Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LABVIEW

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februai sampai dengan Juni 2015.

IMPLEMENTASI RANGKAIAN PENGHITUNG KERAPATAN FLUKS NEUTRON TERKOREKSI N16 RSG-GAS BERBASIS LABVIEW. Oleh PUJI SIAMATUN. Skripsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyusun inti atom, sedangkan elektron bergerak mengelilingi inti atom. Neutron

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

EVALUASI PENYEBAB SCRAM PADA KANAL UBL SISTEM PROTEKSI REAKTOR DALAM PENGOPERASIAN REAKTOR RSG-GAS

PEMROGRAMAN SISTEM AKUISISI DATA PENGUKURAN PADA FASILITAS EKSPERIMEN UNTUK SIMULASI PENDINGINAN CONTAINMENT. G. Bambang Heru, Sagino

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR

VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA ABSTRAK

KAJIAN KEGAGALAN PENGUKURAN KETINGGIAN AIR SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH (KPK01 CL001) DI RSG-GAS

IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM PADA PLANT ORDE DENGAN METODE GRADIENT

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUMENTASI THERMOBATH DAN AKUISISI DATA TERMOKOPEL TIPE K

SIMULASI SISTEM INTERLOCK PENGAMAN OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) DENGAN PERANGKAT LUNAK BASCOM 8051

TENIK PENGUKURAN TINGKAT DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE CANDU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

PEMBUATAN SISTEM ANTARMUKA DAN AKUISISI DATA MENGGUNAKAN CIMON SCADA PADA MODEL SUNGKUP PLTN TIPE PWR

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

PENGARUH GARPU PENYERAP UJI TERHADAP REAKTIVITAS TERAS DAN KALIBRASI DAYA RSG-GAS

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR

EVALUASI GANGGUAN SCRAM PADA PENGOPERASIAN REAKTOR SERBA GUNA GA SIWABESSY KURUN WAKTU Sriawan

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

Alat Ukur Massa Menggunakan Flexiforce Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535

Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

EV ALUASI KONSUMSI DAY A LISTRIK RSG-GAS PADA SIKLUS OPERAS I TERAS KE 58. Teguh Sulistyo Pusat Reaktor Serba Guna Kawasan Puspiptek Serpong 5310

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

PEMBUATAN SISTEM MONITORING TEKANAN DAN TEMPERATUR BERBASIS PLC PADA SARANA EKSPERIMEN KONDENSASI (SEKONDEN)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

EVALUASI KEJADIAN ABNORMAL/GANGGUAN OPERASI REAKTOR RSG-GAS KURUN WAKTU TAHUN Diterima Editor : Diperbaiki :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan April 2015,

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT PULSA SIMULASI DETEKTOR NUKLIR

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana alat dapat

RANCANG BANGUN MODUL ELECTRICAL POWER DEMAND UNTUK SIMULATOR INSTALASI PLTN

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI KENDALI TRAFFIC LIGHT 4 JALUR DENGAN PLC DISUSUN OLEH:??????????????????????????????????

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis

PERANCANGAN PROTOTIPE MONITORING PARAMETER PARAMETER TRANSFORMATOR DAYA SECARA ONLINE BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

RANCANG BANGUN MODUL ELECTRICAL POWER DEMAND UNTUK SIMULATOR INSTALASI PLTN

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA

RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

PEREKAYASAAN SISTEM INSTRUMENTASI DAN KENDALI REAKTOR NUKLIR

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang. Teknologi instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemrograman. Pemrogramannya akan di deskripsikan berupa flowchart yang akan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil,

BATASAN MASALAH. Simulator bioreaktor anaerob. Adhi Kurniawan (2008) Database yang bersifat static dibangun dari (2009)

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

PEMBUATAN ALAT UKUR FREKUENSI DARI GENERATOR SINYAL BERBASIS ATMEGA16 TUGAS AKHIR

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN

KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS

ANALISIS TRANSIEN AKIBAT KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PADA TERAS SILISIDA RSG-GAS MENGGUNAKAN KODE EUREKA-2/RR

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan

EKSPERIMEN AWAL ALIRAN SIRKULASI ALAMIAH PADA SIMULASI SISTEM KESELAMATAN PASIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

KENDALI REAKTOR NUKLIR

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR

BAB III PERANCANGAN ALAT

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

ANALISIS KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PRIMER RSG-GAS MODA SATU JALUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMASANGAN SISTEM MONITOR PADA SISTEM BANTU REAKTOR KARTINI

PEMBUATAN RANGKAIAN TRIP DAN PERIODA KANAL DAYA LOGARITMIK ANALOG UNTUK SIK REAKTOR KARTINI

PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS. A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN/VERIFIKASI INFORMASI DESAIN REAKTOR NUKLIR

Pembuatan Alat Pengukur Kecepatan Pompa Sistem Pendingin Sekunder Berbasis AVR 8535

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Rancang Bangun Prototype Alat Sistem Pengontrol Kemudi Kapal Berbasis Mikrokontroler

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Transkripsi:

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 20161 Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LABVIEW Puji Siamatun, Arif Surtono & Edison Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung E-mail: pujisiam703@yahoo.com Diterima (09 November 2015), direvisi (18 November 2015) Abstract. The counting of the corrected N16 signal for detecting the reactivity a power reactor accident has been done. ΦN16-corr signal calculation involves two measurement channels, namely detector of neutron flux density and the detector of gamma dose rate. The series of counters for φn16-corr consists of trigger amplifier (K), integrator (I), and a summing element (S). The series of counter φn16-corr simulated using LabVIEW program. Hysteresis value obtained is equal to 0.01 V, with a limit value of 0.94 V and the correction value = -9.4 mv/s. Corrected value of the difference between the N16 hardware modules installed with softwere is equal to 0.04898 V. Keywords: Detector of neutron flux density, detector of gamma dose rate, LabVIEW, scram, N16 corrected signal (φn16-corr). Abstrak. Telah dilakukan penghitungan sinyal N16 terkoreksi N16-corr) untuk mendeteksi kecelakaan reaktifitas daerah daya. Penghitungan sinyal N16-corr melibatkan dua kanal pengukuran, yaitu detektor kerapatan fluks neutron dan detektor laju dosis gamma. Rangkaian penghitung N16-corr terdiri dari trigger amplifier (K), integrator (I), dan summing element (S). Rangkaian penghitung N16-corr di simulasikan menggunakan program LabVIEW. Nilai histerisis yang didapatkan yaitu sebesar 0.01 V, dengan nilai batas 0.94 V dan nilai korreksi = -0.94 mv/s. Nilai selisih antara N16 terkoreksi modul perangkat keras terpasang dengan perangkat lunak adalah sebesar 0.04898 V. Kata kunci : Detektor kerapatan fluks neutron, detektor laju dosis gamma, LabVIEW, scram, sinyal N16 terkoreksi ( N16-corr). PENDAHULUAN Teknologi nuklir adalah teknologi yang melibatkan reaksi inti atom. Teknologi nuklir dapat ditemukan dengan berbagai aplikasi, dari yang sederhana seperti detektor asap hingga sesuatu yang besar seperti reaktor nuklir. Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik pembelahan inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi) (Darwis, 2000). Fungsi reaktor fisi dibedakan menjadi dua, yaitu reaktor penelitian dan reakor daya. Reaktor penelitian utamanya menggunakan pemanfaatan neutron hasil pembelahan untuk berbagai penelitian dan iradiasi serta produksi radioisotope (Rohman, 2014). Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy (RSG-GAS) merupakan reaktor penelitian yang digunakan untuk penelitian, melayani kegiatan iradiasi, pendidikan, dan pelatihan. RSG-GAS dilengkapi dengan Sistem 91

Puji dkk : Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LabVIEW Instrumentasi dan Kendali (I dan K) yang berfungsi untuk memantau dan mengendalikan variabel-variabel proses reaktor seperti : suhu, laju alir pendingin, level air kolam, periode reaktor, daya, dan lain sebagainya (Edison, 2015). Daya yang dibangkitkan di teras reaktor berasal dari panas yang dihasilkan secara spontan dan tertunda, akibat dari reaksifisi yang terjadi di teras reaktor. Sistem pengukuran daya di RSG-GAS dilakukan oleh instrumentasi pemantau pada sistem pembangkitan daya. Sistem pembangkitan daya di reaktor sebanding dengan jumlah dihasilkannya fluks neutron thermal (fisi) (Sulistiono, 2012). Jika terjadi kegagalan pada sistem, struktur atau komponen atau terjadi kesalahan dalam pengoperasian, bagian dari sistem I dan K yang disebut Sistem Proteksi Reaktor (SPR) akan melakukan tindakan protektif untuk mencegah reaktor melampaui batas keselamatannya atau mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kecelakaan. Salah satu variabel proses pendeteksi kecelakaan yang dihasilkan melalui pemrosesan nilai-nilai output kanal pengukuran adalah kerapatan fluks neutron terkoreksi N-16 yang diproses oleh tiga rangkaian penghitung redundan JRE10 FX801, JRF10 FX801 dan JRG10 FX801. Nilai yang dihasilkan tiga rangkaian penghitung ini menunjukkan besarnya daya reaktor yang cepat dan akurat sehingga digunakan SPR sebagai variabel inisiasi scram jika nilainya melebihi 109 % daya nominal (Edison, 2015). Dalam rangka rencana penggantian SPR, International Atomic Energy Agency (IAEA) merekomendasikan agar PRSG membuat simulator terlebih dahulu untuk menjamin bahwa kinerja SPR pengganti memenuhi kinerja SPR terpasang. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai aplikasi program LabVIEW dalam pembuatan salah satu simulator, yaitu rangkaian penghitung kerapatan fluks neutron terkoreksi N-16. LabVIEW adalah sebuah software pemograman yang diproduksi oleh National instruments dengan konsep yang berbeda. LabVIEW menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau blok diagram sementara bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis text (Halvorsen, 2012). Perhitungan yang dilakukan terhadap input dari data kerapatan fluks neutron daerah daya dan laju dosis Gamma N-16 dalam sistem pendingin primer dilakukan secara digital melalui fungsi-fungsi matematika yang disediakan program aplikasi LabVIEW. Perbaikan, dan pengaturan nilai konstanta dilakukan bersamaan dengan eksekusi program agar dapat diperoleh kinerja simulator yang sedekat mungkin dengan desain rangkaian penghitung real terpasang. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan adalah perancangan sistem, realisasi sistem, pengujian sistem dan data. Gambar 1 merupakan tahapan yang dilakukan pada penelitian ini. Perancangan Sistem Perancangan alat ini meliputi perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Alat dirancang untuk merubah keluaran distributor pasif dari RPS menjadi aktif yang didistribusikan ke dalam perangkat PLC S7-300 yang akan digunakan. Bagan sistem monitoring dapat dilihat pada Gambar 2. 92

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 11, Tahun 2016 Mulai Perancangan Sistem Pembuatan Sistem Uji Coba Sistem Data Tidak Benar Ya Pengambilan Data Data Hasil Analisis Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian Gambar 2. Rancangan sistem monitoring Tabel 1. Pengubahan pengkabelan Sistem JKT03 CX811 JKT03 CX821 JKT03 CX831 JKT03 CX841 JAC01 CR811 JAC01 CR821 JAC01 CR831 JRE10 FX801 Alamat Awal CVA06 AA001 18(-)17 (+) CVA06 AA002 26(-)25 (+) CVA06 AA003 18(-)17 (+) CVA06 AA003 20(-) 19(+) CVA06 AA008 5(-) 6 (+) CVA06 AA006 21(-)22 (+) CVA06 AA005 13(-) 14(+) CVA06 AA008 7(-) 8 (+) Perubahan Alamat CVA06 BA010 18(-) 17(+) CVA06 BA011 26(-) 25(+) CVA06 BA012 18(-) 17(+) CVA06 BA012 20(-) 19(+) CVA06 BA008 5(-) 6 (+) CVA06 BA009 21(-) 22(+) CVA06 BA009 13(-) 14(+) CVA06 BA008 7 (-) 8(+) Pada tahap perancangan sistem perangkat keras dilakukan pemotongan dan pemindahan titik jalur pengkabelan di kabinet CVA06 untuk pengambilan data pengukuran daya. Tabel 1 adalah tabel pengubahan posisi pengkabelan di kabinet CVA06. Sebelum dilakukan pengukuran secara langsung maka dilakukan pengujian pembacaan dari perangkat luanak OPC Server dengan memberikan masukan sinyal arus sebesar 0-20 ma menggunakan sumber arus. Hasil pembacaan OPC server dengan sumber arus 0-20 ma ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pembacaan OPC Server Arus Tampilan OPC [Skala [ma] PLC] 0 10 1 1383 2 2764 4 5520 5 6909 6 8298 7 9677 8 11058 9 12447 10 13826 14 19352 15 20736 18 24887 19 26268 20 27645 93

Puji dkk : Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LabVIEW Pembuatan Sistem Perangkat Lunak Perancangan perangkat lunak ini menggunakan program virtual instrument LabVIEW. Data pengukuran yang dihasilkan kanal pengukuran daya JKT03 dan JAC01. Gambar 3 merupakan diagram alir mewakili penjelasan dari proses pengolahan data. Proses pengolahan data dimulai dengan mengkonversi nilai keluaran dari pengukuran daya detektor ke distributor aktif dengan keluaran menjadi 0-20 ma. Hasil perekaman data ditampilkan kembali dalam bentuk chart dan numerik agar pengguna dapat memantau hasil pengukurannya. Dari hasil data yang terekam dilakukan perhitungan matematis daya N16 terkoreksi, persamaan matematis yang dibuat dimasukan dalam program LabVIEW, sehingga didapatkan hasil akhir daya N16 terkoreksi yang dilanjutkan dengan uji coba sistem. tidak tidak Mulai NI OPC server Konversi ke besaran lain 1. Arus (0-20 ma) 2. Daya (0-48 MW) 3. Persen daya (0-160%) Benar Volt (0-10 V) Perhitungan N16 terkoreksi Benar ya ya Simpan Mulai Selesai NI OPC server Mean data 10 sampel per detik Konversi : Arus, Tegangan, dan daya Perhitungandaya N16 terkorekrsi Data Selesai Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data Gambar 4. Bagan uji coba sistem Hasil data yang terbaca merupakan nilai dari perhitungan N16. Pengujian sistem dapat dilihat pada blok diagram Gambar 4. Data yang dihasilkan dari proses akuisisi data adalah berupa data pengukuran daya dari kanal pengukuran kerapatan fluks neutron JKT03 dan laju dosis gamma JAC01 yang dikonversikan nilai tegangan. Hasil ini kemudian diolah kembali untuk dilakukan perhitungan N16 terkoreksi sebagai hasil akhir pengukuran daya sebenarnya menggunakan perangkat lunak LabVIEW 2014. 94

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 11, Tahun 2016 Analisis dilakukan untuk menentukan nilai daya di kolam reaktor dengan menggunakan LabVIEW untuk mendapatkan data pengukuran daya N16 terkoreksi dari detektor laju dosis gamma JAC01 CR831dan detektor kerapatan fluks neutron JKT03 CX831. Nilai daya yang didapat dari masing-masing detektor digunakan sebagai data primer untuk perhitungan N16 terkoreksi seperti yang digambarkan pada deskripsi matematik perhitungan N16 terkoreksi Gambar 5. Penghitungan N16 terkoreksi menggunakan persamaan bawah ini, Karena di mana, N16-corr = + U XN (1) U XN = (2) bernilai konstan maka, U XN = (3) N16-corr = + (4) N16-corr = tegangan N16 terkoreksi (V); T = waktu konstan (s); U XN = tegangan keluaran dari generator (V); = tegangan kerapatan fluks neutron (V); t = waktu (s); dan tegangan konstan (volt) (Inter Atom, 1989). HASIL DAN PEMBAHASAN Kalibrasi Nilai Keluaran Ni OPC Hasil pengukuran dari PLC yang kemudian dihubungkan dengan kabel LAN ke server NI OPC sebagai nilai terbaca. Tabel 3 merupakan hasil nilai yang terbaca NIOPC. Pengujian dengan Sinyal Uji Pengujian sinyal uji (step) digunakan untuk melihat kesesuaian kerja rangkaian penghitung dalam merespon sinyal uji berupa sinyal ramp. Pengujian ini dilakukan dengan memberikan sinyal step dari salah satu modul perangkat keras N16 terkoreksi berdasarkan hasil komisioning awal reaktor dioperasikan JRE01 FX801. Tabel 4 adalah pola sinyal step JRE10 FX801. Pengujian sinyal uji ramp didapatkan grafik seperti Gambar 6. Tabel 3. Hasil pengukuran dengan simulasi sumber arus Sumber Arus 0 ma 10 ma 20 ma Kanal NI OPC (skala PLC) JKT03 CX 811 7 13835 27657 JKT03 CX 821 13 13821 27650 JKT03 CX 831 19 13846 27681 JKT03 CX 841 9 13816 27629 JAC01 CX 811 15 13845 27673 JAC01 CX 821 22 13831 27659 JAC01 CX 831 26 13827 27651 JRG10 FX 801 3 13800 27623 Tabel 4. Pola sinyal ramp JRE10 FX801 No Jumlah Nilai Laju Ramp titik Tegangan (V) (mv/s) 1 40,00 5,00 0,00 2 83,00 5,00-18,10 3 286,00 3,50 22,40 4 270,00 9,90 0,00 Gambar 5. Rangkaian N16 terkoreksi (Inter Atom, 1989) 95

Puji dkk : Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LabVIEW Gambar 6. Grafik pengukuran N16 terkoreksi dengan sinyal uji (perangkat lunak) Pengujian Sinyal Real Gambar 7. Tampilan rangkaian penghitung N16 N16-corr Histerisis ± H pada program perangkat lunak yang dibuat yaitu sebesar 0,01 V sehingga ketika nilai trigger amplifier Uxn>± H atau Ux < ± H maka berlaku case structure (4 perlakuan). Pada Gambar 8 blok diagram rangkaian penghitung N16 terkoreksi, prinsip kerja dari blok diagram ini menggunakan prinsip kerja dari modul perangkat keras JRG10 FX801. Trigger amplifier, adalah proses perbandingan selisih nilai antara N16 dengan N16 terkoreksi, hasil dari selisih kedunya dilajutkan dengan proses integratror yaitu proses pengintegralan nilai dari hasil trigger amplifier. Hasil integrator akan melewati beberapa syarat case structure. Rangkaian penghitung ini diseting dengan tiga case, nilai batas 0.94 V. Sedangkan untuk nilai koreksi sebesar - 0.94 mv/s. Nilai koreksi (c), adalah nilai selisih N16 dengan N, ketika nilai N16 konstan atau N konstan. Case structure (a), ketika selisih UN16 dengan Ua sama dengan 0 atau kurang dari nilai mutlak H, maka besar UN16 terkoreksi sama dengan UN16. Case structure (b), ketika selisih N16 dengan N16 terkoreksi lebih besar dari H, maka nilai N16-corr ditambah dengan dengan koreksi (c). Case structure (c), ketika selisih N16 dengan N16 terkoreksi lebih besar dari (-H), maka besar UN16 terkoreksi (Ua) akan dikurangi dengan nilai koreksi (c) sebesar 0.000094 volt. Case structure (c1), ketika selisih N16 dengan N16 terkoreksi sama dengan (-H), maka besar nilai UN16 terkoreksi sama dengan nilai N16-corr itu sendiri. Tabel 5 adalah hasil data yang tersimpan dari pengukuran perangkat lunak yang telah dibuat ini sesuai dengan tabel maintenance reaktor. Ketika tegangan yang dihasilkan sebesar 13.18607 volt, maka akan sebanding dengan nilai persen daya 52, 744247 % dari maksimal 160 %. Penyimpanan data dilakukan setiap 1 detik per data. Dilihat dari hasil pengukuran JAC01 CX831 sebagai hasil dari kanal yang terukur nilai detektor gamma lebih rendah dibanding detektor JKT03 CX831, hal ini dikarenakan detektor gamma akan bekerja setelah neutron berinteraksi dengan air dan dihasilkan N16. Ketika N16 mengalami peluruhan maka tercipta gamma. Waktu yang dibutuhkan N16 saat peluruhan yang menyebabkan detektor gamma bekerja lebih lambat dibanding detektor fluks neutron. 96

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 11, Tahun 2016 Gambar 8. Blok diagram rangkaian penghitung N16 terkoreksi Keterangan : 1. Trigger amplifier 2. Integrator 3. Summing element 4. Case structure, (a) (UN16 - Ua) H ; (b) (UN16 - Ua) > H; (c) (UN16 - Ua) > - H; dan (d) (UN16 - Ua) = - H Tabel 5. Hasil pengukuran JAC01 CR831 dan JKT03 CX831 Detektor kerapatan fluks neutron (JKT03 Detektor laju dosis gamma (JAC01 CX831) CR831) NO Waktu Tegangan Persentase Daya Tegangan Persentase Daya (MW) (V) (%) (MW) (V) (%) 1 15:46:02 13.1919 52.767593 15.830278 12.20655 48.826215 14.647865 2 15:46:03 13.19392 52.775694 15.832708 12.21942 48.877662 14.663299 3 15:46:04 13.19559 52.78235 15.834705 12.19575 48.782986 14.634896 4 15:46:05 13.19569 52.782755 15.834826 12.19116 48.764641 14.629392 5 15:46:06 13.19536 52.781424 15.834427 12.19873 48.794907 14.638472 6 15:46:07 13.19376 52.775058 15.832517 12.21713 48.868519 14.660556 7 15:46:08 13.19193 52.767708 15.830313 12.23511 48.940451 14.682135 8 15:46:09 13.19185 52.767419 15.830226 12.23992 48.959664 14.687899 9 15:46:10 13.18861 52.754456 15.826337 12.22034 48.881366 14.66441 10 15:46:11 13.18607 52.744271 15.823281 12.20828 48.833102 14.649931 97

Puji dkk : Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LabVIEW Selisih antara kedua detektor JKT03 CX831 dan JAC01 CR831 sebesar 0,097208 volt. Nilai ini merupakan hasil rata-rata selisih dari 10 sampel data terbaca pada waktu yang sama seperti ditunjukan Tabel 5. Nilai pengukuran daya detektor kerapatan fluks neutron JKT03 CX831 lebih cepat naik dibandingkan pengukuran daya laju dosis gamma JAC01 CR831. Saat pengukuran di pukul 10:41:45 kanal daya JKT03 CX831 menunjukan nilai sebesar 2.357708 MW sedang JAC01 CR831 sebesar 2.258038 MW, 5 detik kemudian daya JAC01 CR831 sedah mencapai 2.465955 MW dan detektor kerapatan fluks neutron dengan nilai 2.378229 MW. Tepat pukul 10:42:46 kanal pengukuran daya JKT03 CX831 menunjukkan pengukuran nilai daya yang lebih besar dibanding JAC01 CR831 yaitu, 4.002344, sedang JAC01 CR831 terpaut selisih 0,01158 MW lebih rendah yaitu, 3.990764. Dari hasil tersebut agar didapatkan nilai daya kenaikan daya yang cepat dan akurat, dilakukan pengukuran daya modul N16 terkoreksi JRG10 FX801. Hasil pengukuran daya N16terkoreksi pukul 10:41:45 sebesar 2.280139 MW, untuk 5 detik setelahnya daya sudah mencapai 2.36809 MW. Jika dimasukkan ke dalam persamaan rangkaian penghitung N16 terkoreksi, saat nilai N16 terkoreksi lebih kecil dibanding N16 dan melebihi histerisis maka gunakan case structure (a). Hasil pengukuran dapat di lihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data pengukuran JRG10 FX801, JAC01 CR831, JKT03 CX831 No Waktu JAC01 CR831 (MW) JKT03 CX831 (MW) JRG10 FX801 (MW) 1 10:41:45 2.357708 2.258038 2.280139 2 10:41:46 2.373229 2.277604 2.296753 3 10:41:47 2.398437 2.297309 2.312274 4 10:41:48 2.416458 2.317604 2.329497 5 10:41:49 2.436076 2.337951 2.348038 6 10:41:50 2.452552 2.35816 2.36809 7 10:41:51 2.465955 2.378229 2.388021 8 10:42:09 2.868316 2.811406 2.794792 9 10:42:10 2.894115 2.840139 2.822986 10 10:42:11 2.917691 2.869583 2.851806 11 10:42:12 2.952118 2.898299 2.880503 12 10:42:13 2.973906 2.926979 2.908472 13 10:42:14 2.998212 2.95526 2.934045 14 10:42:15 3.021389 2.98375 2.959774 15 10:42:16 3.055122 3.012465 2.987361 16 10:42:17 3.079740 3.04224 3.016962 17 10:42:32 3.528021 3.522101 3.469705 18 10:42:33 3.560799 3.556094 3.499844 19 10:42:41 3.836233 3.829444 3.758056 20 10:42:42 3.867865 3.863125 3.791128 21 10:42:43 3.90474 3.896667 3.825486 22 10:42:44 3.935712 3.931128 3.861806 23 10:42:45 3.961719 3.966406 3.896198 24 10:42:46 3.990764 4.002344 3.931215 25 10:42:47 4.035000 4.037951 3.966250 26 10:42:48 4.067413 4.073715 4.001875 27 10:42:49 4.104826 4.109931 4.037517 28 10:42:50 4.134809 4.14599 4.072309 29 10:42:51 4.167378 4.181667 4.107431 30 10:42:52 4.200399 4.218281 4.14191 Perbandingkan nilai N16 terkoreksi yang berasal dari perangkat lunak yang dibuat, maka dilakukan juga pengambilan data untuk N16 koreksi dengan waktu yang bersamaan sehingga dapat dilihat perbedaannya dapat dilihat Gambar 9. 98

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 11, Tahun 2016 Gambar 9. Grafik hasil pengukuran 0-5 MW (0-1,02 V) Keterangan : Biru (JKT03 CX831), merah (N16 terkoreksi (sofwere)), hijau (JAC01 CR831), dan ungu (JRG10 FX801) Didapatkan nilai selisih dari hasil perhitungan N16 terkoreksi instrumentasi maya dan modul N16 terkoreksi JRG10 FX801 dengan 742 sampel data. Nilai silisih antara N16 terkoreksi modul perangkat keras terpasang dengan instrumentasi maya yang dikembangkan adalah sebesar 0.04898 V. Perbandingan antara nilai N16 terkoreksi dengan modul JRG10 FX801 dapat dilihat pada saat daya dinaikkan menjadi 5-10 MW pada grambar 43 dan untuk kenaikan daya dari 10-15 MW Gambar 10. Gambar 11. Grafik hasil perngukuran 10-15 MW (2-3,3 V) Keterangan : Biru (JKT03 CX831), merah (N16 terkoreksi (sofwere)), hijau (JAC01 CR831), dan ungu (JRG10 FX801) Nilai daya dari hasil rangkaian penghitung N16 terkoreksi perangkat lunak lihat Gambar 11 Grafik hasil perngukuran 10-15 MW (2-3,3 V). Kenaikan daya mendekati nilai daya JAC01 CR831, namun ketika sudah berada dalam keadaan stabil nilai daya ketiganya hampir sama, baik JAC01 CR831 dengan JKT03 CX831 maupun detektor kerapatan fluks neutron dengan nilai N16 terkoreksi. Pengujian Data Secara Offline Pengujian ini dilakukan untuk menampilkan ulang hasil data yang sudah tersimpan dari pengukuran secara real time. Program yang dibuat pada tahap ini yaitu dengan membuat program untuk membaca ulang data yang tersimpan, disini digunakan data yang tersimpan dalam bentuk text dan dikeluarkan kembali dalam tampilan grafik. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 10. Grafik hasil perngukuran 5-10 MW (1-2 volt) Keterangan : Biru (JKT03 CX831), merah (N16 terkoreksi (sofwere)), hijau (JAC01 CR831), dan ungu (JRG10 FX801) Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan program penghitung N16 terkoreksi bekerja dengan baik, dari data perhitungan N16 terkoreksi modul JRG10 FX801 terpasang lebih rendah dari hasil implementasi N16 terkoreksi yang 99

Puji dkk : Implementasi Rangkaian Penghitung Kerapatan Fluks Neutron Terkoreksi N16 RSG-GAS Berbasis LabVIEW dikembangkan (softwere) pada saat reaktor dalam keadaan tidak stabil. Data menunjukkan bahwa nilai pengukuran daya detektor kerapatan fluks neutron JKT03 CX831 lebih cepat naik dibandingkan pengukuran daya laju dosis gamma JAC01 CR831. Dikarenakan detektor gamma memiliki waktu tunda pada saat N16 mengalami peluruhan. Nilai silisih antara N16 terkoreksi modul perangkat keras terpasang dengan instrumentasi maya yang dikembangkan adalah sebesar 0.04898 V. Penelitian mengenai implementasi rangkaian penghitung N16 terkoreksi menggunakan program LabVIEW didapati beberapa kendala dan kekurangan maka disarankan, program penghitung N16 terkoreksi dibuat dalam sistem web server dengan tujuan memudahkan pengguna dalam membaca nilai daya yang dihasilkan di kolam reaktor. Buat untuk semua kanal pengukuran kerapatan fluks neutron terkoreksi N16 yaitu untuk modul JRE10 FX801 dan JRF10 FX801 agar didapat nilai rata-rata dari setiap modul perangkat keras. DAFTAR PUSTAKA Darwis, MohIsnaeni. 2000. Kalibrasi Daya Reaktor dan Pengaturan Kanal Pengukuran Fluks Neutron RSG- GAS. Diklat Selingkung ManajemenTeras RSG-GAS. Jakarta. Edison. 2015. Diktat. Sistem Reaktor. Pelatihan Penyegaran Operator Dan Supervisor Reaktor Rsg-Gas. PRSG Pusat Pendidikan dan Pelatihan. BATAN : Serpong. Halvorsen, Hans-Petter. 2012. OPC and Real-Time Systems in LabVIEW. Department of Electrical Engineering, Information Technology and Cybernetics, Telemark University College. Norwegia. Inter Atom, 1989. Reactor Protection System, Maintenance Protection Reactor (MPR). Rev.7 Vol 3. PRSG GAS BATAN : Serpong. Rohman, Budi. 2014. Prinsip Reaktor Nuklir. Basic Professional Training Course on Nuclear Safety (BPTC) Bidang Instalasi Nuklir Balai Pendidikan dan Pelatihan. BATAN : Serpong. Sulistiyono. 2012. Pelatihan Teknisi dan Supervisor Perawatan Sistem Reaktor RSG-GAS. Laporan Akhir Kerja (LAK) Rev.12. PRSG Pusat Pendidikan dan Pelatihan. BATAN : Serpong. 100