PEMBENAHAN TRANSPORTASI KOTA BANDAR LAMPUNG MELALUI PENGENDALIAN VOLUME LALULINTAS DAN KAPASITAS JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung, selain itu

BAB 4 HASIL ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia yaitu

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

I. PENDAHULUAN. pantauan adalah penyediaan barang-barang publik (public goods) dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

Halte Kantor Walikota dan Halte PWI

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem ruang wilayah dan

BAB. I. Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Berbagai aktivitas perkotaan terutama di kota-kota besar dimana mobilitas. lintas dan pergerakan manusia didaerah tersebut.

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan

ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

I. PENDAHULUAN. Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang cukup

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KABUPATEN PANDEGLANG ( Suatu Tinjauan Teknis )

TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem setoran pada angkutan umum transportasi massa seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POTENSI PENERAPAN ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN TANPA BAYAR DI YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang hasil akhirnya berupa

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

rata-rata 19 km/jam ; Jalan Kolektor dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam ; Jalan Lokal dengan kecepatan rata-rata 22 km/jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

Transkripsi:

PEMBENAHAN TRANSPORTASI KOTA BANDAR LAMPUNG MELALUI PENGENDALIAN VOLUME LALULINTAS DAN KAPASITAS JALAN I.B. Ilham Malik, ST Dosen Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung (UBL) ABSTRAK Membenahi transportasi kota harus dilakukan dengan mengendalikan volume kendaraan pribadi dan membangun sistem angkutan umum. Biaya pengendalian volume lalulintas akan jauh lebih murah dan bersifat solutif jika dibandingkan dengan menambah kapasitas jalan. Anggaran pemerintah yang terbatas menjadi alasan penambahan kapasitas tidak realistis untuk dilakukan, selain tidak menyelesaikan masalah transportasi perkotaan. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mewujudkan angkutan umum yang handal, dan hal ini sudah menjadi perintah UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan yang harus dijalankan oleh seluruh pemerintahan. 1. PENDAHULUAN Upaya membenahi kondisi transportasi perkotaan terus dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah pusat melalui regulasi transportasi yang telah disusun dalam UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan, telah mewajibkan seluruh pemerintah daerah menerapkan sistem transportasi yang handal dan cenderung ke pembangunan angkutan umum, yang ketersediaannya seimbang dengan kebutuhan pergerakan. Mobilitas penumpang dan barang juga harus terjamin, misalnya; dengan penyediaan alat angkut yang memadai yang dilengkapi oleh fasilitas pendukungnya. Standar kualitas dan kuantitas alat angkut adalah (Fidel Miro, 2004): 1. Aman; tidak rusak, utuh 2. Cepat ; sesuai jadwal, sesuai batas waktu yang ditetapkan 3. Lancar; tidak mengalami hambatan atau kendala 4. Nyaman; yang terjaga keutuhannya, yang terangkut merasa senang 5. Ekonomis; tidak memakan biaya tinggi 6. Terjamin ketersediaannya; selalu tersedia kapan saja dan dimana saja Bagi masyarakat, kendaraan yang mampu memenuhi standar layanan ini, adalah kendaraan yang akan mereka gunakan sebagai alat mobilisasi. Terlepas dari apakah kendaraan tersebut kendaraan pribadi atau angkutan umum, karena hal yang paling utama adalah alat angkut yang mampu menyediakan standar pelayanan. Meskipun demikian, jika mayoritas masyarakat cenderung memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat angkutnya, maka kemacetan akan terjadi dimana-mana. Berapapun kapasitas jalan yang disediakan pemerintah tidak akan mungkin dapat sebanding dengan penambahan volume kendaraan. Jurnal Teknik Sipil UBL Volume 1 No. 1, Oktober 2010 60

Itulah sebabnya, melalui UU 22 Tahun 2009 tersebut, seluruh pemerintah daerah diwajibkan untuk membangun sistem angkutan umum. Bahwa saat ini di semua daerah telah tersedia angkutan umum, itu benar, namun hal yang harus diakui adalah bahwa saat ini masih belum ada sistem angkutan umumnya. Akibatnya, pelayanan angkutan umum menjadi sulit mencapai standar pelayanan seperti yang diharapkan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONDISI TRANPORTASI KOTA Penggunaan kendaraan pribadi, akhirnya menimbulkan permasalahan. Kemacetan terjadi dibanyak ruas jalan dalam wilayah Kota Bandar Lampung. Sementara, angkutan umum, semakin tidak dijadikan sebagai alat angkut utama masyarakat. Masyarakat cenderung menggunakan sepeda motor sebagai alat mobilisasinya. Memang harus diakui bahwa dari sekian syarat transportasi, sepeda motor memiliki kelebihan seperti biaya perjalanan menjadi lebih murah dan cepat sampai ke tujuan. Meskipin faktor keselamatan dan kenyamanan perjalanan tidak diperoleh namun syarat cepat dan murah, terpenuhi. Kemacetan lalulintas pun kini menjadi persoalan kota. Dari tahun ke tahun masalah kemacetan lalulintas semakin memprihatinkan. Sayangnya, akibat tidak ada kebijakan yang tepat sasaran, kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan untuk menyelesaikan masalah, akhirnya masalah kemacetan lalulintas tidak tertangani dengan baik, bahkan ada kecenderungan atau kesan, terjadi pembiaran atas masalah transportasi kota. Karena dapat dikatakan bahwa tidak ada kebijakan strategis yang diambil oleh pemerintah kota untuk menyelesaikan masalah transportasi, terutama di pembenahan angkutan umum perkotaan. Tabel 1 Titik kemacetan lalulintas di Kota Bandar Lampung NO NAMA JALAN KETERANGAN 1 Jalan ZA Pagar Alam (Simpang Unila, depan Swalayan Surya, depan UBL, depan PH, simpang Sultan Agung) 2 Jalan Teuku Umar depan PTPN, simpang Urip S, depan Koga, depan makam pahlawan, depan Kodam Garuda Hitam dan seterusnya) 3 Jalan Raden Intan Sepanjang ruas jalan karena tidak ada jalur alternatif 4 Jalan A Yani Sepanjang ruas jalan karena pertemuan 3 ruas jalan utama kota 5 Jalan RA Kartini Sepanjang ruas jalan karena tidak ada jalur alternatif 6 Jalan Cik Di Tiro Sepanjang jalan 7 Jalan Sudirman Setiap persimpangan 8 Jalan Gajah Mada Sepanjang jalan 9 Jalan Diponegoro Setiap persimpangan 10 Jalan Imam Bonjol Zona Pasar Bambu Kuning dan Smep serta beberapa titik simpang 11 Jalan Urip Sumohardjo Setiap persimpangan jalan dan perlintasan sebidang dengan jalur KA 12 Jalan Ki Maja Setiap persimpangan Sumber: RTRW Bandar Lampung, 2004-2009 dan survey PSKD UBL Pembenahan Transportasi Bandar Lampung Melalui Pengendalian Volume Dan Kapasitas (IB. Ilham Malik) 61

Kemacetan lalulintas di Kota Bandar Lampung, sama seperti yang terjadi di kota lain, diakibatkan oleh penambahan jumlah kendaraan yang tidak diiringi dengan penambahan kapasitas jalan. Namun memang penambahan kapasitas jalan tidak serta merta melancarkan lalulintas, bahkan dibanyak contoh di kota lain terutama Kota Jakarta, hal yang terjadi sebaliknya, akibat penambahan kapasitas jalan terjadi penambahan volume kendaraan lebih cepat dari sebelumnya. Karenanya, ada yang menyebutkan bahwa penambahan jumlah kendaraan mengikuti deret ukur sementara penambahan kapasitas jalan mengikuti deret hitung. Sehingga, memang, penambahan jumlah kendaraan tidak akan mungkin dapat diikuti oleh penyediaan kapasitas atau penambahan kapasitas jalan yang memadai. Karena itulah solusi masalah kemacetan lalu lintas tidak didorong ke penambahan kapasitas jalan, namun ke pengendalian volume lalulintas kendaraan. Penggunaan kendaraan pribadi, biasanya disebabkan oleh pelayanan angkutan umum yang tidak memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan calon penumpang. Sehingga, angkutan umum tidak menjadi alat perangkutan utama di dalam wilayah kota. Masyarakat cenderung menjadikan kendaraan pribadi baik mobil terutama sepeda motor, sebagai alat angkut utamanya. Itulah sebabnya jalanan menjadi padat oleh kendaraan, terutama oleh jumlah sepeda motor yang sangat banyak. Jika melihat daftar di Tabel 2, maka langkah yang seharusnya ditempuh oleh pemerintah adalah membenahi trayek angkutan kota yang ada saat ini, serta memastikan bahwa seluruh trayek berfungsi. Reformasi trayek perlu dilakukan agar ada keterjaminan akses masyarakat akan angkutan umum. Tentu dalam tahapan implementasi dari reformasi trayek ini nanti, pemerintah perlu perlu menyediakan fasilitas pendukung. Tabel 2Alasan Masyarakat Menggunakan Kendaraan Pribadi NO ALASAN MENGGUNAKAN KENDARAAN PRIBADI 1 Akses kendaraan rendah; banyak ruas jalan dan permukiman yang tidak dilalui oleh trayek angkutan umum 2 Keamanan tidak terjamin; supir membawa kendaraan secara ugal-ugalan 3 Biaya perjalanan tinggi, karena harus sering berganti jurusan angkot, dna bahkan harus menggunakan ojek dan becak untuk mengakses angkutan kota 4 Tidak nyaman; suara musik terlalu kencang, knalpot tidak standar, panas dsb 5 Tidak cepat; karena angkot terjebak kemacetan dan perjalanan yang memutar Sumber: Survey MTI Lampung, 2006 Jurnal Teknik Sipil UBL Volume 1 No. 1, Oktober 2010 62

2.2. TERJADI PENGURANGAN ANGKUTAN UMUM Upaya membenahi angkutan kota di Kota Bandar Lampung, dilakukan oleh pemerintah melalui mengurangi jumlah angkutan berupa mikrolet. Caranya dengan tidak lagi memperpanjang ijin operasi mikrolet. Sebagai gantinya, pemerintah akan membuka ijin operasi bus sedang. Dimana, 3 angkot mikrolet yang masa ijin operasinya habis, akan diganti dengan 1 bus hasil ijin baru. Sejak tahun 2006 hingga 2010 ini, setidaknya terjadi penurunan lebih dari 1500 unit angkot mikrolet dari 3500-an unit menjadi 1700 an unit beroperasi. si sebagai bentuk penambahan volume penumpang akibat kepasitas yang disediakan telah dikurangi, tapi peralihan penumpang angkot ke penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor. Artinya, langkah yang dilakukan oleh pemerintah kota sangat beresiko, dimana masyarakat menjadi terdorong menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat angkutnya karena jumlah angkutan umum mengalami pengurangan. Sementara sehingga pembebasan lahan membutuhkan biaya ekonomi dan sosial politik yang tidak kecil Selama ini digunakan untuk perawatan jalan dan pembangunan jalan lingkungan. Untuk membiayai hal tersebut, Dinas PU masih kesulitan memenuhi kebutuhan yang ada. Kerusakan jalan masih banyak terjadi di dalam wilayah kota akibat dari keterlambatan perawatan karena anggaran yang ada menggunakan skala prioritas. Jalan lingkungan pun masih banyak yang belum permanen. Sehingga jika mengharapkan anggaran yang ada digunakan untuk penambahan kapasitas jalan, Pemkot tampaknya kesulitan. Langkah yang bisa ditempuh dan paling memungkinkan adalah meminta dana dari pemerintah provinsi dan pusat. Namun tentu pemerintah provinsi dan pusat juga menggunakan skala prioritas. Dan Bandar Lampung masih masuk dalam daftar kota yang tidak prioritas, hal ini bisa dilihat dalam rencana jangka menengah dan Namun pergantian bis tidak segera berjalan. Setelah 4 tahun kebijakan ini berlangsung, belum ada ijin bus untuk beroperasi di trayek yang jumlah angkutan umum dalam bentuk mikroletnya telah dikurangi. Tentu saja implikasi kebijakan yang tidak serempak ini berdampak pada penambahan jumlah kendaraan pribadi. Seperti yang ditunjukkan oleh studi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Lampung, pada 2010 load faktor angkutan kota masih berkisar 0,4 saja. Sama dengan LF saat angkot masih berjumlah 3500-an. Artinya, hal yang terjadi bukannya penambahan LF terhadap angkutan umum yang masih beropera 1. Penambahan kapasitas jalan biasanya diikuti dengan penambahan volume kendaraan. Sehingga penambahan kaapasitas hanya penyelesaian bersifat sementara Anggaran pemerintah hingga saat ini, untuk sektor transportasi, yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, tidak lebih dari Rp 40 miliar per tahun (Musrenbang Bandar Lampung, 2009). panjang Kementerian Pekerjaan Umum 2009. Penyebabnya keterlambatan pengajuan anggaran dan kelengkapan kajian yang belum ada dan semacamnya. Terlebih lagi anggaran di Kementerian PU juga rendah akibat proritas pembangunan di sektor pendidikan dan pengentasan kemiskinan. Ruas jalan utama nasional juga menjadi perhatian pemerintah pusat sehingga penambahan kapasitas jalan semakin sulit karena perbaikan jalan nasional masih belum selesai. Karenanya, mengharapkan perbaikan transportasi kota melalui penambahan kapasitas jalan, tampaknya banyak ganjalan dan proses yang harus ditempuh. Sementara perbaikan transportasi kota membutuhkan penanganan segera karena kondisi transportasi kota sudah semakin memprihatinkan dan setiap kebijakan yang tidak tepat sasaran atau tidak solutif dan Pembenahan Transportasi Bandar Lampung Melalui Pengendalian Volume Dan Kapasitas (IB. Ilham Malik) 63

komprehensif hanya akan menambah masalah. Dan pemerintah akan semakin kesulitan menyelesaikan masalah yang ada. Dalam banyak forum kajian, disepakati bahwa untuk konteks transportasi perkotaan, langkah yang paling tepat bukanlah menambah kapasitas jalan namun menurunkan volume kendaraan pribadi melalui pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM). Jika hal ini dapat dilakukan maka perbaikan transportasi terbuka lebar dan masalah transportasi dapat terurai dengan baik, meskipun dampaknya dapat dirasakan secara bertahap. 2.3. PEMBENAHAN MELALUI VOLUME Pilihan membenahi volume sebenarnya merupakan pilihan yang paling bijaksana. Hanya saja banya kota di Indonesia yang terlihat masih enggan menganggarkan pembangunan angkutan umum dibanding menganggarkan dana rehab jalan dan pengembangan. Pembenahan volume dilakukan dengan cara: 1. Mengembangkan sistem angkutan umum dengan cara meratakan layanan trayek ke seluruh wilayah kota, menerapkan jenjang trayek dimana jenjang trayek ini berimplikasi pada jenis kendaraan, serta menjalankan manajemen pengelolaan trayek dan sebagainya (menerapkan seluruh standar dan pola SAUM) 2. Membatasi jumlah kendaraan yang melintas di ruas jalan tertentu dengan menerapkan 3 in 1 atau ERP. Namun menyiapkan lokasi P&R (park and ride) sehingga ada pilihan menggunakan angkutan umum setelah menggunakan kendaraan pribadi 3. Meningkatkan pajak kendaraan bermotor sehingga masyarakat memilih menggunakan angkutan umum daripada membeli dan menggunakan kendaraan pribadi. Bahkan ijin kepemilikan kendaraan baru perlu dipersulit. 4. Serta langkah lainnya yang relevan dengan kondisi kota dan tahapan pembangunan sistem angkutan umum. Juga perlu dilakukan sesegera mungkin, jangan sampai mengalami keterlambatan seperti yang dialami oleh Jakarta dan kota besar lainnya. Pembenahan volume akan lebih murah dibandingkan dengan meningkatkan kapasitas. Apalagi peningkatan kapasitas bukan merupakan solusi akibat volume yang tidak dikendalikan. Karenanya pengendalian volume merupakan pilihan yang paling bijak dalam memperbaiki kondisi transportasi kota. Hanya saja dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk menjalankan kebijakan tersebut. Apalagi sudah banyak contoh kota-kota di negara lain yang memiliki kondisi kota yang nyaman sebagai salahsatu dampak dari pengembangan sistem angkutan umum. Hal ini juga semakin memungkinkan dikembangkan di seluruh kota di Indonesia termasuk Kota Bandar Lampung karena Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan telah meluncurkan program pengembangan angkutan umum. Meskipun masih banyak hal yang harus dibenahi namun beberapa kota telah mencoba mengembangkan SAUM (sistem angkutan umum massal) dengan menggunakan bantuan Kemhub seperti: 1. Kota Batam 2. Kota Bogor 3. Kota Yogyakarta 4. Kota Makasar 5. Kota Palembang 6. Kota Semarang 7. Serta kota lainnya yang telah melakukan perjanjian dan kesepahaman dengan Kemhub. Kota Bandar Lampung sebenarnya sudah pernah ditawari oleh Kemhub pada Tahun 2006 lalu untuk merealiasikan sistem angkutan umum massal pada 2010. Namun akibat ketidaksiapan Pemkot Bandar Lampung akhirnya upaya untuk merealisasikannya akan dijadwalkan ulang pada 2014. Jika respon pemerintah kota tidak tanggap bisa jadi jadwal realiasi bantuan akan diundur kembali. Jurnal Teknik Sipil UBL Volume 1 No. 1, Oktober 2010 64

4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini adalah: 1. Melihat kondisi yang ada di Kota Bandar Lampung, pembenahan transportasi sudah perlu dilakukan sesegera mungkin agar masalah transportasi tidak semakin kompleks 2. Perbaikan harus dimulai dari pengendalian volume kendaraan pribadi agar kemacetan lalulintas dapat dikurangi. Disaat bersamaan juga dikembangkan sistem angkutan umum massal yang dibangun dengan menggunakan sumber daya kota, provinsi dan DAFTAR BACAAN 1. Bappeda, 2000, Blasa UDP, Bappeda Lampung, Lampung 2. Bappeda, 2006, Masterplan Transportasi Bandar Lampung, Bappeda Bandar Lampung, Lampung 3. Bappenas, 2006, Evaluasi Transportasi Indonesia, Bappenas, Jakarta 4. BPS, Sensus, 2010, Bandar Lampung dalam Angka, BPS, Lampung 5. Dishub, 2007, Tatanan Transportasi Lokal Bandar Lampung, Dishub Bandar Lampung, Lampung 6. Dishub, 2010, Studi Kelayakan dan DED Angkutan Massal di Bandar pemerintah pusat. Apalagi pengembangan angkutan umum sudah menjadi komitmen Kementerian Perhubungan dan amanat UU No 22 Tahun 2009 3. Dibutuhkan komitemen pemerintah kota mengingat pemerintah provinsi dan pusat sudah berkeinginan dan berkomitmen dengan hal ini. Namun model pengembangan angkutan umum harus disesuaikan dengan kondisi lokal. Tidak harus mencontoh pengembangan angkutan umum di kota lain karena bisa jadi, beda konteks. Lampung dan Hinterland, Dishub Provinsi Lampung, Lampung 7. Ilham Malik, IB, 2004, Susahnya Mengurusi Transportasi Mengkritik Indonesia Lewat Jogja, Penerbit Dunia Kata, Yogyakarta 8. Ilham Malik, IB, 2010, Kebijakan Transportasi Kota Bandar Lampung, Jurnal Arsitektur, Penerbit Prodi Arsitektur UBL, Lampung 9. Ilham Malik, IB, 2009, Evaluasi Mudik 2008, Makalah Seminar di Kantor Menko Ekonomi, Jakarta 10. Kemhub, 2009, Masterplan Transportasi Aglomerasi Bandar Lampung dan Sekitarnya, Kementerian Perhubungan, Ja Pembenahan Transportasi Bandar Lampung Melalui Pengendalian Volume Dan Kapasitas (IB. Ilham Malik) 65