BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Ainoheartshop didirikan pada awal tahun 2012, pada awalnya hanya menjual aksesoris seperti cincin, kalung, gelang pada media sosial seperti facebook dan blackberry messages. Kemudian pada pertengahan tahun 2012 mulai mencoba melalui instagram. Dari situlah awal mulanya Ainoheartshop menjual baju replika setelah mencoba menjual baju selama 2-3 bulan ternyata menjual baju replika lebih banyak peminatnya. Oleh karena itu Ainoheartshop lebih fokus sampai saat ini untuk menjual baju replika. Usaha ini dapat berkembang karena dimulai dari program endorse. Alasan untuk bekerja sama dengan artis yaitu karena artis dapat mempengaruhi sikap dan pelanggan terhadap produk yang didukungnya. Persepsi dan sikap pelanggan terhadap kualitas produk meningkat dengan adanya artis yang mendukung, pertama kali memperkenalkan produk ke umum dengan bekerja sama dengan artis Pevita Pearce, yang kemudian produk yang diberikan kepada artis akan diposting artis tersebut melalui instagram. Hal tersebut memberikan dampak positif seperti bertambahnya follower. Dari situlah Ainoheartshop dikenal orang-orang karena dari hasil kerja sama dengan artis. Walaupun sempat kesulitan untuk bekerja sama dengan artis tetapi hal tersebut memberikan keuntungan bagi online shop ini. Salah satu keunikan pada online shop ini yaitu sistem pembayaran nya dengan membayar uang muka/item karena online shop ini barangnya mayoritas pre-order tidak ready stock, jika ready stock hanya musiman saja. Dengan membayar uang muka diawal dapat meminimalkan ketakutan konsumen jika terjadi penipuan maka dari itu sistem pembayaran nya membayar setengah dari harga barang yang dipesan. Keunikan lainnya dari Ainoheartshop yaitu memilih desain tertentu dari baju bermerek dengan desain yang unik dibandingkan dengan Melsycatherine dan Lilopinkshop yang pemilihan desain bajunya kurang unik. Berikut ini adalah salah satu koleksi baju replika dari Ainoheartshop : 1
Tabel 1.1 Koleksi Baju Replika Ainoheartshop No. Brand Gambar 1. Zara 2
(Sambungan Tabel 1.1) No. Brand Gambar 2. Asos Sumber : Instagram Ainoheartshop 1.2 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini tren fashion berubah dengan cepat, membuat orang tidak ingin ketinggalan dan mencari pakaian model terbaru mengikuti tren yang ada. Kecenderungan konsumen untuk membeli produk fashion karena dapat menciptakan prestige kepada pemakai berdasarkan simbol merek yang dikenakan (Easterling, 2008 dalam Hana, 2012). Konsumen menggunakan status produk sebagai simbol untuk mengkomunikasikan kepada kelompok referensi yang responnya sangat penting bagi pemakai produk (Zaichkowsky, 2000 dalam Hana, 2012). Budaya berpakaian ikut berevolusi. Pakaian tidak lagi sebatas pelindung tubuh, tapi menjadi penanda status sosial seseorang. Tidak hanya fungsinya yang berubah, proses pembuatan pakaian pun menjadi sebuah industri yang semakin kompleks. (http://www.femina.co.id/ diakses pada tanggal 03 Maret 2015). Pembelian yang dilakukan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi banyak hal baik dari atribut-atribut produk maupun dari perilaku pembelian yang ditunjukkan oleh konsumen itu sendiri. Konsumen di negara berkembang salah satu nya Indonesia melakukan pembelian berdasarkan pertimbangan pertimbangan terhadap manfaat dari produk, selain itu juga dipengaruhi oleh 3
pertimbangan bahwa yang berasal dari luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan merek lokal di negara mereka (Lee, 2008 dalam Ghaisani, 2010). Namun, tidak semua orang di Indonesia memiliki kemampuan dari segi keuangan yang sama. Hal tersebut menjadi faktor sebagian orang di Indonesia memilih untuk membeli produk replika dibandingkan membeli produk asli, dan juga dipengaruhi faktor akan kebutuhan ingin memiliki produk bermerek atau untuk menunjukkan prestise pada seseorang. Walaupun pada dasarnya kualitas dari suatu produk dipengaruhi dari segi harga. Pada umumnya produk yang menawarkan harga rendah memiliki kualitas yang rendah. Produk replika menawarkan harga yang rendah, sehingga konsumen harus menerima resiko akan kualitas produk yang didapat. Dampak dari fenomena tersebut menimbulkan persepsi bahwa konsumen tidak memperdulikan kualitas produk melainkan konsumen lebih memperhatikan kualitas status dari sebuah produk. Saat ini, pakaian telah menjadi produk yang masuk ke pasar internasional, dimana konsumen semakin sering berhubungan dengan produk pakaian impor dari berbagai Negara. Di Indonesia sendiri semakin banyak merek-merek pakaian luar negeri yang masuk ke industri pakaian di Indonesia seperti Zara yang membuka gerai pertamanya di Indonesia pada bulan Agustus 2005. Selain Zara merek pakaian luar negeri yang masuk ke Indonesia antara lain Mango, GAP, Banana Republic, Forever 21, Giordano, H&M dan merek pakaian lainnya yang memberikan pilihan lebih menarik kepada konsumen Indonesia. Di samping itu munculnya mal-mal besar di Jakarta seperti Grand Indonesia, Senayan City, Mall of Indonesia (MOI), Pondok Indah Mall 2, Kota Kasablanka, Mall Taman Anggrek, dan Pacipic Place yang membuka berbagai outlet pakaian merek luar negeri membuat konsumen Indonesia cenderung memilih membeli merek pakaian luar negeri dibandingkan produksi dalam negeri. Hal ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat Indonesia khususnya daerah perkotaan, perilaku konsumen yang membeli produk pakaian dengan pertimbangan mode, gaya hidup, dan kesan yang dimiliki dalam penggunaan produk bukan karena manfaat yang diperoleh, dan perilaku konsumen 4
di negara berkembang termasuk Indonesia yang menjadikan Negara barat sebagai trend setter sehingga mereka meniru gaya hidup budaya barat, dan berusaha mengikuti kebiasaan masyarakat barat dengan membeli merek luar negeri. Adanya persepsi tersebut yang mengatakan bahwa membeli pakaian merek luar negeri menjadi gaya hidup bagi masyarakat, maka hal tersebut menjadi peluang bisnis perusahaan pakaian replika untuk menjual produk imitasi dengan harapan mendapatkan keuntungan. Produk Imitasi (Counterfeit Products) dapat didefinisikan sebagai produk yang secara illegal telah diduplikasikan agar terlihat identik dengan produk asli (Lennon, 2006 dalam Anggraeni, 2012). Maraknya peredaran produk-produk fashion bermerek imitasi membuat konsumen terkadang tidak lagi mampu membedakan antara merek tiruan dengan merek asli dengan potongan harga (disebut tipe transaksi deceptive) (Zaichkowsky, 2000 dalam Anggraeni, 2012). Istilah imitasi, replika, palsu atau tiruan memiliki arti yang sama. Pemalsuan barang bermerek memang sudah menjadi fenomena yang luar biasa dan terjadi di seluruh belahan dunia. Bahkan pemalsuan barang fashion sudah dianggap menjadi sebuah epidemik dan merugikan jutaan dollar Amerika bagi industri fashion (Easterling, 2008 dalam Trisdiarto, 2012). Banyak alasan kenapa seseorang membeli barang fashion palsu, dan alasan-alasan tersebut sudah dapat ditemukan di beberapa literatur-literatur internasional. Pembeli barang palsu memberikan alasan bahwa mereka membeli barang palsu, karena hal tersebut tidak memberikan dampak langsung yang merugikan bagi mereka, harga barang palsu jauh lebih murah sehingga mereka merasa seolah-olah sebagai wise shoppers. Kamar Dagang dan Industri Amerika Serikat atau United States Trades Room (USTR) juga merilis daftar pasar di beberapa negara yang diduga memperdagangkan barang-barang bajakan atau palsu di dunia melalui internet. Termasuk dalam negara yang diduga menjual barang-barang bajakan dan palsu itu adalah Indonesia. Menurut USTR, Indonesia dimasukkan pada daftar pasar yang banyak memperdagangkan barang bajakan dan palsu bersama beberapa negara seperti Ekuador, Paraguay, Argentina, Hongkong, India, Ukraina, Filipina, 5
Thailand, Meksiko, Pakistan, dan Kolombia (Trisdiarto, 2012). Dengan majunya tekologi didukung dengan berkembangnya internet banyak hal baru yang timbul salah satunya adalah pembelian atau belanja barang ataupun jasa secara online atau yang biasa disebut dengan online shop. Berbelanja secara online telah menjadi alternatif cara pembelian barang ataupun jasa, Penjualan secara online berkembang baik dari segi pelayanan, efektifitas, keamanan, dan juga popularitas. (Laohapensang, 2009 dalam Suhartini, 2010). Online shop memudahkan para konsumen untuk berbelanja kapanpun dan dimanapun. Online shop telah mengakses semua area perdagangan salah satunya toko baju online. Konsumen seolah dimanjakan dengan adanya toko baju online, konsumen tidak perlu mencari produk yang mereka inginkan dengan mendatangi butik, toko offline atau mall. Toko baju online sudah menyediakan yang mereka perlukan, bahkan tanpa harus melangkah meninggalkan ruanganpun mereka tetap bisa mendapatkan barang yang mereka inginkan dan butuhkan. Peluang bisnis semakin luas dengan adanya online shop. Persaingan bisnis pun semakin kuat. Dari persaingan bisnis itulah sehingga banyak beredar barang tiruan/imitasi/replika yang menggunakan merek dari perusahaan yang telah mapan. Hal ini dilakukan oleh perusahaan pembuat merek replika untuk mempermudah pemasaran barang tersebut. 6
Berikut ini data merek baju replika yang dijual di media sosial : Tabel 1.2 Merek Baju Replika Online No. Brand 1. Zara 2. H&M 3. Forever 21 4. Asos 5. GAP 6. Mango Sumber : Olah data peneliti melalui Instagram Belakangan ini kebanyakan online shop menjual barang replika dalam bidang produk fashion. Ditambah fashion merupakan produk yang berkembang secara cepat. Sehingga para konsumen lebih mencari produk replika di online shop. Online shop menjadikan wadah dimana banyak menyediakan produk branded yang sangat mirip tetapi dengan harga yang jauh lebih murah dengan aslinya. Begitu banyak online shop yang menjual baju branded replika salah satu diantaranya adalah Melsycatherine, Lilopinkshop, dan Ainoheartshop. Alasan memilih Ainoheartshop karena jumlah follower yang banyak dan memiliki keunikan pada sistem pembayaran yaitu sistem Pre-order. Jumlah follower Ainoheartshop hingga bulan Agustus 2015 sebanyak 14.000 followers. Pelanggan harus membayar sebesar 100.000 rupiah sebagai down payment karena mayoritas baju menggunakan sistem pre-order tersebut. Sistem pre-order adalah sistem dimana konsumen masih harus menunggu barang yang telah dipesan. Sedangkan pada online shop Melsycatherine dan Lilopinkshop sistem pemesanan barang tidak secara pre-order melainkan secara ready stock. 7
Berdasarkan fenomena dan latar belakang tersebut, Penulis bermaksud melakukan penelitian untuk mencari tahu lebih dalam tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian online dengan judul penelitian: Analisis faktor pendorong pembelian baju branded replika secara online pada online shop Ainoheartshop. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat di uraikan rumusan masalah yaitu: 1. Faktor-faktor apa saja yang mendorong pembelian baju replika secara online pada online shop Ainoheartshop? 2. Item apa yang paling dominan dalam membentuk faktor pendorong pembelian baju replika secara online pada online shop Ainoheartshop? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Faktor-faktor yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian secara online melalui sosial media. 2. Item yang paling dominan dalam membentuk faktor pendorong pembelian baju replika secara online pada online shop Ainoheartshop. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Akademis Hasil penelitian yang diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, fokus menambah bidang keilmuan dalam bidang terkait dan meningkatkan pemahaman mengenai minat konsumen terhadap belanja online melalui uji lapangan dan kuesioner. 1.5.2 Kegunaan Praktis Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Bagi online shop, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan 8
bagi online shop mengenai faktor-faktor yang mendorong konsumen dalam melakukan pembelian pada online shop sehingga dapat meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan hasil dari penelitian ini. b. Bagi konsumen online shop, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para konsumen/ buyer online mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pembelian pada online shop dan mendapatkan kemudahan belanja, informasi dan bertransaksi. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal yang di bahas dalam tiap-tiap bab, ada pun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Pada bab ini di uraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan kegunaan, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisis penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian teoritis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini di uraikan tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini akan menguraikan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan dan pihakpihak lain yang membutuhkan. 9