EKSISTENSI DAN KEWENANGAN MAHKAMAH KOSNTITUSI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI BAGIAN DARI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA. A. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebelum Perubahan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

Selasa, 17 November 2009 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tuntutan dari gerakan reformasi tahun 1998 adalah melakukan

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1

Macam-macam konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

Dua unsur utama, yaitu: 1. Pembukaan (Preamble) ; pada dasarnya memuat latar belakang pembentukan negara merdeka, tujuan negara, dan dasar negara..

BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1

BAB IV PENUTUP. diperluas dan diperkuat dengan semangat demokrasi melalui langkah - langkah pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

BEBERAPA CATATAN TENTANG LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA 1. (Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

RINGKASAN PUTUSAN. Perkara Nomor 17/PUU-V/2007 : Henry Yosodiningrat, SH, dkk

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan reformasi yang digalakkan oleh mahasiswa dan masyarakat

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

4 Ibid, hlm 3 5 Ibid, hlm 5

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEKRETARIAT JENDERAL KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

Perubahan Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD Tahun 1945, Dillema. Menghidupkan Kembali Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

SKRIPSI KEDUDUKAN HUKUM REKOMENDASI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DALAM FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP LEMBAGA PELAYANAN PUBLIK. Oleh

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN PERUBAHANNYA

Urgensi Menata Ulang Kelembagaan Negara. Maryam Nur Hidayat i-p enelit i P usat St udi Fakult as Hukum UI I

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Pointers Hakim Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S. Dalam Acara

UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 010/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl 13 Juni 2006

IMPEACHMENT WAKIL PRESIDEN. Oleh : Dr. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum.

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu agenda checks and balances

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. disingkat UUD RI Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis (basic law)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

Transkripsi:

EKSISTENSI DAN KEWENANGAN MAHKAMAH KOSNTITUSI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA Oleh: Askarial, MH., SH Dosen Jurusan Kriminologi Fisipol Universitas Islam Riau Pekanbaru Abstract Once implemented amendments howards the 1945 constitution, so in order to adjust the institutional state after changes are necessary. The idea to apply the principle of strict separation principle, separation of power of state institutions became a very essential thing in a state of law. Separation of the legislative executive, judicial, constitutive and auditory, embodied in the organs of state institutionalization of equal and once each to supervise and compensate each other. Keyword: Mahkamah Konstitusi in Country. PENDAHULUAN Sejak runtuhnya kekuasaan Orde Baru dan bergulirnya reformasi, terasa banyak kekurangan dan perlunya penataan ulang terhadap penyelenggaraan negara dan roda pemerintahan. Tentunya perubahan ini tidak begitu saja dapat dilakukan dengan segera, tetapi memerlukan waktu dan pemikiran terutama untuk menyempurnakan kembali Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menjadi pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan dan pemerintahan Indonesia.

Gerakan reformasi pada akhirnya akan bermuara pada terbangunnya tatanan negara yang demokratis, telah menjadi komitmen seluruh komponen bangsa pasca keruntuhan rezim Orde Baru yang otoriter. Reformasi juga telah membuka mata semua orang untuk segera mengadakan berbagai koreksi dan penyempurnaan di berbagai bidang dengan cepat, agar tidak kehilangan momentum. Sehubungan dengan hal ini sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa untuk mengadakan perbaikan terhadap suatu negara yang sudah rusak, tentunya harus melihat hukum dasar yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan negara yaitu konstitusi (UUD). Oleh karena itu su atu konstitusi yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman harus dilakukan perubahan (amandemen), supaya lebih jelas arah dan tujuannya. Sedapat mungkin dalam suatu konstitusi harus dihindari dari penafsiran yang bermacam-macam, sebagaimana yang terjadi selama ini terhadap UUD 1945. Konstitusi yang baik seharusnya tidak berpeluang menimbulkan masalah yang diakibatkan penafsirannya, melahirkan perbedaan yang tajam dan bahkan sulit dipersatukan karena bermakna ganda, tidak tegas, dan terlalu umum. Dengan demikian apabila suatu konstitusi (UUD) suatu negara diadakan perubahan (amandemen), hendaknya perubahan itu tidak bersifat sementara tetapi dapat berlaku sepanjang masa. Konstitusi atau Undang-undang Dasar sebagaimana yang dijelaskan oleh penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, adalah suatu hukum dasar yang tertulis dan menjadi sumber hukum bagi seluruh peraturan-peraturan yang diterbitkan dalam praktik bernegara. Sehingga konstitusi adalah berisi pokok-pokok aturan yang harus berkarakter tegas dan kokoh, karena memuat kandungan cita-cita hukum ( rechtsidee), yang merupakan hukum dasar negara. Oleh karena itu perubahan (amandemen) terhadap Undang-Undang Dasar 1945, tidak begitu saja dapat dilakukan harus benar-benar dapat mengakomodir aspirasi masyarakat dan dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk itu, sehingga konstitusi yang diubah itu memang benar-benar

dapat diterapkan dan tidak untuk sementara waktu. Untuk itu perlu diadakan suatu komisi yang khusus menangani perubahan (amandemen) UUD 1945, yang disebut dengan Komisi Konstitusi. Komisi Konstitusi merupakan suatu lembaga yang diharapkan dapat memberikan produk yang memuaskan bagi rakyat. Selama ini amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang setiap persidangan dan hasil yang dikeluarkannya memang sarat dengan muatan politik yang ada di dalamnya, sehingga produk yang dihasilkan tersebut juga memberikan nuansa politis yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Dengan kehadiran Komisi Konstitusi yang independen diharapkan dapat menghasilkan produk UUD yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, karena terlepas dari muatan dan nuansa politik, sehingga hasil dari amandemen UUD 1945 yang dikeluarkan itu dapat berlaku sesuai dengan perkembangan zaman dan diharapkan tidak setiap saat mengalami perubahan. Dengan demikian roda kenegaraan dan pemerintahan dapat dijalankan dengan baik, sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur, aman dan sejahtera. Dari uraian yang diungkapkan di atas, maka dalam tulisan ini dapat dirumuskan permaslahan yang dibahas, yaitu Bagaimana keberadaan Komisi Konstitusi dalam Ketatanegaraan Indonesia. KEBERADAAN KOMISI KONSTITUSI DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA Arti Penting Komisi Konstitusi Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa perubahan yang dituntut dalam alam reformasi ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan, memang membutuhkan waktu yang panjang. Terutama dalam membenahi struktur kenegaraan dan pemerintahan, tentunya perubahan itu harus didahului dengan perubahan konstitusi (UUD), yang menjadi pedoman atau aturan dasar dalam peneyelenggaraan negara dan pemerintahan.

Kehadiran Komisi Konstitusi yang independen merupakan harapan seluruh rakyat agar dapat melahirkan suatu UUD yang betul-betul tidak multi tafsir, jelas dan memihak kepada kepentingan seluruh rakyat. Seteru eksekutif dan legislatif seperti yang terjadi sebelumnya karena ada Pasal UUD 1945 yang multi tafsir, diharapkan tidak terulang. Disinilah perlunya kehadiran Komisi Konstitusi yang betul-betul independen, nonpartisan, steril dari pengaruh politik (kekuasaan), sehingga dengan lahirnya Komisi Konstitusi akan dapat mengeliminasi sejumlah persoalan bangsa yang selama ini tidak mampu dicerna dengan baik oleh MPR. Hal ini dapat dicermati secara mendalam bahwa hasil dari dua kali perubahan terhadap UUD 1945, melalui Amandemen Pertama yang dilakukan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Amandemen Kedua pada tahun 2000, masih kelihatan bahwa perubahan yang dilakukan MPR masih sangat parsial. Kenyataannya dapat dibuktikan dari substansi yang telah dirubah tidak menyentuh keseluruhan bagian yang telah lama diperdebatkan dalam proses penyelenggaraan Negara Indonesia. Terutama yang menyangkut keberadaan MPR sebagai lembaga yang diberikan kewenangan konstitusional untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Dengan perubahan parsial seperti ini, dapat dikatakan bahwa MPR tidak berkeinginan untuk mereformasi posisi strategisnya sebagai lembaga tertinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Tidak adanya perubahan terhadap posisi konstitusional MPR dari dua kali amandemen yang telah dilakukan, tidak terlepas dari pemikiran oleh sebagian kalangan di MPR yang menyadari sepenuhnya, jika seandainya dilakukan perubahan secara komprehensif dan mendasar terhadap UUD 1945 dengan melakukan restrukturisasi yang elementer terhadap lembaga-lembaga negara yang ada, demikian juga halnya dengan MPR. Hal ini dapat diamati dari perkembangan politik ketatanegaraan, bahwa posisi MPR sebagai lembaga tertinggi negara telah menimbulkan persoalan tersendiri dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Apabila perubahan UUD 1945 diserahkan kepada Komisi Konstitusi, besar kemungkinan MPR

akan muncul dengan sosok yang jauh berbeda dengan apa yang dipahami, sebagaimana yang terjadi pada perubahan ketiga dan keempat UUD 1945. Pada Pasal 1ayat (2) dinyatakan, bahwa Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undangundang Dasar. Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (!) UUD 1945 perubahan keempat dinyatakan, bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Di sini terlihat bahw dengan dibentuknya Komisi Konstitusi dapat membawa perubahan yang signifikan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang. Sehubungan dengan kenyataan di atas, maka setidaknya ada dua argumentasi mengenai pentingnya pembentukan Komisi Konstitusi, yaitu: 1. Konstitusi pada hakekatnya merupakan kontrak sosial antara masyarakat dengan negara, di mana pada satu sisi masyarakat merelakan diri untuk melepas sebagian dari hak-haknya dan tunduk serta diatur oleh negara. Sementara di sisi lainnya, negara juga diberi batasanbatasan tertentu dengan adanya pengakuan dan jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan adanya lembagalembaga yang menjamin HAM dengan mengedepankan prinsip pembatasan kekuasaan dan checks and balances antara lembaga-lembaga tersebut. Dengan demikian, sudah seharusnya warga negara berpartisipasi penuh dalam proses pembentukan konstitusi. 2. Arti penting konstitusi sebagai kontrak sosial tersebut justru dipinggirkan oleh MPR dalam proses perubahan pertama dan kedua. Ada beberapa persoalan yang tampak dalam proses perubahan UUD pertama dan kedua adalah sebagai berikut: a. Adanya bias kepentingan politik. Dalam perubahan pertama dan kedua UUD 1945 masih terlihat upaya untuk mengedepankan kepentingan politik partai yang sempit dibandingkan dengan kepentingan bangsa yang lebih luas.

b. Tidak adanya paradigma yang jelas. Model Rancangan Perubahan UUD 1945, di mana semua alternatif perubahan dimasukkan dalam satu rancangan, membuka peluang besar bagi tidak adanya paradigma, konstruksi nilai dan bangunan ketatanegaraan yang hendak dibentuk dan dianut dengan perubahan tersebut. c. Tidak didasari ide konstitusionalisme. MPR dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945, tidak mau/berani keluar dari kerangka dengan mendekonstruksi prinsip dan nilai UUD 1945 yang relevansinya saat ini sudah layak dipertanyakan. MPR tidak mendasarinya dengan ide-ide konstitusionalisme, yang esensinya merupakan spirit/jiwa bagi adanya pengakuan hak asasi manusia dan lembaga-lembaga negara yang dibentuk untuk melindungi HAM dengan dibatasi oleh hukum. Ide konstitusionalisme yang bersifat universal ini, tidak memahami konstitusi sebagai doktrin karena konstitusi hanyalah raga/wadahnya, namun sebagai spirit/jiwa yang membentuknya yang berkembang saat ini yakni prinsip demokrasi dan nilai-nilai HAM. Apabila hal ini disadari oleh berbagai kekuatan politik yang ada di MPR, maka dalam perubahan dan perumusan konstitusi baru peranan lembaga ini hanya terbatas dalam dua hal saja, yaitu : a. Melakukan proses pembentukan Komisi Konstitusi. b. Memberikan prinsip-prinsip dasar atau batasan-batasan umum dalam merumuskan perubahan. Misalnya perubahan dapat dilakukan dengan (1) tetap memepertahankan Pembukaan UUD 1945, (2) tetap dalam bingkai negara kesatuan, (3) tetap dengan sistem pemerintahan presidensial. Prinsip dan batasan inilah yang dipegang oleh Komisi Konstitusi dalam melakukan perubahan. Dengan demikian Komisi Konstitusi mempunyai arti penting dalam melakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945, karena sifatnya yang independen dan nonpartisan sehingga produknya diharapkan tidak ada muatan politis dan

melindungi kepentingan tertentu, secara demokratis, luwes, jelas serta bersifat umum sesuai dengan aspirasi dan kehendak masyarakat secara keseluruhan. Dengan perubahan yang jelas tersebut roda kenegaraan dan pemerintahan dapat dijalankan sesuai dengan tujuannya, tanpa ada perbedaan pendapat dan penafsiran antara legislatif dan eksekutif sebagaimana yang telah terjadi sebelumnya. Syarat Pembentukan Komisi Konstitusi Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa keberadaan Komisi Konstitusi untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945 adalah sangat penting, agar roda kenegaraan dan pemerintah dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya muatan politis dari golongan atau kelompok tertentu, tetapi prinsipnya adalah demi kepentingan rakyat secara keseluruhan. Oleh karena itu harus dipahami benar bahwa Komisi Konstitusi semata-mata adalah untuk mengatasi problem-problem konstitusi di masa transisi, dari era demokrasi semu atau zaman orde baru untuk menuju era demokrasi yang sebenarnya. Harus disadari benar bahwa bahwa kegagalan dalam memanfaatkan momentum perubahan ini akan mengakibatkan kegagalan menindaklanjuti langkah-langkah reformasi. Jika langkah reformasi terhenti maka krisis multidimensional akan berlanjut dan membawa bangsa ke jurang kehancuran. Sehingga konstitusi merupakan alat yang dapat memandu perubahan tersebut agar tidak menjadi anarkis, sangat dibutuhkan. Oleh karena itu konstitusi (UUD 1945) yang dirasa tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sudah saatnya dilakukan perubahan (amandemen), agar sesuai dengan alam reformasi yang dikehendaki. Konstitusi atau UUD adalah produk politik dan sekaligus produk hukum oleh suatu generasi, manakala substansinya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan tuntutan reformasi generasi berikutnya, jawabannya tiada lain harus dilakukan amandemen (perubahan). Dengan demikian tujuan dari amandemen UUD adalah:

a. Mengubah, menambah, mengurangi, atau memperbarui redaksi dan substansi konstitusi (sebagian atau seluruhnya), supaya sesuai dengan kondisi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kondisi pertahanan dan keamanan bangsa pada zamannya. b. Menjadikan UUD sebagai norma dasar perjuangan demokratisasi bangsa yang terus bergulir untuk mengembalikan paham konstitusionalisme, sehingga jaminan dan perlindungan HAM dapat ditegakkan, anatomi kekuasaan tunduk pada hukum atau tampilnya supremasi hukum, dan terciptanya peradilan yang bebas. c. Untuk menghindari terjadinya pembaruan hukum atau reformasi hukum yang tambal sulam, sehingga proses dan mekanisme perubahan atau penciptaan peraturan perundang-undangan yang baru sejalan dengan hukum dasarnya yaitu konstitusi. (Tim Kajian Amandemen FH Unibraw, 2000: 5). Supaya tujuan tersebut dapat dilaksanakan maka perubahan terhadap UUD 1945 perlu diberikan wewenang khusus kepada suatu badan yang mempunyai kredibilitas untuk hal itu, yaitu Komisi Konstitusi. Penulis secara terbuka sangat setuju dengan pembentukan Komisi Konstitusi, karena perubahan yang diharapkan adalah harus steril dari berbagai muatan politis dan kepentingan tertentu, dan hal ini hanya dapat dilakukan oleh badan yang sifatnya independen dan bebas dari pengaruh politik, kepentingan dan kekuasaan. Untuk itu syarat minimal yang harus dipenuhi untuk pembentukan Komisi Konstitusi adalah: a. Komisi Konstitusi harus merupakan organ mandiri yang beranggotakan orang-orang ahli dan berdedikasi kepada persatuan bangsa dan negara. b. Komisi Konstitusi dibentuk dalam waktu yang ditentukan dan dapat diperpanjang dengan alasan yang kuat. c. Pembentukan Komisi Konstitusi adalah suatu langkah dalam pembenahan konstitusi dan mengantisipasi perubahan yang dibawa oleh gerakan reformasi.

d. Komisi Konstitusi berada di bawah pengawasan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dari syarat minimal yang disebutkan di atas, dapat dilihat bahwa kehadiran Komisi Konstitusi yang mandiri dan independen dalam perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945 sangat diharapkan karena konstitusi yang dibentuk itu adalah pedoman yang menjadi acuan dalam melaksanakan roda kenegaraan dan pemerintahan, dan sekaligus untuk memberikan perlindungan terhadap rakyat dari sebuah kekuasaan yang sedang dijalankan. Selanjutnya untuk dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, Komisi Konstitusi harus memiliki tugas dan wewenang yang memadai, yaitu: a. Melakukan penyelidikan dalam rangka penyusunan naskah Rancangan Konstitusi Republik Indonesia; b. Melakukan upaya-upaya untuk memperoleh masukan dari publik dan lembaga tinggi serta lembaga tertinggi negara; c. Menyusun masukan dari masyarakat menjadi naskah rancangan Konstitusi Republik Indonesia secara konprehensif untuk disahkan; d. Melakukan sosialisasi naskah rancangan Konstitusi Republik Indonesia kepada publik. Dari tugas dan wewenang Komisi Konstitusi tersebut terlihat, bahwa dimasukkannya tugas dan wewenang untuk melakukan penyidikan dalam rangka penyusunan konstitusi dan untuk merumuskan naskah konstitusi merupakan tujuan utama dari pembentukan Komisi Konstitusi. Sedangkan tugas dan wewenang untuk melakukan upaya untuk menerima masukan dan sosialisasi naskah pada publik dimaksudkan untuk melibatkan secara aktif peran serta masyarakat dalam penyusunan konstitusi. KESIMPULAN Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka keberadaan Komisi Konstitusi dalam ketatanegaraan Indonesia adalah sangat diperlukan, karena perubahan (amandemen) UUD 1945 memang membutuhkan suatu badan yang independen dan mandiri dalam melakukan perubahan tersebut, tanpa adanya

campur tangan politik dan kekuasaan, sebagaimana perubahan yang telah dilakukan oleh MPR yang sangat sarat dengan muatan politisnya. Dengan adanya Komisi Konstitusi maka diharapkan dapat memberikan kontribusi perubahan (amandemen) UUD 1945 yang sesuai dengan aspirasi masyarakat sehingga mempunyai daya laku yang kuat sehingga tidak terjadi tambal sulam secara terus-menerus. DAFTAR PUSTAKA Teori Perundang-undangan. Jeremi Bentham, Upendra Baxi Bombay, 1979. Kriminologi, Prof. DR. I.S. Susanto, SH. Negara, Ridwan HR, PT. Griya Grafindo Persada, Jakarta, 2006. System Pemerintahan Negara Republik Indonesia, Pasca Perubahan UUD 1945. Ellydar Chaidir, SH., MH, 2008. Teori Hukum dan Peradilan, Prof. Dr. Achmad Ali, SH., MH, Prenada Media Group. Agustus, 2009.