KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENINGKATAN SINERGITAS PENELITIAN ANTAR LEMBAGA Nur Amin 1 Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UNHAS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

PENDAHULUAN Latar Belakang

Biocelebes, Desember 2017, ISSN-p: Vol. 12 No. 2 ISSN-e :

JURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERAN BBPPTP SURABAYA DALAM MENANGANI SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING KOMODITI PERKEBUNAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

F1-35 PENINGKATAN PRODUKSI DAN APLIKASI BAHAN AKTIF PENGENDALI JAMUR FITOPATOGEN PADA TANAMAN KAKAO. Peneliti Utama : Rofiq Sunaryanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

JSIKA Vol. 5, No ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

[ nama lembaga ] 2012

Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara

JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN p-issn ; e-issn Vol. 14, No. 1, Februari 2018

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

II. TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Kakao Dengan Metode Breadth First Search

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

, ,56 99, , ,05 96,70

Pe n g e m b a n g a n

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN CENGKEH (Phyllosticta sp.) PADA TANAMAN CENGKEH TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PRAKATA. penelitian yang berjudul Persentase Penyakit pada Tanaman Cabai Rawit. (Capsicum frutescens L.) Akibat Patogen Cendawan di Desa Majasih

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen. Kopi sangat penting dalam bidang ekonomi dan politik di negaranegara

FOCUS GROUP DISCUSSION

STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Cocoa. Kingdom of the Netherlands. Schweizerische Eidgenossenschaft Confederation suisse Confederazione Svizzera Confederaziun svizra

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memerlukan. salah satu industri primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGENAL PENYAKIT AKAR COKLAT (Phellinus noxius) PADA TANAMAN KOPI. Oleh: Umiati,SP dan Dwi Purbo Lestari, SP.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

CENGKEH - RIWAYATMU KINI. Oleh: Erna Zahro in. Cengkeh pernah jadi primadona, kini keberadaannya mengkhawatirkan karena serangan hama dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Transkripsi:

KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN STUDY AREA KOMPRENSIF GERNAS COCOA IN THREE PLANT PROTECTION DISTRICT IN SOUTH SULAWESI 1 Darwisa Tomme., 2 Nur Amin, 3 Melina, 1 Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Pasca Sarjana Unhas Makassar, 2 Fakultas Pertanian, Unhas Makassar Alamat Korespondesi: DARWISA TOMME Program Pasca Sarjana Unhas Makassar Sulawesi Selatan Hp. 081342381397 Email:Darwisatomme@yahoo.com

ABSTRACT One obstacle Indonesian cocoa production are crop pests are borers cacao fruit, fruit rot and disease VSD, based on these considerations, Vice President M. Jusuf Kalla at the coordination meeting on August 6, 2008 set to be done to improve the movement of people in cocoa cultivation period of 3 (three) years, ie from 2009 to 2011, with the completion of this project should be viewed comprehensively main areas of crop protection regarding its effectiveness in the field. The purpose of this study was to examine the impact Gernas Cocoa in 2009-2011 concerning the areas of crop protection, especially VSD disease in three districts implementing the district Gernas Pinrang, Luwu and Bone. The data used in this study is primary data. Primary data was collected through structured interviews using questionnaires. Questionnaires were distributed to farmers who were respondents. The number of respondents in each district (bone, Pinrang and Luwu) is 30. In addition, direct observation was also carried out on the plant Gernas cocoa. The results showed that the average number of fruit VSD disease on cocoa trees take part Gernas VSD disease demonstrate a high percentage compared with other diseases. Fruit damage category VSD disease on cocoa plantations highest gernas categorized heavy damage by 0.9%. While there is no damage to either the category of damage was 0% and 0% light damage category. This is presumably because of the cocoa seedlings Gernas SE, klonnya VSD susceptible to disease. It is known from the characteristics or symptoms of VSD diseased plants, the plants become dry and visible fire, and when the plant leaves plucked three dots appear red. Percentage of pest attack on the sampling locations (Pinrang) which follows the activities gernas shows that the location of the VSD disease has reached serious damage. It is suspected that the seeds SE received by farmers vulnerable to disease VSD. Keywords: Cocoa Plants, Fruit rot disease, pests CPB, VSD disease. ABSTRAK Salah satu kendala produksi kakao Indonesia adalah organisme pengganggu tanaman yaitu penggerek buah kakao, penyakit busuk buah dan penyakit VSD, berdasarkan pertimbangan tersebut, wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agustus 2008 menetapkan segera dilakukan gerakan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dengan selesainya proyek ini perlu dilihat secara komprehensif utamanya bidang perlindungan tanaman menyangkut efektifitasnya di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak Gernas Kakao pada tahun 2009 2011 menyangkut bidang perlindungan tanaman terutama penyakit VSD di tiga kabupaten pelaksana Gernas yaitu kabupaten Pinrang, Luwu dan Bone. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner dibagikan kepada petani yang menjadi responden. Jumlah responden pada setiap kabupaten (bone, Pinrang dan Luwu) adalah 30 orang. Selain itu, dilakukan juga pengamatan secara langsung pada tanaman Gernas kakao. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah yang terserang penyakit VSD pada tanaman kakao yang mengikuti kegiatan Gernas memperlihatkan persentase penyakit VSD yang tinggi dibanding dengan penyakit lain. Kategori kerusakan buah yang terserang penyakit VSD pada pertanaman gernas kakao tertinggi termasuk dalam kategori kerusakan berat sebesar 0,9 %. Sedangkan tidak terdapat kerusakan baik kategori kerusakan sedang 0 % maupun kategori kerusakan ringan 0%. Hal tersebut diduga karena kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal ini diketahui dari ciri-ciri atau gejala tanaman yang terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. Persentase serangan OPT pada lokasi pengambilan sampel (Kabupaten Pinrang) yang mengikuti kegiatan gernas memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut serangan penyakit VSD sudah mencapai kerusakan berat. Hal ini diduga bahwa bibit SE yang diterima oleh petani rentan terhadap penyakit VSD. Kata kunci : Tanaman Kakao, penyakit Busuk Buah, Hama PBK, penyakit VSD.

PENDAHULUAN Perkembangan kakao di Indonesia sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari program besar pada tahun 1980an, yang dikenal dengan Proyek Rehabilitasi dan Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pada waktu itu Indonesia berkepentingan untuk mencari dan mengembangkan komoditas ekspor non-migas, sekaligus untuk mengantisipasi penurunan produksi dan ekspor minyak dan gas bumi, yang menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Kakao tumbuh pesat pada dekade 1990an dan menjadikan Indonesia sebagai eksportir ketiga terbesar di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana (Semangun, 1996). Petani kakao di Indonesia sekarang diperkirakan berjumlah 1.4 juta rumah tangga, umumnya berskala kecil, sekitar 2 hektar atau kurang, sekalipun di luar Jawa. Kenaikan harga kakao yang sangat tinggi pada saat terjadinya krisis ekonomi pada akhir 1990an benar-benar telah membawa berkah tersendiri bagi petani kakao, terutama di Indonesia Timur. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa kakao di Indonesia telah berkontribusi signifikan pada pengentasan kemiskinan, terutama di kawasan pedesaan. (Arman, 2012). Dhalimi Azmi (2012) mengemukakan bahwa pada tahun 2002, Indonesia produsen kakao terbesar kedua dunia, namun tahun 2003 digeser Ghana ke posisi ketiga, keadaan ini akibat (1) serangan hama penggerek buah kakao (PBK), (2) penyakit Vascular Streak Dieback (VCD); (3) penurunan tingkat produktivitas; (4) rendahnya kualitas biji kakao (5) tanaman sudah tua. Kakao Malaysia nyaris habis total karena serangan penggerek buah kakao (PBK) yang disebabkan oleh serangga Conopomorpha cramerella. Berbagai macam hama dan penyakit juga dijumpai di Indonesia, terutama karena pohon kakao yang berusia tua dan penanganan usahatani yang kurang memadai (Anonim, 2012a). Selain hama PBK yang sangat ganas itu, penyakit dan hama kakao berikut ini juga banyak ditemukan di Indonesia misalnya Phytophthora palmivora yang menyebabkan busuk buah, busuk batang (Helopeltis spp), penggerek batang (Zeuzera spp), dan jamur perusak pembuluh batang atau dikenal dengan vascularstreak dieback (VSD) yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae. Stagnansi dan bahkan penurunan produksi kakao yang terjadi di Indonesia sejak

tahun 2003, tentu diperhatikan dengan seksama karena hal tersebut justru terjadi bersamaan dengan peningkatan areal tanam yang signifikan, yang tentu saja berimplikasi penurunan produktivitas kakao nasional (Anonim, 2012b). Di beberapa daerah, bahkan perluasan areal kakao Indonesia berkaitan dengan penurunan areal hutan atau deforestasi yang tentu bukan merupakan pilihan yang menimpa Brazil dan Malaysia dapat saja menimpa Indonesia. Sektor kakao Indonesia masih memerlukan intervensi dari pemerintah, swasta, dan masyarakat perkakaoan umumnya, agar Indonesia tetap berkibar dalam kancah ekonomi kakao di tingkat global. Singkatnya, seluruh pemangku kepentingan sektor kakao perlu bahu-membahu untuk menjaga dan mengamankan tingkat keberlanjutan perkakaoan Indonesia, sinergi program penanggulangan masalah di lapangan, terutama di Kawasan Timur Indonesia, sampai pada perbaikan koordinasi kebijakan di tingkat yang lebih strategis, menyangkut integrasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Walaupun demikian, beberapa masalah di lapangan dan koordinasi kebijakan tentu tidak dapat dipecahkan dalam waktu singkat. Langkah intervensi dan pemihakan dari pemerintah dan berbagai pihak masih sangat dibutuhkan, baik dari aspek budidaya dan perubahan teknologi, manajemen usahatani, peremajaan tanaman, maupun penyuluhan dan penyebaran informasi usahatani dan pemasaran kakao. Tujuan utama dari intervensi ini adalah agar keberlanjutan industri kakao Indonesia dapat dipertahankan dan diselamatkan. Di sinilah rasionalitas kelahiran program GERNAS (Anonim, 2012c). Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat, namun hasilnya belum optimal seperti yang diharapkan, karena pelaksanaannya dilakukan secara parsial dalam skala kecil. Oleh karena itu perlu dilakukan gerakan terpadu dan serentak dalam skala yang luas. Berdasarkan pertimbangan di atas, Wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agustus 2008 menetapkan segera dilakukan gerakan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat. Selanjutnya untuk mendukung gerakan ini, telah ditindak lanjuti pada tanggal 10 Agustus 2008 kesepakatan para Gubernur se Sulawesi, Perbankan dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia menekankan agar

gerakan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Dengan selesainya proyek ini perlu dilihat secara komprehensif utamanya bidang perlindungan tanaman menyangkut efektifitasnya di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak Gernas Kakao pada tahun 2009 2011 menyangkut bidang perlindungan tanaman di tiga kabupaten pelaksana Gernas yaitu kabupaten Pinrang, Bone dan Luwu. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pinrang, Luwu dan Bone pada wilayah program Gernas Kakao tahun 2009 sampai 2011. Pemilihan lokasi ini di dasarkan pertimbangan bahwa Ketiga kabupaten tersebut mempunyai potensi wilayah yang cukup luas merupakan wilayah potensil pengembangan kakao dan pada program Gernas Kakao tahun 2009 sampai sekarang ini yang terdapat kegiatan utama Gernas Kakao yaitu intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao. Pengumpulan Data Kuisioner Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan dan diadaptasikan sebelumnya. Data diperoleh dengan cara wawancara secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden, lokasi pertanaman Gernas Kakao, serta permasalahan yang timbul akibat adanya OPT/OPTK serta pengendalian yang telah dilakukan. Kuisioner dibagikan kepada petani yang menjadi responden. Jumlah responden pada setiap kabupaten (bone, Pinrang dan Luwu) adalah 30 orang. Selain itu, Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan dan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap kemungkinan adanya OPT/OPTK secara umum dan spesifik yang meliputi :

Pengamatan OPT/OPTK Pengamatan terhadap adanya serangan OPT/OPTK dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tanaman Kakao SE di lapangan. Menghitung tanaman kakao yang terserang OPT ( berapa persentase yang terserang VSD). Penyakit VSD dihitung dengan menggunakan rumus : A B X 100 % Dimana : A = B = Total tanaman yang terserang Total tanaman yang diamati Selain itu, dilakukan juga pengumpulan sampel tanaman/bagian tanaman yang bergejala dan terindikasi terserang OPT, juga dilakukan pengambilan gambar gejala tanaman dan atau spesimen yang ditemukan di pertanaman. Editing/Tabulasi Data Data primer yang dikumpulkan diedit untuk menjaga konsisten dan akurasi data yang telah dikumpulkan. Kemudian data-data yang telah diverifikasi akurasinya ditabulasi dengan menggunakan MS-EXCEL. HASIL Hasil analisis data dengan menggunakan MS-EXCEL pada gambar diatas dan gambar tanaman yang terserang penyakit VSD pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah yang terserang penyakit VSD pada tanaman kakao yang mengikuti kegiatan Gernas memperlihatkan persentase penyakit VSD yang tinggi dibanding dengan penyakit lain. Kategori kerusakan buah yang terserang penyakit VSD pada pertanaman gernas kakao tertinggi termasuk dalam kategori kerusakan berat sebesar 0,9 %. Sedangkan tidak terdapat kerusakan baik kategori kerusakan sedang 0 % maupun kategori kerusakan ringan 0%. Hal tersebut diduga karena kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal ini diketahui dari ciri-ciri atau gejala tanaman yang

terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa pada pertanaman kakao yang di amati di Kabupaten Pinrang khusus untuk penyakit VSD kategori kerusakannya sudah mencapai kategori kerusakan yang menandakan bahwa kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal tersebut diketahui dari ciriciri atau gejala tanaman yang terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. Anonim (2012i) mengemukakan bahwa gejala yang disebabkan oleh VSD adalah klorosis tampak daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau. Biasanya daun tersebut terletak pada seri daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Daun-daun yang menguning akhirnya gugur sehingga tampak gejala ranting bolong-bolong. Pada bekas duduk daun bila disayat terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garis cokelat pada jaringan xylem yang bermuara pada bekas duduk daun. Batas serangan biasanya ditengah ranting bukan diujungnya. Serangan dimulai dari kayu, air tidak lancer ke daun dan ranting mati. Lentisel diranting sakit membesar dan relative besar. Kadang-kadang daun menunjukkan gejala nekrose di antara tulang daun seperti gejala kekurangan unsur kalsium. Apabila gejala seperti di atas masih kurang jelas, diagnosis dapat dilakukan dengan menyetek ranting yang dicurigai. Jika dari bekas potongan daun, bekas duduk daun, atau bekas potongan ranting yang dicurigai muncul benang-benang berwarna putih, dapat dipastikan penyebabnya adalah jamur O. theobromae. Tanaman kakao yang rentan terhadap VSD dapat menimbulkan kerusakan yang berat. Jamur hidup dalam jaringan xylem dan berdampak mengganggu dan mengurangi pengangkutan air dan unsur hara ke daun. Gangguan ini menyebabkan gugur daun dan mati ranting. Apabila serangan berlanjut, kematian jaringan dapat menjalar sampai ke cabang atau bahkan ke batang pokok. Pada tanaman yang toleran terhadap penyakit VSD tidak menimbulkan kerusakan yang

berarti. Meskipun ranting telah terinfeksi namun masih mampu tumbuh baik dengan membentuk daun-daun baru.jika serangan berlanjut dapat menimbulkan gugur daun dan mati ranting (Wardani, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN Persentase serangan OPT pada lokasi pengambilan sampel (Kabupaten Pinrang) yang mengikuti kegiatan gernas memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut serangan penyakit VSD sudah mencapai kerusakan berat. Hal ini diduga bahwa bibit SE yang diterima oleh petani rentan terhadap penyakit VSD. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai Kerentanan bibit SE terhadap penyakit VSD. DAFTAR PUSTAKA Amran arman (2012). Studi Evaluasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Dan mutu Kakao (Gernas Kakao) Di Kabupaten. http://id.scribd.com. Anonim (2012a). Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu tanaman rempah dan Penyegar. Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian Anonim (2012b). Hama Penyakit Tanaman Kakao. http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com Anonim (2012c). Program Gerakan Nasional Percepatan Revitalisasi Kakao Nasional (Gernas). http://aciar.gov.au. Anonim (2012i). Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) dan pengendaliannya. http://balittri.litbang.deptan.go.id. Dhalimi Azmi (2012). Kajian inovasi teknologi spesifik lokasi mendukung sistem dan model pengembangan Good agricultural practise Di wilayah gernas kakao. etahanan pangan. Bogor. Semangun (1996). Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 529 535.

Wardani, S. H., Winarno dan E. Sulistyowati (1997). Model Pandangan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Buah Kakao. Pelita Perkebunan Vol. 13 No. 1 April 1997.Puslit Kopi dan Kakao, Jember. LAMPIRAN Gambar 1. Persentase Serangan Penyakit VSD