Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.


GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT (SIPBM) Rangga Perdhana, SE Kasubbid Pendidikan dan Pemerintahan BAPPEDA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

P E N U T U P P E N U T U P

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DAN KEMISKINAN DINAMIS JAWA TIMUR PPLS 2011 DENGAN PBDT 2015

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BIODATA. : Dr. SAIFUL RACHMAN, MM, M.Pd

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

TIPOLOGI DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO

BAB III METODE PENELITIAN

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

Transkripsi:

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat, dan Fokus Seni Budaya dan Olah Raga. Identifikasi terhadap ke tiga fokus utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 2.2.1.1.1 Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu 2009-2013 disajikan pada tabel 2.26 Pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp. 684,234 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp. 778,454 triliun pada tahun 2010, Rp. 884,144 triliun pada tahun 2011, Rp. 1.001,721 triliun pada tahun 2012 dan Rp. 1.136,330 triliun pada tahun 2013. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Jawa Timur tahun 2009 meningkat dari Rp. 320,861 triliun menjadi Rp. 393,666 triliun pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 419,430 triliun. Berdasarkan tabel 2.26 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 5,01 persen, kemudian tahun 2010, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing tumbuh sebesar 6,68 persen, 7,22 persen dan 7,27 persen, akan tetapi mengalami perlambatan menjadi 6,55 persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu tersebut lebih cepat dari rata-rata nasional. Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2013 Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PDRB ADHB (Miliar Rupiah) 684.234 778.454 884.144 1.001.721 1.136.330 2. PDRB ADHK 2000 (Miliar Rupiah) 320.861 342.281 366.984 393.666 419.430 3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55 4. Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) 4,55 6,10 6,50 6,23 5,78 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 47

Tabel 2.27 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (persen) Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 3,92 2,23 2,53 3,49 1,59 2. Pertambangan & Penggalian 6,92 9,18 6,08 2,10 3,30 3. Industri Pengolahan 2,80 4,32 6,06 6,34 5,59 4. Listrik,Gas & Air Bersih 2,72 6,43 6,25 6,21 4,74 5. Konstruksi 4,25 6,64 9,12 7,05 9,08 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,58 10,67 9,81 10,06 8,61 7. Pengangkutan & Komunikasi 12,98 10,07 11,44 9,64 10,43 8. Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 5,30 7,27 8,18 8,01 7,68 9. Jasa-jasa 5,76 4,34 5,08 5,07 5,32 Sumber PDRB 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55 : BPS Provinsi Jawa Timur Dapat dilihat pada tabel 2.27 di atas, secara umum pada tahun 2013 seluruh sektor mengalami perlambatan kecuali pertambangan dan penggalian, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa. Sektor pertanian mengalami perlambatan pada tahun 2010 dan mengalami percepatan sampai dengan tahun 2012 dan kembali melambat pada tahun 2013. Industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar kedua dalam struktur PDRB Jawa Timur mengalami percepatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, namun mengalami perlambatan pada tahun 2013. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berkontribusi dominan mengalami percepatan pada tahun 2009 dan 2010, namun mengalami perlambatan pada tahun 2011 dan kembali mengalami percepatan 10,06 persen pada tahun 2012 dan kembali melambat menjadi 8,61 persen pada tahun 2013. Situasi perekonomian global yang masih mengalami krisis sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tercermin dari pertumbuhan sektoralnya. Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur secara umum memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi provinsi. Pertumbuhan tertinggi tahun 2012 dicapai oleh Kota Batu dengan pertumbuhan sebesar 8,26 persen, sedangkan terendah pada kabupaten Bojonegoro yaitu sebesar 5.82 persen, yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.28. 48

Tabel 2.28 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2012 Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 Kabupaten 01. Pacitan 5,28 6,66 6,72 6,77 02. Ponorogo 5,01 5,89 6,41 6,67 03. Trenggalek 5,02 6,16 6,53 6,72 04. Tulungagung 5,25 6,65 6,88 6,99 05. Blitar 5,05 6,12 6,42 6,44 06. Kediri 4,28 6,07 6,28 6,99 07. Malang 5,02 6,57 7,35 7,56 08. Lumajang 5,04 5,94 6,35 6,47 09. Jember 5,02 6,16 7,21 7,27 10. Banyuwangi 5,06 6,26 7,14 7,29 11. Bondowoso 5,00 5,69 6,28 6,47 12. Situbondo 5,02 5,89 6,39 6,62 13. Probolinggo 5,12 6,25 6,33 6,67 14. Pasuruan 5,02 6,23 7,19 7,29 15. Sidoarjo 4,41 5,92 6,95 7,23 16. Mojokerto 5,03 6,87 7,23 7,29 17.Jombang 5,04 6,65 6,91 6,99 18. Nganjuk 5,18 6,32 6,47 6,72 19. Madiun 5,02 5,96 6,49 6,58 20. Magetan 5,02 5,81 6,18 6,51 21. Ngawi 5,05 6,19 6,20 6,67 22. Bojonegoro 6,55 10,97 9,20 5,82 23. Tuban 5,03 6,30 7,24 6,19 24. Lamongan 5,31 6,86 7,07 7,22 25. Gresik 5,96 6,89 7,39 7,43 26. Bangkalan 4,37 5,47 6,27 6,45 27. Sampang 4,27 5,40 6,14 6,19 28. Pamekasan 5,04 5,77 6,27 6,43 29. Sumenep 4,22 5,51 6,36 6,49 Kota 30. Kota Kediri 4,19 5,99 7,93 7,67 31. Kota Blitar 5,31 6,66 6,64 6,84 32. Kota Malang 5,20 6,60 7,22 7,71 33. Kota Probolinggo 5,02 6,41 6,67 6,96 34. Kota Pasuruan 5,02 5,99 6,35 6,59 35. Kota Mojokerto 5,03 6,66 6,77 7,19 36. Kota Madiun 5,22 6,97 7,29 7,88 37. Kota Surabaya 5,17 7,47 7,65 7,76 38. Kota Batu 5,90 7,16 8,17 8,26 Jawa Timur 5,01 6,68 7,22 7,27 Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur 2.2.1.1.2 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian wilayah adalah besarnya laju inflasi. Indikator ini pada prinsipnya menggambarkan kenaikan indek harga konsumen di Jawa Timur. Pada periode tahun 2009-2013, inflasi di Jawa 49

Timur cenderung berfluktuasi dari kisaran 3,62 persen di tahun 2009 hingga 7,59 persen di tahun 2013. Nilai inflasi Jawa Timur dari tahun 2009-2012 lebih tinggi dibanding dengan inflasi nasional, namun pada mulai bulan Mei tahun 2013 inflasi Jawa Timur berada di bawah inflasi Nasional. Gambar 2.18 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2009-2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Tingginya inflasi pada tahun 2013 disebabkan oleh kebijakan pemerintah (Administered Price) yang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (sejak tanggal 22 Juni 2013) atau menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar 40 persen. Hal ini menimbulkan dampak secara langsung pada sektor transportasi. Selanjutnya, menimbulkan efek domino terhadap kenaikan harga kelompok bahan makanan dan sektor lainnya. Gambar 2.19 Laju Inflasi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Pada akhir tahun 2013, kebijakan pemerintah mengurangi kuota daging impor menyebabkan spekulasi dan boikot para importir sapi, yang menyebabkan 50

stagnasi ketersediaan daging di pasar berkurang bahkan sempat kosong dan pengusaha menaikkan harga sampai menyentuh harga tertinggi berkisaran Rp. 90.000 sampai dengan Rp.100.000. Inflasi juga didorong dengan adanya pengaruh melemahnya nilai rupiah terhadap dolar yang menyentuh sampai Rp. 12.000 per 1 dolar, sehingga mempengaruhi harga terhadap barang impor maupun barang produk yang menggunakan bahan baku impor. Jika dilihat selama tujuh tahun terakhir (2007-2013), faktor penyebab inflasi dari tujuh kelompok pengeluaran, kelompok Transport (Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan) tahun 2013 mencapai rekor inflasi tertinggi sebesar 12,60 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2008 sebesar 11,70 persen. Pada tahun 2010 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 16,22 persen, sedangkan inflasi tertinggi pada kelompok perumahan terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,54 persen, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,66 persen, inflasi tertinggi pada kelompok kesehatan terjadi pada tahun 2008 sebesar 5,97 persen, dan inflasi tertinggi pada kelompok pendidikan terjadi pada tahun 2007 sebesar 7,96 persen. Apabila dilihat dari lokasi dan besaran inflasi pada tingkatan yang lebih kecil (Kabupaten/Kota) tahun 2009-2013, dapat terlihat seperti pada tabel berikut : 51

Tabel 2.29 Inflasi 10 Kabupaten/Kota IHK di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Kab. Jember 3,66 7,09 3,36 4,49 7,21 Kab. Sumenep 2,73 6,75 4,42 5,05 6,62 Kota Kediri 3,60 6,80 4,18 4,63 8,05 Kota Malang 3,39 6,70 3,41 4,60 7,92 Kota Probolinggo 3,55 6,68 4,92 5,88 7,98 Kota Madiun 3,40 6,54 3,00 3,51 7,52 Kota Surabaya 3,39 7,33 3,44 4,39 7,52 Kab. Tulungagung 4,64 6,25 - - - Kab. Banyuwangi 4,21 6,83 - - - Kab. Tuban 4,24 5,98 - - - Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Pengukuran inflasi sejak tahun 2011 hanya dilakukan pada tujuh kabupaten/kota. Sedangkan untuk tahun 2014 akan dilakukan pengukuran di delapan kabupaten/kota; dari tujuh kabupaten/kota eksisting ditambah Kabupaten Banyuwangi. 2.2.1.1.3 PDRB Perkapita Kondisi perekonomian Jawa Timur menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang berada di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga diikuti dengan peningkatan PDRB per kapita Jawa Timur sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.30. PDRB per kapita penduduk Jawa Timur setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 PDRB perkapita Jawa Timur mencapai Rp. 18,421 juta, kemudian meningkat menjadi Rp. 20,775 juta pada tahun 2010. Selanjutnya, pada tahun 2011 PDRB per kapita Jawa Timur meningkat menjadi Rp. 23,760 juta dan pada tahun 2012 mencapai Rp. 27,194 juta kemudian pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi Rp. 29.620 juta. Hal ini merupakan satu indikasi membaiknya kondisi perekonomian Jawa Timur. 52

Tabel 2.30 PDRB Per Kapita Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2012 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013* ) (1) (3) (4) (5) (6) (7) 1. 2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Ribu jiwa) 686.848 778.566 884.144 1.001.72 1.136,33 37.286 37.476 37.688 38.053 38.363 3. PDRB Per Kapita (Ribu Rupiah) 18.421 20.775 23.760 27.194 29.620 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan : * ) Angka Diperbaiki Peningkatan PDRB per kapita tersebut disebabkan pertumbuhan PDRB ADHB jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Dengan meningkatnya PDRB per kapita tersebut, maka secara umum mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur semakin meningkat. 2.2.1.1.4 Indeks Gini Rasio Tahun 2009-2013 Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas segitiga di bawah diagonal, yang angkanya berkisar antara nol hingga satu. Nol merupakan pemerataan sempurna, sedangkan satu merupakan ketimpangan sempurna. Tabel 2.31 Angka Gini Rasio menurut Status Wilayah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Tahun 2009 2010 2011 2012*) 2013**) Sumber : BPS Prov. Jawa Timur Keterangan : *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara (menunggu validasi BPS) Status Wilayah Gini Rasio Jawa Timur Kota 0,34 Desa 0,26 Kota+Desa 0,33 Kota 0,36 Desa 0,26 Kota+Desa 0,34 Kota 0,38 Desa 0,30 Kota+Desa 0,37 Kota 0,37 Desa 0,30 Kota+Desa 0,36 Kota 0,39 Desa 0,29 Kota+Desa 0,36 Gini Rasio Nasional 0,37 0,38 0,41 0,41 0,41 G < 0,3 = Ketimpangan Rendah 0,3 G 0,5 = Ketimpangan Sedang G>0,5 = Ketimpangan Tinggi 53

Bila mengacu pada nilai gini rasio, tingkat ketimpangan rata-rata konsumsi per kapita di Jawa Timur 2009-2013 masih masuk dalam kategori ketimpangan sedang (antara 0,3 0,5). Selama tahun 2009-2011 nilai gini rasio di Jawa Timur menunjukkan tren kearah peningkatan, namun pada tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 0,01 dibandingkan tahun 2011 menjadi 0,36 dan pada tahun 2013 tidak terjadi perubahan. Situasi tersebut, masih lebih baik bila dibandingkan angka gini rasio nasional, sejak tahun 2009 hingga 2011 yang terus meningkat. Gini rasio Indonesia selama tahun 2009-2013 berturut-turut adalah 0,37 (2009); 0,38 (2010); 0,41 (2011); 0,41 (2012) dan 0,41 (2013). Secara umum gini rasio daerah perkotaan mulai tahun 2009-2012 lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Dalam kurun empat tahun terakhir gini rasio wilayah perkotaan masuk dalam kategori sedang, sedangkan gini rasio daerah perdesaan masuk dalam kategori rendah. 2.2.1.1.5 Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia Bank Dunia mengukur pemerataan pendapatan dalam masyarakat dengan pendekatan besar persentase distribusi pengeluaran penduduk suatu wilayah berdasarkan kategori pendapatan 40 persen terbawah, 40 persen menengah dan 20 persen teratas. Dari pengukuran pemerataan pendapatan berdasarkan versi Bank Dunia seperti tersaji pada tabel 2.32, menunjukkan bahwa kelompok yang mempunyai pendapatan berkategori 20 persen teratas pada tahun 2009 sebanyak 42,55 persen, dan selanjutnya mengecil masing-masing 40,67 persen (2010) ; 40,34 persen (2011); 45,47 persen (2012); dan pada tahun 2013 menjadi 45,63 persen. Tabel 2.32 Persentase Distribusi Pengeluaran Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Tahun 40 % bawah 40 % menengah 20 % atas (1) (2) (3) (4) 2009 19,86 37,59 42,55 2010 20,81 38,52 40,67 2011 21,09 38,57 40,34 2012 20,15 34,38 45,47 2013 19,82 34,55 45,63 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 54

Hasil penghitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa penduduk yang berpendapatan 40 persen terbawah pada tahun 2013 sekitar 19,82 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang berpendapatan 40 persen terbawah menikmati hasil kegiatan ekonomi sebesar 19,82 persen, berarti ketimpangan pendapatan yang terjadi di Jawa Timur pada tahun 2013 masuk dalam kategori rendah. 2.2.1.1.6 Indeks Ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) Salah satu indikator yang bisa membaca seberapa jauh tingkat disparitas antar wilayah, yaitu Indeks Williamson. Semakin besar angka yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson berarti semakin melebar kesenjangan yang terjadi di wilayah tersebut. Sebaliknya, semakin kecil indeks ini, semakin mengecil kesenjangan antar wilayahnya. Pencapaian Indeks Williamson di Jawa Timur pada empat tahun terakhir relatif berfluktuatif, tetapi ada kecenderungan semakin membaik dalam kurun dua tahun terakhir. Pada tahun 2009 indeks ini tercatat sebesar 114,46 selanjutnya melebar pada tahun 2010. Selanjutnya indeks ini semakin mengecil pada tahun 2011 dan 2012 yang pencapaiannya masing-masing 112,68 dan 112,60. Adanya jembatan Suramadu meningkatkan arus perekonomian dan transfer sosial budaya kewilayah Madura semakin cepat. Selain itu Jalur Lintas Selatan sangat mendukung perekonomian pada wilayah selatan yang dulunya masih terkendala. Demikian pula daerah-daerah yang ekonominya transportasinya bergantung pada Tol Porong yang semula terkendala dengan adanya luapan lumpur Sidoarjo, dengan adanya jalur arteri Porong perekonomiannya kembali normal. Tabel 2.33 Indeks Williamson Jawa Timur Tahun 2009-2012 Tahun Indeks Williamson Perubahan (1) (2) (3) 2009 114,46 0,46520 2010 115,14 0,59409 2011* 112,68-2,13653 2012** 112,60-0,07100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka diperbaiki **) Angka Sementara 55

2.2.1.1.7 Presentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan di Jawa Timur Angka kemiskinan di Jawa Timur dari tahun 2009-2013 berturut-turut mengalami penurunan dari 16,68 persen; 15,26 persen; 13,85 persen; 13,08 persen dan 12,73 persen. Gambar 2.21 Prosentase Penduduk Miskin dan Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Tahun 2009-2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 2.2.1.1.8 Angka Kriminalitas yang Tertangani Berdasarkan data dari Polres Kabupaten/Kota se Jawa Timur, angka kriminalitas yang tertangani pada tahun 2012 adalah 2,42 atau dengan kata lain dalam satu tahun 2 sampai 3 tindak kejahatan yang terjadi diantara 10.000 penduduk dapat ditangani oleh aparat kepolisian. Apabila diperhatikan selama 3 tahun terakhir, rata-rata tindak kejahatan yang tertangani sudah di atas 53,27 persen. Hal ini sebagai bukti penanganan kriminalitas oleh aparat keamanan sudah semakin baik. Tabel 2.34 Tindak Kejahatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012 Tahun Jumlah Tindak Kejahatan Tindak Kejahatan Yang Tertangani Persentase Tindak Kejahatan Tertangani Angka Kriminalitas Tertangani 2009 20.363 8.976 44,08 2,41 2010 2011 2012 16.879 14.991 15.270 9.892 7.503 9.216 58,61 50,05 60,35 2,64 1,99 2,42 Sumber : Polres Kab/Kota Se Jawa Timur (2009,2012), Polda Jatim (2010-2012) 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Rakyat Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan pembangunan kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diketahui melalui indikator sebagai berikut : 56

2.2.2.1 Pendidikan 2.2.2.1.1. Angka Melek Huruf Umur 15 Tahun Keatas Melek huruf merupakan indikator kunci dasar dan paling esensial diantara indikator pembangunan manusia lainnya. Pentingnya indikator ini untuk mengukur dimensi pengetahuan, maka dalam formulasi Pengukuran Human Development Index (HDI), indikator melek huruf memiliki bobot yang lebih besar, yaitu sebesar 2/3 dibanding rata-rata lama sekolah yang hanya sebesar 1/3. Tabel 2.35 Perkembangan Angka Melek Huruf di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2013 NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis 24.492.836 24.984.639 25.077.871 25.773.409 25.230.826 2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 27.896.169 28.282.363 28.244.026 28.963.661 28.316.044 3 Angka melek huruf (Persen) 87,80 88,34 88,79 89,00 89,10 4 Angka buta Huruf (Persen) 12,20 11,66 11,21 11,00 10,90 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 15 tahun ke atas ini juga menjadi sasaran global dan nasional. Berdasarkan tabel 2.35 Angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama kurun waktu 2009-2013 terjadi peningkatan dari 87,80 di tahun 2009 dan menjadi 88,34 persen di tahun 2010; 88,79 persen di tahun 2011; dan 89,00 persen di tahun 2012. Pada tahun 2013 angka melek huruf meningkat lagi menjadi 89,10 persen. Gambar 2.22 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 57

Capaian indikator ini pada tahun 2013, hanya terpaut sebesar 5.9 persen di bawah target Pendidikan Untuk Semua (PUS) Tahun 2014. Sementara Untuk mencapai target yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014 Kemdiknas, perlu upaya keras, mengingat capaian Jawa Timur pada tahun 2013 terpaut jauh yaitu sebesar 6,5 persen. Capaian melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kalau dilihat dari Gambar 2.22 bahwa semakin tinggi kelompok umur antara laki-laki dan perempuan maka semakin besar pula perbedaan capaian melek huruf nya. Capaian melek huruf laki-laki mulai kelompok umur 15-19 tahun hingga 45-49 tahun diatas 90 persen, sedangkan pada perempuan mulai kelompok umur 15-19 tahun hingga 35-39 tahun diatas Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk perempuan yang buta huruf lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Oleh karenanya dalam pemberantasan buta aksara di Jawa Timur maka kelompok sasaran utama mesti lebih difokuskan pada kelompok usia 40 tahun ke atas yang capaiannya di bawah 95 persen. 100 90 Gambar Gambar 2.23 7 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Jawa Timur 2012. (Persen) 99.67 99.02 98.86 98.58 97.81 93.22 90.12 80 70 82.14 78.52 73.63 60 50 54.43 40 15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-64 65+ L P L+P Kalau dilihat dari tabel 2.36, berdasarkan Kabupaten/Kota maka angka melek huruf tahun 2012 di Jawa Timur yang tertinggi ada di Kota Malang yaitu sebesar 98,3 persen dan terendah Kabupaten Sampang sebesar 70,7 persen. Jika mengacu pada sasaran RPJMN 2012 sebagaimana pada Gambar 2.24 dapat dilihat bahwa sebaran capaian melek huruf usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur di kabupaten yang berwarna merah adalah prioritas pemberantasan buta huruf di Jawa Timur, karena di wilayah tersebut masih dibawah target RPJMN 2012. 58

Wilayah di Jawa Timur yang telah mencapai sasaran melek huruf dalam RPJMN 2012 sebanyak 8 Kabupaten/Kota, yaitu wilayah dengan warna hijau. Gambar 2.24 Sebaran Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota dan Capaian Terhadap Target RPJMN Kemdiknas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 (Juni) Tabel 2.36 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Kabupaten/kota Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf Kabupaten 01. Pacitan 373.358 426.801 87,5 02. Ponorogo 611.314 674.753 90,6 03. Trenggalek 489.933 529.61 92,5 04. Tulungagung 720.633 762.829 94,5 05. Blitar 785.109 858.81 91,4 06. Kediri 1.048.606 1.143.291 91,7 07. Malang 1.704.467 1.883.845 90,5 08. Lumajang 640.89 777.144 82,5 09. Jember 1.463.753 1.778.614 82,3 10. Banyuwangi 1.078.207 1.194.979 90,2 11. Bondowoso 463.374 577.866 80,2 12. Situbondo 394.822 512.577 77,0 13. Probolinggo 671.949 840.912 79,9 14. Pasuruan 1.058.708 1.164.719 90,9 15. Sidoarjo 1.485.632 1.522.964 97,5 16. Mojokerto 745.536 794.998 93,8 17. Jombang 855.477 912.817 93,7 59

Kabupaten/kota Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf 18. Nganjuk 704.909 780.474 90,3 19. Madiun 452.852 517.736 87,5 20. Magetan 443.62 488.041 90,9 21. Ngawi 541.211 637.787 84,9 22. Bojonegoro 795.752 943.98 84,3 23. Tuban 726.246 873.128 83,2 24. Lamongan 810.204 918.933 88,2 25. Gresik 869.76 905.259 96,1 26. Bangkalan 531.208 665.031 79,9 27. Sampang 455.468 644.078 70,7 28. Pamekasan 510.66 609.762 83,7 29. Sumenep 641.745 824.473 77,8 Kota 30. Kediri 202.103 208.873 96,8 31. Blitar 98.357 101.662 96,7 32. Malang 636.712 647.468 98,3 33. Probolinggo 152.103 165.351 92,0 34. Pasuruan 135.767 140.026 97,0 35. Mojokerto 89.507 92.582 96,7 36. Madiun 129.429 133.681 96,8 37. Surabaya 2.112.947 2.160.062 97,8 38. Batu 141.081 147.745 95,5 Jawa Timur 25.773.409 28.963.661 89,0 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Tabel 2.37 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012 60 Angka Melek Huruf Provinsi/Kab/Kota (tahun) 2009 2010 2011 2012 Kabupaten 01. Pacitan 91,56 91,58 91,60 87,50 02. Ponorogo 85,72 85,73 87,32 90,60 03. Trenggalek 92,69 92,83 92,84 92,50 04. Tulungagung 93,50 93,55 93,58 94,50 05. Blitar 91,90 92,00 92,02 91,40 06. Kediri 92,76 92,81 92,84 91,70 07. Malang 89,54 89,55 89,59 90,50 08. Lumajang 86,30 86,32 86,56 82,50 09. Jember 83,08 83,48 83,60 82,30 10. Banyuwangi 86,48 86,66 87,36 90,20 11. Bondowoso 75,31 76,72 78,25 80,20 12. Situbondo 78,20 78,24 78,27 77,00 13. Probolinggo 77,86 78,91 80,44 79,90 14. Pasuruan 88,93 89,99 90,03 90,90 15. Sidoarjo 97,40 97,42 97,76 97,50 16. Mojokerto 94,09 94,11 94,12 93,80 17. Jombang 92,50 92,52 92,87 93,70 18. Nganjuk 90,46 90,48 91,07 90,30

Angka Melek Huruf Provinsi/Kab/Kota (tahun) 2009 2010 2011 2012 19. Madiun 88,31 89,53 89,55 87,50 20. Magetan 90,28 90,54 90,56 90,90 21. Ngawi 85,12 85,14 85,54 84,90 22. Bojonegoro 84,58 84,78 84,81 84,30 23. Tuban 85,56 85,79 85,83 83,20 24. Lamongan 86,97 87,15 88,71 88,20 25. Gresik 94,36 94,47 94,56 96,10 26. Bangkalan 82,82 82,84 82,87 79,90 27. Sampang 64,81 66,03 67,56 70,70 28. Pamekasan 80,21 80,84 81,82 83,70 29. Sumenep 78,63 78,64 78,66 77,80 Kota 30. Kediri 97,41 97,53 97,56 96,80 31. Blitar 97,23 97,24 97,27 96,70 32. Malang 97,19 97,20 97,24 98,30 33. Probolinggo 92,33 92,49 92,51 92,00 34. Pasuruan 96,14 96,41 96,43 97,00 35. Mojokerto 97,11 97,12 97,13 96,70 36. Madiun 97,75 97,79 97,80 96,80 37. Surabaya 98,00 98,06 98,07 97,80 38. Batu 97,78 98,26 98,27 95,50 Jawa Timur Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur 2.2.2.1.2. Rata-rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah (mean years school/mys) merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. MYS bersama dengan angka melek huruf, merupakan salah satu variabel komposit indeks pembangunan manusia (IPM/HDI). Gambar 2.25 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 61

Berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama 2009-2013 terjadi peningkatan kualitas penduduk, yaitu dari setara kelas satu jenjang pendidikan SLTP ditahun 2009 meningkat menjadi setara kelas dua pada jenjang pendidikan SLTP ditahun 2013. Walaupun terjadi kenaikan, namun kenaikan tersebut relatif lambat, karena selama tahun 2009-2013 hanya terjadi peningkatan sebesar 0,34 persen atau rata-rata hanya terjadi kenaikan 0,07 persen per tahunnya. k 4 Gambar Gambar 2.26 10 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Berusia 15 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Jawa Timur 2012 10 9.31 9.54 9.13 10.04 10.08 9.32 9.42 8.65 8.34 8.91 9.34 9.3 8.3 7.38 8.7 7.73 6.42 7.96 6.66 5.8 7.15 5.47 5.65 5.99 5.01 4.33 4.51 4.87 4.17 3.65 2.97 1.97 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ L P L+P Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Kalau dilihat rata-rata lama sekolah menurut kelompok umur dari sisi jenis kelamin secara umum rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk di Jawa Timur tertinggi pada kelompok usia 20-24 tahun mencapai 10,08 tahun atau setara dengan kelas satu SLTA dan terus menurun hingga pada kelompok umur 65 tahun keatas. Pembangunan pendidikan di Jawa Timur selama ini, membawa dampak peningkatan capaian pendidikan tertinggi penduduk di kelompok usia 15-34 tahun yang memiliki rata-rata lama sekolah setara lulusan SLTP. Karenanya, salah satu upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD 2009-2014 adalah dengan mengakselerasi situasi ini melalui program Wajar Dikdas 12 tahun (setara SLTA). Walaupun bobot dalam formulasi IPM rata-rata lama sekolah lebih rendah dibandingkan melek huruf, namun dengan melakukan intervensi pada peningkatan rata-rata lama sekolah, tentunya akan memberi pengaruh pada pencapaian melek huruf. Bisa dipastikan wilayah dengan rata-rata lama sekolah yang tinggi, akan memiliki tingkat melek huruf yang tinggi pula. 62

Tabel 2.38 Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012 Kabupaten/Kota Kabupaten (Tahun) 2009 2010 2011 2012 01. Pacitan 6,71 6,90 6,94 6,96 02. Ponorogo 6,61 6,68 6,99 7,18 03. Trenggalek 7,19 7,24 7,26 7,31 04. Tulungagung 7,80 7,84 7,85 7,95 05. Blitar 7,23 7,35 7,36 7,40 06. Kediri 7,59 7,60 7,69 7,72 07. Malang 6,80 6,80 7,02 7,08 08. Lumajang 6,03 6,10 6,41 6,43 09. Jember 6,45 6,53 6,73 6,79 10. Banyuwangi 6,81 6,85 6,89 7,25 11. Bondowoso 5,49 5,54 5,66 5,94 12. Situbondo 5,99 6,18 6,19 6,22 13. Probolinggo 5,08 5,57 5,80 5,92 14. Pasuruan 6,33 6,34 6,54 6,83 15. Sidoarjo 9,78 9,84 9,85 9,92 16. Mojokerto 7,79 7,81 7,82 7,94 17. Jombang 7,76 7,77 7,84 8,04 18. Nganjuk 7,11 7,19 7,44 7,61 19. Madiun 6,96 7,38 7,39 7,44 20. Magetan 7,55 7,57 7,60 7,85 21. Ngawi 6,34 6,36 6,99 7,02 22. Bojonegoro 6,53 6,66 6,68 6,72 23. Tuban 6,22 6,41 6,49 6,53 24. Lamongan 7,03 7,19 7,46 7,59 25. Gresik 8,49 8,53 8,84 8,98 26. Bangkalan 5,13 5,16 5,30 5,74 27. Sampang 3,93 3,95 4,20 4,22 28. Pamekasan 5,73 6,11 6,32 6,32 29. Sumenep 5,20 5,63 5,64 5,71 Kota 30. Kediri 10,00 10,20 10,21 10,24 31. Blitar 9,71 9,72 9,75 9,77 32. Malang 10,82 10,83 10,84 10,87 33. Probolinggo 8,35 8,52 8,53 8,67 34. Pasuruan 8,81 8,85 8,96 9,05 35. Mojokerto 9,67 9,97 9,98 10,11 36. Madiun 10,38 10,43 10,44 10,46 37. Surabaya 9,94 9,95 10,08 10,10 38. Batu 8,34 8,51 8,52 8,54 Jawa Timur 7,20 7,24 7,34 7,45 Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur Wujud pemerataan dan perluasan akses pendidikan Jawa Timur dilakukan dengan cara memperluas daya tampung satuan pendidikan, memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda secara sosial, ekonomi, gender, geografis wilayah, dan 63

tingkat kemampuan fisik serta intelektual. Bertambahnya Angka Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf merupakan suatu indikator kunci keberhasilan pendidikan yang berlangsung saat ini. 2.2.2.1.3. Angka Partisipasi Kasar Angka partisipasi kasar (APK) merupakan salah satu indikator kinerja utama dalam melihat keberhasilan program-program pendidikan yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. APK untuk setiap jenjang pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.27 APK SD, SMP, SMA di Jawa Timur Tahun 2009-2013 SD SMP SMA 113.3 112.3 112.67 112.69 112.7 101.7 102.09 102.12 102.15 102.22 71.43 73.7 73.78 74.21 78.21 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun (7-12 untuk SD sederajat, 13-15 untuk SLTP sederajat dan 16-18 untuk SLTA sederajat, berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Sasaran Nasional APK tahun 2012, terdapat dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Sasaran APK SD (termasuk SDLB, MI, dan Paket A) sebesar 118,2 persen, SLTP/MTs/Paket B sebesar 103,90 persen, dan SLTA/SMK/MA/Paket C sebesar 79,0 persen. Besaran APK SD di Jawa Timur tahun 2013 adalah 112,70 persen meningkatn 0.01 poin bila dibandingkan dengan tahun 2012 adalah 112,69 persen. 64 Bila APK SD dalam Renstra Kemdiknas 2010-2014 digunakan sebagai dasar

rujukan, maka capaian APK SD Jawa Timur tahun 2013 belum mencapai sasaran dan terpaut sebesar 5,50 persen poin. Begitu halnya dengan APK SLTP, karena besarnya capaian APK SLTP Jawa Timur tahun 2013 sebesar 102,21 persen, masih terpaut 1,68 persen dengan target Renstra Kemdiknas 2010-2014. Sementara untuk APK SLTA di Jawa Timur tahun 2013 sebesar 78,21 persen, terpaut 0,79 persen di bawah sasaran APK SLTA tahun 2012 dalam Renstra Kemendiknas 2010-2014. Tabel 2.39 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) di Provinsi Jawa Timur 2009-2013 NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013 1 SD sederajat 1.1. 3.1.2. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 4.451.717 4.426.538 4.569.814 4.488.775 4.416.241 3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 3.918.582 1.3. APK SD/MI 113,3 112,3 112,67 112,69 112,70 2 SMP sederajat 2.1. 2.2. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 1.852.005 1.899.146 1.888.485 1.785.512 1.844.834 1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747.931 1.804.944 2.3. APK SMP/MTs 101,7 102,09 102,12 102,15 102.21 3 SLTA sederajat 3.1. 3.2. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 1.191.452 1.231.707 1.285.830 1.343.928 1.212.488 1.667.999 1.671.244 1.742.789 1.810.980 1.550.297 3.3. APK SMA/MA/SMK 71,43 73,7 73,78 74,21 78,21 Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur Pada tahun 2013 ini seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur APK SD di atas 100 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak yang sekolah di SD umurnya diluar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari 7 tahun. Begitu pula APK SLTP juga diatas 100 persen. Karena banyak kita jumpai anak anak yang usianya belum genap 7 tahun sudah sekolah SD dan imbasnya saat masuk SMP usianya kurang dari 13 tahun kondisi demikian yang menyebabkan APK SD dan SMP diatas 100 persen. Sementara APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini diduga banyak anak tamatan SLTP yang tidak melanjutkan kejenjang SLTA. Capaian APK di Jawa Timur sekolah setingkat SD tahun 2013 tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 141,66 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Sidoarjo sebesar 105,04 persen. Untuk APK SMP tertinggi adalah Kota Blitar 65

sebesar 137,31 persen dan terendah adalah Kabupaten Probolinggo sebesar 94,03 persen. Sedangkan APK sekolah setingkat SMA yang tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 117,52 persen dan terendah Kabupaten Sampang sebesar 48,38 persen. Tabel 2.40 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2013 Kabupaten/Kota Kabupaten 66 APK SD APK SLTP APK SLTA 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 01. Pacitan 108,24 108,25 108,43 95,75 96,32 96,49 63,53 63,62 68,06 02. Ponorogo 112,59 112,60 112,71 109,75 109,76 109,67 76,06 76,19 79,61 03. Trenggalek 120,47 120,48 120,34 103,42 103,43 103,43 69,86 69,89 74,13 04. Tulungagung 107,68 107,69 107,96 105,40 105,41 105,41 69,19 69,21 71,32 05. Blitar 104,94 104,96 105,05 99,96 99,97 99,98 62,32 62,40 66,60 06. Kediri 105,06 105,30 105,47 103,81 103,82 103,82 59,50 59,64 61,63 07. Malang 108,23 109,67 109,79 94,27 94,64 96,19 61,58 61,62 64,25 08. Lumajang 108,80 108,81 108,91 98,34 98,70 98,80 56,30 56,41 63,51 09. Jember 107,92 107,93 107,95 98,04 98,05 98,10 62,29 62,40 65,29 10. Banyuwangi 107,79 109,72 109,90 99,56 99,57 99,73 66,86 67,06 79,77 11. Bondowoso 114,21 114,21 114,24 97,97 97,99 98,01 76,79 76,81 77,97 12. Situbondo 115,29 115,29 114,70 99,11 99,12 99,12 62,76 62,79 66,72 13. Probolinggo 129,76 129,76 128,82 93,96 93,97 94,03 58,81 58,84 59,83 14. Pasuruan 111,39 112,21 112,29 97,48 98,20 98,27 80,30 80,39 84,76 15. Sidoarjo 104,63 104,64 105,04 99,38 99,39 99,40 83,91 83,97 86,77 16. Mojokerto 115,24 115,25 115,05 113,05 113,06 112,66 71,32 72,89 75,41 17. Jombang 105,57 105,59 105,78 107,85 107,86 105,04 89,38 89,53 92,50 18. Nganjuk 114,12 115,43 115,54 109,13 109,14 108,95 71,36 71,39 73,92 19. Madiun 111,65 111,66 111,79 98,08 98,39 98,43 65,66 65,86 67,57 20. Magetan 105,47 105,68 105,90 110,96 110,97 110,35 86,98 87,13 88,72 21. Ngawi 118,08 118,10 118,20 95,62 96,05 96,46 81,21 81,40 84,17 22. Bojonegoro 118,22 118,23 117,97 107,62 107,63 107,35 83,70 83,74 84,67 23. Tuban 108,85 108,86 109,02 104,65 104,66 102,52 61,36 61,44 66,44 24. Lamongan 112,30 112,37 112,66 103,05 103,06 103,64 83,72 84,53 87,45 25. Gresik 105,56 105,60 106,01 96,86 97,03 97,27 73,68 75,00 81,22 26. Bangkalan 128,71 128,72 128,28 95,46 95,50 95,57 50,33 51,14 58,34 27. Sampang 107,38 107,38 107,34 94,05 94,06 94,11 44,61 44,81 48,38 28. Pamekasan 124,02 124,03 122,99 98,81 98,82 98,85 61,76 62,07 66,87 29. Sumenep 127,14 127,14 126,18 94,09 94,10 94,17 69,87 70,09 71,62 Kota 30. Kediri 148,85 148,86 141,17 137,19 137,20 137,20 109,92 109,95 115,20 31. Blitar 159,65 159,66 141,66 137,11 137,13 137,13 116,42 116,43 117,52 32. Malang 109,51 109,59 110,41 117,54 117,55 117,55 98,26 101,19 105,78 33. Probolinggo 112,73 112,74 113,01 116,41 116,42 116,42 96,13 97,72 103,83 34. Pasuruan 114,29 114,67 115,16 125,67 125,68 125,68 101,44 101,47 103,68 35. Mojokerto 152,84 152,85 115,05 126,47 126,49 112,66 102,45 102,46 75,41 36. Madiun 142,91 142,92 134,09 121,78 121,79 121,79 101,35 101,39 106,57 37. Surabaya 109,51 109,52 109,56 110,01 110,02 110,03 93,71 100,03 104,08 38. Batu 132,89 132,90 127,44 117,30 117,32 117,32 85,70 85,77 87,07 Jawa Timur 112,67 112,69 112,70 102,12 102,15 102,22 73,78 74,21 78,21 Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

2.2.2.1.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Angka pendidikan yang ditamatkan (APT) bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Gambar 2.28 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Jawa Timur, Tahun 2012 20,56 5,95 9,06 15,03 20,13 29,27 Sumber : BPS Jawa Timur Tdk/Belum Sekolah Tamat SD Sederajat Tidak Tamat SD Tamat SLTP Sederajat Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur tahun 2012 sebagian besar tamatan SD yaitu sebesar 29.27 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi sebesar 5.95 persen. Yang menjadi perhatian disini adalah yang tidak punya ijazah sebesar 24.09 persen (Tidak/belum sekolah dan tidak tamat SD), jadi hampir sekitar seperempat penduduk usia 15 tahun keatas tidak memiliki ijazah. Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Jika dilihat perkembangan pertahun penduduk usia 15 tahun keatas yang sudah menyelesaikan pendidikan SLTP keatas terus mengalami peningkatan, pada tahun 2008 yang menamatkan pendidikan SLTP keatas sebesar 31,97 persen menjadi 46,64 persen pada tahun 2012. Kondisi yang cukup baik ini diiringi pula oleh menurunnya persentase penduduk yang tidak punya ijazah terus menurun, yaitu pada tahun 2008 penduduk yang tidak punya ijazah sebesar 26,07 persen menjadi 24,09 persen pada tahun 2012. 67

Tabel 2.41 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2012 Uraian 2009 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (5) Laki-laki Tidak/belumsekolah 5,49 6,11 5,59 4,91 TidaktamatSD 15,92 13,49 14,80 14,66 SD 27,27 31,81 30,50 29,81 SLTP 19,80 20,86 20,95 20,67 SLTA 24,76 22,01 22,40 23,51 PT 6,76 5,72 5,76 6,43 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 N(000jiwa) 13.460,438 13.748,067 13.701,56 14.094.534 Perempuan Tidak/belumsekolah 14,28 15,44 13,78 13,00 TidaktamatSD 17,08 14,39 16,12 15,37 SD 26,07 30,15 28,59 28,75 SLTP 18,45 18,45 19,32 19,62 SLTA 17,97 16,54 16,86 17,76 PT 6,15 5,02 5,34 5,50 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 N(000jiwa) 14.478,659 14.534,031 14.542,47 14.869,127 Laki-laki+ Perempuan Tidak/belumsekolah 10,05 10,91 9,80 9,06 TidaktamatSD 16,52 13,95 15,48 15,03 SD 26,65 30,96 29,51 29,27 SLTP 19,10 19,62 20,11 20,13 SLTA 21,24 19,20 19,55 20,56 PT 6,44 5,36 5,55 5,95 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 N(000jiwa) 27.939,097 28.282,098 28.244,026 28.963,661 Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur Bila dilihat per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kota Malang merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang berijazah perguruan tinggi (17,86 persen) dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan Kabupaten Sampang merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang belum sekolah/ tidak tamat SD (30,81 persen). Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan unsur pembentuk IPM. Kabupaten/kota Kabupaten 68 Tabel 2.42 Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Berdasar Ijazah Yang Dimiliki Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Tidak/belum sekolah Tidaktamat SD SD SLTP SLTA PT Jumlah Jumlah Penduduk 01. Pacitan 10,49 13,39 40,15 21,2 10,7 4,08 100,00 426.801 02. Ponorogo 6,60 20,58 29,49 21,07 17,24 5,01 100,00 674.753 03. Trenggalek 4,28 15,25 39,02 23,09 13,80 4,56 100,00 529.610 04. Tulungagung 4,43 12,41 32,74 24,88 20,41 5,13 100,00 762.829 05. Blitar 6,91 16,31 34,41 22,79 15,4 4,19 100,00 858.810 06. Kediri 5,54 16,45 29,47 22,84 21,55 4,14 100,00 1.143.291

Kabupaten/kota Tidak/belum sekolah Tidaktamat SD SD SLTP SLTA PT Jumlah Jumlah Penduduk 07. Malang 7,39 18,95 32,32 20,16 16,84 4,34 100,00 1.883.845 08. Lumajang 12,82 18,02 38,82 15,77 11,25 3,31 100,00 777.144 09. Jember 14,66 20,37 31,41 15,56 13,56 4,43 100,00 1.778.614 10. Banyuwangi 7,39 20,17 28,42 20,63 17,97 5,43 100,00 1.194.979 11. Bondowoso 12,76 27,65 30,39 12,88 11,32 5,01 100,00 577.866 12. Situbondo 18,86 22,71 26,72 14,81 12,64 4,26 100,00 512.577 13. Probolinggo 12,03 27,21 31,65 14,31 11,23 3,57 100,00 840.912 14. Pasuruan 7,62 20,18 33,77 18,21 17,67 2,56 100,00 1.164.719 15. Sidoarjo 2,02 6,46 17,8 24,73 38,13 10,87 100,00 1.522.964 16. Mojokerto 5,11 15,46 25,58 26,29 23,39 4,18 100,00 794.998 17. Jombang 5,88 12,44 27,96 25,51 23,75 4,45 100,00 912.817 18. Nganjuk 7,15 14,62 31,98 20,8 19,49 5,95 100,00 780.474 19. Madiun 9,17 16,47 28,34 20,81 20,97 4,24 100,00 517.736 20. Magetan 6,66 13,67 30,77 19,09 23,66 6,15 100,00 488.041 21. Ngawi 14,37 14,9 29,21 23,11 14,22 4,19 100,00 637.787 22. Bojonegoro 11,84 14,57 34,14 22,36 14,39 2,70 100,00 943.980 23. Tuban 13,93 14,08 34,52 20,22 14,21 3,04 100,00 873.128 24. Lamongan 8,94 15,78 26,42 23,17 19,33 6,35 100,00 918.933 25. Gresik 4,27 9,90 21,55 24,66 31,97 7,65 100,00 905.259 26. Bangkalan 21,85 13,09 39,38 12,26 9,94 3,47 100,00 665.031 27. Sampang 30,81 25,75 26,62 9,09 6,10 1,62 100,00 644.078 28. Pamekasan 15,68 17,55 33,61 15,81 13,69 3,66 100,00 609.762 29. Sumenep 25,47 17,65 31,12 12,78 10,23 2,74 100,00 824.473 Kota 30. Kediri 2,31 8,76 17,83 21,46 37,37 12,27 100,00 208.873 31. Blitar 2,21 10,36 20,13 23,56 33,06 10,68 100,00 101.662 32. Malang 2,35 5,89 16,45 18,64 38,8 17,86 100,00 647.468 33. Probolinggo 5,59 11,66 23,65 19,37 30,55 9,18 100,00 165.351 34. Pasuruan 3,17 12,04 23,19 21,31 30,02 10,27 100,00 140.026 35. Mojokerto 2,48 7,30 14,77 21,74 39,28 14,42 100,00 92.582 36. Madiun 2,23 5,79 16,16 22,02 39,95 13,85 100,00 133.681 37. Surabaya 2,91 6,44 19,83 20,67 36,37 13,77 100,00 2.160.062 38. Batu 3,53 14,14 28,3 20,34 26,6 7,09 100,00 147.745 Jawa Timur 9,25 15,58 29,01 19,97 20,30 5,88 100,00 28.963.661 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 2.2.2.1.5. Angka Partisipasi Murni (APM) APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator tonggak kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen. 69

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator tonggak kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM di untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen. Tabel 2.43 APM SD, SLTP, dan SLTA Jawa Timur 2009-2013 dan Sasaran APM dalam Renstra Depdiknas Tahun 2009-2013 Tahun SD SLTP SLTA (1) (2) (3) (4) 2009 97,71 85,44 51,96 2010 97,08 85,94 53,97 2011 97,16 85,96 54,97 2012 97,23 86,07 55,94 2013 97,83 86,36 59,78 Sumber : Dinas Pendidikan Jawa Timur Secara umum dalam empat tahun terakhir 2009-2013, terjadi peningkatan APM di Jawa Timur untuk semua jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD, angka APM berfluktuasi pada tahun 2009 hingga 2010 mengalami penurunan, namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 menunjukkan peningkatan. Sementara APM SLTP Jawa Timur 2009-2013 terus mengalami peningkatan mulai 85,44 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 86,36 persen pada tahun 2013, setiap tahunnya rata-rata naik sebesar 0,23 persen poin. Demikian halnya untuk jenjang pendidikan SLTA, capaian APM Jawa Timur tahun 2013 sebesar 59,78 persen, meningkat 7,82 persen poin, bila dibandingkan APM tahun 2009 yaitu 51,96 persen. Capaian APM Jawa Timur jika diukur dengan sasaran Renstra Kemdiknas untuk SD telah melampui 1,53 persen poin sedangkan untuk SLTP melampui sebesar 10,67 persen. 70

Tabel 2.44 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/Paket C Per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2013 Kabupaten/Kota Kabupaten APM SD/Mi Paket A APM SMP/Mts/ Paket B APM SMA/SMK/Paket C 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 01. Pacitan 99,46 99,47 99,49 88,87 88,88 88,91 56,72 56,79 56,92 02. Ponorogo 99,17 99,18 99,20 98,90 98,90 98,93 60,16 60,20 60,64 03. Trenggalek 97,02 97,03 97,50 85,55 85,56 85,61 54,18 54,28 56,27 04. Tulungagung 98,32 98,33 98,52 90,20 90,21 90,29 53,62 53,69 53,81 05. Blitar 94,58 94,78 94,94 83,52 83,53 83,57 44,84 45,40 50,51 06. Kediri 94,84 94,93 95,15 84,14 84,15 84,25 42,88 43,28 48,36 07. Malang 94,59 94,89 95,12 75,25 75,26 75,37 44,49 44,64 49,42 08. Lumajang 99,48 99,49 99,67 98,17 98,17 98,18 53,63 53,84 55,36 09. Jember 95,87 95,88 96,05 78,44 78,27 78,33 47,38 47,69 48,66 10. Banyuwangi 96,05 96,25 96,79 83,71 83,72 83,80 49,08 49,25 53,08 11. Bondowoso 99,02 99,03 99,04 87,76 86,60 86,63 57,64 57,66 57,72 12. Situbondo 92,98 93,00 93,40 98,65 90,84 90,85 48,08 48,44 50,96 13. Probolinggo 96,87 96,88 97,04 73,21 72,50 72,54 38,11 38,30 40,00 14. Pasuruan 94,35 94,90 95,03 91,80 91,81 91,85 55,56 55,66 61,86 15. Sidoarjo 94,07 94,26 94,59 80,86 80,87 80,90 62,54 62,57 63,30 16. Mojokerto 99,45 99,46 99,47 94,69 94,70 94,74 56,20 56,23 60,01 17. Jombang 94,25 94,35 95,26 89,36 89,37 89,42 66,24 66,25 69,60 18. Nganjuk 98,57 98,58 98,80 88,92 88,93 88,97 53,38 53,41 58,28 19. Madiun 79,12 87,72 79,12 79,13 47,35 47,39 20. Magetan 94,38 95,23 95,28 91,37 91,38 91,43 62,05 62,11 62,28 21. Ngawi 98,67 98,96 99,01 90,77 90,78 90,83 64,04 64,09 64,18 22. Bojonegoro 99,02 99,04 99,37 93,85 93,86 93,88 69,18 69,21 74,55 23. Tuban 97,57 97,59 97,77 85,93 85,94 85,99 44,60 44,83 49,50 24. Lamongan 98,46 98,92 99,35 82,32 82,33 82,83 59,49 59,50 62,59 25. Gresik 92,56 93,53 93,95 86,13 86,14 86,18 57,26 57,30 63,87 26. Bangkalan 97,21 97,22 85,25 83,68 42,76 43,29 27. Sampang 93,15 93,16 93,33 73,88 73,72 73,75 21,66 21,99 31,10 28. Pamekasan 97,97 97,98 98,01 83,98 82,02 82,06 57,59 58,74 58,87 29. Sumenep 93,42 93,44 93,84 72,48 72,32 72,39 50,88 50,91 51,03 Kota 30. Kediri 116,15 116,16 112,55 115,43 115,43 115,44 66,70 77,20 89,96 31. Blitar 146,06 146,06 128,07 114,17 114,17 114,19 88,57 88,63 94,25 32. Malang 108,30 108,31 107,92 94,38 94,39 94,51 69,31 74,70 75,74 33. Probolinggo 103,11 103,12 102,71 95,04 95,05 95,09 70,49 70,52 75,04 34. Pasuruan 106,99 107,00 107,77 101,18 101,18 101,20 93,57 93,58 93,58 35. Mojokerto 121,30 121,31 113,63 103,32 103,32 103,34 79,24 79,26 84,90 36. Madiun 130,06 130,07 126,21 103,37 103,37 103,39 74,24 75,71 77,31 37. Surabaya 98,79 98,80 98,90 94,23 94,24 94,36 67,65 73,28 87,11 38. Batu 103,92 103,93 103,08 94,98 94,99 95,04 64,52 64,65 66,41 Jawa Timur 97,16 97,23 97,83 85,96 86,07 86,36 54,97 55,94 59,78 Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur 71

a. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa TimurTahun 2012 Gambar 2.29 APM SD sederajat menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Capaian APM anak sekolah SD sederajat per kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2013 menunjukkan angka yang bervariasi. Dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, terdapat 13 wilayah yang APM SD nya dibawah capaian provinsi dan 25 wilayah yang capaiannya di atas APM SD provinsi. 72

APM SD tertinggi adalah di Kota Blitar sebesar 128,07 persen dan yang terendah di Kabupaten Sampang sebesar 93,33 persen. Tingginya APM SD di Kota Blitar kemungkinan karena banyaknya anak usia 7-12 tahun dari Kabupaten Blitar yang bersekolah pada sekolah-sekolah di Kota Blitar, dan hal ini juga yang menyebabkan Kabupaten Blitar APM SD nya lebih rendah dari Kota Blitar. Hal yang sama juga terjadi pada enam wilayah kota lainnya yaitu Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Madiun, Kota Batu dan Kota Kediri. Keenam kota ini APM SD nya di atas 100 persen. b. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/Mts/Paket B Per kabupaten/kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 12 wilayah yang APM SLTP nya di bawah capaian provinsi dan 26 wilayah yang capaiannya di atas APM SLTP provinsi. APM SLTP tertinggi adalah di Kota Kediri sebesar 115,44 persen dan yang terendah di Kabupaten Sumenep sebesar 72,39 persen. Ada lima wilayah di Jawa Timur yang APM SLTPnya diatas 100 persen, yaitu Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan. Tingginya APM SLTP di lima wilayah tersebut diduga karena adanya anak-anak sekolah dari wilayah kabupaten setempat. 73

74 Gambar 2.30

c. Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Gambar 2.31 Pada tahun 2013 APM SMA Jawa Timur sebesar 59,78 persen capaian ini tentunya masih jauh dari yang diharapkan. Besaran APM SMA Jawa Timur ini memberikan gambaran sekitar lima puluh persen penduduk Jawa Timur yang berusia 16-18 tahun tidak sedang sekolah di bangku SMA. Dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur 17 wilayah capaian APM SMA nya dibawah capaian Jawa Timur dan 21 wilayah capaian APM SMAnya diatas capaian Jawa Timur. APM SMA tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 94,25 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Sampang sebesar 31,10 persen. Besarnya selisih capaian APM SMA ini mengindikasikan adanya ketimpangan pendidikan antar Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 75

2.2.2.2 Kesehatan Beberapa indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi kesejahteraan sosial masyarakat antara lain angka kelangsungan hidup bayi (AKHB), usia harapan hidup, dan jumlah balita yang mengalami kasus gizi buruk. 2.2.2.2.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka kelangsungan hidup bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah, terutama di sektor kesehatan. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) merupakan cermin ukuran dari angka kematian bayi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Secara matematis AKHB = (1-angka kematian bayi). Angka kematian bayi merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kelangsungan hidup bayi dilihat dari data kematian Per 1000 kelahiran hidup sekitar 974 pada tahun 2012. Data tersebut memberikan makna bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat 974 bayi yang mencapai usia 1 tahun. Sementara angka kematian bayi tahun 2012 diproyeksikan menurun menjadi 25,95 Per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian bayi, maka semakin besar peluang kelangsungan hidup bayi. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran terus menurun. Angka harapan hidup makin meningkat, dan persentase balita dengan kasus gizi buruk terus menyusut. Angka kematian bayi perlu terus ditekan, karena merupakan indikator penting di bidang kesehatan, hal ini menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka kematian bayi di Jawa Timur terus menurun, yaitu hingga 28,31 per 1.000 kelahiran. Tabel 2.45 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2012 No. Indikator 2009 2010 2011 2012*) 1. Angka Kematian Bayi (AKB) 31,41 29,29 29,24 25,95 2. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) 968,59 970,71 970,76 974,05 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Keterangan : *) Angka Sementara 76