BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi museum berasal dari berbagai kelompok pendidikan. Siswa baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan & Perancangan Interior Gallery Coffee & Café di Jakarta 1

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia. Pariwisata alam yang

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

ABSTRAK PERANCANGAN MUSEUM VIRTUAL LAMBUNG MANGKURAT DI KOTA BANJARMASIN. Oleh Yolanda Georgia Andriani NRP

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. fauna,pantai dan danau yang indah, tempat-tempat bersejarah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Museum Mpu Tantular Sebagai Sarana Edukatif Kultural. Tahun Dwi Wijayanti. Septina Alrianingrum

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENDAHULUAN BAB 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Perwakilan Papua. Tahun 1987, Museum Negeri Provinsi Papua telah melakukan kegiatan pelayanan untuk masyarakat. Salah satu fungsi dan tujuan Museum Negeri Provinsi Papua adalah sebagai lembaga pendidikan dan studi wawasan budaya bangsa serta pusat informasi yang bersifat edukatif cultural Papua. Fasilitas yang terdapat di museum antara lain lobby, gedung kantor, gudang koleksi & perpustakaan, gedung pameran tetap 1, gedung pameran tetap 2, gedung pameran nusantara, gedung auditorium, café Muze, toilet dan area parkir. Hingga saat ini museum memiliki 3.619 koleksi benda budaya yang didapat dari berbagai daerah/ kabupaten di Provinsi Papua (yang sekarang terbagi menjadi 2 provinsi yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat). Koleksi benda budaya yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Papua terbagi dalam beberapa klasifikasi, klasifikasi tersebut dimaksudkan untuk memudahkan proses pendataan benda budaya agar tidak terjadi kekeliruan atau pengulangan pendataan. Klasifikasi yang dimaksudkan antara lain: - Geologika/ geografika, benda koleksi merupakan objek penelitian ilmu geologi/ geografi, berhubungan dengan batu-batuan, mineral, pasir halus, tembaga, dan logam. - Biologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu biologi, berhubungan dengan flora, fauna, bentangan alam, kerangka manusia, hewan, tengkorak, dan lain-lain. - Etnografika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu antropologi, berupa ukiran-ukiran, lukisan patung, dan sebagainya. Tercatat sebanyak 15.700 jenis ukiran dari 250 suku di Papua. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. - Historika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian sejarah.

- Numismatika atau Feralbica merupakan benda koleksi mata-mata uang asing dari berbagai negara pada zaman yang berbeda-beda, tanda pangkat pada masa Kolonial Belanda yang diberikan kepada para ketua adat di Irian Jaya, taring babi dalam ukuran besar dan panjang, anting-anting. - Filologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian filologika berupa tulisan-tulisan kuno, tulisan tangan di atas batu, dan daun lontar. - Keramika, benda koleksi yang terbuat dari bahan tanah liat kemudian dibakar misalnya piring-piring adat, keramik, guci, serta mangkuk tua dari Cina. Seni rupa yakni artistik, ukiran-ukiran, seperti tameng, tifa, dan lain-lain. - Koleksi seni rupa, benda koleksi merupakan ekspresi pengalaman antistik manusia dalam objek 2 dimensi atau 3 dimensi. - Teknologika (Modern), benda koleksi berupa berupa keterampilan tradisional, seperti, membuat parang, cangkul, noken, dan anak panah secara tradisional ataupun peralatan dan hasil produksi pabrik. Redesain merupakan sebuah proses perubahan yang membuat sebuah desain berbeda dari desain awalnya, redesain juga memerlukan evaluasi dari desain yang sudah ada dan menemukan kebutuhan yang harus diredesain, kebutuhan inilah yang nantinya akan memandu proses redesain (http://id.wikipedia.org). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, pemerintah menyatakan bahwa pengertian dari museum adalah sebuah lembaga yang menjadi tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda yang merupakan bukti benda nyata/ material sebagai hasil dari budaya manusia, alam dan lingkungannya agar supaya melindungi dan melestarikan kekayaan budaya bangsa (http://www.legalitas.org). Namun rumusan mengenai museum yang diakui secara resmi di berbagai negara ialah yang dirumuskan oleh International Council of Museum yaitu: Museum merupakan badan tetap, tidak mencari keuntungan dan terbuka untuk umum. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untuk kepentingan perkembangan, dalam hal ini museum merupakan sarana sosial budaya.

Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian tentang manusia dan lingkungan. Museum memelihara dan mengawetkan koleksinya untuk digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung. Kegiatan-kegiatan di belakang layar (seperti pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian dan penyajian koleksi) dan kegiatan-kegiatan umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan, semuanya untuk studi atau pendidikan dan kesenangan. Selain klasifikasi benda koleksi pada Museum Negeri Provinsi Papua masih ada 4 istilah yang digunakan museum pada umumnya untuk mengelompokkan koleksi benda budaya, antara lain: - Benda grafika, benda berupa foto dan peta asli. - Diorama, gambar 3 dimensi yang memperlihatkan alam, aktifitas dan peristiwa sejarah yang penting. - Replika, produksi benda yang dibuat baru untuk mengganti benda asli yang rusak. - Miniatur, benda yang diperkecil ukurannya menurut skala tertentu. Dari segi kelengkapan benda koleksi, Museum Negeri Provinsi memiliki banyak koleksi beragam dari tiap kabupaten di Papua yang merupakan warisan budaya masa lampau namun kekayaan ini tidak sebanding dengan jumlah pengunjung museum. Persoalan utama yang dikaji berdasarkan studi lapangan adalah Museum Negeri Provinsi Papua sama sekali belum memenuhi tujuan museum sebagai sarana rekreasi. Penjabaran persoalan utama tersebut antara lain meskipun terletak di kawasan ramai namun karena museum tidak memiliki fasilitas untuk mengundang khalayak ramai sehingga museum selalu sepi selain itu penataan benda-benda koleksi yang ada kurang informatif (tidak adanya pemisahan koleksi sehingga memudahkan pengunjung mempelajari serta menikmati koleksi. Berdasarkan hal diatas maka Museum Negeri Provinsi Papua perlu diredesain dengan cara menambah fasilitas pendukung yang mengundang khalayak ramai seperti open theater (digunakan untuk pentas seni budaya maupun kontemporer), food court dan taman (yang multifungsi)

dan penataan benda-benda koleksi & interior pada gedung entrance, gedung pameran 1, gedung pameran 2 dan gedung pameran nusantara serta penambahan fasilitas pada gedung auditorium. I.2 Rumusan Masalah Bagaimana meredesain Museum Negeri Provinsi Papua di Jayapura sehingga dapat mewujudkan fungsinya sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat di kota Jayapura. I.3 Tujuan Meredesain Museum Negeri Provinsi Papua di Jayapura sehingga dapat mewujudkan fungsinya sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat di kota Jayapura dengan menambah fasilitas pendukung seperti open theater, food court dan taman serta penataan benda-benda koleksi dan interior pada lobby, gedung pameran 1, gedung pameran 2 dan gedung pameran nusantara serta penambahan fasilitas pada gedung auditorium. I.4 Sasaran - Melakukan studi tentang museum. - Melakukan studi tentang Museum Negeri Provinsi Papua di Jayapura. - Melakukan studi tentang Jayapura. - Melakukan studi tentang penataan benda koleksi dan interior museum. - Melakukan studi tentang fasilitas pendukung museum. I.5 Lingkup - Museum meliputi/ dibatasi pada bangunan atau fasilitas yang ada di Museum Negeri Provinsi Papua. - Jayapura dibatasi pada hal yang berhubungan dengan site museum awal. - Penataan benda koleksi dan interior dibatasi pada lobby, gedung pameran tetap I, gedung pameran tetap II dan gedung pameran nusantara. - Fasilitas pendukung museum dibatasi pada gedung auditorium, open theater, food court dan taman. I.6 Metode a. Metode Mencari Data - Wawancara

Ditujukan pada pengelola Museum Negeri Provinsi Papua, kantor Dinas Kebudayaan bagian permuseuman, kantor Bappeda Provinsi Papua. - Observasi Pengamatan langsung terhadap lingkungan Museum Negeri Provinsi Papua. - Studi pustaka/ literatur Mempelajari buku-buku tentang museum, redesain museum,dsb. b. Metode Menganalisis Data - Kuantitatif Tabel jumlah pengunjung Museum Negeri Provinsi Papua tahun anggaran 2007. - Kualitatif Tabel jumlah pengunjung Museum Negeri Provinsi Papua tahun anggaran 2007, jumlah pengunjung yang menurun drastis terjadi di bulan Mei yakni hanya berjumlah 7 orang. c. Metode Redesain Meredasain Museum Negeri Provinsi Papua di Jayapura dengan cara menambah fasilitas pendukung seperti open theater, food court dan taman untuk mengundang khalayak ramai, menata benda-benda koleksi dan interior pada gedung entrance, gedung pameran tetap I, gedung pameran tetap II dan gedung pameran nusantara serta penambahan fasilitas pada gedung auditorium. I.7 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Mengungkap latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Museum Ruang-ruang yang harus ada pada sebuah museum, kenyamanan antar pengunjung saat melihat benda koleksi yang sama, standar jarak pandang pengunjung dalam menikmati koleksi, penyajian-penyajian koleksi yang menarik.

Bab III : Tinjauan Museum Negeri Provinsi Papua Di Jayapura Tinjauan kota Jayapura dan tinjauan Museum Negeri Provinsi Papua menyangkut kondisi site secara keseluruhan, kondisi fasilitas utama, kondisi fasilitas penunjang. Bab IV: Analisis Menuju Konsep Redesain Museum Negeri Provinsi Papua Di Jayapura Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan museum, khususnya pada penataan benda koleksi dan interior pada lobby, gedung pameran tetap I, gedung pameran tetap II dan gedung pameran nusantara serta fasilitas pendukung museum pada open theater, food court dan taman Bab VI : Konsep Redesain Museum Negeri Provinsi Papua Di Jayapura Konsep perencanaan dan perancangan museum yang disesuaikan dengan kondisi bangunan yang ada saat ini.