KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN STUDY AREA KOMPRENSIF GERNAS COCOA IN THREE PLANT PROTECTION DISTRICT IN SOUTH SULAWESI 1 Darwisa Tomme., 2 Nur Amin, 3 Melina, 1 Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Pasca Sarjana Unhas Makassar, 2 Fakultas Pertanian, Unhas Makassar Alamat Korespondesi: DARWISA TOMME Program Pasca Sarjana Unhas Makassar Sulawesi Selatan Hp. 081342381397 Email:Darwisatomme@yahoo.com
ABSTRACT One obstacle Indonesian cocoa production are crop pests are borers cacao fruit, fruit rot and disease VSD, based on these considerations, Vice President M. Jusuf Kalla at the coordination meeting on August 6, 2008 set to be done to improve the movement of people in cocoa cultivation period of 3 (three) years, ie from 2009 to 2011, with the completion of this project should be viewed comprehensively main areas of crop protection regarding its effectiveness in the field. The purpose of this study was to examine the impact Gernas Cocoa in 2009-2011 concerning the areas of crop protection, especially VSD disease in three districts implementing the district Gernas Pinrang, Luwu and Bone. The data used in this study is primary data. Primary data was collected through structured interviews using questionnaires. Questionnaires were distributed to farmers who were respondents. The number of respondents in each district (bone, Pinrang and Luwu) is 30. In addition, direct observation was also carried out on the plant Gernas cocoa. The results showed that the average number of fruit VSD disease on cocoa trees take part Gernas VSD disease demonstrate a high percentage compared with other diseases. Fruit damage category VSD disease on cocoa plantations highest gernas categorized heavy damage by 0.9%. While there is no damage to either the category of damage was 0% and 0% light damage category. This is presumably because of the cocoa seedlings Gernas SE, klonnya VSD susceptible to disease. It is known from the characteristics or symptoms of VSD diseased plants, the plants become dry and visible fire, and when the plant leaves plucked three dots appear red. Percentage of pest attack on the sampling locations (Pinrang) which follows the activities gernas shows that the location of the VSD disease has reached serious damage. It is suspected that the seeds SE received by farmers vulnerable to disease VSD. Keywords: Cocoa Plants, Fruit rot disease, pests CPB, VSD disease. ABSTRAK Salah satu kendala produksi kakao Indonesia adalah organisme pengganggu tanaman yaitu penggerek buah kakao, penyakit busuk buah dan penyakit VSD, berdasarkan pertimbangan tersebut, wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agustus 2008 menetapkan segera dilakukan gerakan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dengan selesainya proyek ini perlu dilihat secara komprehensif utamanya bidang perlindungan tanaman menyangkut efektifitasnya di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak Gernas Kakao pada tahun 2009 2011 menyangkut bidang perlindungan tanaman terutama penyakit VSD di tiga kabupaten pelaksana Gernas yaitu kabupaten Pinrang, Luwu dan Bone. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner dibagikan kepada petani yang menjadi responden. Jumlah responden pada setiap kabupaten (bone, Pinrang dan Luwu) adalah 30 orang. Selain itu, dilakukan juga pengamatan secara langsung pada tanaman Gernas kakao. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah yang terserang penyakit VSD pada tanaman kakao yang mengikuti kegiatan Gernas memperlihatkan persentase penyakit VSD yang tinggi dibanding dengan penyakit lain. Kategori kerusakan buah yang terserang penyakit VSD pada pertanaman gernas kakao tertinggi termasuk dalam kategori kerusakan berat sebesar 0,9 %. Sedangkan tidak terdapat kerusakan baik kategori kerusakan sedang 0 % maupun kategori kerusakan ringan 0%. Hal tersebut diduga karena kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal ini diketahui dari ciri-ciri atau gejala tanaman yang terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. Persentase serangan OPT pada lokasi pengambilan sampel (Kabupaten Pinrang) yang mengikuti kegiatan gernas memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut serangan penyakit VSD sudah mencapai kerusakan berat. Hal ini diduga bahwa bibit SE yang diterima oleh petani rentan terhadap penyakit VSD. Kata kunci : Tanaman Kakao, penyakit Busuk Buah, Hama PBK, penyakit VSD.
PENDAHULUAN Perkembangan kakao di Indonesia sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari program besar pada tahun 1980an, yang dikenal dengan Proyek Rehabilitasi dan Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pada waktu itu Indonesia berkepentingan untuk mencari dan mengembangkan komoditas ekspor non-migas, sekaligus untuk mengantisipasi penurunan produksi dan ekspor minyak dan gas bumi, yang menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Kakao tumbuh pesat pada dekade 1990an dan menjadikan Indonesia sebagai eksportir ketiga terbesar di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana (Semangun, 1996). Petani kakao di Indonesia sekarang diperkirakan berjumlah 1.4 juta rumah tangga, umumnya berskala kecil, sekitar 2 hektar atau kurang, sekalipun di luar Jawa. Kenaikan harga kakao yang sangat tinggi pada saat terjadinya krisis ekonomi pada akhir 1990an benar-benar telah membawa berkah tersendiri bagi petani kakao, terutama di Indonesia Timur. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa kakao di Indonesia telah berkontribusi signifikan pada pengentasan kemiskinan, terutama di kawasan pedesaan. (Arman, 2012). Dhalimi Azmi (2012) mengemukakan bahwa pada tahun 2002, Indonesia produsen kakao terbesar kedua dunia, namun tahun 2003 digeser Ghana ke posisi ketiga, keadaan ini akibat (1) serangan hama penggerek buah kakao (PBK), (2) penyakit Vascular Streak Dieback (VCD); (3) penurunan tingkat produktivitas; (4) rendahnya kualitas biji kakao (5) tanaman sudah tua. Kakao Malaysia nyaris habis total karena serangan penggerek buah kakao (PBK) yang disebabkan oleh serangga Conopomorpha cramerella. Berbagai macam hama dan penyakit juga dijumpai di Indonesia, terutama karena pohon kakao yang berusia tua dan penanganan usahatani yang kurang memadai (Anonim, 2012a). Selain hama PBK yang sangat ganas itu, penyakit dan hama kakao berikut ini juga banyak ditemukan di Indonesia misalnya Phytophthora palmivora yang menyebabkan busuk buah, busuk batang (Helopeltis spp), penggerek batang (Zeuzera spp), dan jamur perusak pembuluh batang atau dikenal dengan vascularstreak dieback (VSD) yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae. Stagnansi dan bahkan penurunan produksi kakao yang terjadi di Indonesia sejak
tahun 2003, tentu diperhatikan dengan seksama karena hal tersebut justru terjadi bersamaan dengan peningkatan areal tanam yang signifikan, yang tentu saja berimplikasi penurunan produktivitas kakao nasional (Anonim, 2012b). Di beberapa daerah, bahkan perluasan areal kakao Indonesia berkaitan dengan penurunan areal hutan atau deforestasi yang tentu bukan merupakan pilihan yang menimpa Brazil dan Malaysia dapat saja menimpa Indonesia. Sektor kakao Indonesia masih memerlukan intervensi dari pemerintah, swasta, dan masyarakat perkakaoan umumnya, agar Indonesia tetap berkibar dalam kancah ekonomi kakao di tingkat global. Singkatnya, seluruh pemangku kepentingan sektor kakao perlu bahu-membahu untuk menjaga dan mengamankan tingkat keberlanjutan perkakaoan Indonesia, sinergi program penanggulangan masalah di lapangan, terutama di Kawasan Timur Indonesia, sampai pada perbaikan koordinasi kebijakan di tingkat yang lebih strategis, menyangkut integrasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Walaupun demikian, beberapa masalah di lapangan dan koordinasi kebijakan tentu tidak dapat dipecahkan dalam waktu singkat. Langkah intervensi dan pemihakan dari pemerintah dan berbagai pihak masih sangat dibutuhkan, baik dari aspek budidaya dan perubahan teknologi, manajemen usahatani, peremajaan tanaman, maupun penyuluhan dan penyebaran informasi usahatani dan pemasaran kakao. Tujuan utama dari intervensi ini adalah agar keberlanjutan industri kakao Indonesia dapat dipertahankan dan diselamatkan. Di sinilah rasionalitas kelahiran program GERNAS (Anonim, 2012c). Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat, namun hasilnya belum optimal seperti yang diharapkan, karena pelaksanaannya dilakukan secara parsial dalam skala kecil. Oleh karena itu perlu dilakukan gerakan terpadu dan serentak dalam skala yang luas. Berdasarkan pertimbangan di atas, Wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agustus 2008 menetapkan segera dilakukan gerakan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat. Selanjutnya untuk mendukung gerakan ini, telah ditindak lanjuti pada tanggal 10 Agustus 2008 kesepakatan para Gubernur se Sulawesi, Perbankan dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia menekankan agar
gerakan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Dengan selesainya proyek ini perlu dilihat secara komprehensif utamanya bidang perlindungan tanaman menyangkut efektifitasnya di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak Gernas Kakao pada tahun 2009 2011 menyangkut bidang perlindungan tanaman di tiga kabupaten pelaksana Gernas yaitu kabupaten Pinrang, Bone dan Luwu. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pinrang, Luwu dan Bone pada wilayah program Gernas Kakao tahun 2009 sampai 2011. Pemilihan lokasi ini di dasarkan pertimbangan bahwa Ketiga kabupaten tersebut mempunyai potensi wilayah yang cukup luas merupakan wilayah potensil pengembangan kakao dan pada program Gernas Kakao tahun 2009 sampai sekarang ini yang terdapat kegiatan utama Gernas Kakao yaitu intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao. Pengumpulan Data Kuisioner Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan dan diadaptasikan sebelumnya. Data diperoleh dengan cara wawancara secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden, lokasi pertanaman Gernas Kakao, serta permasalahan yang timbul akibat adanya OPT/OPTK serta pengendalian yang telah dilakukan. Kuisioner dibagikan kepada petani yang menjadi responden. Jumlah responden pada setiap kabupaten (bone, Pinrang dan Luwu) adalah 30 orang. Selain itu, Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan dan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap kemungkinan adanya OPT/OPTK secara umum dan spesifik yang meliputi :
Pengamatan OPT/OPTK Pengamatan terhadap adanya serangan OPT/OPTK dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tanaman Kakao SE di lapangan. Menghitung tanaman kakao yang terserang OPT ( berapa persentase yang terserang VSD). Penyakit VSD dihitung dengan menggunakan rumus : A B X 100 % Dimana : A = B = Total tanaman yang terserang Total tanaman yang diamati Selain itu, dilakukan juga pengumpulan sampel tanaman/bagian tanaman yang bergejala dan terindikasi terserang OPT, juga dilakukan pengambilan gambar gejala tanaman dan atau spesimen yang ditemukan di pertanaman. Editing/Tabulasi Data Data primer yang dikumpulkan diedit untuk menjaga konsisten dan akurasi data yang telah dikumpulkan. Kemudian data-data yang telah diverifikasi akurasinya ditabulasi dengan menggunakan MS-EXCEL. HASIL Hasil analisis data dengan menggunakan MS-EXCEL pada gambar diatas dan gambar tanaman yang terserang penyakit VSD pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah yang terserang penyakit VSD pada tanaman kakao yang mengikuti kegiatan Gernas memperlihatkan persentase penyakit VSD yang tinggi dibanding dengan penyakit lain. Kategori kerusakan buah yang terserang penyakit VSD pada pertanaman gernas kakao tertinggi termasuk dalam kategori kerusakan berat sebesar 0,9 %. Sedangkan tidak terdapat kerusakan baik kategori kerusakan sedang 0 % maupun kategori kerusakan ringan 0%. Hal tersebut diduga karena kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal ini diketahui dari ciri-ciri atau gejala tanaman yang
terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa pada pertanaman kakao yang di amati di Kabupaten Pinrang khusus untuk penyakit VSD kategori kerusakannya sudah mencapai kategori kerusakan yang menandakan bahwa kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal tersebut diketahui dari ciriciri atau gejala tanaman yang terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. Anonim (2012i) mengemukakan bahwa gejala yang disebabkan oleh VSD adalah klorosis tampak daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau. Biasanya daun tersebut terletak pada seri daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Daun-daun yang menguning akhirnya gugur sehingga tampak gejala ranting bolong-bolong. Pada bekas duduk daun bila disayat terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garis cokelat pada jaringan xylem yang bermuara pada bekas duduk daun. Batas serangan biasanya ditengah ranting bukan diujungnya. Serangan dimulai dari kayu, air tidak lancer ke daun dan ranting mati. Lentisel diranting sakit membesar dan relative besar. Kadang-kadang daun menunjukkan gejala nekrose di antara tulang daun seperti gejala kekurangan unsur kalsium. Apabila gejala seperti di atas masih kurang jelas, diagnosis dapat dilakukan dengan menyetek ranting yang dicurigai. Jika dari bekas potongan daun, bekas duduk daun, atau bekas potongan ranting yang dicurigai muncul benang-benang berwarna putih, dapat dipastikan penyebabnya adalah jamur O. theobromae. Tanaman kakao yang rentan terhadap VSD dapat menimbulkan kerusakan yang berat. Jamur hidup dalam jaringan xylem dan berdampak mengganggu dan mengurangi pengangkutan air dan unsur hara ke daun. Gangguan ini menyebabkan gugur daun dan mati ranting. Apabila serangan berlanjut, kematian jaringan dapat menjalar sampai ke cabang atau bahkan ke batang pokok. Pada tanaman yang toleran terhadap penyakit VSD tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti. Meskipun ranting telah terinfeksi namun masih mampu tumbuh baik dengan membentuk daun-daun baru.jika serangan berlanjut dapat menimbulkan gugur daun dan mati ranting (Wardani, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN Persentase serangan OPT pada lokasi pengambilan sampel (Kabupaten Pinrang) yang mengikuti kegiatan gernas memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut serangan penyakit VSD sudah mencapai kerusakan berat. Hal ini diduga bahwa bibit SE yang diterima oleh petani rentan terhadap penyakit VSD. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai Kerentanan bibit SE terhadap penyakit VSD. DAFTAR PUSTAKA Amran arman (2012). Studi Evaluasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Dan mutu Kakao (Gernas Kakao) Di Kabupaten. http://id.scribd.com. Anonim (2012a). Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu tanaman rempah dan Penyegar. Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian Anonim (2012b). Hama Penyakit Tanaman Kakao. http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com Anonim (2012c). Program Gerakan Nasional Percepatan Revitalisasi Kakao Nasional (Gernas). http://aciar.gov.au. Anonim (2012i). Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) dan pengendaliannya. http://balittri.litbang.deptan.go.id. Dhalimi Azmi (2012). Kajian inovasi teknologi spesifik lokasi mendukung sistem dan model pengembangan Good agricultural practise Di wilayah gernas kakao. etahanan pangan. Bogor. Semangun (1996). Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 529 535.
Wardani, S. H., Winarno dan E. Sulistyowati (1997). Model Pandangan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Buah Kakao. Pelita Perkebunan Vol. 13 No. 1 April 1997.Puslit Kopi dan Kakao, Jember. LAMPIRAN Gambar 1. Persentase Serangan Penyakit VSD