BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh LDR, IPR, APB, NPL, IRR, BOPO,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Dana Bank

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

ANALISIS KESEHATAN BANK PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. Faimatul Khoyimah, Elfreda A Lau 2, Suyatin 3

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Dalam suatu negara, peranan bank sangat mempengaruhi keadaan di dalam negara tersebut, khususnya dalam segi perekonomian yang dapat berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa kemajuan sektor perbankan dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu negara. Dengan kata lain, bank memiliki peran aktif dalam mengendalikan negara. Oleh karena itu, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakat. Menurut UU RI No. 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan ataupun lembaga yang bergerak dalam ruang lingkup keuangan, yang berarti usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah keuangan. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa Bank lainnya hanya merupakan pendukung dari kegiatan lainnya (Kasmir, 2008:12).

2. Laporan Keuangan Bank Menurut Munawir ( 2004:2 ) Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dariposes akuntansi yang dapat digunakn sebagai alat ukur untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan ikhtisar pelaporan dari peristiwaperistiwa keuangan perusahaan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Dari keempat laporan tersebut hanya 2 macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca, dan laporan laba rugi. Hal ini disebabkan laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan pada laporan neraca dan laporan laba rugi. Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut: a. memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu. b. memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. c. memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

d. memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. e. dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja mnanajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan dapat tergambar dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan oleh perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan adalah pemilik/ pemegang saham, manajemen bank, karyawan, masyarakat, pemerintah, dan perpajakan 3. Rasio Keuangan Bank a. Rasio Likuiditas Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Dalam rasio

likuiditas, rasio yang dapat diukur antara lain: quick ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), dan loans to assets ratio. b. Rasio Solvabilitas (Capital) Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain, alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Rasio ini dapat diukur dengan Capital Adequancy Ratio (CAR). c. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemempuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: return on assets, biaya operasi/pendapatan operasi, gross profit margin, dan net profit margin. d. Rasio Resiko Usaha Bank Resiko-resiko yang dihadapi oleh perbankan dapat diukur secara kuantitatif antara lain dengan: deposit risk ratio, dan interest risk rate.

e. Rasio Efisiensi Usaha Rasio ini dgunakan ntuk mengukur kinerja manajemen suatu bank, menilai apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio-rasio yang digunakan antara lain: leverage multiplier ratio, assets utilazation ratio, dan operating ratio. 4. Aturan Kesehatan Bank Berdasarkan Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia, menetapkan bahwa : a. bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati hatian, b. dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank,

c. bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, d. bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberian kesempatan bagi pemeriksaan buku buku dan berkas berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut, e. bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank, f. bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik, g. bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 5. Faktor-faktor Penilaian Kesehatan Bank Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 23 /DPNP kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia tanggal 31 Mei 2004 di Jakarta yang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari : a. Permodalan (Capital) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif permodalan dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen berikut ini : 1) kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku, 2) komposisi permodalan, 3) tren ke depan dan proyeksi KPMM, 4) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank, 5) kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan), 6) akses kepada sumber permodalan. b. Kualitas Aktiva (Assets) Penilaian faktor kualitas aktiva antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut; 1) aktiva produktif yang diklasifikasikan debandingkan dengan total aktiva produktif, 2) debitur inti di luar pihak terkai dibandingkan dengan total kredit, 3) perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset) dibandingkan dengan aktiva produktif,

4) tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), 5) kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif, 6) sistem kaji ulang (review) internal aktiva produktif, 7) dokumentasi aktiva produktif, 8) kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. c. Manajemen (Management) Penilaian faktor manajemen antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut; 1) manajemen umum, 2) penerapan sistem manajemen risiko, 3) kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau kepada pihak lainnya. d. Rentabilitas (Earnings) Penilaian faktor rentabilitas antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut; 1) pengembalian atas aktiva (Return on Asset), 2) pengembalian atas ekuitas (Return on Equity), 3) margin bunga bersih (Net Interest Margin), 4) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), 5) pertumbuhan laba operasional, 6) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan,

7) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya,prospek laba operasional. e. Likuiditas (Liquidity) Penilaian faktor likuiditas antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut; 1) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan, 2) rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio), 3) proyeksi arus kas 3 bulan mendatang, 4) ketergantungan pada dana antar-bank dan deposan inti, 5) kebijakan dan pengelolaan likuiditas, 6) kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya, 7) stabilitas dana pihak ketiga (DPK). f. Sensitifitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to market risk ) Penilaian faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut; 1) modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi suku bunga, 2) modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi nilai tukar,

3) kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. 6. Rasio-rasio CAMELS Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor 6/23/DPMP tanggal 31 Mei 2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kuantitatif dan atau kualitatif terhadap faktor-faktor CAMELS, berarti selain melakukan penilaian secara kualitatif, Bank Indonesia juga menetapkan penilaian secara kuantitatif. Dalam penilaian kuantitatif tersebut, Bank Indonesia menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor-faktor CAMELS, dimana perhitungan atas faktor-faktor CAMELS tersebut yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : a. permodalan (Capital) Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian yang mungkin dihadapi. Dalam faktor permodalan, yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap ATMR (Kasmir, 2008) yang dapat dirumuskan dengan : M o d a l CAR = ATMR x 100

Ket: Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap ATMR = ATMR kredit + ATMR risiko pasar Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup (Susilo, 2000:28). Menurut standar internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva minimum bobot Capital Adequacy Ratio adalah sebesar 8% dan dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi. Sementara itu, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp 100 Milyar pada akhir tahun 2010. b. kualitas aktiva (Assets) Dalam penilaian faktor ini, hal yang dilakukan adalah menilai jenis - jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktifa produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang

telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia. Dalam hal ini Bank juga wajib memperhatikan kemampuan membayar dari debitur, sebagai antisipasi Bank atas potensi kerugian dari kredit bermasalah, dengan menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio-rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Kredit non lancar NPL = x 100 Total Kredit Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat retun saham bank akan mengalami penurunan. c. manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen sulit diukur dengan penilaian secara kuantitatif. Baik buruknya manajemen dalam suatu bank dapat dinilai secara kualitatif berdasarkan aturan-aturan manajemen yang telah ditetapkan. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja juga dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini, yang dinilai adalah manajemen umum dan manajemen risiko. Untuk menilai kesehatan bank dari faktor manajemen biasanya dilakukan

melalui koesioner bagi pihak bank, namun pengukuran tersebut sulit dilakukan karena faktor ini terkait dengan unsur kerahasiaan bank. d. rentabilitas (Earnings) Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentailitas yang terus meningkat di atas standar yang telah ditetapkan (Kasmir, 2008:41). Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan juga untuk mangukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23 /DPNP kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia, rasio keuanagan yang digunakan untuk mengukur rentabilitas bank adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Operating Ratio (OR) dengan membandingkan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) keduanya digunakan untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total asetnya (untuk ROA) dan total modal sendirinya (untuk ROE). Semakin tinggi ROA, semakin baik produktivitas modal sendiri dalam meraih laba dan semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Kenaikan dalam ROE berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang

bersangkutan dan kenaikan nilai ROE akan menyebabkan kenaikan harga saham. Perhitungan atas ROA dan ROE dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba sebelum pajak ROA = x 100 Rata-rata total aset Laba setelah pajak ROE = x 100 Rata-rata total modal Bank Indonesia biasanya tidak memberlakukan ketentuan yang ketat terhadap rasio ini. Sepanjang suatu bank tidak mengalami kerugian atau tidak ada tanda-tanda atau kecenderungan untuk mengalami kerugian di masa yang akan datang. Net Income Margin (NIM) adalah pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan laba atas kredit yang disalurkan (Chatrin, 2008). Perhitungan atas rasio NIM, dapat dirumuskan sebagai berikut : Pendapatan bunga bersih NIM = x 100 Rata rata aktiva produktif Operating Ratio (OR) yang membandingkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. (Dendawijaya, 2005:119). Perhitungan atas rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut : Beban Operasional BOPO = Pendapatan Operasional x 100

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. e. likuiditas (Liquidity) Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Untuk mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio leuangan Loan to Deposit Ratio (LDR). Perhitungan atas rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut : Kredit LDR = Dana pihak ketiga x 100 LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Alasan memilih variabel ini adalah dengan pertimbangan bahwa semakin besar jumlah kredit yang diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan, namun dilain pihak semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan bank akan mendapatkan return yang tinggi pula. Hal

tersebut akan mempengaruhi penilaian investor dalam mengambil keputusan investasinya sehingga secara bersamaan akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham di pasar modal yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham yang akhirnya berdanpak pada pertumbuhan tingkat retun saham bank. Tidak ada angka pasti dalam untuk menentukan besarnya rasio yang menggambarkan tingkat likuiditas bank. Tetapi dari besarnya rasio yang diperoleh dapat diketahui seberapa besar pinjaman yang dibiayai oleh dana masyarakat oleh bank yang bersangkutan (Santoso, 1995:104). 7. Pertumbuhan Laba Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan dan dapat dijadikan sebagai salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan serta sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba pertahun yang dinyatakan dalam prosentase (Dewi, 2007). Pertumbuhan laba menjadi informasi yang sangat penting bagi banyak orang, yang antara lain adalah pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Tujuan utama pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba dari tahun ketahun juga dijadikan sebagai dasar pengukuran efisiensi manajemen dan membantu meramalkan arah masa depan perusahaan

atau pembagian dividen masa depan. Selain itu tujuan pelaporan laba tersebut juga harus mencakup penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman atau keputusan manajerial masa depan. Pertumbuhan laba akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Laba Thn ini - Laba Thn Sebelumnya Pertumbuhan Laba = x 100% Laba Tahun Sebelumnya B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel penelitian Wahyu Prasetyo (2006) Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), BOPO Beban Operasional Pendapatan Operasional), NIM (Net Interest Margin), LDR (Loan to Deposit Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum) (Independent) Metode Analisis Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Korelasi Parsial Sederhana Hasil penelitian LDR dan GWM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan, sedangkan variabel CAR, NPL, BO/PO, dan NIM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan, sedangkan secara simultan variable CAR, NPL, BO/PO, NIM,

Rianti Cahya Dewi (2007) Chatrin C.M. Siregar (2008) Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan Go Public yang Terdaftar di BEJ Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisa CAMELS Studi Kasus Pada PT Bank Sumut Pertumbuhan Laba (Dependent) rasio CAR, RORA, NPM, ROA, dan LDR (Independent) Pertumbuhan Laba (Dependent) rasio keuangan CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loans), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) Analisis Rasio Keuangan dan Analisis Regresi Uji t, dan Korelasi Parsial Sederhana Analisis Deskriptif LDR dan GWM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan. Secara simultan CAR, RORA, NPM, ROA, dan LDR mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan, secara parsial hanya rasio CAR dan NPM yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba Faktor permodalan, rentabilitas, dan likuiditas pada PT Bank Sumut tergolong dalam kategori sangat baik (peringkat 1), sedangkan faktor kualitas aset tergolong kategori baik (peringkat 2) Rikky G. Turnip (2009) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Pertumbuhan Laba rasio LDR dan CAR (Independent), Pertumbuhan Laba (Dependent) Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Korelasi Parsial Sederhana Rasio LDR dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba baik secara parsial maupun simultan

pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber : Hasil Olahan Peneliti C. Kerangka Konseptuan dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-temuan empiris mengenai pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan. Menurut Kasmir (2003:239) salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank (kinerja bank) dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari perubahan laba yang diterima perusahaan dari tahun ke tahun. Untuk mengukur kinerja perusahaan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba dari tahun ke tahun dengan menggunakan rasio CAMEL. Dalam kerangka berpikir ini, penulis menggambarkan tentang pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio CAMEL untuk memprediksi pertumbuhan laba perbankan, CAMEL terdiri dari lima faktor yaitu faktor Capital, Asset, Management, Earning, dan faktor Liability, yangmana dalam kelima faktor tersebut terdapat beberapa rasio yang digunakan dalam menilai pertumbuhan laba. Rasio-rasio dalam CAMEL yang digunakan untuk mangukur pertumbuhan laba dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans (NPL), Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE), Net Interest Income (NIM), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan teori yang telah diungkapkan sebelumnya, rasio-rasio yang ada dalam faktor CAMEL mimiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba, namun terdapat penelitian yang tidak sesuai dengan teori yang telah diungkapkan. Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : N P L C A R R O A R O E N I M BO/PO L D R H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 P E R T U M B U H A N L A B A H8 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2008:49) Hipoesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, melalui analisis data yang relevan dan kebenarnnya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut : H 1 : CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 2 : NPL (Non Performing Loans) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 3 : ROA (Return on Asset) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 4 : ROE (Return on Equity) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 5 : NIM (Net Interest Margin) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 6 : BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 7 : Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba, H 8 : CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI secara simultan.