BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis e-commerce di Indonesia melesat dalam lima tahun terakhir. Hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idea), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa tahun 2013 nilai pasar web e-commerce Indonesia mencapai US$8 miliar (Rp 94,5 triliun) dan di tahun 2016 diprediksi naik dua kali lipat menjadi US$25 miliar (Rp 295 triliun). Potensi ini dibarengi dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 132,7 juta orang atau sekitar 51% dari total populasi penduduk di Indonesia yaitu 256,2 juta orang. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu lahan potensial untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya oleh para pemasar. Gambar 1.1 Pertumbuhan Teknologi Internet di Indonesia Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (diakses pada 4 November 2016 pukul 19.19) Internet sebagai bentuk teknologi komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat dengan peningkatan hampir dua kali lipat dalam dua tahun terakhir terhitung 2014 dengan total pengguna 88,1 juta hingga 132,7 juta pada Seiiring dengan perkembangan internet hingga saat ini, jumlah pengguna internet diseluruh dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dilihat secara global, Indonesia menempati urutan ketiga dalam pengguna internet 1

2 setelah Cina dan India. Berdasarkan data dari Internet World Stats (IWS), pertumbuhan pengguna internet di Indonesia kian mengalami pertumbuhan yang pesat. Gambar Besar Pengguna Internet Di Asia Sumber: (diakses pada 4 November 2016 pukul 19.29) Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), berdasarkan perkerjaan, mahasiswa mendapatkan tempat tertinggi sebagai pengakses internet paling sering. Disusul kemudian pekerja, ibu rumah tangga dan lainnya. Dalam survey ini juga 93,1% masyarakat mengakses internet untuk tujuan komersil. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, komersil berarti erat hubungannya dengan aktivitas perdagangan yang juga terkait dengan penjualan dan pembelian barang/jasa. Dengan internet kesempatan masyarakat untuk melakukan aktivitas jual-beli menjadi semakin luas melalui berbagai akses terhadap produk dan jasa serta meningkatnya kemudahan dalam melakukan pembelian. Menurut hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada perilaku pengguna internet Indonesia tahun 2016, 34,8% atau sekitar 46,1 juta masyarakat Indonesia melakukan transaksi belanja online lebih dari satu kali dalam satu bulan. Dengan internet, kesempatan konsumen melakukan pembelian menjadi semakin luas melalui beragam akses terhadap barang dan jasa serta meningkatnya kemudahaan dalam melakukan pembelian. Fenomena belanja online yang 2

3 mewabah diseluruh penjuru dunia mendorong respon konsumen yang cepat. Kemudahan pembelian melalui internet mampu melampaui hambatan akan waktu dan ruang yang dialami oleh konsumen ketika melakukan pembelian pada konteks tradisional. Gambar 1.3 Pertumbuhan Teknologi Internet di Indonesia Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (diakses pada 4 November 2016 pukul 19.19) Online shopping adalah salah satu kegiatan jual beli yang menggunakan sistem yang terintegrasi atau terhubungkan dengan media online. Pasar belanja online diprediksi juga akan mengalami peningkatan, seiring dengan berkembang nya industri smartphone di Indonesia. Beberapa keuntungan dari berbelanja online yang membuat sistem online shopping ini menjadi cara belanja favorit para calon pembeli, termasuk juga wanita yang menyukai hobi berbelanja. Pembeli dengan mudah menemukan barang barang yang diincarnya tanpa perlu mencarinya hingga seluruh pelosok kota. Pembeli hanya tinggal memasukan kata kunci barang incaran di search engine maka sistem tersebut akan menampilakan semua toko online yang menjual barang yang diincar. Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku konsumen tradisional dan online. Secara umum, konsumen online adalah pengguna internet-dalam penelitian ini difokuskan pada pengguna internet. Konsumen online melakukan hal-hal dan fungsi yang sama layaknya konsumen tradisional, walaupun dengan menggunakan komputer untuk berinteraksi dengan sistem, misalnya situs web. Selain itu toko (fisik) pada pembelian offline bertransformasi menjadi toko virtual melalui sistem teknologi modern. Sama halnya dengan konsumen tradisional, 3

4 konsumen online juga melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya berdasarkan motivasi tertentu-baik internal maupun eksternal. Secara umum perbedaan antar keduanya terdapat pada media yang digunakan, yaitu internet. Biasanya ketika konsumen online mempunyai kebutuhan akan suatu produk, mereka cenderung akan mencari informasi terkait mengenai produk yang diinginkannya di internet. Kegiatan yang dilakukan oleh konsumen online tersebut erat kaitannya dengan e-commerce atau perdagangan elektronik baik pada website maupun sosial media. Perkembangan teknologi yang meningkat pesat pada tahun belakangan telah membawa dampak yang kuat pada beberapa aspek kehidupan termasuk perkembangan dalam dunia bisnis. Salah satu konsep yang dimulai sebagai paradigma baru adalah kehadiran bisnis online. Metode pemasaran pada online shopping semakin melakukan rekonstruksi dari waktu ke waktu, dimana metode pemasaran konvensional dinilai sudah tidak efektif untuk digunakan para pemasar. Saat ini, para pemasar melakukan gerakan yang baru sebagai tuntutan zaman dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai metode pelengkap dan penyempurnaan dalam melakukan kegiatan pemasaran/penyebarluasan produk. Dengan memanfaatkan teknologi informasi atau lazim dikenal dengan internet, mampu menciptakan suatu potensi pasar guna meningkatkan penjualan secara signifikan. Adanya niat beli akan menciptakan suatu potensi pasar baru. Dimana niat beli ini tentunya melalui internet yang mendorong terciptanya pasar cyber, dengan mengetahui sejauh mana potensi pasar cyber yang ada dapat menjadikan peluang-peluang baru dalam memulai dan menjalankan bisnis berbasiskan internet. Kadence Internasional Indonesia pada 2015 menemukan data bahwa 28% orang Indonesia memiliki kebiasaan gaya hidup konsumtif yang tidak sehat. Artinya, pengeluaran mereka lebih besar daripada penghasilannya. Adanya pergeseran makna dalam pengkonsumsian suatu barang dimana bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia namun sebagai alat pemuas keinginan yang di dalamnya terdapat berbagai simbol mengenai peningkatan status, prestise, kelas, gaya, citra-citra yang ingin ditampilkan melalui pengkonsumsian suatu barang merupakan adanya indikasi perilaku konsumtif. 4

5 Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia merupakan perilaku seorang individu yang menghabiskan barang atau memakai jasa dengan tujuan untuk memuaskan keinginannya saja namun sebenarnya tidak terlalu bermanfaat atau berpengaruh besar bagi kehidupannya. Pada awalnya, transaksi bisnis pada internet (e-bisnis/e-commerce) membentuk perilaku konsumen untuk melakukan pembelian secara rasional. Namun ternyata tidak sepenuhnya demikian. Perilaku konsumen erat kaitanya dengan konsep motivasi oleh dalam diri konsumen. Motivasi mampu menggerakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang dimiliki tiap konsumen sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Motivasi yang dimiliki oleh konsumen secara garis besar terdapat dua kelompok, yaitu motivasi berdasarkan rasional dan motivasi berdasarkan emosional. Motivasi berdasarkan rasional akan menentukan pilihannya dengan pertimbangan yang matang. Walaupun demikian, faktanya tidak semua konsumen bertindak secara rasional dan logis ketika bertransasksi secara online. Pada motif emosional, konsumen juga akan menggunakan perasaan dalam mengonsumsi barang/jasa. Konsumen akan terkesan terburu-buru untuk membeli produk dengan tidak mempertimbangkan kemungkinan untuk jangka panjang. Oleh sebab itu, muncul istilah pembelian impulsif. Menurut Rook (dalam Herabadi, 2003) belanja impulsif dapat didefinisikan perilaku belanja tanpa perencanaan, diwarnai oleh dorongan kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan pada saat berhadapan dengan produk, dan diiringi oleh perasaan menyenangkan serta penuh gairah. Menurut survey The Nielsen Company tentang tren pebelanja di kota-kota besar di Indonesia semakin impulsif ( 21 Juni 2011). Menurut Ramaun, berdasarkan studi yang dilakukan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, dan Medan sebanyak 21% pembelanja pada tahun 2011 tidak pernah membuat rencana belanja, dibandingkan pada tahun 2003 hanya 11%. Dari 39% pembelanja yang merencanakan pembeliannya, tetapi selalu ada pembelian lagi diluar rencana. Impulse buying atau biasa disebut juga unplanned purchase adalah perilaku dimana seseorang tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. 5

6 Konsumen melakukan impulse buying tidak berpikir untuk membeli suatu produk atau merek tertentu. Impulse buyer langgsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk pada saat itu juga. Pembelian impulsif ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Termasuk pada saat seorang pemasar menawarkan suatu produk kepada calon konsumen dimana sebenarnya terkadang tidak terpikirkan dalam benak konsumen sebelumnya. Berangkat dari hal tersebut maka peneliti akan menyoroti motivasi konsumen mengenai fenomena belanja online dan kaitannya dengan perilaku impulsif dalam melakukan transaksi online pada salah satu perangkat media online yaitu Instagram. Dibandingkan dengan sosial media lainnya, instagram lebih menonjolkan sisi visual/gambar sehingga sangat mudah untuk memunculkan respon impulsif khalayak. Dalam sesi conferenceyang bertajuk Social Media Week Jakarta 2016 yang menghadirkan Paul Webster selaku Brand Developement Lead Asia Pacific, dari Instagram menjelaskan bahwa para audience di Indonesia sejak tahun 2015 lebih suka menggunakan instagram sebagai salah satu referensi untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dibuktikan dengan bergesernya urutan Twitter sebagai platform yang digandrungi generasi digital. Paul Webster sedikit menjelaskan jumlah pengguna Instagram di Indonesia sekitar 400 juta user. Hingga akhir tahun 2016, sudah tidak terhitung lagi jumlah online shop yg menggunakan instagram sebagai medianya. Instagram berkembang menjadi salah satu alat pemasaran yang efektif dalam menjual produk Efektivitas ini tak lepas dari konten visual yang di bagikan melalui akun Instagram tersebut. Kekuatan visual dianggap lebih mempunyai daya tarik untuk membawa konsumen melakukan pembelian. Dari hasil survei yang dilakukan oleh JakPAt pada Februari 2016, sebanyak 56,2% responden mengatakan Ya saat ditanya apakah mereka mem-follow akun online shop di Instagram. Mayoritas, mem-follow akun online shop yang berjualan pakaian dan aksesorisnya. Untuk mendukung penelitian, peneliti melakukan pengamatan pada beberapa pola perilaku pembelanjaan impulsif. Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti menemukan para pengguna media sosial instagram yang aktif dalam mengikuti/mem-follow akun-akun toko online dan juga memiliki keterlibatan dengan akun tersebut terutama dalam aktivitas belanja online. 6

7 Gambar 1.4 Survei Para Pengguna Instagram yang mengikuti akun online shop Sumber: (diakses pada 4 November 2016 pukul 19.19) Fokus peneliti dalam penelitian ini adalah memahami dan mengetahui secara mendalam motivasi konsumen dalam melakukan pembelian impulsif melalui online shopping pada Instagram. Pembahasan tentang motivasi konsumen dalam pembelian impulsif pada toko online peneliti anggap menarik untuk diteliti karena fenomena belanja online sedang mewabah dilini kehidupan bermasyarakat. Menurut Rohn dan Swaminthan (Dalam Sangadji 2013:86) konsumen dengan perilaku pembelian impulsif secara garis besar tergolong pada tipe store-oriented shoppers, yaitu melakukan pembelian kerena adanya hasrat akan kepemilikan produk secara instan akan suatu barang dan menginkan adanua interaksi sosial. Hal tersebut nantinya menekankan adanya peran yang kuat dari segi motivasi konsumen dan kegiatan online shopping pada instagram sebagai lingkungan perbelanjaan yang mewadahi aktivitas jual-beli dan interaksi didalamnya. Dalam hal ini, peneliti akan mengamati individu sebagai unit observasi yang menjadi bagian dari user/pengguna aktif dari kegiatan online shopping sebagai unit analisis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memahami secara mendalam mengenai Motivasi Pembelian Impulsif Melalui Kegiatan Online shopping pada Instagram. 7

8 1.2 Fokus Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memutuskan untuk menarik fokus penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu: 1. Apa saja kah motivasi konsumen dalam melakukan pembelian impulsif pada kegiatan Online shopping melalui instagram? 2. Bagaimana implikasi pembelian impulsif pada kegiatan Online shopping melalui instagram? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dari fokus penelitian di atas, maka landasan penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui motivasi konsumen dalam melakukan pembelian impulsif pada kegiatan Online shopping melalui Instagram 2. Untuk mengetahui implikasi pembelian impulsif pada kegiatan Online shopping melalui Instagram 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain a. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan bagi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi Bisnis Universitas Telkom. Khususnya mengenai pembelian impulsif pada media online, serta sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian dapat dijadikan acuan atau literatur untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, peneliti berharap agar penelitian ini mampu memberikan beberapa masukan dan pengetahuan bagi peneliti lain yang memiliki bidang kajian yang sama dengan penelitian ini. 8

9 b. Aspek Praktis 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan, pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam kepada peneliti mengenai motivasi konsumen terhadap pembelian impulsif pada toko online Instagram terhadap mahasiswi Telkom University. 2. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, acuan, masukan dan referensi bagi pihak akademik Universitas Telkom khususnya pada Program Studi Ilmu Komunikasi dalam penyusunan penelitian berikutnya untuk bidang kajian yang sama. 3. Bagi Masyarakat Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan kepada para pemasar atau calon pemasar mengenai perilaku konsumen ketika melakukan transaksi online-terutama dalam memahami motivasi yang melatarbelakangi proses pembelian impulsif pada media online sehingga para pemasar bisa merancang strategi pemasaran yang lebih menarik lagi dan mampu bersaing dengan toko online lainnya. 1.5 Lokasi dan Objek Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat di Kawasan Kampus Telkom University dan Wilayah Bandung Raya b. Waktu dan Periode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret Mei Adapun rincian timeline kegiatan penelitian ini dapat dilihat ditabel berikut. 9

10 Rincian Kegiatan Identifikasi masalah, penentuan topik penelitian, studi penelitian terdahulu Pembuatan Proposal (BAB I, II, III), pembuatan daftar pertanyaan dan penentuan responden Pengajuan Desk Evaluation Desk Evaluation Wawancara responden dan merangkum wawancara Analisis data, penyusunan BAB IV dan V Pengajuan Sidang Akhir Sidang Akhir BULAN NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MEI JUNI JULI AGUSTUS Tabel 1.1 Waktu Penelitian Sumber : Olahan Peneliti, Tahapan Penelitian Merumuskan masalah Menentukan Objek dan subjek penelitian Pengumpulan Data 1. Data Primer 2. Data Sekunder Pengolahan Hasil Penelitian Penarikan Kesimpulan Hasil Akhir Penelitian Gambar 1.5 Tahapan Penelitian Sumber : Olahan Peneliti,

11 1.6 Sistematika Penelitian Untuk memperjelas dan mempermudah pembahasan, sistematika penulisan yang digunakan peneliti terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian serta tahapan penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu yang sejenis dan landasan teori penunjang penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yang menjelaskan tentang objek penelitian, model penelitian, metode, definisi konsep, tehnik keabsahaan data dan tehnik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisis, pembahasan, serta hasil penelitian atau argumentasi terhadap hasil penelitian. Bab ini juga menjelaskan secara terperinci mengenai analisis hasil dari penelitian dan memberikan jawaban atas fokus penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini memberikan konklusi atau kesimpulan dari hasil analisis peneliti dan juga memaparkan saran pemecahan masalah yang akan berguna bagi penelitian selanjutnya. 11