KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Pedoman Umum. PTT Jagung

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

Program peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH MELALUI PERBAIKAN POLA TANAM YANG BERBASIS KEMITRAAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

PANEN HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TERBATAS DI SULAWESI SELATAN

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

KENDALA DAN PROSPEK PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN. Faesal dan Syuryawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

ANALISIS TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS KAB. SIDRAP DAN LUWU UTARA)

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

Abstrak

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

Peningkatan Produksi Jagung melalui Penerapan Inovasi Pengelolaan Tanaman Terpadu

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

KAJIAN USAHATANI JAGUNG DI LAHAN SAWAH SETELAH PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI KABUPATEN BOLMONG SULAWESI UTARA

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Keragaan Agronomi dan Ekonomi Sistem Usahatani Jagung Hibrida di Sulawesi Selatan

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

TREND PRODUKSI DAN TARGET PENGEMBANGAN MENDUKUNG SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN DI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Kedelai di Aceh

USAHATANI JAGUNG DI LAHAN KERING DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN MINSEL

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

Kelayakan Ekonomi Usahatani Padi Sawah Dengan Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Transkripsi:

Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk menunjang program pengembangan jagung, dilakukan penelitian kelayakan usahatani jagung hibrida di lahan sawah tadah hujan dengan pendekatan PTT. Penelitian dilaksanakan pada MK 2011 di Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Pada penelitian ini digunakan jagung hibrida Bisi 2 dengan membandingkan komponen teknologi pendekatan PTT dan teknologi yang diterapkan petani untuk mengetahui kelayakan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Bisi 2 dengan pendekatan teknologi PTT diperoleh hasil 10,21 10,75 t/ha sedangkan dengan teknologi petani 9,50 t/ha. Dari hasil ini diperoleh penerimaan sebesar Rp 22.462.000 23.650.000 dengan pendekatan PTT sedangkan dengan teknologi petani sebanyak Rp 20.900.000 ada peningkatan penerimaan rata-rata 10,3%. Selain itu, dihasilkan bahwa teknologi perbaikan melalui pendekatan PTT lebih menguntungkan karena lebih unggul dibandingkan dengan yang diterapkan petani, hal ini ditunjukkan dengan nilai B/C ratio 9,59 14,76 sehingga sangat layak dikembangkan petani. Kata kunci: teknologi PTT, teknologi petani, hasil, keuntungan PENDAHULUAN Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Zubachtirodin et al. 2009). Penerapan PTT diawali dengan pemahaman masalah dan peluang pengembangan sumber daya dan kondisi lingkungan setempat. Teknologi yang diterapkan dalam PTT, berupa teknologi dasar yang dianjurkan untuk diterapkan disemua areal pertanaman jagung (varietas unggul baru, benih bermutu dan berlabel, populasi tanaman yang optimal, pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan status hara tanaman). Selain itu komponen teknologi lain yang diterapkan dalam PTT merupakan komponen pilihan yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat. Teknologi pengelolaan pertanaman jagung secara terpadu dengan menerapkan berbagai komponen teknologi yang memberikan pengaruh sinergik diharapkan merupakan pendekatan yang sesuai untuk memanfaatkan potensi lahan guna memproduksi jagung dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Sebagaimana dengan tujuan PTT jagung adalah meningkatkan dan 691

Syuryawati et al.: Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida. mempertahankan produktivitas secara berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi produksi yang pengembangannya memperhatikan kondisi sumber daya setempat (Balitbangtan 2007; Balitbangtan 2008). Penelitian PTT jagung yang dilakukan di lahan sawah tadah hujan sangat membantu dalam pemanfaaan lahan yang di berokan setelah pertanaman padi. Di Kabupaten Pangkep yang memiliki areal sawah tadah hujan yang cukup luas, potensil dimanfaatkan untuk pertanaman jagung. Dukungan pemerintah daerah Pangkep yang respon positif terhadap potensi jagung sebagai komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif dibanding komoditas lain pada lahan sawah tadah hujan setelah padi, menyebabkan petani tidak lagi membiarkan lahannya bero saat musim kemarau. Pengembangan jagung di lahan sawah pada musim kemarau merupakan kebijakan yang strategis, karena: dapat mengurangi defisit pasokan jagung yang umum terjadi pada musim kemarau. Kualitas produk jagung pertanaman musim kemarau lebih baik dibandingkan dengan musim hujan, dan petani jagung musim kemarau memperoleh tambahan pendapatan yang lebih baik karena harga jagung relatif tinggi. Berkaitan hal tersebut di atas diharapkan dengan penerapan teknologi budidaya jagung oleh petani yang sudah dilakukan perbaikan atau modifikasi dari teknologi sebelumnya, akan dapat memberikan hasil yang lebih tinggi. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani jagung hibrida pada lahan sawah tadah hujan melalui pendekatan PTT. METODOLOGI Penelitian dilakukan di lahan sawah tadah hujan setelah panen padi di Desa Mandalle Kecamatan Mandalle Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan, pada MK 2011 (Mei-September). Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pada pertimbangan bahwa di Mandalle merupakan salah satu daerah penelitian pengkajian teknologi PTT jagung periode 2005-2009 dengan menggunakan varietas bersari bebas. Petani yang dilibatkan dalam penelitian ini dipilih yaitu petani yang aktif, berhasil dan berpengalaman dalam usahatani, mau menerima dan mencoba teknologi baru, serta dapat menjadi contoh dalam kelompok tani, sehingga teknologi yang disosialisasikan dapat diterapkan pada petani-petani lainnya. Teknologi PTT yang dievaluasi adalah komponen teknologi yang sebagian sudah teradaptasi dan ditambahkan perbaikan teknologi dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani, yaitu varietas, pemupukan, jarak tanam (75 cm x 20 cm dan legowo 100-50 cm x 20 cm dengan 1 biji/lubang), dan menyandingkan teknologi petani 692

Seminar Nasional Serealia, 2013 kebiasaannya dalam berusahatani jagung (Tabel 1). Kajian penelitian ini dititik beratkan pada aspek ekonomi usahatani jagung. Tabel 1. Komponen teknologi PTT vs teknologi petani produksi jagung hibrida di lahan sawah tadah hujan. Pangkep Sulawesi Selatan, 2011 Variabel Teknologi PTT Teknologi petani Pengolahan tanah TOT + herbisida TOT + herbisida Varietas Bisi 2 Bisi 2 Mutu benih Berlabel Berlabel Kebutuhan benih (kg/ha) 20 20 Cara tanam Normal 75 cm x 20 cm dan Legowo 100-50 cm x 20 cm (1 biji/ lubang) 80 cm x 40 cm (2 biji/ lubang) Populasi tanaman/ha 66.666 62.500 Pupuk: Secara tugal Dilarutkan dalam air - Urea (kg/ha) 400 550 - Phonska (kg/ha) 270 150 Pengendalian gulma Herbisida Herbisida Pengendalian hama & Kaidah PHT Kaidah PHT penyakit Panen Saat klobot mengering & biji keras Saat klobot mengering Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh melalui data dari instansi terkait yang mendukung penelitian, sedangkan data primer meliputi data yang berhubungan dengan kegiatan usahatani yaitu jenis, jumlah dan harga sarana produksi yang digunakan, jenis kegiatan dan upah tenaga kerja yang dikeluarkan, hasil dan nilainya, serta pendapatan yang diterima dari usahatani jagung. Wawancara dan pengamatan langsung dilakukan agar diperoleh data dan informasi yang relevan dengan kegiatan usahatani. Data yang telah dikumpulkan ditabulasi kemudian dianalisis. Untuk mengukur efisiensi usahatani jagung dapat dilihat pada nilai imbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yaitu dengan analisis R/C ratio (Kadariah 1998). Untuk mengukur kelayakan teknologi introduksi atau teknologi perbaikan dengan analisis MBCR (Marginal Benefit Cost Ratio). Jika nilai perbandingan tersebut > 1 maka teknologi perbaikan itu mampu menggantikan teknologi yang diterapkan petani. Secara sederhana dapat diturunkan dengan rumus: Selisih keuntungan MBCR Teknologi perbaikan = -------------------------- vs Teknologi petani) Selisih biaya 693

Syuryawati et al.: Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Hasil Jagung di Lokasi Penelitian Kabupaten Pangkep merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yang mempunyai potensi untuk pengembangan tanaman pangan, komoditas jagung. Luas lahan Kabupaten Pangkep berdasarkan data BPS seluas 111.210 ha, terdiri atas lahan sawah 16.670 ha, lahan kering 62.580 ha, lainnya 31.960 ha. Dari luas lahan sawah tersebut, yang memiliki jenis pengairan irigasi teknis seluas 3.594 ha, irigasi setengah teknis 2.005 ha, irigasi sederhana 665 ha, dan irigasi non PU 3.679 ha (Bappeda Prov. Sulsel 2012). Untuk komoditas jagung pada tahun 2011, dari luas panen 297.126 ha wilayah Sulawesi Selatan terdapat 1.055 ha luas panen jagung wilayah Kabupaten Pangkep. Berdasarkan luas panen jagung tersebut memberikan produksi jagung 5.841 ton dengan produktivitas 5,54 t/ha (Bappeda Prov. Sulsel 2012). Hasil yang dicapai ini masih cukup rendah dibanding hasil yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian. Untuk itu teknologi budidaya jagung yang diterapkan oleh petani selama ini perlu perbaikan atau ditingkatkan pengelolaannya melalui penerapan komponen teknologi produksi jagung secara terpadu dan saling bersinergis sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman jagung. Keragaan Pertanaman Jagung Pendekatan PTT dan Cara Petani Lahan sawah tadah hujan setelah panen padi di musim kemarau dimana komoditas padi tidak memungkinkan untuk ditanam, petani menanam dengan pertanaman palawija termasuk tanaman jagung. Petani di lokasi penelitian ini dalam penerapan budidaya jagung, sebagian sudah mengikuti teknologi PTT yang pernah disosialisasikan, dan masih menerapkan juga sistem usahatani dari kebiasaan petani dalam usahataninya, sehingga belum sepenuhnya menerapkan teknologi jagung yang benar dan efektif dan hasil yang dicapai belum optimal. Pada pendekatan teknologi dengan PTT, untuk persiapan lahan pertanaman jagung adalah tanpa olah tanah (TOT) setelah padi, hal tersebut sesuai kebiasaan petani. Gulma yang tumbuh disemprot herbisida glifosat, setelah lima hari dilakukan penanaman. Menggunakan jagung hibrida varietas Bisi 2 benih bermutu dan berlabel. Benih ditanam dengan menggunakan dua cara tanam yaitu cara tanam normal 75 cm x 20 cm dan cara legowo 100-50 cm x 20 cm dengan 1 biji/lubang, kedua cara tanam tersebut populasinya sama yaitu 66.666 tanaman/ha. Pada saat tanam dengan cara tugal dilakukan juga pemberian furadan pada setiap lubang tanaman kemudian ditutup. Pertumbuhan varietas hibrida pada kedua cara tanam cukup baik. Pada umur 10 hari 694

Seminar Nasional Serealia, 2013 setelah tanam (HST) dilakukan pemupukan pertama dengan takaran 100 kg urea + 270 kg phonska, perlakuannya dengan tugal disamping akar tanaman. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan baik, membuat saluran drainase/irigasi dan sebelum pemupukan kedua pertanaman disemprot dengan herbisida (calaris). Pada umur 35 HST dilakukan pemupukan kedua dengan takaran 300 kg urea/ha, dengan cara tugal disamping akar tanaman dan pemberian furadan pada pucuk tanaman. Setelah pemupukan kedua dilakukan penyiangan (herbisida gramoxon) serta pemberian air, dan tanaman tumbuh baik pada cara tanam normal maupun cara tanam legowo. Untuk kecukupan kebutuhan air dilakukan pemberian air sebanyak 9 kali. Keragaman tanaman cukup baik sampai pada fase generatif, tegap, serta tongkolnya cukup besar. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara monitoring dan hasil pemantauan di lapangan, serangan hama utama tikus dan belalang, adalah tergolong rendah. Panen pertanaman varietas Bisi 2 pada cara tanam normal maupun cara legowo dilakukan bersamaan pada umur sekitar 110 hari, setelah klobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat dan biji telah mengeras, dan sebagian telah terdapat lapisan hitam pada biji. Penerapan teknologi petani juga menggunakan jagung hibrida varietas Bisi 2. Persiapan lahan setelah panen padi dengan tanpa olah tanah (TOT), gulma yang disemprot dengan herbisida Glifosat. Setelah lima hari penyemprotan, dilakukan penanaman jagung dengan jarak tanam 80 cm x 40 cm, 2 biji/lubang (populasi 62.500 tanaman/ha) dan pada saat tanam diberikan furadan pada setiap lubang tanaman. Umur 10 hari setelah tanam (HST), pemupukan pertama dilakukan dan takaran yang digunakan 200 kg urea + 150 kg phonska). Kedua campuran pupuk tersebut dilarutkan dalam air, dengan konsentrai larutan pupuk yaitu 1,35 kg pupuk dan air sebanyak 25 liter. Tiap rumpun tanaman jagung dipupuk dengan larutan pupuk sebanyak 200 ml. Pemberantasan gulma dilakukan, dengan penyemprotan herbisida (gramoxon) dan diikuti pemberian air agar tanaman tidak kekeringan. Pada umur 35 HST dilakukan pemupukan kedua, takaran pupuk 350 kg urea yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi sama pada pemupukan pertama. Setiap rumpun tanaman dipupuk dengan larutan pupuk sebanyak 200 ml, dan juga pemberian furadan pada pucuk tanaman. Pemeliharaan pertanaman jagung dilakukan seperti pada pertanaman penerapan PTT, termasuk pemantauan serangan hama tikus dan belalang yang masih belum merugikan. Pertumbuhan tanaman cukup baik, terlihat tegap dan cukup tinggi, dan tanaman tidak rebah. Selain itu, tongkol jagung sedang 695

Syuryawati et al.: Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida. dan klobot tertutup rapat. Sesuai karakteristik varietas jagung hibrida Bisi 2 bahwa klobot menutup tongkol dengan baik. Waktu panen, bersamaan dengan waktu panen pada pertanaman perlakuan PTT. Pada umur 110 hari setelah tanam, klobot sudah keras dan terdapat bintik hitam pada biji. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Hasil analisis usahatani jagung yang berkaitan dengan jumlah fisik sarana produksi yang digunakan pada perlakuan penerapan teknologi PTT dan teknologi petani dengan menanam varietas hibrida Bisi 2 di lahan sawah tadah hujan, tidak banyak berbeda. Demikian halnya terhadap penggunaan tenaga kerja menunjukkan relatif sama, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. 696

Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 2. Penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja serta nilainya pada usahatani jagung hibrida dengan teknologi PTT dan teknologi petani di lahan sawah tadah hujan. Pangkep Sulawesi Selatan, 2011 Uraian Teknologi PTT Teknologi Petani (per ha) Fisik Nilai Fisik Nilai I. Sarana produksi Benih (kg) 20 1.000.000 20 1.000.000 Pupuk (kg) - Urea 400 720.000 550 990.000 - Phonska 270 702.000 150 390.000 Supremo (l) 2 90.000 2 90.000 Gramoxon (l) 1 55.000 1 55.000 Calaris (l) 1 155.000 1 155.000 Furadan (kg) 10 150.000 10 150.000 Bensin *) 180 900.000 180 900.000 II. Tenaga kerja (HOK) Penanaman - 75 cm x 20 cm 11 385.000 - - - 100-50 cm x 20 cm 11 385.000 - - - 80 cm x 20 cm - - 11 385.000 Pemupukan 2x - 75 cm x 20 cm 20 700.000 - - - 100-50 cm x 20 cm 21 735.000 - - - 80 cm x 20 cm - - 19 665.000 Pengendalian gulma - 75 cm x 20 cm 4 140.000 - - - 100-50 cm x 20 cm 4 140.000 - - - 80 cm x 20 cm - - 4 140.000 Pengendalian OPT - 75 cm x 20 cm 4 140.000 - - - 100-50 cm x 20 cm 4 140.000 - - - 80 cm x 20 cm - - 4 140.000 Panen dan prosesing - 75 cm x 20 cm 36 1.260.000 - - - 100-50 cm x 20 cm 35 1.225.000 - - - 80 cm x 20 cm 35 1.225.000 Pemipilan, tresher - 75 cm x 20 cm - 537.500-100-50 cm x 20 cm - 510.500-80 cm x 20 cm - 475.000 Sumber: Data primer, 2011 *) Pemberian air 9 kali HOK = Hari orang kerja OPT = Organisme pengganggu tanaman Pada Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja yang tinggi pada kegiatan panen dan prosessing, dimulai dari pemetikan tongkol, kemudian pengupasan klobot, pengeringan tongkol dan biji jagung, rata-rata waktu yang digunakan sampai 35 HOK dengan kirasan biaya sebesar Rp 1.225.000 atau berkisar 39,85% dari rata-rata 697

Syuryawati et al.: Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida. keseluruhan biaya tenaga kerja. Untuk kegiatan pemupukan (2 kali) dan tanam ratarata penggunaan tenaga kerja 11 HOK dengan biaya sekitar Rp 350.000 385.000. Untuk biaya pemipilan jagung bervariasi tergantung banyaknya hasil yang diperoleh baik pada teknologi PTT maupun cara budidaya petani, dan biaya memipil tresher yaitu Rp 50/kg. Analisis Kelayakan Usahatani Jagung Produksi jagung yang dicapai pada pertanaman pendekatan PTT dengan cara tanam yaitu (75 cm x 20 cm) dan cara tanam legowo (100-50 cm x 20 cm) tidak jauh berbeda masing-masing memperoleh hasil 10,75 t/ha dan 10,21 t/ha. Sedangkan teknologi petani memberikan hasil lebih rendah hanya mencapai 9,50 t/ha (Tabel 3). Komponen teknologi pada penerapan PTT dengan aplikasi pemupukan yang seimbang dan cara tanam yang tepat memberikan hasil yang lebih tinggi dan lebih efisien dari kebiasaan cara tanam petani. Hasil yang dicapai masih dibawah potensi hasil varietas Bisi 2 (13 t/ha pipilan kering), hal ini disebabkan karena selama pertanaman keadaan curah hujan sangat kurang dan sumber air untuk mengairi pertanaman, persediaan airnya juga terbatas. Berdasarkan biaya produksi yang digunakan dan pendapatan yang diterima dari usahatani jagung ini, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi pada penerapan teknologi PTT dengan cara tanam normal (75 cm x 20 cm) Rp 16.750.500, berikutnya cara tanam legowo (100-50 cm x 20 cm) Rp 15.589.500 dan untuk teknologi petani hanya Rp 14.175.000 (Tabel 3). Apabila dihitung biaya produksi per kg biji, maka penerapan teknologi pendekatan PTT memberikan keuntungan yang lebih tinggi, biaya produksi jagung per kg biji sekitar Rp 642 673 (rata-rata Rp 658), yang lebih rendah 7,60% dari biaya per kg biji jagung teknologi petani (Rp 708). Ditinjau dari segi efisiensi ekonomi menunjukkan teknologi pendekatan PTT lebih tinggi (7,72%) dengan kisaran 3,27 3,43 (rata-rata 3,35) dari teknologi petani 3,11. Selanjutnya, jika dibandingkan sistem teknologi petani dengan cara tanam (80 cm x 20 cm, pop. 62.500 tan/ha), takaran pupuk sesuai kebiasaan dan dilarutkan dalam air dengan teknologi PTT pada dua cara tanam yang diaplikasikan, takaran pupuk yang efisien sesuai kebutuhan tanaman maka dengan teknologi cara tanam normal (75 cm x 20 cm) populasi 66.666 tanaman/ha ditunjang oleh pemupukan yang efektif diperoleh nilai B/C ratio 14,76 dan dengan cara tanam legowo 100-50 cm x 20 cm (pop. 66.666 tan/ha) yang didukung dengan pemupukan yang sesuai diperoleh nilai MBCR sebesar 9,59. Dengan demikian bahwa penerapan teknologi jagung melaui pendekatan PTT layak dikembangkan untuk 698

Seminar Nasional Serealia, 2013 memperbaiki sistem usahatani teknologi petani secara benar, agar produktivitas jagung yang selama ini diproleh petani dapat ditingkakan lagi, yang tentunya akan mempengaruhi nilai pendapatannya. Sejalan dengan tujuan utama penerapan PTT adalah untuk meningkatkan pendapatan petani dan menjaga kelestarian lingkungan. Tabel 3. Analisis biaya dan pendapatan usahatani jagung hibrida pada teknologi PTT vs teknologi petani pada lahan sawah tadah hujan. Pangkep Sulawesi Selatan, 2011 Uraian Teknologi PTT Teknologi petani 1 2 3 Biaya Sarana produksi 3.772.000 3.772.000 3.730.000 (Rp/ha) Biaya tenaga kerja (Rp/ha) 3.127.500 3.100.500 2.995.000 Hasil (t/ha) 10,75 10,21 9,50 Penerimaan (Rp/ha) 23.650.000 22.462.000 20.900.000 Keuntungan (Rp/ha) 16.750.500 15.589.500 14.175.000 Ratio biaya/kg biji (Rp) 642 673 708 R/C ratio 3,43 3,27 3,11 MBC ratio - Tek. PTT (1) vs Tek. petani (3) 14,76 - Tek. PTT (2) vs Tek. petani (3) 9,59 Sumber: Data primer, 2011 Keterangan: 1 : Jarak tanam 75 cm x 20 cm; populasi 66.666 tan/ha; pemupukan yang efisien, secara tugal 2 : Jarak tanam legowo 100-50 cm x 20 cm; populasi 66.666 tan/ha; pemupukan yang efisien, secara tugal 3: Jarak tanam 80 cm x 40 cm; populasi 62.500 tan/ha; pemupukan kebiasaan petani, dilarutkan dalam air KESIMPULAN Hasil jagung varietas Bisi 2 dengan penerapan teknologi PTT pada dua perlakuan system tanam menunjukkan lebih tinggi berkisar 10,21 10,75 t/ha dibanding teknologi petani dengan hasil 9,50 t/ha. Usahatani jagung hibrida Bisi 2 penerimaan tertinggi dihasilkan pada penerapan teknologi PTT rata-rata sekitar Rp 23.056.000 dengan keuntungan Rp 16.170.000/ha sementara teknologi petani diperoleh penerimaan sebesar Rp 20.900.000 dengan keuntungan Rp 14.175.000/ha. 699

Syuryawati et al.: Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida. Nilai R/C ratio usahatani teknologi penerapan PTT pada dua perlakuan sekitar 3,27 3,43 (rata-rata 3,35) sedangkan teknologi petani 3,11. Demikian pada nilai MBCR antara teknologi penerapan PTT dengan dua perlakuan sistem tanam dibanding teknologi petani diperoleh nilai >1 yaitu dengan nilai MBCR 14,76 dan 9,59 yang berarti teknologi PTT layak dikembangkan dalam usahatani jagung. DAFTAR PUSTAKA Balitbangtan. 2007. Petunjuk teknis lapang pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Jakarta. 27 p. Balitbangtan. 2008. Panduan umum pengelolaan tanaman terpadu jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 27 p. Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan. 2012. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2012. Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan. 538 p. Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. Jakarta. 622 p. Kadariah. 1998. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomi. LPEE UI, Jakarta. Zubachtirodin, S. Saenong, M.S. Pabbage, M. Azrai, D. Setyorini, S. Kartaatmadja, dan F. Kasim. 2009. Pedoman Umum PTT Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 20 p. 700