas unit penangkapan ikan kapal motor per tahun di Sadeng Produktivitas (kg/tahun) Hasil tangkapan (kg) per Trip per Nelayan Mesin 45.438 1.514,6 7.573 757,3/PK Sumber: Data primer olahan, 2010 Produktivitas hasil tangkapan per trip pada kapal motor adalah 1.514,6 kg per trip. Hal ini dipengaruhi oleh metode pengoperasian alat tangkap serta jenis dan ukuran kapal. Produktivitas per nelayan per tahun sebesar 7.573 kg per nelayan per tahun dengan jumlah ABK pada kapal motor berjumlah enam orang.

18 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Produktivitas per daya mesin per tahun sebesar 757,3 kg per PK per tahun. Kapal motor menggunakan dua buah mesin inboard masing-masing berkekuatan 30 PK. Semakin besar daya mesin maka semakin jauh jangkauan pengoperasian unit penangkapan, sehingga dapat memberikan hasil tangkapan yang lebih tinggi. Aspek pemasaran Secara umum distribusi hasil tangkapan di Sadeng ada pada Gambar 6. Proses pemasaran hasil tangkapan dimulai sejak ikan didaratkan. Ikan yang telah didaratkan harus melalui proses pelelangan. Proses pelelangan rata-rata dilakukan sebanyak 4 sampai 5 kali sehari atau tergantung banyaknya kapal yang mendarat. Pedagang yang mengikuti proses pelelangan di PPP Sadeng terdiri dari pedagang besar dan pedagang kecil. Ikan hasil pelelangan yang dibawa pedagang kecil dipasarkan di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan sekitar Yogyakarta, sedangkan ikan hasil pelelangan yang dibawa oleh pedagang besar dipasarkan ke luar wilayah Yogyakarta, seperti ke Semarang, Solo, Jepara, Pekalongan, Cilacap dan industri pengolahan tuna di Surabaya. Proses pendistribusian ikan menggunakan sarana transportasi darat yaitu truk atau mobil pick up. Nelayan TPI PPP Sadeng Pedagang kecil Pedagang besar Konsumen Perusahaan pengolahan Ekspor Keterangan: : Pola 1 : Pola 2 : Pola 3 Gambar 6. Proses distribusi hasil tangkapan di Sadeng Aspek sosial Analisis aspek sosial berhubungan dengan kehidupan dan interaksi sosial yang ada di Sadeng. Nelayan di Sadeng terdiri dari nelayan lokal dan nelayan pendatang. Nelayan pendatang sebagian besar berasal dari Cilacap dan sebagian kecil dari Jawa Timur. Nelayan lokal belajar keterampilan melaut dari nelayan pendatang. Kondisi kesejahteraan nelayan kapal motor di Sadeng dapat dikatakan baik karena pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari nilai UMR yang telah ditetapkan oleh pemerintah DI Yogyakarta yaitu sebesar Rp 700.000,00 per bulan. Pendapatan nelayan kapal motor di Sadeng

19 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 adalah Rp 22.080.192,00 per tahun atau Rp 1.840.016,00 per bulan. Jumlah tanggungan keluarga masing-masing nelayan berkisar antara 4-6 orang. Aspek finansial Modal investasi yang dibutuhkan untuk armada penangkapan berkisar antara Rp 188.900.000,00-Rp 193.400.000,00. Total biaya usaha yang dikeluarkan adalah Rp 306.252.373,33. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu, biaya tetap dan biaya variabel (operasional). Penerimaan usaha yang diperoleh dari usaha ini cukup besar yaitu Rp 362.136.000,00 per tahun. Penerimaan ini diperoleh dari dua musim yaitu musim puncak (banyak ikan) dan musim paceklik (sedikit ikan). Usaha perikanan kapal motor dapat memberikan keuntungan karena nilai penerimaan lebih besar daripada total biaya, yaitu sebesar Rp 55.883.626,67 per tahun dan nilai R/C = 1,18. Payback period dari unit usaha unit penangkapan kapal motor sebesar 3,46 tahun atau sekitar 41 bulan. PEMBAHASAN Pengembangan perikanan harus dirancang dan dirumuskan sematang mungkin agar mampu menghadapi berbagai macam tantangan dimasa depan. Hal ini menuntut kemampuan pendugaan kemungkinan perkembangan, baik disistem produksi, sistem konsumen, pasar, bahkan perubahan potensi sumberdaya (Muchsin et al., 1987). Salah satu unit penangkapan ikan di Sadeng yaitu kapal motor yang mengoperasikan pancing ulur, pancing tonda dan gillnet multifilamen. Kapal motor yang digunakan nelayan di Sadeng adalah kapal dengan dua mesin motor dalam (inboard) yang masing-masing berkekuatan 30 PK. Penggunaan dua mesin ini diharapkan agar lebih menunjang pengoperasian penangkapan ikan. Alat tangkap yang ada dalam kapal motor yang digunakan nelayan di Sadeng merupakan alat tangkap multi purpose yang cukup efektif untuk menangkap ikan, karena memiliki jenis alat tangkap yang bermacam-macam dengan waktu penggunaan yang berbeda-beda. Ikan hasil tangkapan dari kapal motor meliputi ikan jenis pelagis besar seperti: tuna (Thunnus albacores), baby tuna, cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard), lemadang (Coryphaena hippurus) dan tenggiri (Scomberomorus commersoni), sedangkan ikan hasil tangkapan perahu motor tempel antara lain: lobster (Panulirus homarus), bawal (Pampus argentus) dan kepiting (Portunus pelagicus). Menurut Subani dan Barus (1989), beberapa cara mendapatkan kawanan ikan sebelum penangkapan dilakukan adalah menggunakan alat bantu penangkapan seperti rumpon dan sinar lampu (light fishery). Unit penangkapan kapal motor menggunakan alat bantu penangkapan yang baik, seperti rumpon, lampu dan GPS fishfinder. Alat bantu penangkapan ikan mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan. Nelayan kapal motor melakukan operasi penangkapan ikan di rumpon yang telah disediakan oleh pihak Pemerintah Yogyakarta. Peningkatan produksi hasil tangkapan meningkat sejak dipasang rumpon pada tahun 2005. Jumlah produksi hasil tangkapan meningkat dari tahun 2005 ke tahun 2006, yaitu dari 232.567,30 kg menjadi 260.196,00 kg. Pengoperasian alat tangkap dengan rumpon memudahkan dalam menentukan lokasi penangkapan ikan, apabila ikan di sekitar rumpon mulai berkurang, nelayan menggunakan GPS fishfinder untuk mencari lokasi penangkapan ikan yang lain. Penanganan hasil tangkapan tidak dilakukan secara khusus dan belum mampu menjaga kualitas hasil tangkapan dengan baik. Penanganan hasil tangkapan hanya dilakukan di atas kapal dengan menggunakan es balok yang telah dihancurkan. Tempat penyimpanan hasil tangkapan juga tidak memadai karena hanya menggunakan coolbox yang tidak

20 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 dilengkapi dengan sistem pendingin yang baik. Sistem penyusunan ikan juga mempercepat kerusakan ikan karena tidak diklasifikasikan berdasarkan panjang, berat dan jenis ikan. Proses ini akan membuat ikan yang tertangkap terlebih dahulu atau ikan yang berada paling bawah lebih cepat rusak. Penanganan yang berbeda hanya dilakukan pada kapal motor saat menangkap ikan tuna yang memiliki berat diatas 20 kilogram. Penanganan yang dilakukan adalah membuang isi perut dan diisi dengan es yang telah dihancurkan. Analisis produktivitas ini meliputi produktivitas hasil tangkapan per trip, produktivitas hasil tangkapan per nelayan dan produktivitas hasil tangkapan per mesin. Bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari empat komponen yang dikenal dengan 4P yaitu product (produk), price (harga), promotion (promosi) dan place (tempat). Bauran pemasaran tersebut dirancang untuk menyerahkan manfaat ke konsumen. Komponen-komponen tersebut berhubungan erat dengan pemasaran ke konsumen (Kotler & Keller, 2007). Proses pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan sudah berjalan dengan baik, tetapi kurangnya promosi tentang kegiatan dan produk perikanan di Sadeng sehingga pemasaran belum berjalan secara maksimal. Hasil produksi perikanan yang cukup banyak seharusnya diimbangi dengan promosi yang lebih intensif. Peran pemerintah sangat diharapkan dalam proses promosi ini, seperti meningkatkan kerjasama dengan daerah lain dan menambahkan alat transportasi umum untuk menunjang kegiatan perikanan di Sadeng, karena sulitnya alat transportasi menjadikan promosi kurang maksimal. Alat transportasi tersebut juga diperlukan mengingat letak PPP Sadeng yang jauh dari kegiatan pemasaran dengan keadaan jalan yang naik turun pegunungan dan sepi. Potensi sumberdaya ikan yang melimpah mengundang nelayan dari daerah lain untuk memanfaatkan sumberdaya di perairan Sadeng. Peningkatan pengawasan dan pembuatan peta daerah penangkapan ikan sangat dibutuhkan oleh nelayan di Sadeng. Peta fishing ground yang dikeluarkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk membantu mengetahui potensi daerah penangkapan. Hal ini berkaitan dengan kondisi perairan pantai selatan Yogyakarta yang kurang mendukung untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Marpaung (2002) yang dikutip oleh Kurniati (2005) menyatakan bahwa aspek sosial dibidang perikanan harus mampu menyerap tenaga kerja, membuat peluang berusaha serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah. Mayoritas nelayan di Sadeng adalah nelayan pendatang yang berasal dari Cilacap. Nelayan pendatang mendorong penduduk lokal untuk mengikuti nelayan Cilacap menjadi nelayan karena penghasilan dari melaut lebih menjanjikan dari penghasilan sebelum menjadi nelayan. Nelayan pendatang memberikan pelajaran tentang teknik melaut kepada nelayan lokal. Hal ini menjadikan perikanan di pantai Sadeng semakin berkembang dan dapat memberikan pendapatan bagi pemerintah daerah setempat. Pendapatan yang diperoleh nelayan di Sadeng juga berada diatas nilai UMR Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendapatan ABK kapal motor di Sadeng adalah Rp 22.080.192,00 per tahun atau Rp 1.840.016,00 per bulan dan perahu motor tempel adalah Rp 17.943.083,33 per tahun atau Rp 1.495.256.94 per bulan. Analisis finansial atau usaha dalam kegiatan perikanan digunakan untuk menganalisa keuangan dan mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dijalankan. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui kelanjutan dari usaha tersebut di masa yang akan datang. Analisis usaha memperlihatkan usaha tersebut memberikan keuntungan atau

21 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 kerugian serta menjadi tolak ukur keberhasilan. Analisis suatu usaha dilihat dari biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu selama menjalankan usaha perikanan. Menurut Djamin (1984), komponen yang digunakan dalam analisis usaha perikanan adalah biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Modal investasi yang dibutuhkan untuk armada penangkapan kapal motor berkisar antara Rp 188.900.000,00-Rp 193.400.000,00. Investasi adalah modal awal yang digunakan oleh pemilik usaha pancing ulur untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan. Biaya usaha merupakan biaya atau pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha untuk kegiatan unit penangkapan. Total biaya usaha yang dikeluarkan oleh unit penangkapan kapal motor adalah Rp 306.252.373,33, Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu, biaya tetap dan biaya variabel (operasional). Biaya tetap merupakan biaya yang wajib dikeluarkan. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat operasi penangkapan. Penerimaan usaha merupakan hasil penjualan hasil tangkapan yang didapatkan. Penerimaan usaha yang diperoleh dari usaha kapal motor yaitu Rp 362.136.000,00 per tahun. Penerimaan ini diperoleh dari dua musim yaitu musim puncak (banyak ikan) dan musim paceklik (sedikit ikan). Musim puncak terjadi pada bulan April sampai November, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Desember sampai Maret. Kondisi cuaca dan musim pada musim paceklik mempengaruhi besarnya nilai penerimaan yang didapatkan karena hasil tangkapan yang didapatkan lebih sedikit, sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan cukup tinggi. Analisis finansial mampu membantu pemilik usaha untuk merencanakan langkah perbaikan dan peningkatan keuntungan usahanya. Berdasarkan analisis ini, akan didapatkan nilai R/C dan PP. Usaha perikanan kapal motor dan perahu motor tempel di Sadeng dapat memberikan keuntungan bagi pengusahanya. Keuntungan yang didapat dari usaha kapal motor adalah Rp 55.883.626,67 per tahun, keuntungan didapatkan karena nilai biaya total lebih kecil dari total penerimaan yang didapatkan. Keuntungan juga dapat dilihat dari nilai R/C yang diperoleh >1 yaitu 1,18 untuk kapal motor, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk pengoperasian alat tangkap mampu memberikan penerimaan sebesar Rp 1,18. Nilai R/C merupakan nilai perbandingan antara besarnya nilai penerimaan dengan total biaya. Payback period (PP) dari usaha kapal motor sebesar 3,46, artinya bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal kapal motor adalah 3,46 tahun atau sekitar 41 bulan. Payback period merupakan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah ditanamkan. Payback period diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan besarnya keuntungan yang diperoleh. IV. KESIMPULAN Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha perikanan tangkap dapat dilihat melalui lima aspek yaitu aspek teknis, aspek produktivitas, aspek pemasaran, aspek sosial dan aspek finansial. Berdasarkan analisis aspek teknis, alat tangkap yang digunakan cukup efektif karena memiliki alat bantu penangkapan yang baik seperti rumpon, lampu dan GPS fishfinder. Produktivitas kapal motor sebesar 1.514,6 kg per trip. Proses pemasaran hasil tangkapan belum berjalan maksimal karena kurangnya promosi kegiatan perikanan dan produk perikanan di Sadeng. Berdasarkan analisis finansial, diperoleh keuntungan sebesar Rp 55.883.626,67 per tahun, R/C 1,18 dan PP 3,46.

22 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 DAFTAR PUSTAKA Djamin Z. 1984. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: University of Indonesia Press. 167 hal. David FR. 2003. Strategic Management, Concepts and Cases, 10th ed. New Jersey: Pearson Education Inc. Kotler P dan Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Media. 444 hal. Kurniati S. 2005. Pengembangan Perikanan Tangkap dalam Kaitannya dengan Potensi Pariwisata di Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul, D.I Yogyakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 78 hal. Manurung DN. 2006. Produktivitas Unit Penangkapan Ikan dan Komoditas Unggulan Perikanan Laut yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Muchsin et al, 1987. Konsepsi Strategi Pembangunan Menuju Perikanan Tangguh. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal: 9. PPP Sadeng. 2009. Laporan Tahunan PPP Sadeng Tahun 2009. Yogyakarta: Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng.. 2008. Laporan Tahunan PPP Sadeng Tahun 2008. Yogyakarta: Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng.. 2007. Laporan Tahunan PPP Sadeng Tahun 2007. Yogyakarta: Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng.. 2006. Laporan Tahunan PPP Sadeng Tahun 2006. Yogyakarta: Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng.. 2005. Laporan Tahunan PPP Sadeng Tahun 2005. Yogyakarta: Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng. Subani dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian.