BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. I. Definisi

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

39 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEFINISI. Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI. menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

Nama Sediaan Kosmetika Tujuan Pemakaian II. Karakteristik Sediaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Identifikasi/determinasi tumbuhan yang di lakukan di Herbarium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. homogenizer. Homogenisasi adalah proses penyeragaman ukuran partikel

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB butuh dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. b. Formulasi sediaan Terdapat 6 formula, yaitu A 1, B 1, C 1, A 2, B 2, dan C 2. Formula A 1, B 1, dan C 1 dengan perbedaan variasi konsentrasi minyak buah merah berturutturut 1%, 2%, dan 4% menghasilkan losio berwarna jingga, dimana intensitas warnanya bertambah dengan meningkatnya konsentrasi minyak buah merah. Sedangkan formula A 2, B 2, dan C 2 yang diformulasikan tanpa minyak buah merah menghasilkan losio berwarna putih. Ketiga formula tersebut dimaksudkan untuk melihat adanya pengaruh basis terhadap nilai SPF losio minyak buah merah. Perbedaan keenam formula tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. 61

2. Evaluasi losio minyak buah merah a. Pengamatan organoleptis Pengamatan organoleptis sediaan losio meliputi bentuk, warna, bau, dan tekstur. Adapun organoleptis sediaan losio disebutkan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Hasil pengamatan organoleptis Organoleptis Formula A 1 B 1 C 1 A 2 B 2 C 2 Bentuk Losio Losio Losio Losio Losio Losio Warna Jingga (+) Jingga (++) Jingga (+++) Putih Putih Putih Bau Khas Khas Khas Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tekstur Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut b. Pemeriksaan homogenitas Tidak terdapatnya partikel-partikel kasar ketika sediaan diletakkan di antara dua kaca objek menunjukkan bahwa seluruh formula homogen. 62

c. Pengukuran ph ph sediaan diukur dengan menggunakan ph meter. Setelah diukur, masing-masing sediaan memberikan nilai ph yang berada pada rentang ph balance (4,5 6,5). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Hasil pengukuran ph Formula A 1 B 1 C 1 A 2 B 2 C 2 ph 5,12 5,07 5,03 6,06 6,22 6,18 d. Pengukuran viskositas dan sifat alir Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield. Hasil pengukuran viskositas pada 2 rpm, 4 rpm, 10 rpm, dan 20 rpm dapat dilihat pada Tabel 9 14. Keenam sediaan tersebut memiliki sifat alir pseudoplastis tiksotropik, dapat dilihat pada Gambar 9 14. e. Pengukuran diameter globul rata-rata Diameter globul rata-rata dihitung dengan menggunakan metode distribusi normal statistik. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. 63

Tabel 3 Hasil pengukuran diameter globul rata-rata Formula A 1 B 1 C 1 A 2 B 2 C 2 d rata-rata (µm) 0,138 0,267 0,167 0,116 0,101 0,100 Hasil pengukuran diameter globul rata-rata tiap formula secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 15 20. Globul tiap sediaan dapat dilihat pada Gambar 15, dan contoh perhitungannya pada Lampiran 4. 3. Penentuan efektifitas sediaan Penentuan efektifitas sediaan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri. Tiaptiap sediaan diukur serapannya pada panjang gelombang 290 nm 360 nm, kemudian dihitung nilai SPF-nya. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Hasil perhitungan nilai SPF Larutan Nilai SPF Uji A1 B1 C1 A2 B2 C2 MBM LTSP I 1,029 1,014 1,002 1,003 1,007 1,001 0,995 5,505 II 1,013 1,074 1,047 1,046 1,057 1,032 1,026 5,607 Ket : MBM : Minyak buah merah; LTSP: Losio tabir surya pasar 64

Hasil perhitungan nilai SPF tiap sediaan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 21 28 dan spektrum serapan pada Gambar 16 31, serta contoh perhitungan nilai SPF pada Lampiran 5. B. PEMBAHASAN 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB minyak buah merah (18, 22) Senyawa-senyawa di dalam minyak buah merah yang dapat dihitung nilai HLB-nya adalah asam laurat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, α-linolenat dan tokoferol. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai bagian yang lipofilik dan hidrofilik. Umumnya, bagian hidrofilik adalah gugus COO - dan bagian lipofilik =CH, CH 2, atau CH3. Berdasarkan literatur, HLB tokoferol, asam oleat, asam laurat, dan asam stearat secara berturut-turut adalah 6, 17, 16, dan 17. Dari perhitungan, harga HLB asam palmitat, linoleat, dan α-linolenat secara berurutan adalah 18,975; 18,025; dan 18,025. Persentase total fase minyak dalam minyak buah merah adalah 81,79%. Dari hasil perhitungan, HLB butuh minyak buah merah adalah 17,34 (Lampiran 3). Nilai HLB butuh minyak buah merah ini digunakan dalam perhitungan nilai HLB butuh fase minyak pada formulasi sediaan untuk memilih surfaktan yang sesuai, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk membuat suatu sediaan losio yang merupakan sistem dispersi yang menggunakan minyak 65

buah merah sebagai salah satu fase minyak dibutuhkan surfaktan dengan nilai HLB tinggi. Untuk membuat suatu sistem emulsi yang stabil, zat pengemulsi harus mempunyai harga HLB yang sama atau hampir sama dengan HLB fase minyak. Jika diperlukan, dua atau lebih zat pengemulsi bisa dikombinasi agar sesuai dengan harga HLB fase minyak. Oleh karena itu, untuk membuat losio minyak buah merah digunakan kombinasi surfaktan, yaitu polisorbat 20 (HLB 16,7) dan steareth-2 ( HLB 4,9) karena penggunaan kombinasi dua surfaktan dengan nilai HLB tinggi dan HLB rendah dapat memberikan hasil yang lebih baik, sehingga dapat diperoleh nilai HLB yang mendekati nilai HLB butuh fase minyak. Sediaan losio yang merupakan sistem emulsi dapat pacah atau terjadi creaming jika digunakan surfaktan dengan HLB di bawah HLB optimal fase minyak. b. Formulasi sediaan (22, 30) Formula A 1, B 1, dan C 1 dibuat dengan perbedaan variasi konsentrasi minyak buah merah berturut-turut 1%, 2%, dan 4%. Ketiga formula tersebut menghasilkan losio yang berwarna jingga, dimana intensitas warnanya bertambah dengan meningkatnya konsentrasi minyak buah merah, lembut, dan berbau khas. Sedangkan formula A 2, B 2, dan C 2 yang diformulasikan tanpa minyak buah merah menghasilkan losio berwarna putih, lembut, dan tidak berbau. 66

Selain pemilihan kombinasi surfaktan yang tepat, waktu, temperatur, dan kerja mekanik merupakan tiga variabel dalam pembuatan emulsi sediaan semisolid sehingga dapat menghasilkan sediaan losio yang baik. Losio yang dibuat merupakan sistem emulsi m/a. Pada proses pembuatan losio, setelah masing-masing fase air larut sempurna (propilen glikol, gliserin, dan polisorbat 20 dalam aquadest, metil paraben dalam aquadest panas) maka dilakukan pencampuran dan pengadukan. Fase air dipanaskan pada suhu 70 o C, sementara pengadukan terus berlangsung. Kemudian fase minyak yang telah dilelehkan, setelah ditambahkan minyak buah merah dan diaduk homogen, dicampurkan ke dalam fase air. Pengadukan menggunakan homogenisator memberikan arah dan kecepatan pengadukan yang konstan sehingga ikatan yang terbentuk antara molekulmolekul penyusun losio dapat terbentuk secara teratur. Pengadukan dihentikan setelah losio mencapai suhu kamar (29 o 32,5 o C). Pengadukan digunakan untuk meningkatkan kecepatan homogenisasi bahan-bahan yang ada sehingga dihasilkan produk akhir yang homogen. Selain itu, pengadukan dibutuhkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga didapatkan hasil yang lebih seragam dan stabil. Proses pengadukan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Jika terlalu cepat, tetesan-tetesan di dalam emulsi semakin mudah berbenturan. Akibatnya, ukuran partikel yang dihasilkan menjadi lebih besar. Pengadukan yang terlalu cepat dapat menimbulkan busa yang lebih banyak. Jika terlalu lambat, bahan-bahan yang ada sulit homogen. 67

Waktu juga berpengaruh pada proses emulsifikasi. Waktu pengadukan yang terlalu lama pada waktu dan sesudah pembentukan emulsi perlu dihindari karena kemungkinan untuk koalisi antara tetesan-tetesan menjadi lebih sering, sehingga dapat terjadi penggabungan. Sebaliknya jika waktu pengadukan terlalu singkat, emulsi tidak terbentuk. Pada pembuatan losio ini, emulsi diaduk dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 10 menit. Jika terlalu singkat, emulsi belum terbentuk. Pengadukan yang terlalu lama membuat semakin banyak udara yang terperangkap di dalam campuran, dimana udara tersebut akan naik ke atas membentuk busa. Temperatur juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan emulsi sediaan semisolid. Pada percobaan ini fase air dan fase minyak dicampur pada temperatur 70 o C, karena pada temperatur ini pencampuran fase cair yang baik sekali dapat terjadi. 2. Evaluasi losio minyak buah merah a. Pengamatan organoleptis Pengamatan organoleptis secara keseluruhan menunjukkan bahwa sediaan berbentuk semisolid (losio). Losio yang dihasilkan pada formula A 1, B 1, dan C 1 berwarna jingga, berbau khas, dan mempunyai tekstur yang lembut. Sedangkan formula A 2, B 2, dan C 2 berwarna putih, tidak berbau,dan bertekstur lembut. 68

Warna jingga yang dihasilkan menjadi lebih pekat dengan meningkatnya konsentrasi minyak buah merah yang digunakan dalam formula. Bau khas losio tersebut merupakan bau khas dari minyak buah merah. Apabila dioleskan pada kulit terasa lembut, tidak lengket, dan tidak meninggalkan bekas. Hal ini disebabkan sebagian besar basis losio terdiri dari fase air, sehingga akan terbentuk sistem dispersi minyak-air dengan tetesan yang sangat halus. b. Pemeriksaan homogenitas Seluruh formula yang dihasilkan adalah homogen. Hal ini terlihat dengan tidak terdapatnya partikel-partikel kasar ketika sediaan diletakkan di antara dua kaca objek. Produk akhir yang homogen dipengaruhi oleh pengadukan selama proses pembuatan. Kecepatan pengadukan selama proses pembuatan adalah 2500 rpm. Pengadukan dapat meningkatkan kecepatan homogenisasi bahan-bahan yang ada sehingga dihasilkan losio yang homogen. c. Pengukuran ph (2) Pengukuran ph sediaan losio dilakukan pada suhu kamar. Pengukuran ph bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan losio tersebut sesuai dengan ph mantel kulit atau tidak sehingga sediaan tersebut dapat digunakan pada kulit. ph sediaan formula A 1, B 1, C 1, A 2, B 2, dan C 2 setelah 69

diukur menggunakan ph meter secara berturut-turut adalah 5,12; 5,07; 5,03; 6,06; 6,22; 6,18. Pada formula A 1, B 1, dan C 1 terlihat adanya penurunan harga ph seiring dengan semakin meningkatnya konsentrasi minyak buah merah dalam sediaan, hal ini merupakan hal yang wajar karena minyak buah merah mempunyai harga ph yang sedikit asam sehingga mempengaruhi ph sediaan. Harga ph sediaan losio tersebut berada pada rentang ph balance (4,5 6,5) sehingga dapat digunakan pada kulit. Jika ph sediaan losio tidak berada pada rentang ph balance, hal ini dapat menyebabkan perubahan ph mantel kulit yang dapat mengakibatkan iritasi, infestasi bakteri maupun berbagai macam penyakit kulit. d. Pengukuran viskositas dan sifat alir (22) Viskositas adalah ukuran tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin besar tahanan suatu zat cair untuk mengalir makin besar pula viskositasnya. Viskositas sediaan formula A 1, B 1, C 1, A 2, B 2, dan C 2 pada kecepatan spindel 2 rpm secara berturut-turut adalah 15.000 cps, 21.000 cps, 23.000 cps, 15.000 cps, 18.000 cps, dan 23.000 cps. Pada viskositas-viskositas tersebut, losio yang dihasilkan dapat mengalir dengan baik jika dituangkan dari wadah dan memberikan konsistensi yang dapat diterima oleh konsumen losio. Hasil pengukuran viskositas menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan geser akan menyebabkan penurunan viskositas. Hal ini 70

disebabkan pengaruh peningkatan kecepatan geser, rantai-rantai polimer yang tergulung secara acak dan terisolasi akan melepas dari gulungan dengan lebih baik, menjadi lebih panjang dan lurus sehingga mengurangi jumlah air yang terjerat di dalam rantai, akibatnya terjadi penurunan viskositas. Pada kecepatan geser rendah, rantai-rantai sebagian besar bertahan dalam bentuk gulungan acak, menjerat sejumlah besar pelarut mengakibatkan viskositas yang tinggi. Selain itu, rantai-rantai polimer terlalu tipis dan fleksibel sehingga rantai-rantai tersebut dapat menyesuaikan dengan perubahan kecepatan geser hampir secara seketika. Sediaan losio mempunyai laju alir yang baik karena mengandung partikel-partikel yang mampu terdispersi dengan baik. Bila dilihat dari rheogram yang dihasilkan, keenam sediaan tersebut menunjukkan sifat alir pseudoplastis thiksotropik. Kurva aliran psedoplastis melalui titik (0,0), atau paling tidak mendekatinya pada kecepatan geser rendah, dan tidak ada yield value. Pada kurva sifat alir terlihat kurva menurun diganti ke sebelah kiri dari kurva yang menaik, yang menununjukkan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika tekanan dihilangkan atau dikurangi. Hal ini merupakan sifat thiksotropik. Pada keadaan diam struktur ini mengakibatkan suatu derajat kekakuan pada sistem tersebut dan menyerupai suatu gel. Ketika digunakan shear dan aliran dimulai, struktur ini mulai memecah apabila titik-titik hubungan tersebut memisah dan partikel-partikel 71

menjadi lurus. Bahan tersebut mengalami transformasi dari gel ke sol. Jika sress ditiadakan, struktur tersebut mulai terbentuk kembali. e. Pengukuran diameter globul rata-rata (22, 30) Losio merupakan suatu sistem emulsi m/a, oleh karena itu ukuran partikel losio merupakan diameter tetesan-tetesan fase dalam, dalam hal ini adalah fase minyak. Jika ukuran fase dalam semakin kecil, emulsi menjadi lebih stabil. Diameter globul rata-rata sediaan losio diukur dengan menggunakan mikroskop optik. Alat ini dapat mengukur ukuran partikel antara 0,2 µm 100 µm. Besarnya diameter globul dipengaruhi oleh pengadukan selama proses pembuatan. Pengadukan dibutuhkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga didapatkan hasil yang lebih seragam dan stabil. Dari hasil pengamatan, diameter globul rata-rata formula A 1, B 1, C 1, A 2, B 2, dan C 2 secara berturut-turut adalah 0,138 µm; 0,267 µm; 0,167 µm; 0,116 µm; 0,101 µm; dan 0,1 µm. Apabila jumlah partikel yang terletak dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran partikel rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Kurva distribusi frekuensi tiap-tiap formula dapat dilihat pada Gambar 32 37, didasarkan pada Tabel 15 20. Plot tersebut memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Namun, dapat diketahui mode dari kurva distribusi frekuensi tersebut, yaitu ukuran partikel yang paling sering terjadi dalam sampel. Mode dari formula A 1, B 1, 72

C 1, A 2, B 2, dan C 2 secara berturut-turut adalah 0,063 µm; 0,259 µm; 0,117 µm; 0,039 µm; 0,072 µm; 0,091 µm. Berdasarkan kurva distribusi frekuensi tersebut kemungkinan besar yang mempengaruhi ukuran diameter globul yang tidak seragam adalah kombinasi surfaktan yang digunakan tidak tepat atau jumlah surfaktan tersebut tidak cukup untuk melapisi permukaan globul minyak, sehingga globul-globul minyak tersebut cenderung akan mengalami koalesen, yang akhirnya dapat mempengaruhi kestabilan emulsi. Apabila dlakukan uji stabilitas lebih lanjut, kemungkinan emulsi sediaan losio ini tidak stabil. Faktor lain yang mempengaruhi hal ini, yaitu nilai HLB butuh minyak buah merah. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah secara teoritis tidak sesuai sehingga mempengaruhi perhitungan jumlah surfaktan yang dibutuhkan untuk melapisi permukaan globul-globul fase minyak dalam formulasi sediaan. 3. Penentuan efektifitas sediaan Penentuan efektifitas sediaan tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri. Penentuan nilai SPF ini dilakukan terhadap keenam formula losio, minyak buah merah sebagai zat aktif, dan losio tabir surya pasar sebagai pembanding. Dari hasil perhitungan nilai SPF pada sediaan losio yang mengandung minyak buah merah (A 1, B 1, dan C 1 ) maupun pada sediaan yang tidak 73

mengandung minyak buah merah (A 2, B 2, dan C 2 ), menunjukkan bahwa sediaan belum memenuhi persyaratan sebagai tabir surya karena nilai SPF yang dihasilkan kurang dari 2. Suatu produk tabir surya memiliki efek minimal perlindungan terhadap tabir surya apabila nilai SPF-nya 2 sampai kurang dari 4 (4). Nilai SPF basis losio (sediaan yang tidak mengandung minyak buah merah) tidak berbeda secara signifikan jika dibandingkan sediaan losio yang mengandung minyak buah merah. Hal ini menunjukkan bahwa basis tidak mempengaruhi (meningkatkan atau menurunkan) nilai SPF sediaan yang mengandung minyak buah merah. Sediaan losio tabir surya pasar yang diperiksa (SPF 15), yang mengandung oktinoksat sebagai zat aktif, ketika dihitung nilai SPF-nya hanya memberikan nilai 5,51 (memberikan proteksi sedang terhadap efek sunburn). Nilai SPF yang diukur lebih rendah daripada nilai SPF yang tercantum pada produknya, kemungkinannya adalah bahwa metode yang digunakan untuk menentukan niali SPF sediaan tabir surya tersebut berbeda dengan metode yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan literatur, minyak buah merah mengandung tokoferol dan beta karoten yang cukup tinggi di dalamnya, dimana diketahui bahwa tokoferol dapat memberikan perlindungan terhadap fototoksisitas UV-A dan UV-B, dan beta-karoten dapat melindungi kulit dari kerusakan radiasi dan sinar UV. Namun, tidak demikian halnya ketika minyak buah merah diukur nilai SPF-nya dengan metode spektrofotometri ini, nilai SPF yang dihasilkan 74

menunjukkan bahwa minyak buah merah belum memenuhi persyaratan sebagai tabir surya. 75